Anda di halaman 1dari 5

PKP 2023

Agenda 1
Essay

Nama : Erwin Hardika Putra, S.Hut


Jabatan : Kepala Seksi Penguatan
Kelembagaan DAS
Instansi : Balai Pengelolaan DAS
Tondano
Kepemimpinan Pancasila dalam Pelayanan Publik

PENDAHULUAN
Sudah 78 tahun sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya, birokrasi
pemerintahan telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Teladan dari pahlawan
bertindak melampaui tugas yang biasa mereka lakukan untuk bela negara demi
mempertahankan NKRI. Mengutip laman MenPANRB (2013), kondisi aparatur negara pada
masa kemerdekaan sudah ada, tapi belum tertata dengan baik, bahkan larut dalam politik
yang bergerak dinamis sampai dengan akhir Orde Lama. Selanjutnya pada masa Orde Baru,
dilakukan penertiban administrasi negara dan aparatur pemerintah. Seperti diberitakan
Kompas.com(2018), pemerintah membentuk sebuah wadah untuk menghimpun pegawai RI
nama Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) pada 29 November 1971 yang bertujuan
untuk menghimpun berbagai pegawai dari beberapa instansi dalam satu wadah yang
bertujuan ikut memantapkan stabilitas politik dan sosial serta untuk meningkatkan daya
guna dalam bidang pembangunan dan pelajaran masyarakat. Sayangnya hal ini menjadi
sorotan, karena pada masa itu Korpri digunakan sebagai alat politik. Hingga pada akhir
masa Orde Baru, seiring dengan perkembangan keadaan sosial kenegaraan, pendayagunaan
aparatur negara dimaksudkan untuk lebih meningkatkan fungsi pengawasan pembangunan
dan program-program di bidang aparatur negara secara sistemik dan koordinatif. Pada awal
masa reformasi, di tengah – tengah dinamika politik yang begitu tinggi, kemandirian PNS
tetap tak tergoyahkan sehingga roda pemerintahan tetap berjalan melaksanakan amanat
konstitusi untuk melayani kepentingan negara dan masyarakat. Dengan demikian, etika dan
integritas aparatur sipil negara dituntut wajib ditaati dan dimiliki secara baik pada berbagai
masa pemerintahan agar pelayanan negara dapat dirasakan oleh masyarakat sejalan
dengan tujuan negara sebagaimana tertuang dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Etika merupakan norma dan nilai moral yang menjadi pegangan individu maupun
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Demikian halnya dalam birokrasi pemerintahan,
etika menjadi suatu yang tak ditawar lagi bagi individu ASN maupun instansi. Dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, setiap pelaksanaan pekerjaan dilandasi peraturan
– peraturan yang dibentuk berdasarkan nilai – nilai etik. Sehingga, setiap penyimpangan
dari suatu peraturan maka dapat dikatakan pelanggaran etika yang selanjutnya dapat
diberikan sanksi atau hukuman sesuai peraturan perundangan. Selain itu, integritas menjadi
hal yang tidak terpisahkan dari etika dan selalu dikaitkan dengan pekerjaan. Integritas
melekat pada individu bukan dengan kelompok atau organisasi. Seseorang yang memiliki
integritas dapat terlihat ketika dihadapkan dengan gangguan dari pihak diluar dirinya untuk
melanggar etika atau peraturan. Jika integritas invididu ASN bagus maka kepercayaan yang
diamanahkan padanya akan dilaksanakan dengan baik, semakin dipercaya oleh atasan,
rekan kerja dan kolega.

