Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ESSAI

BELA NEGARA KEPEMIMPINAN PANCASILA

NAMA : RINA ROSDIANA, SE,MM


NIP : 197501252005012016
ANGKATAN : IX TAHUN 2023 KABUPATEN PURWAKARTA
KELAS A

PERANAN MEDIA SOSIAL DALAM PENCEGAHAN KONFLIK DAN


KAITANNYA DENGAN BELA NEGARA

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan konflik sosial, dicantumkan
peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan
pencegahan konflik yang dilakukan melalui: memelihara kondisi damai dalam
masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian secara damai, meredam potensi
konflik, dan membangun sistem peringatan dini.Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam melakukan pencegahan konflik dengan mengoptimalkan penyelesaian
perselisihan secara damai melalui musyawarah untuk mufakat, dan dapat melibatkan
peran serta masyarakat.
Penggunaan dan pengerahan kekuatan TNI untuk penghentian konflik
dilaksanakan setelah adanya penetapan status keadaan konflik oleh Pemerintah Daerah
atau Pemerintah yang diwujudkan dengan kegiatan menghentikan kekerasan fisik,
melaksanakan pembatasan dan penutupan Kawasan konflik untuk sementara waktu,
melaksanakan upaya pembatasan orang diluar rumah untuk sementara waktu,
melaksanakan upaya pelarangan orang untuk memasuki atau keluar Kawasan
sementara waktu, penyelamatan,evakuasi, dan identifikasi korban konflik,perlindungan
terhadap kelompok rentan, dan penyelamatan jiwa raga dan harta benda korban
konflik. Pelaksanaan bantuan penggunaan dan pengerahan TNI dikoordinasikan oleh
Polri.
Bila dilihat lebih jauh konflik sosial yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia
memiliki latar belakangyang berbeda-beda seperti konflik Pilkada, konflik agrarian,
konflik agama, konflik antarsuku, konflik komunal dan sebagainya. Bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya konflik yang terjadi mengalami penurunan yang
signifikan secara kuantitas di seluruh Indonesia. Di lain pihak bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelum 2012 maka penggunaan media sosial dewasa ini semakin
meningkat dan mudah digunakan oleh berbagai kalangan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah
membawa masyarakat semakin mudah untuk mengirimkan atau menerima berita secara
real time. Tidak dapat dipungkiri ditemukan pula berbagai oknum elemen masyarakat
yang memanfaatkan media sosial untuk mengutarakan ujaran kebencian (hate speech).
Selain itu informasi yang tidak memiliki kebenaran (hoax) juga tersebar luas dengan
menggunakan media sosial. Hoax dan hate speech ini justru memicu terjadinya benih-
benih konflik sosial di lapangan secara fisik dengan tindakan yang anarkhis.
Pelibatan TNI atau unsur-unsur lainnya dalam membantu Polri dalam melakukan
penindakan terhadap suatu konflik sosial justru membutuhkan biaya secara materiil dan
psikologis dengan waktu yang yang relative lama untuk melakukan rehabilitasi pasca
terjadinya konflik sosial.dengan demikian justru yang diperlukan adalah upaya
pencegahan konflik sosial yang dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan
media sosial itu sendiri sebaga media komunikasi menyejukkan dan menyadarkan
seluruh elemen masyarakat sehingga terhindar dari kecenderungan konflik.
Illahi (2019) menjelaskan bahwa : ‘ ada tiga dimensi utama konflik kepentingan
yang dipertimbangkan, pertama dimensi peran dan hubungan;kedua, dimensi aktivitas
yang meningkatkan potensi konflik kepentingan; ketiga, dimensi finansial dan non
finansial”. Dimensi-dimensi tersebut lah yang mesti diperhatikan oleh orang-orang
untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat konflik kepentingan.
Oleh karena itu pengendalian atas konflik kepentingan sangat diperlukan
terutama dalam upaya untuk meminimalkan kerugian yang akan diterima oleh orang
lain akibat kelalaian dalam kewajiban yang dilakukan. Ermansyah Djaja (dalam Illahi,
2019) berpendapat: “Pengendalian konflik kepentingan merupakan wujud dalam
rangka meningkatkan etos kerja guna menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal
serta bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian pengendalian konflik menjadi
penting guna meminimalkan kerugian akibat ketiadaan kewajiban.
Media Sosial dan Bela Negara
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 dalam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Dengan melaksanakan kewajiban Bela
Negara tersebut, merupakan bukti dan proses bagi seluruh warga negara untuk
menunjukkan kesetiaan mereka dalam berbakti kepada nusa dan bangsa , serta
kesadaran untuk mengorbankan diri guna membela negara.
Pemahaman Bela Negara itu sendiri demikian luas, mulai dari pemahaman yang
halus hingga keras. Diantaranya dengan terbinanya hubungan antara sesama warga
negara hingga proses kerja sama untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara
nyata. Hal ini merupakan sebuah bukti adanya rasa nasionalisme yang diejawantahkan
ke dalam sebuah sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya sebagai warga
negara.
Dalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting,
diantaranya adalah:
- Cinta tanah air
- Kesadaran berbangsa dan bernegara
- Yakin akan Pancasila sebagai Ideolgi negara
- Rela berkorban untuk bangsa dan negara
- Memiliki kemampuan awal Bela Negara
Bela Negara penting untuk kehidupan bernegara karena merupakan sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Bentuk-Bentuk
Impementasi Bela Negara adalah:
a. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan;
b. Wajib militer;
c. Pengabdian sebagai anggota TNI;
d. Pengabdian profesi;
e. Pengabdian masyarakat

Dalam bela negara tidak terlepas hubungannya dengan wawasan kebangsaan


dan wawasan nusantara yang mana Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa
Indonesia untuk mengenal dan memahami diri dan lingkungan sekitarnya guna
membentuk kesatuan dan persatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, sesuai dengan falsafah dan ideologi bangsa dan negara. sedangkan
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka,
berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan perjuangan nasional
Bela negara juga tidak terlepas dari kesadaran nasional yaitu
kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara bersama-sama mencapai,
mempertahankan negaranya dari ancaman baik dari dalam ataupun dari luar, dan mengisi
kekuatan bangsa itu dan kewaspadaan Nasional adalah suatu kualitas kesiapsiagaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan
melakukan aksi pencegahan terhadap berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap
NKRI.
Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai amanat Konstitusi tertuang
dalam Alinea 4 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang disebutkan bahwa tujuan dari
negara Indonesia adalah Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia ,memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa,
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,  perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

Pasca pergerakan kebangkitan reformasi, kebebasan masyarakat yang tadinya


terpasung menjelma menjadi euphoria yang berlebihan yang belum sejalan atau belum
siapnya masyarakat menghadapi keterbukaan. selain itu social cost yang hilang selama
orde baru tidak dipulihkan di masa reformasi mengakibatkan timbulnya krisis sosial
dan budaya.
Kebebasan berbicara dan individualisme menyerang masyarakat sehingga
menimbulkan kejahatan (crime) yang umumnya diawali dengan kebebasa berekspresi
yang mengesampingkan hak-hak kebebasan orang lain sehingga menimbulkan ujaran
kebencian (hate speech) yang tidak dilakukan secara tatap muka namun membahana di
ruang media sosial, hal ini selanjutnya mengkristal menjadi kebencian kolektif
sehingga munculnya komunalisme yang dapat berujung pada pemberangusan
kelompok berdasarkan suku, etnis,agama,maupun politik,dsb.
Hal ini dapat terlihat dari proses demokrasi dalam Pilkada dengan ramainya
‘peperangan” yang terjadi di ruang media sosial seperti twitter,
Instagram,whatsapp,telegram, facebook dan sebagainya. Pemerintah bahkan menutup
fitur telegram dengan segala fasilitasnya sebagai dampak dari menyebarnya hoax
melalui telegram sehingga memperkeruh kondisi sosial masyarakat yang ditengarai
dapat berubah menjadi konflik terbuka. Dengan kemudahan akses internet terutama
penggunaan Wifi maka semakin memudahkan bagi masyarakat dalam menerima atau
mengirimkan berita terutama tanpa dilakukan pengecekan kebenaran suatu informasi
(hoax). Hal ini menunjukkan bahwa media sosial merupakan suatu keniscayaan
sehingga menghadapinya adalah dengan menyebarkan informasi yang dapat
membimbing masyarakat untuk selalu berfikiran jernih sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia yang terkristalisasi dalam nilai-nilai
Pancasila
Konsepsi Media Sosial dalam Bela Negara mencegah Konflik Sosial. Pada Tahun
2024 ini, di seluruh Indonesia akan menggelar pesta demokrasi yaitu prosesi Pemilihan
Umum Kepala Daerah baik di tingkat Kabupaten, Kota maupun Provinsi yang
puncaknya akan dilaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada
tahun 2024. Penggunaan media sosial semakin marak dilakukan oleh perorangan
maupun kelompok untuk menyebarkan ide-ide dan janji-janji politiknya sekaligus
pencitraan diri sehingga tidak jarang ditemui adanya serangan balik terhadap tokoh
maupun kelompok yang dilakukan oleh lawan politik maupun pihak-pihak anonymous.
Menghadapi hal ini maka diperlukan suatu konsep komunikasi yang dilakukan
Pemerintah dengan memanfaatkan organisasi yang ada guna secara dini mencegah
potensi konflik sosial yang dapat terjadi di tengah masyarakat Indonesia yang
