Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

KABUPATEN TANGERANG

DALAM MENGAWAL PELAKSANAAN PEMILU DAN PILKADA SERENTAK


TAHUN 2024

Oleh: Rudi Lesmana, AP., M.Si

(Sekretaris Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah)

Bab I Pendahuluan

Indonesia merupakan sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi


dimana kedaulatan tertinggi adalan di tangan rakyat. Demokrasi menjadi pilihan
system pemerintahan terbaik karena dapat mengakomodasi beragamnya
kepentingan dan aspirasi masyarakat. Selain itu, demokrasi juga dapat berperan
sebagai wadah pengikat kesepakatan nasional yang harus dihormati dan dijaga oleh
seluruh masyarakat. Secara umum pengertian demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki hak yang sama untuk
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup warga Negara itu sendiri.
Demokrasi mengizinkan warga Negara nya untuk ikut serta baik secara langsung
atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.

Dalam konteks Indonesia yang menjadi pegangan adalah UUD 1945, jika
dicermati, UUD 1945 mengatur kedaulatan rakyat dua kali, pertama pada
pembukaan alinea keempat, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan
Rakyat, “kedua, pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 hasil perubahan berbunyi,
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undangan
Dasar”. Dengan demikian, UUD 1945 secara tegas mendasar pada pemerintahan
demokrasi karena berasaskan kedaulatan rakyat.

1
Indonesia sudah menjadi pusat ekonomi, politik, media, budaya dan
pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia termasuk dalam provinsi yang
memiliki jumlah penduduk yang besar di Indonesia tercatat sejumlah 270.203.917
Jiwa pada tahun 2024. Jumlah yang besar ini membuat sosiologis masyarakat
Indonesia menjadi multikultur. Keanaekaragaman etnis dan suku di Indonesia
dapat menjadi modal besar dalam pembangunan baik politik maupun ekonomi,
sekaligus rentan terjadi benturan dan dapat menjadi potensi konflik di kemudian hari
jika tidak mampu dikelola dengan baik.

Negara ini memiliki potensi terjadinya konflik. Konflik yang bermakna


benturan, seperti perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antara individu
dan individu, individu dan kelompok, kelompok dan individu atau kelompok dengan
pemerintah. Konflik seakan tidak dapat lepas dari kehidupan sosial manusia
termasuk di Indonesia. Tak heran Dahrendorf menyatakan bahwa konflik dilihat
sebagai sesuatu yang endemik atau yang selalu ada dalam kehidupan manusia
dalam bermasyarakat.

Indonesia merupakan wilayah yang sangat heterogen dan multikultur, namun


rentan terhadap konflik dan budaya kekerasan. Sesuai dengan penjelasan Susan,
bahwa masyarakat Indonesia masih tergolong vulnerable society (masyarakat
rentan) diantaranya karena tingginya segregasi sosial, serta rendahnya keterampilan
partisipasi politik demokrasi. Ketegangan akibat polarisasi politik yang terjadi
kemudian membuat fenomena identitas sosial di masyarakat terbentuk. Berawal dari
proses kategorisasi sosial hingga bentuk in group out group. Akhirnya terjadi
komparasi antar kelompok yang membuat persepsi. Demonstrasi berskala besar
dan membawa identitas agama seperti 411 dan 212 pun menjadi trigger bagi
ketegangan yang ada. Akan tetapi, pada pelaksanaan dan pasca pelaksanaan
pilpres Tahun 2019 tidak terjadi eskalasi konflik yang meningkat hingga konflik
kekerasan, bahkan cenderung proses de-eskalasi.

