Anda di halaman 1dari 8

ESSAY ETIKA DAN INTEGRITAS KEPEMIMPINAN PANCASILA

NDH : 21

NAMA : HAKIM SANJAYA, A.MD.P., S.H., M.H.

NIP : 199102062009121001

Proses Kepemimpinan Dalam Membangun Integritas

Pemimpin merupakan penggerak utama organisasi. Otoritas organisasi berada di


tangan pemimpin. Pemimpin juga menjadi kunci keberhasilan dari suatu organisasi. Begitu
juga kegagalan organisasi juga tergantung bagaimana pemimpin melakukan proses
kepemimpinanya. Pemberian layanan dapat dilakukan secara optimal jika sistem
kepemimpinan dikelola secara baik atas kendali pemimpin. Harapannya dapat mendukung
upaya memperkokoh makna dan implementasi integritas dalam perilaku kerja serta
menjadikan unit organisasi sebagai institusi yang memiliki kesungguhan untuk
mempraktikkan integritas. Integritas sering disederhanakan maknanya sebagai kejujuran,
kebajikan, berperilaku baik dan benar, atau bermoral. Maknanya seringkali berkembang dan
dikaitkan dengan pencegahan korupsi. Integritas merupakan hal yang sangat penting bagi
seorang Aparatur Sipil Negara karena integritas menjadi dasar dari semua nilai pribadi
seseorang.

A. Pengertian Nilai Integritas


1. Pengertian Nilai
Pengertian nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga,
penghargaan, atau tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada
sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan,
perbuatan, atau perilaku. Nilai adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret. Nilai
hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita,
harapan, keyakinan, dan hal-hal yang bersifat batiniah. Menilai berati menimbang,
yaitu kegiatan manusia yang menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
untuk mengambil suatu keputusan.
2. Pengertian Integritas

1
Integritas dapat diartikan sebagai dorongan hati nurani untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dengan tekat yang mulia. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, integritas artinya mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan, kejujuran. Sedangkan menurut Wikipedia, integritas adalah konsistensi
dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan. Definisi lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk
konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas
diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari
integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau munafik). Seorang dikatakan "mempunyai
integritas" apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang
dipegangnya (Wikipedia).
B. Integritas Seorang Pemimpin
Ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan perbuatan bukan
seorang yang kata-katanya tidak dapat dipegang. Seorang yang mempunyai integritas
bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan
motif dan kepentingan pribadinya. Berdasarkan kamus kompetensi perilaku Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), yang dimaksud dengan integritas adalah bertindak secara
konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang
dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat atau nilai moral pribadi). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), pengertian integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan yang
menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
memancarkan dan kejujuran. Orang yang berintegritas adalah:

1. Memiliki integritas pribadi;

2. Berkepribadian utuh (setiap tindakan dan perilaku merujuk pada nilai dan etika);

3. Satunya perkataan dan perbuatan;

4. Patuh pada kode etik yang telah disepakati dan tidak melanggar sumpah jabatan;

5. Tidak tergoda melakukan penyelewengan dengan wewenang yang dimiliki;

Konsumerisme dan hedonism

a. Tata nilai dan ukuran moral masyarakat yang salah

2
b. Manusia terpukau dan terpedaya oleh uang dan kekuasaan

6. Menjadi panutan.

Nama-nama tokoh bangsa yang telah menanamkan nilai-nilai integritas dan


dapat dijadikan panutan seperti: H. Agus Salim, Baharuddin Lopa, Hoegeng Iman
Santosa, Mohammad Natsir, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Nilai-nilai
tersebut adalah :

a. Integritas: Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar
serta
Memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
Perilaku Utama;

1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya

2) Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela

b. Profesionalisme: Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan
penuh
Tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Perilaku Utama;

1) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas.

2) Bekerja dengan hati

c. Sinergi: Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang


produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan,
untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Perilaku Utama;

1) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati

2) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik

d. Pelayanan: Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku


kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan
aman.
Prilaku Utama;

1) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan

2) Bersikap proaktif dan cepat tanggap

3
e. Kesempurnaan: Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk
menjadi dan memberikan yang terbaik.
Perilaku Utama :