majemuk..Komunikasi sosial merupakan metoda untuk memelihara serta meningkatkan
keeratan hubungan dengan segenap komponen bangsa guna terwujudnya saling
pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya keinginan masyarakat
untuk partisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat.
Yang menjadi bidikan utama adalah identitas dalam meredam potensi konflik
menggunakan media sosial.hal ini tentunya tidak juga memandang sebelah mata
terhadap distribusi identitas yang dibawa oleh masing-masing individu maupun
kelompok,justru perlu diimbangi dengan pemberian informasi yang seimbang oleh
Pemerintah dalam mencegah terjadinya konflik sosial.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia perlu disuntikkan kepada
masyarakat dengan dosis yang besar dan pada waktu yang tepat sehingga terwujud
kesadaran bela negara. Dosis yang besar ini dapat diwujudkan dengan pengiriman
pesan melalui SMS (Short Messaging Service) baik menggunakan
jaringanseluler,maupun pesan-pesan melalui media sosial seperti WA,
telegram,Instagram,facebook,dsb. Penyampaian pesan ini memerlukanpengemasan
yang lebih gaul dan menggunakan gambar visual yang memudahkan masyarakat untuk
mencerna, dan memahami pesan yang disampaikan sehingga pada akhirnya menjadi
pembiasaan sehingga merubah perilaku untuk berkonflik menjadi perilaku yang saling
menghargai dan toleransi yang merupakan wujud dari tingginya kesadaran bela negara
masyarakat.
Pesan singkat baik berupa teks, video, gambar, dsb, perlu dilakukan secara terus
menerus oleh organisasi yang berurusan dengan publik yang dapat menembus anggota
internal organisasi sehingga menular ke tengah masyarakat dengan media sosial yang
lazim dipergunakannya sebagai alat komunikasi sehari-hari. Pesan berupa teks, gambar,
video yang disebarkan oleh organisasi Pemerintah kepada seluruh elemen masyarakat
sehingga terjadi pembiasaan terhadap nilai-nilai Pancasila.
Ashley Montagu (dalam Mulyana,2000) menyatakan kita belajar sebagai manusia
melalui komunikasi. Komunikasi akan menimbulkan kepribadian setelah terjadi
interaksi dengan orang-orang di sekitarnya, terbentuklah perlahan-lahan apa yang kita
sebut kepribadian. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi caranya
menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Lingkungan yang
membentuk inilah yang diperlukan untuk segera diwujudkan oleh elemen pemerintahan
yang memiliki kewenaangan untuk dapat membentuk kepribadian masyarakat yang
Pancasilais agar tindakannya merupakan implementasi dari kesadaran bela negaranya.
Hal ini tidaklah mudah diwujudkan tanpa adanya sinergitas antarlembaga.
Sinergitas tersebut akhirnya memerlukan pelibatan Kemenkomifo sebagai organisasi
negara yang menjalankan pembinaan komunikasi dan informasi. Dinas Komunikasi
dan Informatika sebagai Organisasi Perangkat daerah di Kabupaten Purwakarta
menjadi kepanjangan tangan dari Kemenkominfo dalam hal mengedukasi dalam hal
komunikasi dan informasi ke masyarakat. Edukasi tersebut bisa dalam bentuk
sosialisasi informasi public baik mealui media sosial maupun kegiatan di masyarakat
secara langsung. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapatkan
informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya.Undang-
Undang Negara RI yang mengatur tentang informasi dan komunikasi dapat dijadikan
dasar dalam menunjang pelaksanaan penyebaran informasi kepada publik. Masyarakat
menjadi tidak sembarangan atau seenaknya dalam menyebarkan informasi baik melalui
media sosial maupun secara langsung, karena apabila melanggar Undang-Undang
tersebut akan mengakibatkan yang bersangkutan dikenai sangsi hukum pidana.
Penyebaran informasi yang tidak dilandaskan kebenarannya (hoax) maupun ujaran
kebencian akan menimbulkan konflik di masyarakat yang mengakibatkan keadaan
yang kacau. Orang-orang yang menjadi tokoh dibalik penyebaran hoax itu adalah
orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang hanya melaksanakan tugasnya
berdasarkan kepentingan tertentu.
Masyarakat yang awam terhadap keamanan informasi dan komunikasi menjadi
sasaran empuk bagi orang tertentu yang menginginkan pertempuran di kalangan