Beberapa praktika dalam pemilu atau pilkada, upaya merebut hati calon
pemilih senantiasa menggunakan cara yang tidak bersifat edukasi politik akan tetapi
dengan cara yang tidak dibenarkan dalam undang-undang, seperti money politik,
menggunakan isu SARA, menyebarkan Hoax, politik identitas dan beberapa praktika
2
lainnya. Masyarakat dibiasakan dengan sajian praktika kampanye yang tidak
mendidik, penggunaan isu SARA dalam pesta demokrasi akan sangat berisiko
terhadap stabilitas sosial, dimana masyarakat dibenturkan antara ras dan golongan.
Mempertantangkan antar kelompok dengan kelompok lainnya untuk kepentingan
politik praktis. Terbukti, pemerintah Indonesia melalui badan kesatuan bangsa dan
politik bertanggung jawab melakukan penanganan konflik sosial disini termasuk di
dalamnya permasalahan konflik yang terjadi pada pemilu nantinya. Upaya ini
sebagai bentuk implementasi tentang penanganan konflik sosial.

Adapun identifikasi masalah dari kasus tersebut:


1. Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu dan Pilkada;
2. Isu SARA dalam Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada; dan
3. Masalah Sosial Masyarakat pada saat Pra, pelaksanaan dan Pasca Pemilu dan
Pilkada.

Adapun pembatasan masalah dari kasus tersebut:


1. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam rangka peningkatan partisipasi
pemilih pada Pemilu dan Pilkada; dan
2. Apa upaya pemerintah dalam mencegah terjadinya masalah sosial dan isu SARA
yang berkembang dimasyarakat pada saat pra, pelaksanaan dan pasca pemilu
dan pilkada.

Bab II Pembahasan

Pemilihan umum sebagai pengenalan politik demokratis dapat dengan mudah


digunakan sebagai instrumen memobilisasi etnis, mengubah pemilihan umum
menjadi konflik “kami” melawan “mereka”.

Potensi Konflik Sebelum Pemungutan Suara


Sebelum pemungutan suara ini tercatat beberapa potensi konflik. Potensi
konflik ini dilatar belakangi dengan berbagai faktor penyebab. Potensi yang muncul
pada fase ini antara lain: ketidaksukaan dan penolakan kepemimpinan isu SARA
dan penistaan agama, demonstrasi massa penjarakan Ahok, sampai money politic
dan kampanye negatif dan hitam di dunia maya dan nyata.
3
Ketidaksukaan terhadap personal dan kepemimpinan, banyak masyarakat
membenarkan hal ini terbukti dalam beberapa jajak pendapat dihasilkan
masyarakat tidak menyukai gaya kepemimpinan yang terlihat kasar
berkomunikasi, dan tidak menjadi pemimpin yang teladan.

Potensi Konflik Saat Pemungutan Suara

Pada fase pemungutan suara, potensi konflik yang muncul antara lain:
profesionalisme penyelenggara pemilu, DPT ganda, pemilih yang tidak tercatat di
DPT, gangguan pelaksanaan penyelenggaran pemungutan suara. Potensi ini
termanifestasikan ke dalam beberapa kejadian di lapangan. Selain itu di TPS 17 di
kawasan Indonesia Barat terjadi ketegangan antara warga dan ketua KPPS yang
disebabkan kinerja panitia dan penguasaan aturan pemilu yang tidak jelas. Selain
itu terjadi pemilih ganda dan pemalsuan identitas pemilih juga terjadi di lapangan
dan diproses tindak pidana pemilu.

Potensi Konflik Setelah Pemungutan Suara

Pada fase pasca pemungutan suara, tidak terjadi konflik akibat kekecewaan
terhadap proses penyelenggaraan pemilu dan hasil pemilu, serta ketidakpuasan
terhadap kinerja penyelenggara pemilu. Semua pihak bersikap dewasa dan legowo
menerima hasil pemilihan umum dan proses hukum yang menjerat.
Konflik yang diakibatkan profesionalisme penyelenggara dan proses
penyelenggaran pemilu saat pemungutan putaran pertama, misalnya di berbagai
TPS. Masyarakat tidak terdata dalam DPT yang ditetapkan KPU yang diakibatkan
masih ada masyarakat yang belum melakukan perekaman penduduk.

Peran Bakesbangpol Provinsi Indonesia dalam pencegahan Konflik di DKI


Indonesia adalah sebuah keharusan untuk menjaga stabilitas sosial, politik dan
ekonomi di wilayah pemerintahannya yang diakibatkan oleh sebuah peristiwa
konflik. Program pencegahan pada pemilu 2024 Indonesia tahun 2024 yang
dilakukan oleh badan kesatuan bangsa dan politik antara lain: a) pelaksanaan
rencana aksi tim terpadu penanganan konflik sosial; b) deteksi dini konflik; c)
pemetaan dan pendeteksian wilayah konflik di Indonesia; d) melakukan pendidikan
politik kepada masyarakat (menghimbau masyarakat menjunjung demokrasi yang

4
sehat dan terhindar dari hoaks dan isu sara); d) koordinasi dengan forum binaan
bakesbangpol; dan e) pembentukan pos komando bersama pemilu 2024 Indonesia
tahun 2024.

Peran pencegahan konflik yang dilakukan Bakesbangpol berdasarkan


rangkaian pelaksanaan pemilu 2024 Indonesia tahun 2024, antara lain:

A. Pencegahan Konflik Sebelum Pemungutan Suara


Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) melakukan berbagai
kebijakan yang bertujuan untuk mendeteksi potensi konflik sampai melakukan
pencegahan terjadinya konflik pada pelaksanaan pemilu 2024 Indonesia tahun
2024.
Upaya yang dilakukan Bakesbangpol dalam pencegahan konflik pada pemilu
2024 Indonesia, sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah daerah sebagai
leading sector penanganan konflik sosial di daerah. Sesuai amanat Pasal 6
Undang-undang Nomor 7 tahun 2012, bahwa proses pencegahan konflik dapat
dilakukan dengan cara:
a) memelihara kondisi damai dalam masyarakat;
b) mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara damai;
c) meredam potensi Konflik; dan d) Membangun sistem peringatan dini.
Upaya dan kegiatan tersebut, antara lain:

 Pemetaan dan deteksi dini potensi konflik yang dilakukan


Bakesbangpol diimplementasikan dalam program pemetaan potensi
konflik. Namun program tersebut hanya sampai tahun 2019 saja dan
tidak dilanjutkan dikarenakan keterbatasan anggaran. Adapun
kaitannya pemilu 2024 Indonesia, bakesbangpol berkoordinasi dengan
Bawaslu dan Kepolisian yang melakukan pemetaan kerawanan pada
pelaksanaaan pemilu 2024 Indonesia.

 Pembentukan pos komando bersama pemilu 2024 melalui surat


keputusan presiden tentang Pembentukan Pos Komando (Posko)
Bersama. Posko bersama ini terdiri dari posko bersama tingkat provinsi
sampai kelurahan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan pemilu 2024

5
Indonesia tahun 2024 terpantau berjalan lancar. Selain itu, posko
bersama ini melakukan koordinasi dan konsolidasi baik bulanan
maupun insidental sesuai dengan tahapan pemilu.

 Bakesbangpol melakukan pendidikan politik kepada berbagai kelompok


masyarakat. Penyampaian pendidikan politik ini dalam bentuk seminar,
sosialisasi, diskusi publik dan berisi himbauan pada masyarakat
untuk menjunjung demokrasi yang sehat dan terhindar dari hoaks dan
isu SARA, serta mengedepankan semangat persatuan dan kesatuan.

 Bakesbangpol pun melakukan koordinasi dengan forum-forum dibawah


pembinaan bakesbangpol seperti: FKDM, FKUB dan lain-lain. Forum
kewaspadaan dini masyarakat (FKDM) sebagai mata dan telinga
pemerintah dalam membangun kewaspadaan dini di masyarakat. Saat
ini, FKDM masih belum menemukan pola komunikasi dan strategi kerja
organisasi yang tepat.