1) Melakukan perbaikan terus menerus

2) Mengembangkan inovasi dan kreativitas

C. Proses Kepemimpinan Dalam Membangun Integritas


Integritas adalah salah satu kompetensi manajerial dan sosial kultural. Integritas
harus dibangun. Bagaimana cara membangun integritas? akan dijelaskan cara
membangun integritas diri. Langkah pertama, yang paling penting, yaitu menetapkan
nilai diri kita sendiri. Nilai itu adalah jujur, sabar, dapat dipercaya dan menghargai orang
lain. Hal ini bisa dilakukan dengan mencari panutan atau kita sendiri yang menjadi
panutan sehingga orang lain dengan ikhlas mengikuti tujuan yang akan dicapai dalam
berorganisasi khususnya dalam aksi perubahan ini.
Integritas adalah suatu bentuk kejujuran yang diimplementasikan secara nyata
dalam tindakan sehari- hari. Nilai-nilai integritas sangat penting untuk diterapkan dalam
sebuah organisasi atau perusahaan, agar semua orang di dalamnya bisa saling percaya
dan pada akhirnya bisa lebih cepat untuk mencapai tujuan bersama. Jika nilai-nilai
integritas tidak dijalankan, maka kerjasama tim yang dilakukan akan menjadi lebih sulit
akibat tidak terbangunnya kepercayaan yang komprehensif diantara mereka.
Seorang pemimpin mutlak menjalankan nilai-nilai integritas, karena dialah yang
akan dipandang orang lain terlebih dahulu, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi
bawahannya. Integritas ini juga penting bagi image si pemimpin itu sendiri. Karena di
saat pemimpin menerapkan nilai-nilai integritas, ia akan diterima sekaligus dipercaya
oleh bawahannya sebagai sosok panutan. Ia akan bisa mempengaruhi orang lain karena
ketegasan dan keselarasannya atas pikiran dan perkataan. Hal yang berbeda terjadi jika di
dalam sebuah organisasi atau perusahaan, para pemimpinnya tidak dipercaya bahkan
tidak mendapat respek dari bawahannya. Mereka akan berjalan sendiri-sendiri tanpa
mengikuti arahan dari pimpinannya. Organisasi atau perusahaan tersebut akan menjadi
kacau dan tidak bisa mencapai tujuan dengan baik. Itulah yang akan terjadi jika
pemimpin tidak menanamkan nilai-nilai integritas.
Pemimpin harus mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan
kerja yang profesional bagi para bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk

4
timnya, dan secara aktif mengelola kinerja timnya. Pemimpin selalu memastikan
bawahannya menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan organisasi, dan mematuhi
manajemen risiko yang ada di tempat kerja. Pemimpin menjamin pelaporan internal
memfasilitasi deteksi dini dan berkontribusi terhadap perbaikan terus- menerus dari
organisasi. Untuk itu 5 (lima) hal berikut sangat penting bagi pemimpin untuk
membangun integritas di tempat kerja:
1. Etika kepemimpinan
2. Manajemen dan pengawasan aktif
3. Orang-orang yang tepat
4. Proses yang efektif
5. Pelaporan yang professional

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melalui berbagai kesempatan menyatakan


"perang" melawan korupsi. Untuk itu, pelaksanaan zona integritas menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dapat
mencegah terjadinya korupsi di dalam birokrasi melalui berbagai desain dan kebijakan
publik yang berorientasi pada pencegahannya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam pelaksanaan zona integritas secara efektif adalah seperti yang disampaikan oleh
Holidi (2013), sebagai berikut:

1. Sepakati nilai-nilai bersama melalui tahapan yang harus dilakukan, yaitu:


a. Brainstorming;
Mengadakan kegiatan brainstorming tentang upaya pemberantasan dan
pencegahan terhadap tindak pidana korupsi pada setiap lembaga masing-masing.
Bisa melalui pertemuan antar pimpinan puncak, antar pimpinan lembaga dan
para pejabat eselon, dan lain sebagainya. Untuk perlunya menyamakan dalam
hal-hal persepsi adalah tentang tanggung jawab, komitmen anti korupsi, dan lain
sebagainya. Mengadakan diskusi seperti jika dilakukan secara insidental dapat
memberikan nilai kesadaran kepada aparatur dan menjadi pengetahuan yang
dapat mencegah terjadinya korupsi pada lembaga birokrasi tersebut.
b. Pakta Integritas;

Setiap lembaga atau instansi harus membuat pakta integritas sebagai


bentuk komitmen penyelenggara pemerintah terhadap pencegahan dan

5
pemberantasan korupsi serta meningkatkan kualitas kinerja pelayanan yang
berdasarkan pada kepentingan pelayanan umum.

c. Sosialisasi pakta integritas;

Maka pakta integritas harus disebarluaskan (disosialisasikan) agar


diketahui oleh aparatur yang lain sebagai bentuk konkret dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pemerintahan. Sebagai
penyelenggara negara, tentunya menjadikan korupsi sebagai musuh bersama dan
melakukan pencegahan melalui dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil dan
dari sekarang untuk seterusnya.

d. Publikasi dokumen;

Kesiapan menjalankan zona integritas sebagai pencegahan dan


pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi harus diikuti oleh semua pegawai
baik pegawai negeri sipin maupun non PNS dengan komitmen yang kuat. Oleh
karena itu, untuk mendukung percepatan zona integritas, perlu dilakukan
publikasi melalui media massa, baik cetak maupun online. Begitu juga instansi-
instansi pemerintah diinformasikan secara resmi sebagai bagian dari
pelaksanaan zona integritas dan menjadi bagian dari menjalankan reformasi
birokrasi untuk mendapat dukukungan dari semua pihak.

