NIP : 197501252005012016 ANGKATAN : IX TAHUN 2023 KABUPATEN PURWAKARTA KELAS A
PERANAN MEDIA SOSIAL DALAM PENCEGAHAN KONFLIK DAN
KAITANNYA DENGAN BELA NEGARA
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan konflik sosial, dicantumkan peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pencegahan konflik yang dilakukan melalui: memelihara kondisi damai dalam masyarakat, mengembangkan sistem penyelesaian secara damai, meredam potensi konflik, dan membangun sistem peringatan dini.Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan pencegahan konflik dengan mengoptimalkan penyelesaian perselisihan secara damai melalui musyawarah untuk mufakat, dan dapat melibatkan peran serta masyarakat. Penggunaan dan pengerahan kekuatan TNI untuk penghentian konflik dilaksanakan setelah adanya penetapan status keadaan konflik oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah yang diwujudkan dengan kegiatan menghentikan kekerasan fisik, melaksanakan pembatasan dan penutupan Kawasan konflik untuk sementara waktu, melaksanakan upaya pembatasan orang diluar rumah untuk sementara waktu, melaksanakan upaya pelarangan orang untuk memasuki atau keluar Kawasan sementara waktu, penyelamatan,evakuasi, dan identifikasi korban konflik,perlindungan terhadap kelompok rentan, dan penyelamatan jiwa raga dan harta benda korban konflik. Pelaksanaan bantuan penggunaan dan pengerahan TNI dikoordinasikan oleh Polri. Bila dilihat lebih jauh konflik sosial yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia memiliki latar belakangyang berbeda-beda seperti konflik Pilkada, konflik agrarian, konflik agama, konflik antarsuku, konflik komunal dan sebagainya. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya konflik yang terjadi mengalami penurunan yang signifikan secara kuantitas di seluruh Indonesia. Di lain pihak bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum 2012 maka penggunaan media sosial dewasa ini semakin meningkat dan mudah digunakan oleh berbagai kalangan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah membawa masyarakat semakin mudah untuk mengirimkan atau menerima berita secara real time. Tidak dapat dipungkiri ditemukan pula berbagai oknum elemen masyarakat yang memanfaatkan media sosial untuk mengutarakan ujaran kebencian (hate speech). Selain itu informasi yang tidak memiliki kebenaran (hoax) juga tersebar luas dengan menggunakan media sosial. Hoax dan hate speech ini justru memicu terjadinya benih- benih konflik sosial di lapangan secara fisik dengan tindakan yang anarkhis. Pelibatan TNI atau unsur-unsur lainnya dalam membantu Polri dalam melakukan penindakan terhadap suatu konflik sosial justru membutuhkan biaya secara materiil dan psikologis dengan waktu yang yang relative lama untuk melakukan rehabilitasi pasca terjadinya konflik sosial.dengan demikian justru yang diperlukan adalah upaya pencegahan konflik sosial yang dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan media sosial itu sendiri sebaga media komunikasi menyejukkan dan menyadarkan seluruh elemen masyarakat sehingga terhindar dari kecenderungan konflik. Illahi (2019) menjelaskan bahwa : ‘ ada tiga dimensi utama konflik kepentingan yang dipertimbangkan, pertama dimensi peran dan hubungan;kedua, dimensi aktivitas yang meningkatkan potensi konflik kepentingan; ketiga, dimensi finansial dan non finansial”. Dimensi-dimensi tersebut lah yang mesti diperhatikan oleh orang-orang untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat konflik kepentingan. Oleh karena itu pengendalian atas konflik kepentingan sangat diperlukan terutama dalam upaya untuk meminimalkan kerugian yang akan diterima oleh orang lain akibat kelalaian dalam kewajiban yang dilakukan. Ermansyah Djaja (dalam Illahi, 2019) berpendapat: “Pengendalian konflik kepentingan merupakan wujud dalam rangka meningkatkan etos kerja guna menghasilkan kinerja yang baik dan maksimal serta bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian pengendalian konflik menjadi penting guna meminimalkan kerugian akibat ketiadaan kewajiban. Media Sosial dan Bela Negara Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Dengan melaksanakan kewajiban Bela Negara tersebut, merupakan bukti dan proses