Anda di halaman 1dari 3

Memumpuk Rasa Demokrasi dan Nasionalisme Nilai Nilai Pancasila

di Era New Normal

oleh
YUNIARTI, S.Si, M.Ling
NIP. 19860613 201001 2 040
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Jika seluruh komponen bangsa Indonesia mengamalkan dengan
benar
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dapat dikatakan bahwa tidak ada
permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, terkait dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Demikian pula, apabila semua warga Indonesia
dan khususnya para pemegang kebijakan yang diposisikan sebagai panutan
bangsa ini menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, bisa jadi
bangsa ini akan terhindar dari berbagai permasalahan, misalnya perpecahan
atau disintegrasi, penjualan aset-aset negara, demokrasi klise, kemiskinan,
korupsi, ketergantungan pada Bank Dunia dan IMF, dan tentu bangsa ini
akan menjadi bangsa yang berwibawa dan mandiri. Melihat fenomena
sekarang ini, mestinya perlu dipertanyakan betulkah rasa dan nilai
nasionalisme sudah benar-benar diamalkan dalam bentuk perbuatan dan
tidak hanya dikatakan dalam lisan.
Tampaknya, bangsa ini masih harus banyak lagi belajar dari sejarah.
Bangsa ini harus belajar dari sejarah bagaimana pada masa lalu
nasionalisme dapat dibangun yang akhirnya dapat menjadi alat melepaskan
diri dari belenggu penjajahan, sehingga dapat menjadi suatu negara yang
mempunyai wibawa dan merdeka, dengan terwujudnya dasar negara, yaitu
Pancasila. Mengapa sekarang bangsa ini berada dalam ancaman
perpecahan, menjadi budak Bank Dunia dan IMF, dan kesenjangan yang
terus terjadi sehingga kemiskinan tampak sulit dicari obatnya. Betulkah
semua itu karena kebanyakan masyarakat tidak mau belajar dari sejarah,
belum melaksanakan nasionalisme yang sejati, dan belum mengamalkan
Pancasila dengan benar. Untuk itu, tulisan ini mencoba menawarkan terapi
terhadap bangsa ini yang tampak sedang sakit dan menghadapi banyak
masalah, yaitu bagaimana agar semua komponen bangsa ini sadar untuk
berjiwa nasionalisme yang benar sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa
sehingga tidak menginkari nilai-nilai Pancasila. Bangsa ini harus sadar, betul
bahwa kolonialisme telah hilang dari bumi indonesia, tetapi jangan lupa
bahwa kolonialisme telah muncul kembali dalam bentuk yang baru, atau
sering disebut neokolonialisme. Untuk itu, tampaknya nasionalisme perlu
dibangun kembali, namun tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Pancasila,
sehingga tidak menjadikan Pancasila tanpa makna.
Bangsa Indonesia terlanjur memilih demokrasi sebagai sebuah sistem
berpolitik dan bernegara, tepat setelah bangsa ini memproklamirkan
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Pada sila keempat Pancasila yang
berbunyi “Kerakyaktan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan” menjadi dasar pengakuan terhadap
kedaulatan rakyat yang diejawantahkan dalam prinsip-prinsip dasar dan
mekanisme demokrasi. Meskipun demokrasi telah menjadi pilihan oleh para
pendiri bangsa, dalam dinamikanya demokrasi pernah mengalami masa
kelam karena nilai dan prinsip yang terkandung di dalamnya dimarginalkan
dalam proses kehidupan.
Secara faktual sistem demokrasi telah menggantikan sistem
totaliter/otoriter oleh sejumlah negara di Eropa Timur, Afrika, Amerika Latin
dan Asia. Perubahan arah politik menuju demokrasi tersebut biasanya diawali
dengan krisis ekonomi yang berlanjut pada runtuhnya rezim otoritarian dan
kemudian muncul gerakan reformasi yang menuntut terbentuknya pemerintah
yang demokratis. Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai
sebuah metode politik atau sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin
politik. Dalam konteks ini warga negara diberi kebebasan dan kesempatan
untuk memilih salah satu di antara pemimpin-pemimpin politik yang
berkontestasi dalam meraih suara. Model penentuan pemimpin politik melalui
ajang pemilihan inilah yang dimaksud dengan demokrasi. Sehingga
demokrasi sering kali identik dengan konsep pemerintahan oleh rakyat,
karena memang rakyat terlibat dalam proses pemilihan pemimpin politik
tersebut. Keterlibatan rakyat dalam proses tersebut sangat signifikan karena
dapat menentukan nasib dan kondisi masa depan kehidupan sosial dan
ekonomi rakyat.
Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya menjadi landasan
ideologis, tapi juga merupakan pedoman bagi bangsa ini dalam menjalankan
setiap dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di bidang
politik. Menjalankan kehidupan politik akan selalu identik dengan persoalan
kekuasaan. Kekuasaan politik yang legitimate adalah kekuasaan yang
diperoleh melalui proses yang demokratis, dimana rakyat terlibat secara
langsung dalam proses pemilihan pemimpin di setiap tingkatan. Pemimpin
yang terpilih mempunyai kekuasaan politik untuk menjalankan pemerintahan
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam menjalankan proses politik,
penguasa akan sampai pada sebuah aktivitas membuat kebijakan, termasuk
kebijakan politik. Kebijakan tersebut pasti memiliki konsekuensi tertentu yang
tidak hanya untuk pemerintah tapi juga berdampak pada ekonomi dan
masyarakat. Dalam konteks Indonesia, untuk bisa menghasilkan kebijakan
politik yang baik maka kebijakan yang dibuat harus memuat prinsip/nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Secara esensial, kebijakan politik yang
diformulasi oleh harus berbentuk kebijakan yang berpihak pada kepentingan
masyarakat Indonesia secara menyeluruh, dan bukan hanya menguntungkan
bagi segelintir orang. Dalam dimensi yang lain, Pancasila juga harus menjadi
landasan setiap kelompok masyarakat dalam melakukan aktivitas politik,
sehingga semua proses dan output politik yang terjadi di Indonesia selalu
memiliki dimensi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan
keadilan sosial.

BAB II ANALISIS MASALAH


BAB III PERAN KEPEMIMPINAN UNTUK MENGATASI MASALAH

Anda mungkin juga menyukai