 Bakesbangpol bersama TNI Polri menangani demonstrasi penistaan


agama seperti aksi 411 dan 212, dengan senantiasa berkoordinasi
dengan pimpinan pendemo terkait massa dan tuntutan serta
memberikan layanan fasilitas demonstrasi seperti tempat asprasi dan
lain sebagainya.

 Bakesbangpol berkoordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan dalam


rangka penegakan hukum. Namun tetap menghargai proses pemilu
yang sedang dijalani oleh tersangka dengan memberi kesempatan
menyelesaikan rangkaian pemilu dan tetap mengkondisikan
masyarakat agar tetap kondusif.

 Bakesbangpol pun memantau KPU dan Bawaslu. Pemantauan


bakesbangpol terhadap penyelenggara pemilu tidak berhenti pada
proses pendaftaran saja, namun tetap dilakukan sampai kampanye,
pemungutan suara dan evaluasi penyelenggaraan pemilihan umum.

 Himbauan dan pengawasan Bakesbangpol kepada aparatur sipil


negara agar menjaga netralitasnya dan ada sanksi berat jika terbukti
6
tidak netral. Terlebih salah satu pasangan calon adalah petahana.

B. Pencegahan Konflik Saat Pemungutan Suara

Pelaksanaan pemilu 2024 Indonesia tahun 2024 terdapat potensi lain yang
menimbulkan konflik pada pemungutan suara pemilu 2024 Indonesia. Misalnya saja
masih terjadinya money politic, penyelenggara pemilu yang kurang profesional,
kualitas pemilu di masyarakat, dan kesiapan penyelenggara. Terkait dengan
potensi lain itu, Bakesbangpol memilki peran yang sentral. Peran sentral tersebut
ditunjukan dalam keberadaan bakesbangpol sebagai pemimpin dalam struktur
posko bersama yang di dalamya terdapat penyelenggara pemilu.
Bakesbangpol tidak memiliki kebijakan langsung dalam pengerahan anggota,
maka bakesbangpol berkoordinasi dengan KPU, Bawaslu, Kepolisian dan
Kejaksaan, dalam rapat koordinasi posko bersama agar pihak terkait
menindaklanjuti secara langsung permasalahan pelaksanaan pemilihan umum yang
termasuk tindak pidana dan non pidana di lapangan.
Berdasrkan hasil temuan di lapangan, Bakesbangpol terlihat tidak memiliki
sistem operasional pencegahan konflik yang ideal dan terintegrasi. Padahal,
operasional dari pencegahan konflik adalah terbentuknya kerangka kerja
pencegahan konflik atau conflict prevention framework.

C. Pencegahan Konflik Setelah Pemungutan Suara

Strategi pencegahan konflik dapat berupa kerangka regulasi dalam rangka


upaya pencegahan konflik jangka panjang seperti regulasi mengenai kebijakan
dan strategi pembangunan yang sensitif terhadap konflik dan upaya untuk tidak
terjadinya konflik. Khususnya prosedur yang lebih baik dan berkaitan dengan
penanganan konflik dalam konteks Pemilihan umum, karena pada tahun 2024
Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi berupa pemilihan umum serentak
baik pemilihan presiden dan pemilihan legislatif.
Ketegangan pada pemilu tahun 2024 tidak berhenti pada proses pemungutan
suara. Akan tetapi, terus dipelihara dengan berbagai aksi demonstrasi massa.
Maka dari itu, Bakesbangpol terus berkoordinasi kepada instansi terkait lainnya
7
agar tidak terjadi eskalasi konflik yang lebih besar dan berdampak panjang dalam
kehidupan sosial politik masyarakat Indonesia.
Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Komisi
Pemilihan Umum (KPU) akan mengedepankan protokol kesehatan dalam semua
tahapan pilkada di 270 daerah. Ini perlu kerja sama seluruh stakeholder,
masyarakat, dan Kesbangpol di daerah sebagai pelaksana pilkada. Pilkada
serentak kali ini memang dihantui ancaman penyebaran virus Sars Cov-II. Pandemi
ini memaksa semua sektor kehidupan di negara mana pun menerapkan
kenormalan baru dengan protokol kesehatan ketat. Waktu pilkada serentak telah
mengalami gangguan, awal dilaksanakan 23 September dan akhir bergeser ke 9
Desember.
Peran Badan Kesbangpol tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 61 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemantauan, Pelaporan,
dan Evaluasi Perkembangan Politik di Daerah. Pilkada kali ini membutuhkan peran
dari pemda. Itu termaktub pada Pasal 434 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilu. Pasal itu menyatakan pemerintah dan pemda wajib memberikan
bantuan dan memfasilitasi penyelenggaraan pemilu.
Salah satu tugas bakesbangpol adalah menciptakan iklim masyarakat yang
bersatu dan damai dengan latar belakang apapun. Pekerjaan rumah tentang
intoleransi, prejudice, dan diskriminasi antar masyarakat suku bangsa dan agama,
yang harus diresolusi segera agar tidak menjadi konflik yang besar di kemudian
hari. Oleh karena itu, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sudah mulai melakukan
berbagai program dan kegiatan yang bertujuan mengurangi ketegangan dari pemilu
2024 Indonesia silam kepada berbagai lapisan masyarakat, seperti seminar bela
negara bagi OKP, kegiatan kebhinekaan bagi FKUB dan lain sebagainya.

Adapun beberapa solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan


yang ada di organisasi masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan politik bagi masyarakat di level Kecamatan, Desa/kelurahan;
 Pendidikan politik tersebut dapat berbentuk sosialisasi secara tatap muka
dan/atau menggunakan media sosial sehingga dapat lebih efektif dan efisien.
 Fokus terhadap pendidikan politik dapat dilakukan terhadap masyarakat
umum, aparat pemerintahan, pelajar dan/atau mahasiswa.
8
2. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap potensi terjadinya masalah sosial dan
isu SARA dengan melakukan pendekatan secara keagamaan dan budaya;
 Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan dengan mengedepankan
pendekatan komunikatif dan massif, dapat menggunakan media sosial dan
atau secara tatap muka dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh pemuda dan tokoh budayawan, sehingga informasi yang disampaikan
tepat sasaran.

3. Pelibatan stakeholder terkait dalam mengawal pelaksanaan pemilu dan pilkada


baik pra, pelaksanaan dan pasca pelaksanaannya .
 Pelibatan stakeholder terkait dapat diwujudkan dengan melibatkan
organisasi masyarakat, OPD terkait, Pemerintah Desa dan/atau organisasi
formal lainnya serta lembaga swasta atau pemerintah lainnya

9
10
11
12
13
14
Penutup

Peran Bakesbangpol dalam pencegahan isu politik atau konflik pada pemilu
2024 di Indonesia maka kesimpulan yang dibuat antara lain: Pertama, potensi
konflik pada pemilu 2024 akan dapat terjadi ketidakadilan dan penilaian pemimpin,
isu SARA dan penistaan agama, Netralitas ASN, profesionalitas penyelenggara
pemilu, penyelenggaraan pemilu serta konflik kepentingan dan kekuasaan. Isu
SARA yang menyeruak di masyarakat hanya berkutat pada isu agama dan ras saja
serta hanya ditujukan kepada sosok Basuki Tjahja saja. Potensi konflik yang muncul
ini disusun berdasarkan deteksi potensi konflik, dan pemetaan faktor penyebab
konflik dengan melakukan analisis faktor struktural dan analisis aktor sekuritisasi
konflik. Kedua, peran badan kesatuan bangsa dan politik pada pencegahan konflik
di Indonesia, dalam konteks Pemilu 2024 adalah melakukan upaya pencegahan dan
penanganan konflik sosial yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung,
dan baik mandiri maupun bersinergi. Upaya pencegahan dan penanganan konflik
dilakukan dalam bentuk deteksi dini, peringatan dini dan tanggap dini..

15

Anda mungkin juga menyukai