Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

AGENDA 1

Disusun oleh : IMAN JOHANSYAH

MENJAGA ETIKA DAN INTEGRITAS KEPEMIMPINAN


DALAM ORGANISASI PEMERINTAHAN

1. Pendahuluan
Pembangunan SDM Aparatur Sipil Negara (ASN) ditujukan pada SDM ASN
yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik KKN, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain
itu, pembangunan SDM juga diarahkan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan
global yang sangat dinamis. Oleh karena itu, penyiapan SDM ASN ke depan harus
diarahkan pada peningkatan daya saing yang komprehensif baik terkait penguatan
teknologi, infrastruktur, dan sistem, maupun penguatan terhadap penguasaan
pengetahuan, networking, dan kolaborasi. Kunci keberhasilan dari semua unsur tersebut
terletak pada kualitas sumber daya manusia yang akan berperan sebagai penggerak
utamanya.
ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. ASN sebagai Aparatur tentu saja
dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik bagi masyarakat. Salah satu
tuntutannya adalah bagaimana mereka bisa menerapkan konsep etika, akuntanbilitas,
dan integritas kepemimpinan terhadap Pancasila.
Etika dan integritas yang diterapkan dengan sungguh-sungguh menjadi
cerminan dari sikap bela negara yang diwujudkan dalam bentuk sesuai dengan profesi
setiap individu, dalam hal ini kaitannya dengan ASN. Etika dan integritas yang baik akan
menciptakan pemerintahan yang baik (good public governance). Pemerintahan yang baik
ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah
terhadap warganya.
Seorang pemimpin mutlak menjalankan nilai-nilai integritas, karena dialah yang
akan dipandang orang lain terlebih dahulu, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi
bawahannya. Pemimpin selalu memastikan bawahannya menjalankan tugasnya sesuai
dengan harapan organisasi, dan mematuhi manajemen risiko yang ada di tempat kerja.
Pemimpin menjamin pelaporan internal memfasilitasi deteksi dini dan berkontribusi
terhadap perbaikan terus-menerus dari organisasi. Oleh karena itu, penanaman
kesadaran dalam berbangsa dan bernegara menjadi modal integritas secara utuh
terhadap pengabdiannya kepada negara, kaitannya dengan ASN.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dilihat bahwa ASN memiliki peran
yang sangat penting untuk menjaga dan menjalankan konsep etika, akuntanbilitas, serta
integritas dalam pekerjaannya. Lalu bagaimana kesemuanya itu bisa berjalan saling
berkesinambungan ? Inilah yang menjadi tantangan berat bagi ASN dalam menjalankan
pekerjaannya sehari-hari sebagai Aparatur Negara dan Abdi Masyarakat.

2. Isu Permasalahan
Peran ASN selaku birokrasi adalah sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Namun
demikian realitas yang ada belum semua ASN memiliki kriteria ideal seperti tersebut
diatas, masih banyak ASN yang kurang profesional, kurang taat aturan kedisiplinan,
kurang bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan dll. Hal tersebut dapat dijumpai di
hampir semua instansi pemerintah pada umumnya.
Berdasarkan hal tersebut kemudian menjadikan kekhawatiran kita selaku ASN
sekaligus sebagai tantangan, dimana pandangan negatif masyarakat terhadap integritas
ASN selaku pengemban amanah negara, bagaimana ASN senantiasa memegang teguh
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dan bagaimana ASN menjadi teladan, panutan
danpelayan masyarakat yang baik, serta bagaimana ASN mampu melaksanakan tugas
secara profesional.

3. Pembahasan
Definisi dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara
tindakan dengan nilai dan prinsip, atau merupakan mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan, kejujuran.
Pemimpin merupakan penggerak utama organisasi. Otoritas organisasi berada
di tangan pemimpin. Pemimpin juga menjadi kunci keberhasilan dari suatu
organisasi.Begitu juga kegagalan organisasi juga tergantung bagaimana pemimpin
melakukan proses kepemimpinanya. Pemberian layanan dapat dilakukan secara optimal
jika sistem kepemimpinan dikelola secara baik atas kendali pemimpin. Harapannya dapat
mendukung upaya memperkokoh makna dan implementasi integritas dalam perilaku
kerja serta menjadikan unit organisasi sebagai institusi yang memiliki kesungguhan untuk
mempraktikkan integritas. Integritas sering disederhanakan maknanya sebagai kejujuran,
kebajikan, berperilaku baik dan benar, atau bermoral. Maknanya seringkali berkembang
dan dikaitkan dengan pencegahan korupsi. Integritas merupakan hal yang sangat penting
bagi seorang Aparatur Sipil Negara karena integritas menjadi dasar dari semua nilai
pribadi seseorang.
Seorang pemimpin mutlak menjalankan nilai-nilai integritas, karena dialah yang
akan dipandang orang lain terlebih dahulu, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi
bawahannya. Integritas ini juga penting bagi image si pemimpin itu sendiri. Karena di saat
pemimpin menerapkan nilai-nilai integritas, ia akan diterima sekaligus dipercaya oleh
bawahannya sebagai sosok panutan. Ia akan bisa mempengaruhi orang lain karena
ketegasan dan keselarasannya atas pikiran dan perkataan. Dengan teladan dan
pendekatan yang baik dari seorang pemimpin di suatu organisasi, bagian organisasi
diharpkan mampu mengubah pola berfikir, budaya dan kebiasaan dari bawahannya.
Atasan/Pemimpin harus mampu memberikan motivasi dan nasehat kepada bawahan
untuk mengembangkan diri dan menjaga integritas dan profesional.
Disamping penggunaan kekuasaan yang harus sejalan dengan norma etika,
kaidah pokok lain yang seringkali disebutkan adalah kesadaran bagi setiap pegawai
pemerintah untuk menghindari adanya konflik kepentingan (conflict of interest) dalam
pelaksanaan tugasnya. Di dalam kegiatan bisnis, konflik kepentingan akan
mengakibatkan persaingan tidak sehat serta manfaat kegiatan bisnis bagi khalayak yang
kurang optimal. Sedangkan dalam organisasi pemerintah konflik kepentingan akan
mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan, pengerahan sumber daya publik yang
kurang optimal, dan peningkatan kesejahteraan rakyat terabaikan.
Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara rinci dapat dijelaskan
dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut:
1. Aji mumpung (self dealing).
2. Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft).
3. Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling); memanfaatkan pengaruh
untuk kepentingan karir atau bisnis yang sempit.
4. Pemanfaatan fasilitas organisasi/lembaga untuk kepentingan pribadi.
5. Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan
keuntungan yang diperoleh secara informal.
6. Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting); menggunakan kedudukan
dalam pemerintahan untuk investasi pribadi.
Penanganan konflik kepentingan pada dasarnya dilakukan melalui perbaikan:
nilai, sistem, pribadi, dan budaya. Adapun prinsip-prinsip dasar yang terkait dengan
keempat hal tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1. Mengutamakan Kepentingan Publik Penyelenggara Negara harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku tanpa memikirkan
keuntungan pribadi atau tanpa dipengaruhi preferensi pribadi.
2. Menciptakan Keterbukaan Penanganan dan Pengawasan Konflik Kepentingan
Penyelenggara Negara harus bersifat terbuka atas perkerjaan yang dilakukannya
dan mentaati nilai-nilai pelayanan publik seperti bebas kepentingan, tidak berpihak,
dan memiliki integritas.
3. Mendorong Tanggung Jawab Pribadi dan Sikap Teladan Penyelenggara Negara
harus menjaga integritas sehingga dapat menjadi teladan bagi Penyelenggara
Negara lainnya dan bagi masyarakat.
4. Menciptakan dan Membina Budaya Organisasi yang Tidak Toleran terhadap Konflik
Kepentingan Tersusun dan terlaksananya kebijakan dan praktek manajemen yang
mendorong pengawasan dan penanganan konflik kepentingan secara efektif.
Sementara itu, di satu sisi arus global mengkondisikan bagaimana sebuah iklim
keterbukaan, demokratisasi, serta transaparansi-akuntabilitas disertakan di setiap lini
kepemerintahan, termasuk penyelenggaraan organisasi kemasyarakatan, tata-aturan
masyarakat, sampai pengaturan pihak swasta. Sehingga, aspek keberpihakan pelayanan
menjadi titik sentral dalam melihat kesetaraan antara negara, pasar, dan masyarakat. Di
samping itu, keberadaan aktor negara, pasar, dan masyarakat tidak hanya mewujud
dalam relasi-interaksional pelayananan, namun melakukan sebuah usaha bersama untuk
mencapai tujuan pembangunan yang dimaksud.
Di sinilah Pancasila menjadi pedoman kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
lewat nilai, moral, norma dan etika yang ditanamkan sebagai bagian dari landasan
filosofis serta kepribadian negara-bangsa. Dengan begitu, ditemukan kesesuaian nilai
kepribadian tersebut dengan wilayah birokrasi pada ranah Governance, sekaligus
“penjaga” regulasi pada level etika bernegara-berbangsa.
Integritas merupakan sebuah tolok ukur fundamental untuk kepemimpinan.
Dengan demikian seorang pemimpin harus memimpin dengan integritas, kejujuran dan
berpegang pada nilai-nilai organisasinya. Para anggota tim ingin mengetahui apakah
pemimpin mereka dapat dipercaya. Mereka harus merasa yakin bahwa sang pemimpin
memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus menaruh
kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab mereka.
Cara terbaik untuk membangun kepercayaan para anggota timnya adalah dengan terus
mempertahankan integritas. Ada komponen pengungkit merupakan komponen yang
menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju
WBK/WBBM yang terdiri dari enam komponen pengungkit, yaitu Manajemen Perubahan,
Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen Sumber Daya Manusia, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Penguatan Kualitas Pelayanan
Publik.
Di dalam integritas terkandung makna konsistensi antara tindakan dan nilai,
sehingga integritas dari setiap pemimpin menjadi hal yang mutlak sebagai landasan yang
professional dalam melaksanakan tugas organisasi dan melayani masyarakat.
Jika seorang pemimpin sudah memiliki integritas, maka yang dapat dilakukan
oleh seorang pemimpin untuk menjaga integritasnya:
1. Menepati janji atau memenuhi perkataan.
2. Berkomunikasi secara jelas dan jujur.
3. Berani meminta maaf.
4. Senantiasa berkomitmen.
5. Karakteristik Integritas dalam kepemimpinan, yang meliputi ketulusan, konsistensi,
keteguhan hati, dan menjadi seseorang yang mampu bertahan sampai akhir (Gen
Ronald R. Fogleman).

Anda mungkin juga menyukai