bagi seluruh warga negara untuk menunjukkan kesetiaan mereka dalam berbakti kepada nusa dan bangsa , serta kesadaran untuk mengorbankan diri guna membela negara. Pemahaman Bela Negara itu sendiri demikian luas, mulai dari pemahaman yang halus hingga keras. Diantaranya dengan terbinanya hubungan antara sesama warga negara hingga proses kerja sama untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata. Hal ini merupakan sebuah bukti adanya rasa nasionalisme yang diejawantahkan ke dalam sebuah sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya sebagai warga negara. Dalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah: - Cinta tanah air - Kesadaran berbangsa dan bernegara - Yakin akan Pancasila sebagai Ideolgi negara - Rela berkorban untuk bangsa dan negara - Memiliki kemampuan awal Bela Negara Bela Negara penting untuk kehidupan bernegara karena merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Bentuk-Bentuk Impementasi Bela Negara adalah: a. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan; b. Wajib militer; c. Pengabdian sebagai anggota TNI; d. Pengabdian profesi; e. Pengabdian masyarakat
Dalam bela negara tidak terlepas hubungannya dengan wawasan kebangsaan
dan wawasan nusantara yang mana Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk mengenal dan memahami diri dan lingkungan sekitarnya guna membentuk kesatuan dan persatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan falsafah dan ideologi bangsa dan negara. sedangkan Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan nasional Bela negara juga tidak terlepas dari kesadaran nasional yaitu kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara bersama-sama mencapai, mempertahankan negaranya dari ancaman baik dari dalam ataupun dari luar, dan mengisi kekuatan bangsa itu dan kewaspadaan Nasional adalah suatu kualitas kesiapsiagaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan terhadap berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai amanat Konstitusi tertuang dalam Alinea 4 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang disebutkan bahwa tujuan dari negara Indonesia adalah Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ,memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pasca pergerakan kebangkitan reformasi, kebebasan masyarakat yang tadinya
terpasung menjelma menjadi euphoria yang berlebihan yang belum sejalan atau belum siapnya masyarakat menghadapi keterbukaan. selain itu social cost yang hilang selama orde baru tidak dipulihkan di masa reformasi mengakibatkan timbulnya krisis sosial dan budaya. Kebebasan berbicara dan individualisme menyerang masyarakat sehingga menimbulkan kejahatan (crime) yang umumnya diawali dengan kebebasa berekspresi yang mengesampingkan hak-hak kebebasan orang lain sehingga menimbulkan ujaran kebencian (hate speech) yang tidak dilakukan secara tatap muka namun membahana di ruang media sosial, hal ini selanjutnya mengkristal menjadi kebencian kolektif sehingga munculnya komunalisme yang dapat berujung pada pemberangusan kelompok berdasarkan suku, etnis,agama,maupun politik,dsb. Hal ini dapat terlihat dari proses demokrasi dalam Pilkada dengan ramainya ‘peperangan” yang terjadi di ruang media sosial seperti twitter, Instagram,whatsapp,telegram, facebook dan sebagainya. Pemerintah bahkan menutup fitur telegram dengan segala fasilitasnya sebagai dampak dari menyebarnya hoax melalui telegram sehingga memperkeruh kondisi sosial masyarakat yang ditengarai dapat berubah menjadi konflik terbuka. Dengan kemudahan akses internet terutama penggunaan Wifi maka semakin memudahkan bagi masyarakat dalam menerima atau mengirimkan berita terutama tanpa dilakukan pengecekan kebenaran suatu informasi (hoax). Hal ini menunjukkan bahwa media sosial merupakan suatu keniscayaan sehingga menghadapinya adalah dengan menyebarkan informasi yang dapat membimbing masyarakat untuk selalu berfikiran jernih sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia yang terkristalisasi dalam nilai-nilai Pancasila Konsepsi Media Sosial dalam Bela Negara mencegah Konflik Sosial. Pada Tahun 2024 ini, di seluruh Indonesia akan menggelar pesta demokrasi yaitu prosesi Pemilihan Umum Kepala Daerah baik di tingkat