2. Mengembangkan manajemen integritas;


Dalam mengembangkan manajemen integritas terdapat beberapa hal, yaitu
menata ulang kelembagaan secara profesional dan proposional, mekanisme proses
dan instrument yang lebih baik, dukungan terhadap pengendalian integritas secara
maksimal dan optimal, dan melakukan integritas yang berkesinambungan yang
terus-menerus.
3. Membangun kerjasama pelaksanaan integritas.
Penerapan kerja sama dalam pelaksanaan zona integritas ini harus dilakukan
sebagai upaya penguatan terhadap lembaga negara dengan kontrol langsung melalui
kerjasama dengan penegak hukum. Pelaksanaan zona integritas membutuhkan
komitmen dan konsitensi dari lembaga atau instansi serta sumber daya manusia di
dalamnya juga membangun jejaring kerja sama dengan penegak hukum, terutama
yang berhubungan dengan penegakan korupsi menjadi penting sebagai kontrol antar

6
lembaga dengan membuat berbagai peraturan dan ketentuan secara formal maupun
non formal dalam optimalisasi pelaksanaan zona integritas.
Integritas merupakan sebuah tolok ukur fundamental untuk kepemimpinan.
Dengan demikian seorang pemimpin harus memimpin dengan integritas, kejujuran
dan berpegang pada nilai-nilai organisasinya. Para anggota tim ingin mengetahui
apakah pemimpin mereka dapat dipercaya. Mereka harus merasa yakin bahwa sang
pemimpin memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus
menaruh kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab
mereka. Cara terbaik untuk membangun kepercayaan para anggota timnya adalah
dengan terus mempertahankan integritas. Ada komponen pengungkit merupakan
komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian sasaran hasil pembangunan
Zona Integritas menuju WBK/WBBM yang terdiri dari enam komponen pengungkit,
yaitu Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen Sumber
Daya Manusia, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan
Penguatan Kualitas Pelayanan Publik.
D. Karakteristik Interigritas Seorang Pemimpin
Memimpin dengan integritas. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh
kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas. Orang-orang sungguh ingin melihat
para pemimpin mereka menjadi sumber dari nilai-nilai yang dapat dipercaya dan juga
integritas. Mereka melihat kepada para pemimpin untuk jaminan dan keyakinan, untuk
kejelasan, visi dan tujuan khususnya pada masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian.
Seperti dikatakan oleh W. Clement Stone, "Have the courage to say no. Have the courage
to face the truth. Do the right thing because it is right. These are the magic keys to living
your life with integrity." (Milikilah keberanian untuk mengatakan "tidak". Milikilah
keberanian untuk menghadapi kebenaran. Lakukanlah hal yang benar karena hal itu
memang benar). Untuk pencapaian tujuan reformasi birokrasi secara optimal, tentunya
peran pemimpin dalam berbagai instansi menjadi penting dan strategis. Kepemimpinan
dalam birokrasi menajdi tolak ukur keberhasilan dari reformasi birokrasi. Perubahan
terhadap budaya yang ada dalam birokrasi menjadi tantangan tersendiri bagi pengambil
kebijakan. Dibutuhkan kepemimpinan yang visioner dan penuh tanggung jawab terhadap
pelaksanaan reformasi birokrasi.
Menurut Gen Ronald R. Fogleman menemukan bahwa pemimpin yang
berintegritas menunjukkan sikap tulus dan konsisten, memiliki keteguhan hati dan
karakter, dan merupakan seorang yang mampu bertahan sampai akhir.

7
1. Ketulusan
Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang palsu.
Pemimpin yang berintegritas bersikap tulus dan tindakan mereka sesuai dengan
perkataannya.

2. Konsistensi
Satu perbuatan nyata yang mencerminkan integritas akan meninggalkan kesan,
namun perilaku seorang pemimpin haruslah konsisten jika ia ingin berhasil
membentuk suatu organisasi. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang
mereka ajarkan, dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhan
untuk terwujudnya disiplin, moral, dan pencapaian misi.
3. Keteguhan hati
Untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus memiliki lebih dari sekadar citra
diri (image) yang berintegritas, kita harus memiliki keteguhan hati.
4. Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir
Pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas
sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan
mendapat pujian. Contoh, pidato Bung Tomo pada 10 November 1945 menjadi
penyemangat arek-arek Suroboyo untuk bangkit melawan, dan tidak gentar oleh
serangan 30.000 pasukan Inggris yang dilengkapi dengan senjata canggih. Dengan
keyakinan yang tinggi, serta semboyan merdeka atau mati, arek-arek Suroboyo
pantang menyerah dan dengan gagah berani melawan pasukan Inggris di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai