PENDAHULUAN
Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila yang
masing-masing memiliki makna dengan pokok pikiran yang berbeda-beda. Pancasila
merupakan inti dari karakter bangsa Indonesia, dimana nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Adapun inti dari sila-sila Pancasila menjadi norma dan tolak ukur bagi
kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, dan perseorangan. Sehingga landasan
kepemimpinan dibangun, dikembangkan, dan dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Soekarno (1989:64) mengemukakan arus sejarah memperlihatkan dengan
nyata bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita, jika mereka
tidak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan using, maka
bangsa itu adalah dalam bahaya.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Istilah etika dipandang dari segi etimologi yang berasal dari kata Latin ethicus.
Dalam bahasa Yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan. Etika adalah cabang
filsafat yang membahas tingkah laku manusia berdasarkan kaidah baik atau buruk,
benar atau salah. Etika adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa
digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan
tingkah laku.
Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan
dalam bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya suatu
kondisi yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan tingkatannya,
perilaku dan atau perbuatan manusia itu selanjutnya dinilai dari 3(tiga) tingkat
(Soegiono, 2012), yaitu:
a. Semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat.
b. Perbuatan nyata atau pekerti
c. Akibat atau hasil dari perbuatannya itu apakah baik atau buruk.
Etika merupakan nilai yang sejatinya telah melekat pada diri individu dan
sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi. Hal itu karena etika akan menjadi jembatan
agar terciptanya suatu kondisi yang diinginkan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Maka dari itu, tanamkan dalam diri etika yang baik agar hubungan antarsesama
berlangsung baik pula.
Dalam suatu kepemimpinan diperlukan etika yang tertanam dengan baik disetiap
pemimpin, yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi pola kepemimpinan
seseorang dalam memimpin suatu pekerjaan/organiasi. Adapun 5 prinsip etika dalam
kepemimpinan yang perlu diketahui, di antaranya :
1. Integritas
2. Loyalitas
3. Kejujuran
Setiap orang harus memiliki sikap yang jujur. Sikap yang jujur harus dijaga dan
diterapkan dalam setiap rutinitas maupun pekerjaan yang diberikan terutama seorang
pemimpin. Dengan itu, sikap yang jujur merupakan kunci utama keberhasilan dan
kesuksan dalam suatu kepemimpinan agar hubungan pekerjaan dapat terjaga dengan
baik, dan pekerjaan dalpat diselesaikan dengan baik.
Menghormati dan peduli, merupakan dua bentuk perilaku yang berbeda dalam
organisasi. Tapi dua perilaku tersebut dapat berjalan bersama, itu sebabnya mereka
ditempatkan di bawah satu prinsip. Dalam seuatu kepemimpinan, contohnya ketika
seorang atasan beretika, dia berbelas kasih, baik hati, dan perhatian. Pemimpin perlu
menunjukkan rasa hormat terhadap martabat, privasi, otonomi dan hak para
pegawainya.
5. Keadilan Kepemimpinan
Integritas adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang
artinya utuh dan lengkap. Oleh karena itu, integritas memerlukan perasaan batin yang
menunjukkan keutuhan dan konsistensi karakter. Dalam pengertian singkat, integritas
artinya konsep konsistensi tindakan, nilai, metode, ukuran, prinsip, harapan dan hasil.
Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran atau ketepatan
tindakan pada diri seseorang.
Pentingnya integritas bukan hanya untuk kehidupan sehari-hari saja, namun juga
sangat diperlukan di dalam dunia kerja. Bertindak dengan integritas berarti
memastikan bahwa setiap keputusan dibuat berdasarkan prinsip etika dan moral yang
menyeluruh. Kepercayaan, kehormatan, dan kejujuran adalah elemen kunci dari
konsep integritas.
1. Displin waktu
Pemimpin dapat menjadi contoh maupun panutan bagi pegawai-pegawainya,
maka dari itu sebaiknya dapat mencontohkan selalu tepat waktu dalam setiap
kegiatan maupun pekerjaan.
2. Berkomitmen
Komitmen dalam kepemimpinan contohnya dapat dengan jelas mengutarakan
apa aja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan sehingga, apa yang
memang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dapat dielesaikan dengan
baik.
3. Bertanggungjawab
Seorang pemimpin harus dapat memenuhi tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Etika dan integritas yang baik akan menciptakan pemerintahan yang baik
(good public governance). Pemerintahan yang baik ini akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah terhadap warganya.
3. BELA NEGARA
Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Artinya secara
konstitusional bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan
kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait dengan terjaminnya eksistensi
NKRI dan terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Oleh karena itu, dalam kepemimpinan harus memiliki sikap Bela Negara yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
3. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah sebuah kekuatan atau kemampuan yang ada di dalam diri
seseorang. Sikap kepemimpinan tersebut digunakan ketika seseorang memimpin suatu
perkejaan atau organisasi.
Aspek penting kepemimpinan, yaitu :
1. Seorang pemimpin harus melibatkan orang lain
KESIMPULAN
Pancasila menjadi pedoman dasar dalam setiap langkah yang dilakukan ASN,
terutama seorang pemimpin dalam menjalankan tugas-tugasnya. Contoh Nilai pada
sila kelima, yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dapat
menjadi pedoman untuk melayani setiap warga tanpa pandang suku, ras, atau agama.
Melayani mereka sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi ASN menjadi perwujudan
integritas dalam melaksanakan tugas yang berlandaskan Pancasila.