Kabupaten, Kota maupun Provinsi yang puncaknya akan dilaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2024. Penggunaan media sosial semakin marak dilakukan oleh perorangan maupun kelompok untuk menyebarkan ide-ide dan janji-janji politiknya sekaligus pencitraan diri sehingga tidak jarang ditemui adanya serangan balik terhadap tokoh maupun kelompok yang dilakukan oleh lawan politik maupun pihak-pihak anonymous. Menghadapi hal ini maka diperlukan suatu konsep komunikasi yang dilakukan Pemerintah dengan memanfaatkan organisasi yang ada guna secara dini mencegah potensi konflik sosial yang dapat terjadi di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk..Komunikasi sosial merupakan metoda untuk memelihara serta meningkatkan keeratan hubungan dengan segenap komponen bangsa guna terwujudnya saling pengertian dan kebersamaan yang memungkinkan timbulnya keinginan masyarakat untuk partisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat. Yang menjadi bidikan utama adalah identitas dalam meredam potensi konflik menggunakan media sosial.hal ini tentunya tidak juga memandang sebelah mata terhadap distribusi identitas yang dibawa oleh masing-masing individu maupun kelompok,justru perlu diimbangi dengan pemberian informasi yang seimbang oleh Pemerintah dalam mencegah terjadinya konflik sosial. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia perlu disuntikkan kepada masyarakat dengan dosis yang besar dan pada waktu yang tepat sehingga terwujud kesadaran bela negara. Dosis yang besar ini dapat diwujudkan dengan pengiriman pesan melalui SMS (Short Messaging Service) baik menggunakan jaringanseluler,maupun pesan-pesan melalui media sosial seperti WA, telegram,Instagram,facebook,dsb. Penyampaian pesan ini memerlukanpengemasan yang lebih gaul dan menggunakan gambar visual yang memudahkan masyarakat untuk mencerna, dan memahami pesan yang disampaikan sehingga pada akhirnya menjadi pembiasaan sehingga merubah perilaku untuk berkonflik menjadi perilaku yang saling menghargai dan toleransi yang merupakan wujud dari tingginya kesadaran bela negara masyarakat. Pesan singkat baik berupa teks, video, gambar, dsb, perlu dilakukan secara terus menerus oleh organisasi yang berurusan dengan publik yang dapat menembus anggota internal organisasi sehingga menular ke tengah masyarakat dengan media sosial yang lazim dipergunakannya sebagai alat komunikasi sehari-hari. Pesan berupa teks, gambar, video yang disebarkan oleh organisasi Pemerintah kepada seluruh elemen masyarakat sehingga terjadi pembiasaan terhadap nilai-nilai Pancasila. Ashley Montagu (dalam Mulyana,2000) menyatakan kita belajar sebagai manusia melalui komunikasi. Komunikasi akan menimbulkan kepribadian setelah terjadi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya, terbentuklah perlahan-lahan apa yang kita sebut kepribadian. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan tetapi caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Lingkungan yang membentuk inilah yang diperlukan untuk segera diwujudkan oleh elemen pemerintahan yang memiliki kewenaangan untuk dapat membentuk kepribadian masyarakat yang Pancasilais agar tindakannya merupakan implementasi dari kesadaran bela negaranya. Hal ini tidaklah mudah diwujudkan tanpa adanya sinergitas antarlembaga. Sinergitas tersebut akhirnya memerlukan pelibatan Kemenkomifo sebagai organisasi negara yang menjalankan pembinaan komunikasi dan informasi. Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai Organisasi Perangkat daerah di Kabupaten Purwakarta menjadi kepanjangan tangan dari Kemenkominfo dalam hal mengedukasi dalam hal komunikasi dan informasi ke masyarakat. Edukasi tersebut bisa dalam bentuk sosialisasi informasi public baik mealui media sosial maupun kegiatan di masyarakat secara langsung. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya.Undang- Undang Negara RI yang mengatur tentang informasi dan komunikasi dapat dijadikan dasar dalam menunjang pelaksanaan penyebaran informasi kepada publik. Masyarakat menjadi tidak sembarangan atau seenaknya dalam menyebarkan informasi baik melalui media sosial maupun secara langsung, karena apabila melanggar Undang-Undang tersebut akan mengakibatkan yang bersangkutan dikenai sangsi hukum pidana. Penyebaran informasi yang tidak dilandaskan kebenarannya (hoax) maupun ujaran kebencian akan menimbulkan konflik di masyarakat yang mengakibatkan keadaan yang kacau. Orang-orang yang menjadi tokoh dibalik penyebaran hoax itu adalah orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang hanya melaksanakan tugasnya berdasarkan kepentingan tertentu. Masyarakat yang awam terhadap keamanan informasi dan komunikasi menjadi sasaran empuk bagi orang tertentu yang menginginkan pertempuran di kalangan masyarakat yang berbeda pendapat ataupun dukungan. Keadaan ini didasarkan pula atas ketidakpahaman masyarakat akan pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terjadi kekacauan bahkan konflik antar golongan di masyarakat. Bila penyebaran teks, gambar, video yang menyebarkan pesan kesejukan dan menghindari konflik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dilakukan oleh Kemendagri, Kemenhan, maupun K/L/B lainnya tentunya memerlukan dorongan dan fasilitas yang diberikan oleh Kemenkominfo sampai ke daerah dengan cara penyampaian yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah pada penyampaian pesan untuk menghindari terjadinya konflik sosial dapat menyentuh aspek komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (2001) komunikasi efektif menimbulkan lima hal yaitu: pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik,dan akhirnya terwujud dalam Tindakan Kesadaran bela negara diyakini dapat menjadi solusi untuk pencegahan konflik di Indonesia, artinya kesadaran bela negara akan menciptakan masyarakat yang berkemampuan untuk menghadapi, mencegah,dan menyelesaikan konflik secara mandiri,meskipun kondisi msyarakat sendiri masih dibayang-bayangi oleh stereotip, prasangka, keretakan masyarakat dan ingin menang sendiri yang pada dasarnya sangat rentan untuk mendorong konflik terjadi. Stereotip, prasangka atau pembelahan kelompok dan merasa benar sendiri adalah potensi konflik yang mengintip di balik keberagaman masyarakat Indonesia. Semua ini harus dipahami secara kritis agar kita dapat mencegahnya agar tidak membesar dan menjadi sumber konflik yang bisa menghancurkan. Harus ada terobosan kegiatan- kegiatan yang mencegah konflik akibat keberagamaan masyarakat, salah satu solusinya adalah program bela negara. Dalam interaksi antar individu dan kelompok yang berbeda etnis atau agama ada kecenderungan dari individu untuk mengambil jalan pintas dalam mempersepsi sesorang atau kelompok dengan cara memberikan “cap” tertentu kepada individu lain berkaitan dengan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada individua atau kelompok.Persepsi yang salah ini atau cap sesuai sifat tersebut sebagai stereotip, dan stereotip ini merupakan cikal bakal dari munculnya prasangka yang kemudian berlanjut kepada Tindakan kekerasan. Prasangka yang sudah berkembang di masyarakat dapat menjadi kondisi yang ideal untuk pembelahan di masyarakat.Masyarakat menjadi terbelah menjadi in-group dan out-group atau menjadi kelompok “kami” dan kelompok “mereka”. Kondisi ini tentu saja sangat rentan terhadap terjadinya konflik di masyarakat.Ada masalah sedikit saja itu akan dihubungkan dengan pertengkaran yang menyangkut pembenaran antar kelompok. Setiap informasi yang beredar tanta diketahui kebenarannya dan disaring terlebih dahulu tersebar dengan bebas, bila informasi tersebut merugikan salah satu pihak itu menjadikan anggapan negative kepada kelompok lainnya yang bersebrangan dengan dirinya. Sebagai warga negara Indonesia yang memahami keberadaan Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa sebaiknya bisa menyikapi hal tersebut dengan dewasa tanpa mengutamakan keegoisan masing-masing. Dinas Komunikas dan Informatika sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan menyebarkan informasi kepada publik dengan ditunjang fasilitas-fasilitas yang ada bertugas untuk memberikan edukasi yang benar mengenai penyebaran informasi kepada masyarakat. Salah satunya adalah melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat melalui media sosial seperti Instagram,facebook, Whatsapp, you tube dsb, yang familiar dengan masyarakat. Dengan fasilitas-fasilitas tersebut masyarakat bisa langsung mengakses informasi yang diinginkan, membuktikan kebenarannya dan tidak begitu saja menerima informasi negative yang beredar di lapangan. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat bisa lebih dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi di lapangan. Dengan edukasi yang benar dan tepat sasaran akan menjadikan kesejukan dan ketentraman di dalam kehidupan bermasyarakat, karena tidak ada pemikiran negative yang memicu adanya ujaran kebencian. Kemenkominfo sebagai Lembaga negara yang menaungi informasi dan komunikasi publik harus selalu memonitor perkembangan informasi dan penyebarannya di masyarakat, mereka berhak untuk menutup konten atau fasilitas- fasilitas lainnya yang dianggap merugikan dan dapat menimbulkan chaos dan kegaduhan di masyarakat. Pihak-pihak yang melakukan kekacauan tersebut harus bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukannya. Kebaradaan media sosial saat ini memang sangat membantu dalam kelancaran penyampaian informasi secara cepat ke masyarakat. Konten-konten yang disertai fitur- fitur yang menarik, teks, video yang disajikan menambah kemeriahan informasi yang disajikan. Masyarakat Indonesia yang saat ini sudak mulai melek teknologi, dan juga segala kegiatan sehari-hari kita sudah mulai dengan digitalisasi,menjadikan perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang, dan ini bisa membantu negara juga dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kecintaan kita terhadap tanah air bisa dibuktikan dengan membuat kreatifitas dalam menghasilkan inovasi-inovasi yang mendukung perkembangan teknologi saat ini. Produk-produk teknologi yang dihasilkan oleh anak bangsa sebagai bukti bahwa sebagai warga negara yang baik selalu ingin menjadikan negara dan bangsa nya menjadi maju dan diakui oleh dunia luar. Untuk itu keberhasilan yang dicapai tersebut tidak terlepas dari dukungan Pemerintah dalam menjamin kebebasan warga negara nya untuk meningkatkan potensi dan kemampuannya tanpa dihalangi oleh kepentingan pihak tertentu yang saling bermusuhan dan berlawanan, yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan dalam berkreatifitas. Pesan-pesan singkat berupa teks, gambar maupun video yang dilakukan oleh Kemenhan, Kemendagri, Kemensos memerlukan sinergitas antar Lembaga sehingga dapat memberikan rangsangan kepada masyarakat melalui pembiasaan yang pada akhirnya respon yang diharapkan adalah terwujudnya sikap toleransi, menghargai dan santun dalam menyampaikan pandangan untuk dapat mencegah timbulnya konflik sosial. Media sosial tidak dapat dibendung lagi atau dengan kata lain sebuah realita kekinian yang bahkan sudah menyentuh level “Kids Zaman now”, Dosis-dosis nilai- nilai Pancasila yang tidak didapatkan oleh “Kids Zaman Now” perlu ditambahkan dengan dosis berupa teks, gambar,video yang dapat memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk menghindari pembiasaan terhadap kecenderungan berkonflik terbuka dan tidak santun melalui media sosial. Kemenhan RI dapat menjadi pelopor dan contoh K/L/B lainnya dalam struktur pemerintahan dengan mengirimkan teks, gambar,video dengan durasi singkat untuk disebarluaskan dalam rangka memberikan rangsangan bagi masyarakat sehingga diperoleh respon untuk tetap menjaga toleransi, musyawarah dan mufakat serta kegotongroyongan yang merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tanpa bersifat indoktrinasi sehingga secara sadar masyarakat akan mengikutinya. Diatas telah dijelaskan mengenai persuasi untuk mempengaruhi sikap, persuasi juga ditujukan untuk melahirkan Tindakan yang dikehendaki. Efektifitas komunikasi diukur dari tindakan nyata yang dilakukan melalui komunikasi. Sebelum timbulnya suatu Tindakan didahului dengan menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi . Dengan demikian, mulailah dari diri kita sendiri untuk selalu menjaga keamanan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara selalu menerima dan menyaring setiap informasi yang didapatkan dari media sosial yang kita miliki, tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya dan tidak menyebarkan ujaran kebencian atas kejadian yang terjadi di masyarakat, sehingga nilai-nilai Pancasila yang diajarkan akan terlaksana dengan baik.