Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

Program Pelatihan : PKP 2023


Gelombang : III
Nama Mata Pelatihan : Agenda 1 Etika dan Integritas Kepemimpinan Pancasila
Nama Peserta : Yoesiana
Nomor Daftar Hadir : 39
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pemerintah Provinsi Jawa Barat

ETIKA DAN INTEGRITAS KEPEMINPINAN PANCASILA


( MENJADI PEMIMPIN YANG BERETIKA : ETIKA KEPEMIMPINAN )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Etika kepemimpinan bagi pemimpin Nasional berhimpitan dengan moral kepemimpinan yang
berdasarkan Pancasila. Etika kepemimpinan merupakan kelanjutan dari moral kepemimpinan. Karena
etika kepemimpinan nasional merupakan aktualisasi nilai-nilai instrumental Pancasila yang terpatri dalam
UUD 1945. Nilai instrumental Pancasila yang menjadi muatan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
berbangsa dan bernegara adalah instrument keorganisasian, kelembagaan, kekuasaan dan kebijaksanaan
pemerintah.

Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu
ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan
pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendukung posisi pemimpin dalam suatu
organisasi pada posisi yang terpenting.

Aktualisasi pada diri sang pemimpin harus menyatu dan tersistem dan membangun sistem etika
kepemimpinan nasional berdasarkan Pancasila. Sistem etika kepemimpinan bagi pemimpin nasional
merupakan salah satu sentra pengembangan strategi kepemimpinan nasional Indonesia. Seorang
pemimpin apapun wujudnya, dimana pun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Untuk itu, penting rasanya kali ini membahas tentang
kepemimpinan.

1.2 Rumusan Masalah

Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting untuk dibahas, karena dalam menjalankan suatu
organisasi diperlukan pemimpin sebagai pembuat keputusan apa saja yang harus dilakukan untuk
keberlangsungan organisasi. Untuk itu saya mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan etika kepemimpinan pancasila?


2. Bagaimana bentuk pemimpin yang memiliki etika kepemimpinan pancasila?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Essay ini adalah:
1. Sebagai salah satu tugas yang wajib diselesaikan untuk kelengkapan tugas Program Pelatihan PKP
2023 dengan Mata Pelatihan Agenda 1 Etika dan Integritas Kepemimpinan Pancasila
2. Untuk mengetahui pengertian dari etika kepemimpinan pancasila.
3. Untuk mengetahui pemimpin yang memiliki etika kepemimpinan pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Kepemimpinan Pancasila

2.1.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani: ethos, yang artinya kebiasaan atau watak. Menurut Salomon,
etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta
pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang filsafat. Etika merupakan pokok
permasalahan didalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur
tingkah laku manusia.

Kata ethos dalam bahasa Indonesia ternyata juga cukup banyak dipakai, misalnya dalam kombinasi
etos kerja, etos profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja, dan masih banyak istilah lainnya. Etika
termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkahlaku yang berarti juga:

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak-hak dan kewajiban;
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan tingkah laku manusia;
3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk dan kebiasaan-kebiasaan yag
dianut suatu golongan masyarakat.

Jadi, etika menggunakan refleksi dan metode pada tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai itu
sendiri ke dalam etika dan menerapkannya pada situasi kehiduan konkret.

Aspek-asek yang mempengaruhi etika secara umum ada empat:

1. Insting
Insting berarti kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan
pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu dan psikologis. Menurut James, Insting adalah suatu
sifat yang menyampaikan pada tujuan dan cara berpikir.
2. Pola dasar bawaan
Pola dasar bawaan manusia itu mewarisi beberapa sifat tertentu dari orang tuanya, atau
leluhurnya, seperti fisik, panca indera, perasaan, keahlian, kecerdasan, kemauan, cara bersikap
dan sebagainya.
3. Adat dan kebiasaan
Perilaku manusia yang kemudian menjadi etika seseorang sangat erat sekali dengan perilaku
adat istiadatnya.
4. Lingkungan
Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan,
sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat
merupakan penghambat yang meneyekat perkembangan, sehingga orang tidak dapat
mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.

2.1.2 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan kadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi


orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia
melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita. Ada beberapa factor yang dapat menggerakkan orang yaitu
karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.
2.1.3 Pengertian Etika Kepemimpinan Pancasila

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa etika kepemimpinan pancasila yaitu nilai-nilai
hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku pemimpin dalam mempengaruhi orang-orang agar
diarahkan mencapai tujuan organisasi yang berlandaskan pancasila.

2.2 Etika Kepemimpinan Pancasila

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia.
Menurut Pancasila, pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama kepemimpinan pancasila adalah:

1. Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)


Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak
dan tameng/perisai di arena perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya
dalam merintis segala macam usaha. Dengan tekad besar dan keberanian yang membara dia
harus sanggup bekerja paling berat, sambil menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin
pengikutnya. Di depan dia menjadi teladan yang baik. Seorang pemimpin harus mengabdikan
diri kepada kepentingan umum dan kepentingan segenap anggota organisasi. Dia bukan hanya
pandai memberi perintah saja, akan tetapi juga bijaksana dalam memberikan petunuju-
petunjuk, nasihat-nasihat, perlindungan dan pertimbangan. Di depan dia harus benar-benar
berani menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan perjuangan.
2. Ing Madya Mangun Karsa ( di tengah membangun motivasi dan kemauan) Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib
sepenanggungan sanggup menggugah dan membangkitkan gairah serta motivasi kerja,
semangat tempur/juang, dan etik kerja yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak
buahnya, maka dia selalu tanggap dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta
tepat, sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasinya.
Pemimpin yang sedemikian itu selalu memiliki kesentosaan batin. Dia menghayati kesulitan
anak buahnya, dan ikut merasakan peristiwa-peristiwa yang gawat bersama-sama para
pengikutnya.
3. Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak buahnya. Hal ini
bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang pengikutnya,
dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi harus diartikan sebagai mau
memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya mau berprakarsa, berani
berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu
bergantung pada perintah atasan saja. Nasihat - nasihat, koreksi, dan petunjuk-petunjuk akan
selalu diberikan atas dasar rasa sayang pada anak buah, dan didorong oleh rasa tanggung
jawab besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama-sama. Dengan demikian,
walaupun pemimpin berdiri dibelakang, namun fungsinya memberikan daya kekuatan dan
dukungan moril untuk memperkuat setiap langkah dan tindakan bawahannya. Ringkasnya,
dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang menguatkan” kepada anak
buahnya yang dipimpinnya.

Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan :

1. Sila I : - Iman dan taqwa - Saling menghormati - Kebebasan ibadah


2. Sila II : - Hak-hak dan kewajiban Azasi - Toleransi dan kemanusiaan – Kerjasama
3. Sila III : - Patriotisme, Nasionalisme - Persatuan, Kesatuan - Bhinneka Tunggal Ika
4. Sila IV : - Musyawarah, Mufakat - Melaksanakan Putusan
5. Sila V : - Gotong royong, familier, damai.
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga
kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional
tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin
nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi
membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur
kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai
yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para pemimpin.

Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai dan
norma-norma Pancasila. Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya
diterapkan di Indonesia. Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai luhur pancasila:

1. Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK
dan kemajuan zaman
2. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya,
bukan karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan
3. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun
karsa, Tut wuri handayani”

Agar mampu melaksanakan tugas kewajibannya, pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya.
Dia harus memiliki kelebihan-kelebihan tertentu bila dibanding dengan kualitas orang-orang yang
dipimpinnya. Kelebihan ini terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat juangnya. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. sehat jasmaninya, dengan energi yang berlimpah-limpah, dan keuletan tinggi


2. memiliki integritas kepribadian, sehingga dia matang, dewasa, bertanggung jawab, dan susila.
3. rela bekerja atas dasar pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kelompoknya.
4. memiliki inteligensi tinggi untuk menanggapi situasi dan kondisi dengan cermat, efisien-
efektif, memiliki kemampuan persuasi, dan mampu memberikan motivasi yang baik kepada
bawahan.
5. mampu menilai dan membedakan aspek yang positif dari yang negative dari setiap pribadi
dan situasi, agar mendapatkan cara yang paling efisien untuk bertindak.

Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan pembangunan dan para pejabat
pada aparatur pemerintah, yaitu :

a. kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada falsafah negara, yaitu
pancasila.
b. Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai. Khususnya menyadari makna pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan fisik, demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok dan riil dari rakyat, serta
peningkatan kehidupan bangsa atas asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, demokrasi, serta
prinsip adil dan adil.
c. Diharapkan kepemimpinan pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai tradisional kuno
yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk kemudian dipadukan dengan
nilai-nilai positif dari modernisme, dalam kepemimpinan Indonesia.
Untuk lebih memahami ketiga hal tersebut di atas, marilah kita renungkan pemikiran Dr. Ruslan
Abdulgani mengenai moral pancasila dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional antara sebagai
berikut :

1. yang dimaksud dengan pancasila adalah pancasila yang tercantum pada pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, berupa kesatuan bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu ketuhanan YME,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi serta diendapkan dalam hati dan kalbu, sehingga
memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
kemudian diterapkan/diramalkan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan bermasyarakat,
karena orang menyadari sedalam-dalamnya pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik Indonesia) untuk hidup
rukun damai bersama-sama.
3. pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Kebebasan beragama adalah
salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu langsung
bersumber pada martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragama itu
bukan pemberian negara dan bukan pula pemberian golongan, akan tetapi merupakan anugerah
Ilahi.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kepemimpinan pada prinsipnya adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mau bekerja
untuk mencapai tujun bersama. Pentingnya kepemimpinan untuk mampu menjalankan fungsi-sungsi
manajemen agar tujuan yang hendak dicapai mampu diwujudkan secara efektif dan efisien.

Etika kepemimpinan pancasila yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah
laku pemimpin dalam mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi yang
berlandaskan pancasila.

Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, juga
meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika memahami Pancasila tidak dilandasi dengan
pemahaman segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang
ditangkap hanyalah segi-segi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.

Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa Indonesia
menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara penganut agama
mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti jender, budaya, dan
daerah.

1.2 Saran

Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa pemimpin yang beretika kepemimpinan pancasila
akan membawa pengaruh baik bagi organisasi. Dan akan lebih baik jika etika kepemimpinan pancasila ini
di miliki oleh seluruh pemimpin dalam organisasinya.

Anda mungkin juga menyukai