BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika kepemimpinan bagi pemimpin Nasional berhimpitan dengan moral kepemimpinan yang
berdasarkan Pancasila. Etika kepemimpinan merupakan kelanjutan dari moral kepemimpinan. Karena
etika kepemimpinan nasional merupakan aktualisasi nilai-nilai instrumental Pancasila yang terpatri dalam
UUD 1945. Nilai instrumental Pancasila yang menjadi muatan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
berbangsa dan bernegara adalah instrument keorganisasian, kelembagaan, kekuasaan dan kebijaksanaan
pemerintah.
Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu
ungkapan mulia yang mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan
pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendukung posisi pemimpin dalam suatu
organisasi pada posisi yang terpenting.
Aktualisasi pada diri sang pemimpin harus menyatu dan tersistem dan membangun sistem etika
kepemimpinan nasional berdasarkan Pancasila. Sistem etika kepemimpinan bagi pemimpin nasional
merupakan salah satu sentra pengembangan strategi kepemimpinan nasional Indonesia. Seorang
pemimpin apapun wujudnya, dimana pun letaknya akan selalu mempunyai beban untuk
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Untuk itu, penting rasanya kali ini membahas tentang
kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting untuk dibahas, karena dalam menjalankan suatu
organisasi diperlukan pemimpin sebagai pembuat keputusan apa saja yang harus dilakukan untuk
keberlangsungan organisasi. Untuk itu saya mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Etika berasal dari bahasa Yunani: ethos, yang artinya kebiasaan atau watak. Menurut Salomon,
etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta
pembenarannya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu cabang filsafat. Etika merupakan pokok
permasalahan didalam disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur
tingkah laku manusia.
Kata ethos dalam bahasa Indonesia ternyata juga cukup banyak dipakai, misalnya dalam kombinasi
etos kerja, etos profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja, dan masih banyak istilah lainnya. Etika
termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkahlaku yang berarti juga:
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak-hak dan kewajiban;
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan tingkah laku manusia;
3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk dan kebiasaan-kebiasaan yag
dianut suatu golongan masyarakat.
Jadi, etika menggunakan refleksi dan metode pada tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai itu
sendiri ke dalam etika dan menerapkannya pada situasi kehiduan konkret.
1. Insting
Insting berarti kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan
pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu dan psikologis. Menurut James, Insting adalah suatu
sifat yang menyampaikan pada tujuan dan cara berpikir.
2. Pola dasar bawaan
Pola dasar bawaan manusia itu mewarisi beberapa sifat tertentu dari orang tuanya, atau
leluhurnya, seperti fisik, panca indera, perasaan, keahlian, kecerdasan, kemauan, cara bersikap
dan sebagainya.
3. Adat dan kebiasaan
Perilaku manusia yang kemudian menjadi etika seseorang sangat erat sekali dengan perilaku
adat istiadatnya.
4. Lingkungan
Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan,
sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat
merupakan penghambat yang meneyekat perkembangan, sehingga orang tidak dapat
mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa etika kepemimpinan pancasila yaitu nilai-nilai
hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku pemimpin dalam mempengaruhi orang-orang agar
diarahkan mencapai tujuan organisasi yang berlandaskan pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia.
Menurut Pancasila, pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama kepemimpinan pancasila adalah:
Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai dan
norma-norma Pancasila. Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya
diterapkan di Indonesia. Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai luhur pancasila:
1. Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK
dan kemajuan zaman
2. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya,
bukan karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan
3. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun
karsa, Tut wuri handayani”
Agar mampu melaksanakan tugas kewajibannya, pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya.
Dia harus memiliki kelebihan-kelebihan tertentu bila dibanding dengan kualitas orang-orang yang
dipimpinnya. Kelebihan ini terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat juangnya. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan pembangunan dan para pejabat
pada aparatur pemerintah, yaitu :
a. kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada falsafah negara, yaitu
pancasila.
b. Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin
dicapai. Khususnya menyadari makna pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan fisik, demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok dan riil dari rakyat, serta
peningkatan kehidupan bangsa atas asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, demokrasi, serta
prinsip adil dan adil.
c. Diharapkan kepemimpinan pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai tradisional kuno
yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk kemudian dipadukan dengan
nilai-nilai positif dari modernisme, dalam kepemimpinan Indonesia.
Untuk lebih memahami ketiga hal tersebut di atas, marilah kita renungkan pemikiran Dr. Ruslan
Abdulgani mengenai moral pancasila dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional antara sebagai
berikut :
1. yang dimaksud dengan pancasila adalah pancasila yang tercantum pada pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, berupa kesatuan bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu ketuhanan YME,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi serta diendapkan dalam hati dan kalbu, sehingga
memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
kemudian diterapkan/diramalkan dengan kesungguhan hati dalam kehidupan bermasyarakat,
karena orang menyadari sedalam-dalamnya pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik Indonesia) untuk hidup
rukun damai bersama-sama.
3. pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Kebebasan beragama adalah
salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu langsung
bersumber pada martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragama itu
bukan pemberian negara dan bukan pula pemberian golongan, akan tetapi merupakan anugerah
Ilahi.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kepemimpinan pada prinsipnya adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mau bekerja
untuk mencapai tujun bersama. Pentingnya kepemimpinan untuk mampu menjalankan fungsi-sungsi
manajemen agar tujuan yang hendak dicapai mampu diwujudkan secara efektif dan efisien.
Etika kepemimpinan pancasila yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah
laku pemimpin dalam mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi yang
berlandaskan pancasila.
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, juga
meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika memahami Pancasila tidak dilandasi dengan
pemahaman segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang
ditangkap hanyalah segi-segi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa Indonesia
menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antara penganut agama
mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti jender, budaya, dan
daerah.
1.2 Saran
Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa pemimpin yang beretika kepemimpinan pancasila
akan membawa pengaruh baik bagi organisasi. Dan akan lebih baik jika etika kepemimpinan pancasila ini
di miliki oleh seluruh pemimpin dalam organisasinya.