Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang
terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Rumusan kasus dari artikel tersebut adalah penyalahgunaan wewenang dan
jabatan dalam tindak pidana korupsi. Masalah Pokok dari artikel tersebut adalah penerimaan dana suap/gratifikasi terkait proyek tertentu oleh kepala daerah dari pihak swasta atau pengusaha, dan perilaku konsumptif kepala daerah yang mendorong tindak korupsi. Aktor yang terlibat dalam artikel tersebut yakni : 1. Kepala daerah sebanyak 7 orang yaitu Khamami (Bupati Mesuji), Sri Wahyumi Maria Manalip (Bupati Kabupaten Talaud), Nurdin Basirun (Gubernur Kepualauan Riau), Tamzil (Bupati Kudus), Ahmad Yani (Bupati Kabupaten Muara Enim), Suryadman Gidot (Bupati Kabupaten Bengkayang), dan Agung Ilmu Mangkunegara (Bupati Lampung Utara). 2. Pihak swasta atau pengusaha 3. Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) dan Dinas Perdagangan 4. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Peran setiap aktor yang terlibat dalam artikel tersebut yakni : 1. Kepala daerah sebagai penyalahguna wewenang dan jabatan yakni pelaku tindak pidana korupsi. 2. Pihak swasta atau pengusaha sebagai pemberi suap/gratifikasi. 3. Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan sebagai pelaksana proyek tertentu sekaligus penyalur dana korupsi dari pemberi suap kepada pelaku tindak korupsi. 4. KPK sebagai menangkap pelaku tindak pidana korupsi sebagai wujud pemberantasan korupsi
2. Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran
terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan
pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. 1. Kepala daerah - Bentuk pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS diantaranya : Berorientasi pelayanan : menunjukkan perilaku tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan tidak berorientasi pada pelayanan prima, melainkan pada kepentingan pribadi. Akuntabel : menunjukkan perilaku tidak bertanggungjawab dan tidak berintegritas tinggi terhadap kewenangan jabatannya. Kompeten : menunjukkan perilaku tidak melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik dengan melanggar kompetensi yang dimilikinya. Loyal : menunjukkan perilaku tidak memegang teguh ideologi Pancasila dan UUD 1945, tidak setia kepada NKRI dan pemerintahan yang sah, yaitu melalui tindak korupsi yang melanggar ketentuan perundang-undangan serta mengutamakan kepentingan pribadi dengan memperkaya diri atas sesuatu yang bukan menjadi haknya. - Peran ASN yang dilanggar yakni : Sebagai pelaksana kebijakan publik : Kepala daerah terkait tidak bekerja secara professional, tidak berpedoman pada pelayanan prima, dan tidak memiliki integritas dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pihak swasta/pengusaha Meskipun pihak swasta/pengusaha bukan merupakan Aparatur Sipil Negara, namun perannya sebagai pemberi dana suap/gratifikasi yang membuka celah tindak pidana korupsi tetap tidak dapat dibenarkan. Pihak swasta/pengusaha telah menunjukkan rendahnya wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme sebagai bagian dari masyarakat dan Bangsa Indonesia, serta tidak memiliki sikap perilaku bela negara yang seharusnya dilakukan sesuai dengan profesinya menjadi pengusaha / pihak swasta yang mendukung Pembangunan Nasional dan meningkatkan perekonomian Bangsa. 3. Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan - Bentuk penerapan terhadap nilai-nilai dasar PNS diantaranya : Berorientasi pelayanan : menunjukkan perilaku tidak menjalankan tugasnya secara professional dengan menjadi penyalur dana suap/gratifikasi melalui proyek yang menjadi tugas yang diembannya. Akuntabel : menunjukkan sikap yang tidak bertanggung jawab dan tidak berintegritas dengan menyalahgunakan wewenangnya dalam melaksanakan proyek tugasnya. Kompeten : menunjukkan sikap tidak melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik dengan melanggar kompetensi yang dimilikinya. Loyal : menunjukkan sikap mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan Bangsa dan menjajah bangsa sendiri dengan mendukung tindak korupsi yang merugikan perekonomian dan pembangunan Bangsa. - Peran ASN yang dilanggar yakni : Sebagai pelaksana kebijakan publik : Dinas PUPR dan Dinas Perdagangan tidak melaksanakan tugasnya dengan bertanggung jawab dan berintegritas dalam melaksanakan proyek yang diamanahkan. 4. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) - Bentuk penerapan terhadap nilai-nilai dasar PNS diantaranya : Berorientasi pelayanan : menunjukkan perilaku memberikan pelayanan berorientasi pelayanan prima melalui (1) pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan menjalankan tugasnya secara professional dengan memberantas korupsi di Indonesia, (2) berperilaku cekatan, solutif, dan dapat diandalkan oleh negara dan masyarakat dalam memberantas korupsi, dan (3) terus melakukan perbaikan dengan mengutamakan pencapaian hasil yang terbukti dari banyaknya kasus korupsi yang berhasil diberantas oleh KPK (Pada artikel diungkapkan bahwa KPK telah berhasil mengungkapkan 119 kepala daerah pelaku tindak pidana korupsi sejak didirikan tahun 2002). Akuntabel : menunjukkan sikap melaksanakan tugasnya dengan bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi. Kompeten : menunjukkan perilaku melaksanakan tugasnya dengan kualitas terbaik sesuai kompetensinya. Loyal : menunjukkan sikap berdedikasi tinggi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, serta berpegang teguh pada perundang-undangan. Kolaboratif : menunjukkan sikap mampu membangun Kerjasama secara sinergis dengan aparat penegak hukum dalam memberantas korupsi. - Peran ASN yang dilaksanakan yakni : Sebagai pelaksana kebijakan publik : melaksanakan tugas secara professional, berorientasi pelayanan prima, dan memiliki integritas yang tinggi. Sebagai pelayan publik : melayani masyarakat sesuai kebutuhan dengan memberantas korupsi dari proyek yang dijalankan yang menghambat pemenuhan hak masyarakat atas pelayanan publik. Sebagai perekat dan pemersatu bangsa : berperan sebagai abdi negara yang melaksanakan peraturan perundang-undangan.yang berlaku. B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus - Merusak integritas diri sebagai pribadi, sebagai Aparatur Sipil Negara, sebagai bagian dari masyarakat, maupun sebagai bagian dari instansi/pemerintahan. - Hasil proyek yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi kurang optimal dan terhambat. - Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparatur sipil negara. - Mengganggu program pembangunan nasional yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatnya angka kemiskinan, dan menurunnya kesejahteraan masyarakat. - Tindak korupsi menjadi budaya yang mengakar dalam pemerintahan sehingga semakin sulit diberantas.
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah pada artikel tersebut
diantaranya : 1) Memperketat kelayakan dan memperbaiki sistem seleksi calon kepala daerah. Pemimpin daerah dipilih melalui pemilihan umum yang melibatkan masyarakat. Tidak ada seleksi tes kompetensi bagi calon kepala daerah. Dengan demikian perlu dirumuskan kriteria kelayakan pencalonan kepala daerah. Selanjutnya, calon kepala daerah yang memenuhi kriteria kelayakan tersebut harus mengikuti seleksi tes kompetensi. Bila lolos seleksi kompetensi, maka berhak mengajukan diri dalam pemilihan umum kepala daerah. 2) Memberikan edukasi berkala kepada masyarakat terkait tindak korupsi dan menggalakkan “masyarakat anti-korupsi”, terutama menjelang pemilihan kepala daerah. Masyarakat tidak benar-benar mengetahui calon kepala daerahnya. Adanya kebiasaan “memberikan atau menjanjikan barang/jasa” selama dan/atau setelah pemilihan umum bila terpilih menjadi budaya yang seolah wajar di masyarakat. 3) Menanamkan dan menginternalisasi nilai-nilai integritas bagi pemerintah daerah. Selayaknya aparatur sipil negara, pemerintah daerah juga perlu mendapatkan pelatihan untuk menanamkan dan menginternalisasi nilai-nilai integritas agar terpatri dalam jiwa sehingga mampu mengemban Amanah yang diberikan oleh masyarakat. 4) Memperbaiki dan mempermudah sistem pelaporan tindak korupsi di lingkungan kerja maupun lingkungan bermasyarakat. 5) Menindaklanjuti pelaporan tindak korupsi dengan segera. 6) Mengawasi dan memberlakukan pelaporan segala bentuk transaksi keuangan di lingkup pemerintah daerah 7) Memberikan sanksi yang tegas dan memberikan efek jera bagi pelaku tindak korupsi.
4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan
pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus. 1) Memperketat kelayakan dan memperbaiki sistem seleksi calon kepala daerah. - Pemerintah perlu merumuskan kriteria kelayakan menjadi calon kepala daerah. - Pemerintah membentuk sistem seleksi tes kompetensi bagi calon kepala daerah. Hanya calon kepala daerah yang telah lulus seleksi yang berhak mengikuti pemilihan umum menjadi kepala daerah. 2) Memberikan edukasi berkala kepada masyarakat terkait tindak korupsi dan menggalakkan “masyarakat anti- korupsi”, terutama menjelang pemilihan kepala daerah. - Pemerintah perlu memberdayakan dan mengkolaborasikan komisi pemilihan umum dan komisi pemberantasan korupsi dalam memberikan edukasi berkala terkait “masyarakat anti-korupsi”. - Mempersiapkan dana dan waktu tambahan dalam pelaksanaan edukasi. - Memanfaatkan literasi digital dengan menggalakkan “masyarakat anti-korupsi” di berbagai platform online dan sosial media. 3) Menanamkan dan menginternalisasi nilai- nilai integritas bagi pemerintah daerah. - Mempersiapkan adanya pelatihan nilai-nilai integritas bagi kepala daerah terpilih 4) Memperbaiki dan mempermudah sistem pelaporan tindak korupsi di lingkungan kerja maupun lingkungan bermasyarakat. - Pemerintah menyediakan layanan pengaduan/pelaporan yang mudah diakses bagi masyarakat baik secara online maupun offline. 5) Menindaklanjuti pelaporan tindak korupsi dengan segera. - Pemerintah memberikan dukungan penuh bagi KPK dalam menyempurnakan sistem menindaklanjuti segera tindak korupsi. 6) Mengawasi dan memberlakukan pelaporan segala bentuk transaksi keuangan di lingkup pemerintah daerah yang dipertanggungjawabkan penuh. - Pemerintah membentuk aturan dan sistem terkait pelaporan transaksi keuangan berkala secara ketat dan transparan baik melalui online dan offline yang dapat diketahu pula oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat dilibatkan dalam mengawasi kepala daerah dan pemerintah daerah sejak awal kepemimpinan, selama kepemimpinan, bahkan hingga akhir kepemimpinan. Hal ini juga berdampak positif dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. 7) Memberikan sanksi yang tegas dan memberikan efek jera bagi pelaku tindak korupsi. - Pemerintah merumuskan dan menimbang kembali perundang- undangan terkait tindak pidana korupsi yang dirasa belum memberikan efek jera, serta menimbang kembali adanya remisi bagi pelaku korupsi.