masyarakat yang berbeda pendapat ataupun dukungan. Keadaan ini didasarkan pula
atas ketidakpahaman masyarakat akan pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terjadi kekacauan bahkan konflik antar
golongan di masyarakat.
Bila penyebaran teks, gambar, video yang menyebarkan pesan kesejukan dan
menghindari konflik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dilakukan oleh Kemendagri,
Kemenhan, maupun K/L/B lainnya tentunya memerlukan dorongan dan fasilitas yang
diberikan oleh Kemenkominfo sampai ke daerah dengan cara penyampaian yang sesuai
dengan kondisi masyarakat saat ini. Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah pada
penyampaian pesan untuk menghindari terjadinya konflik sosial dapat menyentuh
aspek komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif menurut Stewart L Tubbs dan
Sylvia Moss (2001) komunikasi efektif menimbulkan lima hal yaitu: pengertian,
kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik,dan akhirnya terwujud
dalam Tindakan
Kesadaran bela negara diyakini dapat menjadi solusi untuk pencegahan konflik di
Indonesia, artinya kesadaran bela negara akan menciptakan masyarakat yang
berkemampuan untuk menghadapi, mencegah,dan menyelesaikan konflik secara
mandiri,meskipun kondisi msyarakat sendiri masih dibayang-bayangi oleh stereotip,
prasangka, keretakan masyarakat dan ingin menang sendiri yang pada dasarnya sangat
rentan untuk mendorong konflik terjadi.
Stereotip, prasangka atau pembelahan kelompok dan merasa benar sendiri adalah
potensi konflik yang mengintip di balik keberagaman masyarakat Indonesia. Semua ini
harus dipahami secara kritis agar kita dapat mencegahnya agar tidak membesar dan
menjadi sumber konflik yang bisa menghancurkan. Harus ada terobosan kegiatan-
kegiatan yang mencegah konflik akibat keberagamaan masyarakat, salah satu solusinya
adalah program bela negara.
Dalam interaksi antar individu dan kelompok yang berbeda etnis atau agama ada
kecenderungan dari individu untuk mengambil jalan pintas dalam mempersepsi
sesorang atau kelompok dengan cara memberikan “cap” tertentu kepada individu lain
berkaitan dengan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada individua
atau kelompok.Persepsi yang salah ini atau cap sesuai sifat tersebut sebagai stereotip,
dan stereotip ini merupakan cikal bakal dari munculnya prasangka yang kemudian
berlanjut kepada Tindakan kekerasan. Prasangka yang sudah berkembang di
masyarakat dapat menjadi kondisi yang ideal untuk pembelahan di
masyarakat.Masyarakat menjadi terbelah menjadi in-group dan out-group atau menjadi
kelompok “kami” dan kelompok “mereka”. Kondisi ini tentu saja sangat rentan
terhadap terjadinya konflik di masyarakat.Ada masalah sedikit saja itu akan
dihubungkan dengan pertengkaran yang menyangkut pembenaran antar kelompok.
Setiap informasi yang beredar tanta diketahui kebenarannya dan disaring terlebih
dahulu tersebar dengan bebas, bila informasi tersebut merugikan salah satu pihak itu
menjadikan anggapan negative kepada kelompok lainnya yang bersebrangan dengan
dirinya.
Sebagai warga negara Indonesia yang memahami keberadaan Pancasila sebagai
pedoman hidup bangsa sebaiknya bisa menyikapi hal tersebut dengan dewasa tanpa
mengutamakan keegoisan masing-masing. Dinas Komunikas dan Informatika sebagai
Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan menyebarkan informasi
kepada publik dengan ditunjang fasilitas-fasilitas yang ada bertugas untuk memberikan
edukasi yang benar mengenai penyebaran informasi kepada masyarakat. Salah satunya
adalah melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat melalui media sosial seperti
Instagram,facebook, Whatsapp, you tube dsb, yang familiar dengan masyarakat.
Dengan fasilitas-fasilitas tersebut masyarakat bisa langsung mengakses informasi yang
diinginkan, membuktikan kebenarannya dan tidak begitu saja menerima informasi
negative yang beredar di lapangan.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih dewasa
dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di lapangan. Dengan edukasi yang
benar dan tepat sasaran akan menjadikan kesejukan dan ketentraman di dalam
kehidupan bermasyarakat, karena tidak ada pemikiran negative yang memicu adanya
ujaran kebencian. Kemenkominfo sebagai Lembaga negara yang menaungi informasi
dan komunikasi publik harus selalu memonitor perkembangan informasi dan
penyebarannya di masyarakat, mereka berhak untuk menutup konten atau fasilitas-
fasilitas lainnya yang dianggap merugikan dan dapat menimbulkan chaos dan
kegaduhan di masyarakat. Pihak-pihak yang melakukan kekacauan tersebut harus
bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukannya.
Kebaradaan media sosial saat ini memang sangat membantu dalam kelancaran
penyampaian informasi secara cepat ke masyarakat. Konten-konten yang disertai fitur-
fitur yang menarik, teks, video yang disajikan menambah kemeriahan informasi yang
disajikan. Masyarakat Indonesia yang saat ini sudak mulai melek teknologi, dan juga
segala kegiatan sehari-hari kita sudah mulai dengan digitalisasi,menjadikan
perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang, dan ini bisa membantu
negara juga dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Kecintaan kita terhadap tanah air bisa dibuktikan dengan membuat kreatifitas
dalam menghasilkan inovasi-inovasi yang mendukung perkembangan teknologi saat
ini. Produk-produk teknologi yang dihasilkan oleh anak bangsa sebagai bukti bahwa
sebagai warga negara yang baik selalu ingin menjadikan negara dan bangsa nya
menjadi maju dan diakui oleh dunia luar. Untuk itu keberhasilan yang dicapai tersebut
tidak terlepas dari dukungan Pemerintah dalam menjamin kebebasan warga negara nya
untuk meningkatkan potensi dan kemampuannya tanpa dihalangi oleh kepentingan
pihak tertentu yang saling bermusuhan dan berlawanan, yang pada akhirnya
mengakibatkan kemacetan dalam berkreatifitas.
Pesan-pesan singkat berupa teks, gambar maupun video yang dilakukan oleh
Kemenhan, Kemendagri, Kemensos memerlukan sinergitas antar Lembaga sehingga
dapat memberikan rangsangan kepada masyarakat melalui pembiasaan yang pada
akhirnya respon yang diharapkan adalah terwujudnya sikap toleransi, menghargai dan
santun dalam menyampaikan pandangan untuk dapat mencegah timbulnya konflik
sosial.
Media sosial tidak dapat dibendung lagi atau dengan kata lain sebuah realita
kekinian yang bahkan sudah menyentuh level “Kids Zaman now”, Dosis-dosis nilai-
nilai Pancasila yang tidak didapatkan oleh “Kids Zaman Now” perlu ditambahkan
dengan dosis berupa teks, gambar,video yang dapat memberikan rangsangan kepada
masyarakat untuk menghindari pembiasaan terhadap kecenderungan berkonflik terbuka
dan tidak santun melalui media sosial. Kemenhan RI dapat menjadi pelopor dan contoh
K/L/B lainnya dalam struktur pemerintahan dengan mengirimkan teks, gambar,video
dengan durasi singkat untuk disebarluaskan dalam rangka memberikan rangsangan
bagi masyarakat sehingga diperoleh respon untuk tetap menjaga toleransi,
musyawarah dan mufakat serta kegotongroyongan yang merupakan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tanpa bersifat indoktrinasi sehingga secara sadar
masyarakat akan mengikutinya.
Diatas telah dijelaskan mengenai persuasi untuk mempengaruhi sikap, persuasi
juga ditujukan untuk melahirkan Tindakan yang dikehendaki. Efektifitas komunikasi
diukur dari tindakan nyata yang dilakukan melalui komunikasi. Sebelum timbulnya
suatu Tindakan didahului dengan menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah
sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik Tindakan adalah hasil kumulatif
seluruh proses komunikasi .
Dengan demikian, mulailah dari diri kita sendiri untuk selalu menjaga keamanan
dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara selalu menerima dan
menyaring setiap informasi yang didapatkan dari media sosial yang kita miliki, tidak
menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya dan tidak menyebarkan ujaran
kebencian atas kejadian yang terjadi di masyarakat, sehingga nilai-nilai Pancasila yang
diajarkan akan terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai