Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PERKEMBANGAN DEMOKRASI,

GUNA MENCEGAH POTENSI KONFLIK PILKADA


KABUPATEN BUTON SELATAN TAHUN 2017
DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI

1. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Demokrasi merupakan salah satu sistem ketatanegaraan dan sistem
kemasyarakatan yang dianut negara-negara di dunia, selain monarki, oligarsi, dan
otokrasi. Para penganut sistem demokrasi meyakini betul bahwa demokrasi
merupakan sistem yang paling terbaik dalam mengelola negara modern. Sejak
bergulirnya reformasi pemerintah dan rakyat Indonesia telah melakukan berbagai
langkah untuk memantapkan diri menjadi negara yang menganut sistem demokrasi.
Sistem keketatanegaran dan sistem pemerintahan pun telah dilakukan perubahan
yang pada intinya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
bermasyarakat dilakukan secara demokratis. Demokratisasi dilakukan pada berbagai
sektor dalam pengelolaan negara.
Dengan banyaknya perubahan yang mendasar pada konstitusi negara, maka
berbagai penyesuaian pun dilakukan pada berbagaI peraturan perundang-undangan
yang pada dasarnya mengarah pada terciptanya penyelenggaraan negara yang
demokratis. Salah satu perubahan yang cukup penting adalah dilakukannya pemilihan
kepala daerah secara langsung yang ditetapkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004
sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di
Daerah. Dengan demikian telah terbentuk dua model penyerahan kedaulatan ke
tangan rakyat yang senyatanya yakni pertama pemilihan presiden secara langsung;
dan kedua, pemilihan kepala daerah secara langsung.
Sebagai negara yang baru saja menerapakan sistem demokrasi yang
sesungguhnya, bangsa Indonesia mengalami transisi perubahan dari arah sentralistik
ke arah demokrasi, dimana kedaulatan diserahkan kepada rakyat. Perubahan ini telah
menyebabkan timbulnya pemikiran di kalangan rakyat (masyarakat) maupun
pemikiran rakyat secara indivudual dalam melaksanakan kebebasan sebebas-bebasnya
namun disisi lain selalu ingin mengekang kebebasan orang lain, dengan memaksakan
kehendaknya, Hal ini berakibat pada tidak utuhnya masyarakat memahami inti dan
hakekat demokrasi itu sendiri.
Pemahaman terhadap arti dan makna demokrasi yang belum sempurna ini dapat
berakibat pada munculnya potensi konflik sosial dalam masyarakat Kabupaten Buton
Selatan yang merupahkan daerah Pemekaran Kabupaten baru di Propinsi Sulawesi
Tenggara khususnya Kabupaten Buton tahun 2014 sesuai dengan amanah Undang –
Undang nomor : 16 Tahun 2014 tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan
Propinsi Sulawesi Tenggara tanggal 23 juli 2014.Potensi Konflik horizontal dan
vertikal sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kehidupan bernegara, dan jika tidak
tertangani / di cegah dengan baik maka akan menimbulkan gangguan Kamdagri yang
bermuara pada disintegrasi bangsa.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung sebagi bagian implementasi demokrasi
di Indonesia, selain secara positif memberikan peluang pada kebebasan rakyat untuk
menentukan pemimpinan. Namun melihat masyarakat dan kondisi-kondisi geografis,
demografis, sosial ekonomi dan politik sangat dikhawatirkan memberikan dampak
pada dinamika keamanan.
Pengalaman berdemokrasi melalui pemelihan presiden secara langsung, dinamika
keamanan cukup kondusif, namun kondisi ini tidaklah sama dengan pemilihan kepala
daerah baik gubernur ataupun bupati/walikota. Beberapa hal yang membedakan antara
lain : Pertama, Dalam pemilihan presiden keterikan calon dengan pemilih tidak telalu
terikat, sementara dalam pemilihan kepala daerah antara calon dan pemilih memiliki
keterikatan emosional yang cukup kuat baik secara geneologis ataupun geologis.
Kedua mobilisasi masa pendukung akan mudah dilakukan, karena hubungan
infrastruktur politik dengan masa pendukung cukup kuat. Ketiga, sikap
primordialisme pemilih di Indonesia masih besar, sehingga dapat menimbulkan
konflik horizontal yang didasarkan atas ras, suku, agama, dan golongan. Keempat
kesiapan komisi pemilihan umum beserta perangkat dan anggaran pada tiap daerah
tidak sama, sehingga dapat menimbulkan kecurangan-kecurangan.
Kondisi-kondisi tersebut tentu harus diantisipasi oleh Kepolisian Resort Buton
yang memiliki tugas sebagai pemelihara keamanan dalam negeri, penegakan hukum,
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, untuk menetapkan upaya
penanggulangannya.

b. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan pokok penulis dalam naskah
karya perorangan ini adalah :
“ Dampak perkembangan demokrasi guna mencegah potensi konflik Pilkada Kabupaten
Buton Selatan tahun 2017 dalam rangka mewujudkan Kamdagri”

c. Persoalan
Dari permasalahan tersebut dapat diidentifikasi beberapa persoalan yakni :
1. Bagaimana perkembangan demokrasi di Kabupaten Buton Selatan dengan akan
dilaksanakan Pilkada ?
2. Bagaimana dampak Pilkada terhadap kamdagri ?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ?
4. Bagaimana upaya penanggulangan dampak potensi Konflik Pilkad terhadap kamdagri ?

d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan ini dibatasi pada Dampak perkembangan demokrasi
guna mencegah potensi konflik dengan akan dilaksanakan Pilkada di Kabupaten
Buton Selatan tahun 2017 terhadap Kamdagri dan bagaimana upaya penanggulangan
konflik tersebut.

e. Maksud dan Tujuan


1. Maksud penulisan ini adalah untuk menggambarkan peran fungsi intelkam Polres Buton
dalam megantisipasi dampak perkembangan demokrasi guna mencegah potensi konflik
pilkada di Kabupaten Buton Selatan .
2. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran dan masukan kepada
masyarakat pada umumnya, kepada instansi terkait, para anggota Polri tentang dampak
dari Pemilihan Kepala Daerah terhadap kamdagri, serta upaya penanggulangan
konflik.

f. Pengertian-pengertian
1.Dampak adalah pengaruh negatif dari suatu kegiatan yang dilaksanakan manusia
ataupun alam terhadap kehidupan manusia.
2.Demokrasi adalah sistem pengambilan keputusan dalam menyelanggarakan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegarayang melibatkan rakyat sebagai pemegang
kedaulatan.

3.Konflik adalah sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

4.Pilkada adalah pemilihan kepala daerah pada propinsi atau kabupaten/kota

5.Langsung dalah pemilihan langsung di lakukan oleh rakyat tanpa melalui perwakilan

6.Upaya adalah cara atau tindakan yang di lakukan terus menerus berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang di harapkan di masa depan.

7.Kamdagri adalah suatu keadaan yang di tandai dengan terjaminya keamanan dan
ketertiban masyarakat,tertib, tegaknyahukum serta terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

g.Tata Urut
Tata urut penulisan makai sistematika sebagai berikut :
1.PENDAHULUAN
a.Latar Belakang
b.Permasalahan
c.Persoalan
d.Ruang Lingkup
e.Maksud dan Tujuan
f.Pengertian – pengertian
g.Tata Urut

2.PEMBAHASAN
a.Perkembangan Demokrasi di Kabupaten Buton Selatan
b.Dampak Pilkada terhadap Kamdagri
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi
d.Upaya Penanggulangan Konflik

3.PENUTUP
a.Kesimpulan
b.Rekomendasi

2. PEMBAHASAN

a. Perkembangan Demokrasi di Kabupaten Buton Selatan Dengan Akan Dilaksanakan


Pilkada

1. Perkembangan demokrasi di Kabupaten Buton Selatan terutama berkaitan dengan pemilihan kepala
daerah sejak mekar dari Kabupaten Induk yakni Kabupaten Buton tidak luput dari perkembangan
demokrasi secara nasional, ini di tandai dengan adanya perwakilan Partai di tingkat daerah
kabupaten/kota.
2. Saat ini di Indonesia memiliki Partai Politik yang di tetapkan oleh KPU sebagai peserta Pemilu 2014
berjumlah 15 Partai, 3 Partai di antaranya merupahkan Partai Lokal di Aceh.
3. Untuk Kabupaten Buton Selatan sendiri ada 12 Partai yang memiliki Kepungurusan dari Tingkat
Kabupaten hingga Ke desa. Partai politik yang memiliki keterwakilan di DPRD Kabupaten Buton
Selatan adalah Partai Nasional demokrat (Nasdem) 2 kursi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1
kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 2 kursi, Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP) 1 kursi, Partai
Golongan Karya (GOLKAR) 1 kursi, Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) 1 kursi, Partai
Demokrat 2 kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) 5 kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1
kursi, Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 2 kursi, Partai Bulan Bintang (PBB) 1 kursi, Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 1 kursi dan total kursi : 20 .

4) Zaman Reformasi membuat tuntutan atas kebebasan berdemokrasi terus berjalan, sumbatan penghalang
demokrasi runtuh. Akhirnya masyarakat memiliki kebebasan, namun kebebasan yang belum
dipahaminya, sehingga mengartikan demokrasi menjadi melaksanakan kebebasan sebebas-bebasnya tanpa
kendali, terjadilah apa yang disebut sebagai negativisme demokrasi. Pada masa ini demokrasi mengalami
crisis, yang apabila tidak ditanggulangi akan terjadi chaos dan disintegrasi bangsa.

5) Untuk mengatasi ini maka Pemerintah Reformasi beserta legislatif melakukan creative destruction,
dengan mengganti beberapa peraturan yang menyumbat demokrasi, seperti Amandemen UUD 1945,
UU No. 5 Tahun 1974 diganti dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Demokrasi pada tingkat daerah
mulai berjalan, namun masih mengalami beberapa hambatan terutama adanya perilaku berlebihan dari
Pemerintah Daerah dan DPRD.

6) Pada akhirnya dilakukan berbagai perbaikan adan pelurusan sehingga pada masa ini mulai ditetapkan
perubahan nilai-nilai demokrasi yang baru, yang di tandai dengan di berlakukannya UU No. 22 tahun 1999
oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Salah satu subtansi yang pokok berkaitan dengan
kehidupan demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan Kepala Daerah secara langsung oleh rakyat.

b. Dampak Pemlihan Kepala Daerah Terhadap Kamdagri

1) Pemilihan Kepala daerah secara langsung yang baru akan dilaksanakan banyak diprediksikan akan
meningkatkan dinamika keamanan di daerah, terutama akan menimbukan konflik-konflik baik
horizontal maupun vertikal.

2) Dampak-dampak yang mungkin timbul dalam pemilihan kepala daerah secara langsung terhadap
keamanan dalam negeri antara lain :
a) Timbulnya konflik politik yang disebabkan perbedaan kepentingan antara partai yang satu dengan
yang lain, atau antar anggota partai yang disebabkan karena pencalonan oleh partai. Konflik
elit politik lokal ini sering diikuti oleh para pemikutnya. Fenomena ini sudah terlihat pada di
keluarkannya 2 rekomendasi dukungan Partai Amanat Nasional oleh Dewan Pertimbangan Pusat
Partai Amanat Nasional di Jakarta untuk calon H.Satar, S.Pd berpasangan dengan H. M. Welson
Lajaha dan H. Muh.Faisal.SE,MS dengan Waode Hasniwati.

b) Konflik para elit daerah Buton dimana kepentingan Bapak Samsu Umar Abdul Samiun,SH
(Bupati Buton) selaku ketua DPW Pan Sultra yang mengharapkan kadernya biasa terpilih menjadi
Bupati Buton Selatan walaupun saat ini Calon dari Pan akan berhadapan dengan Calon dari PDI
Perjuangan (Agus Faisal Hidayat,S.sos) yang mana merupahkan bekas Rifalnya pada saat Pilkada
Buton .Pertarungan kali ini pun sebagian orang menganggap adalah pertarungan jilid 2 antara
BapakUmar Samiun dan Bapak Agus Faisal Hidayat.

c) Konflik antar suku, dimana Balon Bupati berasal dari suku yang yang berasal dari luar (wolio)
sedangkan di daerah Kabupaten Buton Selatan penduduknya termaksud dalam kategori
heterogen dimana sebagian besar masyarakatnya merupahkan etnis suku cia-cia dan memiliki
tempramen yang keras dan mempunyai solidaritas kesukuan dan etnis yang kuat.

c) Konflik yang disebabkan karena adanya kecurangan dari salah satu calon Bupati, seperti adanya
politik uang yang mana masyarakat Kabupaten Buton Selatan mayoritas tergolong Ekonomi ekonomi
kebawah sehigga masih memungkinkan cara ini di gunakan.

d) Konflik yang disebabkan karena kecurangan atau perilaku tidak adil yang dilakukan penyelenggara
terhadap sauatu kontestan/calon Bupati dan wakil Bupati.

f) Konflik sruktural pun dapat terjadi berbaur dengan horizontal berkaitan dengan isu kaya
miskin, atau perbedaan-berbedaan status sosial calon.

3) Dampak-dampak tersebut harus diantisipasi sedini mungkin oleh Polres Buton sebagai aparat keamanan,
agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan, dengan menetapkan strategi yang memeprhatikan
faktor-faktor intern dan ekstern.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

1) Faktor Intern

a) Kekuatan

(1) Polres Buton sebagai aparat Pemerintah yang di percaya dapat penegak hukum, pemeliharaan
keamanan dan ketertiban, pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.
(2) Telah diterimanya paradigma Polri Sipil yang menekankan perlunya pemahaman demokratisasi pada
anggota Polri.
(3) Kebijakan operasional maupun pembinaan memperhatikan perkembangan lingkungan masyarakat
menuju demokratisasi dan masyarakat sipil.
(4) Telah lengkapnya strukur organisasi dan kelengakapan fungsi Polres Buton dari mulai unit yang
tertinggi (Polres) sampai yang terendah (Polsek)
(5) Pada pendidikan Polri telah dimasukan materi subtansi demokrasi kepada kurikulum pendidikan.
b) Kelemahan

(1) Belum terinternalisasinya nilai-nilai demokrasi pada setiap anggota Polri, sehingga belum ada
kesepahaman adalam memandang demokrasi.
(2) Personil Polri secara kuantitas masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk dan luas
wilayah.
(3) Secara kualitas masih banyak anggota Polri yang pendidikannya masih relatif rendah.
(4) Sarana dan prasarana masih relatif belum memadai, dan tiap adaerah sangat disparitas.
(5) Belum terbinanya kemitraan antara Polri dengan partai politik adan tokoh masyarakat.

2) Faktor Ekstern

a) Peluang

(1) Kegiatan keamanan merupakan organsiasi yang tidak diotonomkan, sehingga dapat
memudahakan melaksanakan fungsi integrasi.
(2) Terbukanya kerjasama Polri terutama di bidang pendidikan dengan negara-negara lain dimana
telah melaksanakan demokrasi terlebih dahulu.
(3) Besarnya social capital yang diciptakan masyarakat dalam kerangka community policing.
(4) Di hampir semua budaya suku bangsa memiliki tradisi musyawarah mufakat sebagai substansi
demokrasi
(5) Dukungan negara-negara lain terhdap terwujudnya Polisi Sipil di Indonesia cukup besar.

b) Kendala
(1) Wilayah Hukum Polres Buton yang yang sangat luas yang terbagi antara daratan dan kepulauanberupa
kepulauan merupakan kendala tersendiiri dalam memelihara keamanan dan ketertiban.
(2) Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, etnis, agama, dan golongan cukup
menyulitkan dalam membangun persepsi yang sama tentang demokrasi.
(3) Tingkat pendidikan masyarakat Kabuapten Buton Selatan yang masih relatif rendah.
(4) Sikap ambivalensi masih sangat besar , sehingga selalu terdapat kontradisi dalam memahami
demokrasi.
(5) Negara-negara besar terlalu memaksakan kehendak menerpkan demokrasi liberal, sehingga
memunculkan pertentangan antara buaya dan agama.

c) Berdasakan faktor-faktor di atas untuk menentikan dapat dianalisis hubungan internal-eksternal


dengan melalui pendekatan teori SWOT,. Pendekatan ini selalu memeprhatikan faktor intern yang
terdiri dari kekuatan dan kelemahan secara intern organisasi Polri; dan memperhatikan faktor-faktor
ekstern yang terdiri adari peluang dan kendala yang dihadapi Polri dalam menghadapi pemilihan kepala
daerah d) Hasil analsis SWOT yang terdiri IFAS dan EFAS dapat menentukan strategi sebagai
berikut :
Diagram Hubungan IFAS dan EFAS IFAS STRENGT

- Legalitas Gakum - Diterimanya paradig ma baru Polri - kebijkan op dan bin mengarah pada
demokrasi - krlrngkspsn struktur
WEAKNESS (W) -
Belum terinternali- sasi - SDM kurang - SDM rendah - sarana dan prasara na belum memadai
- belum terbinanya
14
EFAS
- Demokrasi masuk pendidikan hubungan Pol de-
ngan masyarakat OPPORTUNIES
- Pol bukan yang diotonomkan - terbukanya kerjasama - besrnya social capital - budaya
musyawarah - Dukungan NL pada polisi sipil
STRATEGI SO
- Mantap org. Polisi yg mandiri& prop - Penggalangan Social Capital - Penerapan gakum
STRATEGIO WO -
tingkatkan so- sialisasi demok rasi -Tingkatkan pendidikan SDM Polri
TREATHS (T)
- Wilayah luas - pluralisme masyarakat - tingkat pendidikan masy rendah - sikap ambivalensi
- Pemaksaan demokrasi mode l asing.
STRATEGI ST - Intensifkan giat gakum - sosialiasi demok- rasi. STRATEGI WT -
Manfaatkan SDM yang ada- - - Manfaatkan sarana
yang ada,

d. Visi

Meningkatkan profesionalitas Polri sebagai Polisi Sipil dalam penanggulangan dampak


pemilihan kepala daerah, sehingga terciptanya keamanan dalam negeri yang kondusif

e. Misi

1) Meningkatkan pemahaman makna demokrasi


,,,,,,,kesenjangan sosial ekonomi dan politik diantara masyarakat yang memunculkan
kecemburuan sosial.Konflik-konflik tersebut apabila tidak segera diantisipasi dapat
memunculkan disintegrasi dapat memunculkan disintegrasi bangsa.

2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota Polri dalam penanganan PIlkada


3) Menciptakan hubungan yang harmonis antara Polri dan berbagai komonen masyarakat.
4) Terbangunan keamanan bersama antara Polri dan masyarakat.

f. Kebijakan
1) Internal Polri
a) Pencantuman mata kuliah demokrasi dalam kurikulum pendidikan Polri.
b) Pemberian ganjaran bagi mereka yang berhasil melaksanakan tugas penanggulangan keamanan
Pilkada dan hukuman bagi mereka yang tidak berhasil.
c) Penambahan anggaran operasional bagi penanganan Polri.

2) Eksternal
a) Memberi pengamanan pada setiap calon Kepala Daerah.
b) Menjaga setiap kubu pendukung tiap calon Pilkada
c) Membangun jaringan pengamanan bersama

g. Strategi
1) Jangka Panjang
a) Membangun wawasan kebangsaan yang pluralis, sehingga terjadinya saling pemahaman dan pengertian
dinatara anggota masyarakat.
b) Memantapkan Polisi Sipil yang mandiri dan profesional.
c) Penggalangan social capital dalam kerangka community policing.
d) Melembagakan nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan Kepolisian.
e) Membangun jaringan yang kokoh antara Polri dengan tokoh partai politik dan tokoh masyarakat
dalam kerangka membangun keamanan ditengah-tengah demokratisasi.

2) Jangka Sedang
a) Intensifkan sosialisasi nilai-nilai demokrasi pada masyarakat dan anggota kepolisian melalui berbagai
instrumen.
b) Melaksanakan penegakan hukum sebagai implementasi dari supremasi hukum.
c) Terbangunannya hubungan harmonis antara Polri dengan tokoh masyarakat dan tokoh partai
politik.
d) Membuat program bersama dalam upaya mengantisipasi pengamanan pemilihan pilkada.
e) Membentuk kelompok-kelompok masyarakat dalam kerangka community policing.

3) Jangka Pendek
a) Melaksanakan patroli yang intensif dapa pelaksanaan pilkada
b) Laksanakan penegakan hukum secara konsisten dengan memperhatikan hak asasi manusia pada
berbagai pelanggaran pilkada.
c) Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada untuk kegiatan pengamanan.
d) Melakukan sambung rasa dengan para tokoh masyarakat .
e) Melaksanakan kegiatan pengamanan bersama dengan berbagai komponen masyarakat.

3. PENUTUP
a. Kesimpulan
1) Perkembangan demokrasi di Indonseia mengalami pasang surut sesuai dengan
perkembangan politik dan perkembangan lingkungan strategik.
2) Pemilihan kepala daerah secara langsung akan berdampak pada dinamika keamanan
dalam negeri, berupa timbulnya konflik-konflik baik horizontal maupun vertikal.
3) Untuk dapat mengatasi timbulnya gangguan keamanan berupa konflik-konflik sosial
politik, maka diperlukan startegi penaggulangan, yang dipengaruhi faktor intern meliputi
kekuatan dan kelemahan, serta faktor ekstern berupa peluang dan kendala.
4) Strategi jangka panjang diarahkan pada pemantapan kelembagaan dan berjalannya fungsi
(stabil). Jangka Sedang diarhkan pada tersosialisasi dan terinternalisasi nilai-nilai demokrasi
di kalangan masyarakat dan Polri. Sedangkan jangka pendek ditujukan pada terselenggaranya
penegakan hukum yang memperhatikan hak asasui manusia.

b. Rekomendasi
a) Perlu dilakukan sosialisasi yang terus menerus nilai-nilai demokrasi baik melalui
pendidikan formal maupun non formal, yang ditujukan pada masyarakat dan anggota
kepolisian.
b) Perlu dibangun kesepahaman dan saling pengertian atas perbedaan yang terjadi dalam
pemilihan Pilkada, yang dilakukan dengan melakukan pertemuan antar calon, antar
pendukung, dengan Polri sebagai fasilitator.
c) Dalam konndisi konflik sudah muncul maka penegakan hukum perlu dilakukan dengan
memperhatikan ahak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai