Anda di halaman 1dari 3

Beberapa opini dari masyarakat yang mewakili penilaian negatif terhadap PNS/Aparatur Sipil Negara salah satunya

dapat ditemui pada rubrik kompasiana dengan judul „Rendahnya Kinerja PNS Pemda‟: ...PNS pemda banyak memiliki
kinerja yang rendah. Seharusnya jam kerja dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk bekerja namun malah digunakan
untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Dalam jam kerja PNS banyak berkeliaran di pasar, mall atau ditempat lainnya.
Pulang tidak tepat waktu, Jadwal yang seharusnya pulang jam 4 sore tidak dipatuhi, mereka pulang siang sekitar jam 1
dan banyak yang tidak kembali lagi ke kantor. Sungguh sangat memprihatinkan, sebagai abdi negara memakan gaji buta.
Tugas melayani masyarakat disia-siakan. Sebelum menjadi PNS masyarakat berbondong-bondong mengikuti tes PNS,
bahkan sampai menyogok puluhan juta untuk menjadi PNS. Namun setelah diangkat, kedudukan yang diperoleh tidak
dipergunakan dengan sebaik mungkin”. (http://birokrasi.kompasiana.com/2012/07/08/rendahnya-kinerjapns-pemda-
475413. html) .

Mengutip berita yang bersumber dari beritasatu.com hari Minggu, 02 November 2014, Menteri Pemberdayaan
Aparatur 5 Negara dan Reformasi Birokrasi juga menyampaikan bahwa kinerja PNS dinilai masih negatif oleh publik.
Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB), Yuddy Chrisnandi meminta
setiap daerah menerapkan revolusi mental guna mereformasi birokrasi dan untuk menghilangkan penilaian negatif
terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yuddy melakukan kunjungan ke beberapa daerah, termasuk bertemu Wali
Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Sabtu (1/11), guna mengampanyekan gerakan revolusi mental reformasi birokrasi. Hal
tersebut bertujuan untuk menghilangkan kesan negatif di publik, terkait kinerja PNS yang buruk selama ini. "Kesan di
publik saat ini, kinerja PNS lambat, masuk siang, pulang cepat, jam 4 sudah di mal, dan di kantor hanya baca koran,"
katanya, Bogor, Sabtu (1/11). Yuddy menilai sudah saatnya PNS menjadi pelayan masyarakat. "Intinya puaskan dulu
masyarakat. Terkait regulasi akan segera dikeluarkan. Bila ditanya kapan, segera," terangnya.
(http://www.beritasatu.com/pelayananpublik/222082-menpan-dan-rb-penilaian-pns-kita-buruk-dipublik.html)

Menurut Adnan (2013) kesan atau citra negatif terhadap birokrasi karena birokrasi selama ini kurang merespon
keinginan warga masyarakat. Birokrasi yang selama ini bekerja lambat, sangat 6 berhati-hati dan cara kerjanya sulit
diterima oleh masyarakat yang memerlukan layanan cepat, efisien, tepat waktu dan sederhana. Menurut Sarundajang,
2005 (dalam Adnan, 2013) ada sejumlah kelemahan birokrasi yang dihadapi oleh pemerintah daerah, yaitu : 1.) Struktur
organisasi dan tata kerja yang dibuat oleh masingmasing Pemerintah Daerah hanya sekedar menampung personil dalam
suatu jabatan struktural; 2.) Partisipasi masyarakat masih rendah; 3.) Transparansi belum berjalan; 4.) Mekanisme kerja
dan pembagian tugas yang tumpang tindih menyulitkan kalangan internal dan masyarakat dalam berurusan dengan
pemerintah daerah; 5.) Politisasi PNS masih menggejala; 6.) Sistem karir tidak sehat membuat persaingan tidak sehat;
7.) Belum siapnya aparatur birokrasi menghadapi tuntutan perubahan. Dwiyanto,et.al 2006, (dalam Adnan, 2013)
mengatakan bahwa birokrasi memang belum mampu mewujudkan nilai-nilai akuntabilitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik. Citra negatif atau stigma negatif terhadap kinerja aparatur negara menjadi salah satu alasan segera
dilakukannya reformasi birokrasi (Adnan,2013). Menurut Daryanto (2007) ada beberapa indikator yang mencerminkan
buruknya potret kinerja aparat pelayanan publik /PNS, antara lain ditunjukkan oleh pelayanan yang bertele-tele dan
cenderung birokratis; biaya yang tinggi (high cost economy); pungutan-pungutan tambahan, perilaku aparat yang lebih
bersikap sebagai pejabat ketimbang abdi masyarakat; pelayanan yang diskriminatif; mendahulukan kepentingan pribadi,
golongan atau kelompok (termasuk kepentingan atasannya ketimbang kepentingan publik); adanya perilaku malas
dalam mengambil inisiatif di luar 7 peraturan; masih kuatnya kecenderungan untuk menunggu petunjuk atasan; sikap
acuh terhadap keluhan masyarakat; lamban dalam memberikan pelayanan; kurang berminat dalam mensosialisasikan
berbagai peraturan kepada masyarakat.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik .
PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya
 PNS tidak mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh  PNS tidak menyalahgunakan informasi
resmi untuk kepentingan pribadi & orang lain  PNS akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi
Menghindari Perilaku yang Curang dan Koruptif (Fraudulent and Corrupt Behaviour)
 PNS dilarang untuk melakukan penipuan / korupsi  PNS dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan
kewenangan untuk keuntungan pribadi  PNS akan melaporkan setiap perilaku curang / korupsi  PNS akan
melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka  PNS akan memahami dan menerapkan kerangka
akuntabilitas yang berlaku di sektor publik.

ASN yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai nasionalisme dalam menjalankan profesinya sebagai pelayanan
publik yang berintegritas
Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme
menentang segala bentuk penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam
masyarakat, maupun suatu bangsa
ASN yang memahami dan memiliki kesadaran mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan tugasnya
Etika Publik YAITU Refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan da
nkeputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik
Tuntutan Etika Publik & Kompetensi
Tanpa kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi TIDAK PEKA, TIDAK PEDULI DAN DISKRIMINATIF terutama pada
masyarakat kalangan bawah. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai (Kejujuran,
Solidaritas, Keadilan, Kesetaraan, dll) Dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan
masyarakat atau kebaikan orang lain.
Pelaksanaan kode etik bagi pelayan publik dapat membantu dalam menye mpurnakan pekerjaan di sektor publik ,
mencegah hal-hal buruk, dan untuk kepentingan bersama dalam organis asi publik
penyadaran akan perlunya menaati kode etik harus dilakukan secara b erkesinambungan dalam setiap jeni s pelatihan
kepeg-awaian untuk me lengkapi aspek kognisi dan aspek p rofesionalisme dari seorang pegaw ai sebagai abdi
masyarakat

LANDASAN Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat
yang menerima layanan (customer satisfaction). Dengan demikian, pegawai ASN harus mampu menjadi pelayanan
publik yang handal dan profesional, menjadi pendengar yang baik atas berbagai keluhan dan pengaduan masyarakat,
sekaligus mampu menindaklanjutinya dengan memberikan solusi yang tepat melalui langkah perbaikan secara nyata,
bukan sekedar janji-janji muluk untuk menenangkan gejolak masyarakat.
Komitmen Mutu Pelayanan tempat kerja
Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud akuntabilitas dari pemerintah selaku penyedia layananpublik.
Pelayanan publik yang bermutu akanmenciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah.
Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
7 Kelompok Tindak Pidana Korupsi
(UU No 31/1999 jo No. UU 20/2001)
Kerugian keuangan negara
Suapmenyuap
Pemerasan
Perbuatan curang
Penggelapan dalam jabatan
Benturan Kepentingan dalam pengadaan
Gratifikasi
Niat, Semangat dan Komitmen Anti Korupsi ASN
ASN sebagai tunas integritas (faktor kunci perubahan)
Peran ASN sebagai faktor kunci perubahan yang diharapkan adalah : 1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan
organisasi, ASN menjadi kumpulan orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi tercapai 2.
Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem integritas sehingga semua peluang
korupsi dan penyimpangan lainnya dapat ditutupi 3. Dapat mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi
ASN merupakan unsur utama dan terpenting dalam gerakan percepatan anti korupsi, karena ASN lah yang
memegang kekuasaan dan kewenangan atas keuangan dan kekayaan negara. Keterlibatan unsur lain dalam tindak
pidana korupsi tentu tidak dapat dipisahkan dari peran penting ASN itu sendiri.
Setiap ASN hendaknya telah menjadi tunas integritas dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi dan
membangun sikap anti korupsi. Tunas integritas anti korupsi bukan hanya untuk membentengi diri sendiri, tetapi juga
mempengaruhi pihak lain agar tidak melakukan tindak pidana korupsi. Artinya ASN lah yang menyebarkan bibit-bibit
positif anti korupsi di lingkungan kerjanya dan dalam kehidupan masyarakat.
Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dari diri-sendiri, yaitu: 1. Takut Kepada Tuhan 2. Fokus Pada Pekerjaan dan
Tanggung Jawab Kita 3. Memiliki gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan 4. Atur Pemasukan dan Pengeluaran 5.
Rasa cinta terhadap tanah air

Anda mungkin juga menyukai