Identifikasi dan Deskripsi Masalah


Sampai dengan saat ini disinyalir masih ada segelintir ASN yang tidak mengindahkan
etika dan integritas. Hal yang sederhana salah satunya adalah mengenai kehadiran dalam
bertugas di kantor atau tempat tugas di lapangan. Diduga terdapat ASN yang
memanfaatkan kelemahan sistem kehadiran. Bagaimanapun ketatnya, sebuah sistem pasti
mengandung kelemahan. Jika ASN tidak memiliki integritas yang baik, maka celah ini akan
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya. Hal yang lebih
kompleks, dalam kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi, suatu pekerjaan tidak akan
terlaksana dengan baik atau bahkan gagal jika ASN menyalahgunakan wewenang yang
diamanatkan kepadanya. Sebagai contoh, pekerjaan pembuatan bibit tanaman yang
melibatkan kelompok masyarakat tidak terlaksana dengan baik jika terdapat individu atau
beberapa ASN yang diberi tanggung jawab atau terlibat melakukan intervensi yang
menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran dan fisik output tidak tercapai.
Hal – hal seperti inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan upaya peningkatan
kualitas SDM ASN yang beretika dan berintegritas secara kontinyu seiring dengan generasi
ASN yang terus berganti agar birokrasi tetap berjalan dengan baik. Teladan yang baik dari
seorang pemimpin perlu dihadirkan dalam sebuah instansi pemerintahan. Sifat pemimpin
bukanlah sifat pemimpi yang tidak bertindak setelah mengetahui adanya kelemahan dalam
pelayanan publik yang diembannya. Sifat pemimpin yang diperlukan adalah kepemimpinan
Pancasila yang bersifat religius takut akan Tuhan, adil bagi seluruh masyarakat,
mementingkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, yang memiliki
jiwa kerakyatan tinggi dan adil secara inklusif kepada siapapun dari hati, ucapan maupun
tindakan.
Setiap instansi pemerintahan merupakan instansi pelayanan publik, sebagaimana
halnya BPDAS. Kelemahan dalam pelayanan publik perlu ditiadakan atau dieliminir seperti
kurang responsif, kurang informatif, kurang accessible, kurang koordinasi, birokratis, kurang
mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat dan inefisiensi.
Sulawesi Utara, yang merupakan wilayah kerja BPDAS Tondano, secara administratif
terdiri atas 15 kabupaten/kota dengan luasan total sekitar 1,5 juta hektar. Ditinjau dari
aspek biogeofisik dan hidrologis, terdiri atas 1.083 Daerah Aliran Sungai. Pada tahun 2019,
telah dilakukan kajian klasifikasi DAS dimana sebanyak 408 (37,67%) DAS yang kondisinya
harus dipulihkan daya dukungnya dan sisanya sebanyak 675 (62,33%) DAS tergolong DAS
dipertahankan daya dukungnya. Pada tahun 2022, telah disusun Rencana Umum
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RURHL) Wilayah Kerja BPDAS Tondano, yang menjadi acuan
dalam pelaksanaan RHL selama 10 tahun kedepan, menghasilkan analisis bahwa terdapat
seluas 100.041,84 Ha hutan dan lahan perlu dipulihkan. Wilayah pelayanan yang begitu luas
dan upaya untuk memulihkan hutan dan lahan yang jauh dari kata mudah, mengharuskan
BPDAS sebagai UPT Ditjen PDASRH untuk berpikir dan bertindak kreatif sebagaimana core
values ASN yang telah dicanangkan.

Analisis Masalah

Reformasi birokrasi merupakan upaya memastikan tercapainya tata kelola


pemerintahan yang baik melalui penataan, percepatan, dan inovasi di berbagai area.
Birokrasi merupakan hal yang secara fundamental termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 maupun yang secara instrumental dinyatakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005–2025 dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020–2024, serta salah satu
arahan Presiden (PerMenPANRB, 2021).
Menurut Max Weber, birokrasi merupakan penyelenggara rasional yang
melaksanakan kebijakan publik dan melayani kepentingan publik sehingga harus memiliki
unsur netralitas yang kuat dalam pengertian pemisahan antara politik dan birokrasi.

Peran Kepemimpinan

Pada masa kini, bela negara dapat dilakukan oleh siapapun dengan profesi apapun.
Era reformasi telah bergulir lebih dari 20 tahun yang lalu, sedikit demi sedikit mental ASN
mengalami perubahan.

Kolaboratif adalah salah satu core values ASN BerAKHLAK yang wajib diterapkan
dalam pelayanan di instansi pemerintahan.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Tahun 2020
– 2024.

Media Elektronik
Kompas.com.2018.Sejarah PNS, dari Pekerjaan Bumiputra di Era Kolonial hingga Politisasi
Korpri.https://nasional.kompas.com/read/2018/09/20/14423261/sejarah-pns-dari-
pekerjaan-bumiputra-di-era-kolonial-hingga-politisasi?
page=all&_ga=2.113215300.1142584837.1689313026-750444217.1689313025
MenPANRB.2013.Jejak Langkah & Kiprah Pengabdian Kementerian PANRB.
https://www.menpan.go.id/site/tentang-kami/tentang-kami/kiprah-pengabdian-
kementerian-panrb

Anda mungkin juga menyukai