Anda di halaman 1dari 30

DJONI GUNANTO.M.

SI

AKTUALISASI GERAKAN IMM DALAM PILKADA


PROLOG

Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana


perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara
yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar. Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan
oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas,
profesionalisme dan akuntabilitas.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 22 ayat (5) menggariskan
bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Sifat nasional
mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai
penyelenggara pemilihan umum mencakup seluruh wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai
lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun
dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan bahwa
KPU dalam menyelenggarkaan dan melaksanakan pemilihan umum bebas
dari pengaruh pihak manapu
PEMILU DAN DEMOKRASI

PEMILU
Salah satu ciri negara demokratis adalah terselenggaranya kegiatan pemilihan
umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk
mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di
lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu
presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilu bagi sutu negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk
menyalurkan hak asasi politik rakyat. Pemilu memiliki arti penting sebaga
berikut:
Untuk mendukung atau mengubah personil dalam lembaga legislatif
Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang
kekuasaan eksekutif untuk periode waktu tertentu
Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau
mengawasi kekuatan eksekutif.
Pemilihan umum disebut juga dengan Political Market (Dr. Indria Samego).
Arrtinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat
individu/masyarakat bernteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian
masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih
(rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan
serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik
melaluiu media massa cetak, audio, maupun audio visual serta media lainnya
seperti spanduk, pamfelt, selebaran bahkan kamunikasi pribadi secara tatap
muka atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengena program, platform,
asas, ideologi serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga
pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai
politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan
legislatif maupun eksekutif.
DEMOKRASI
Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekkuasaan
berada di tangan banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi
menjad sauatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di
dunia.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Dalam kerangka negara demokrasi, pelaksanaan pemilu merupakan
momentum yang sangat penting bagi pembentukan pemerintahan dan
penyelenggaraan negara periode berikutnya. Pemilu, selain merupakan
mekanisme bagi rakyat untuk memilih para wakil juga dapat dilihat
sebagai proses evaluasi dan pembentukan kembali kontrak sosial. Peran
sentral Pemilu ini terlihat dari perannya sebagai perwujudan kedaulatan
rakyat, maka dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)
memberikan jaminan pemilu adalah salah-satunya cara untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Artinya pemilu merupakan pranata wajib
dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat dan konstitusi memberikan arah
dan mengatur tentang prinsip-prinsip dasar pemilu yang akan
dilaksanakan.
SISTEM PILKADA LANGSUNG

Setelah diundangkannya UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah


dan diderivasi berbagai penjelasan teknisnya oleh PP no 6 tahun 2005 tentang
pemilihan, Pengesahaan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah, maka dimulailah babak baru dalam rentang sejarah
dinamika lokalisme polirik di Indonesia. Pemilihan Kepala Daerah secara
langsung merupakan sebuah ikhtiar demokratisasi yang makin menunjukan
orientasi yang jelas, yakni penempatan posisi dan kepentingan rakyat berada
diatas berbaai kekuatan politik elit yang selama ini dinilai terlampau
mendominasi dan bahkan terkesan menghegemoni.
Keputusan untuk memilih sistem pilkada langsung bukan datang dengan
tiba-tiba. Banyak faktor yang mendukung percepatan digunakannya
sistem langsung tersebut, dengan semangat utamanya memperbaiki
kehidupan demokrasi.
Sistem Pilkada dapat dikatakan sistem yang ideal karena berbagai alasan
yaitu :
demokrasi langsung menunjukan perwujudan kedaulatan di tangan
rakyat, akan dihasilkan kepala daerah yang mendapat dukungan langsung
dari rakyat, permainan politik uang bisa diperkecil karena tidak mungkin
menyuap pemilih dalam jumlah jutaan orang. Pilkada yang sesungguhnya
adalah bagian dari sistem politik di daerah. Sistem pilkada juga bagian dari
sistem politik di daerah.
Inti pemerintahan demokrasi kekuasaan memerintah yang dimiliki oleh
rakyat. Kemudian diwujudkan dalam ikut seta menentukan arah
perkembangan dan cara mencapai tujuan serta gerak poloitik Negara.
Keikut sertaannya tersebut tentu saja dalam batas-batas ditentukan
dalamperaturan perundang-undangan atau hokum yang berlaku. Salah
satu hak dalam hubungannya dengan Negara adalah hak politik rakyat
dalam partisipasi aktif untuk dengan bebas berorganisasi, berkumpul, dan
menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan. Kebebasan tersebut
dapat berbentuk dukungan ataupun tuntutan terhadap kebijakan yang
diambil atau diputuskan oleh pejabat negara.
Partai-partai politik mempunyai kepentingan besar untuk menjadikan
calonnya terpilih sehingga tidak mungkin menyerahkan penyelenggaraan
pada mereka. Catatan pilkada selama ini menunjukan , penyelenggaraan
pilkada oleh partai-partai politik menimbulkan bias demokrasi, seperti
persekongkolan, nepotisme, dan politik uang. Oleh karena itu, kegiatan-
kegiatan tersebut harus diselenggarakan oleh lembaga yang diatur secara
ketat untuk menjaga dan menjamin dilaksanakannya nilai-nilai
keterbukaan, keadilan dan kejujuran.
HAMBATAN PILKADA LANGSUNG DI INDONESIA

Berdasarkan pelaksanaan pilkada di beberapa daerah , terdapat


hambatan-hambatan yang berkaitan dengan persiapan daerah dalam
menyelenggarkan pilkada.
Pertama, berkaitan dengan beratnya syarat pengajuan calon. Dalam UU
no 32 tahun 2004 disebutkan bahwa hanya partai politik atau gabungan
partai politik yang memperoleh suara 15% kursi DPRD atau 15% suara
pileg yang berhak mengajukan calon. Persyaratan inilah yang terlalu
memberatkan. Karena dengan ketentuan seperti ini, daerah-daerah
dimana tidak ada satu pun atau gabungan partai politik yang bisa
mencalonkan diri sebagai pasangan calon, maka akan ada hanya satu
calon.
Kedua, sistem pilkada dua putaran yang dianut ternyata dijadikan sarana bagi
beberapa daerah untuk mengajukan anggaran pilkada secara besar-besaran.
Ketiga, berkaitan dengan prosedur perhitungan suara-suara dab penetapan calon
yang terpilih. Untuk mengatur prosedur dan cara perhitungan secara jelas
bagaimana kalau ada calon yang memiliki suara sama disemua tingkatan
seharusnya ada SK KUPD agar mencari jalan keluar dari masalah ini.
Keempat, maraknya praktik-praktik money politics. Pemilihan kepala daerah
langsung banyak diwarnai kegiatan money politics. Jauh sebelum pelaksanaan
pilkada, para pasangan calon banyak mengeluarkan miliaran rupiah, bahkan
puluhgan miliar, untuk hanya jadi calon.
Kelima, besarnya daerah pemilihan, yaity seluruh wilayah provinsi untuk pemilihan
gubernur, dan seluruh wilayah kabupaten untuk pemilihan bupati, menyebabkan proses
kampanya sulit dikendalikan.
Keenam, caraq pemilihan kepala daerah dengan memilih orang menempatkan figur sebagai
pertimbangan utama dalam menentukan pilihan kepala daerah. Untuk memilih partai saja,
kebanyakan pemulih masih mempertimbangkan figur masing-masing tokohnya.
Ketujuh, sebagai konsekuensi memilih orang, bentuk black propogandan akan banyak
mewarnai kampanye kepala daerah ketimbang model kampanya yang berupaya
membangun image positif masing-masing pasangan calon.
Kedelapan, ketidaksiapan pemilih untuk menerima kekalahan calon pendukungnya akibat
sistem pemilihan dua tahap yang memungkinkan calon terbesar kedua keluar sebagai
pemenang. Termasuk, tidak siapnya para pendukung menerima kekalahan jagoannya.
Kesembilan, sebagai konsekuensi memilih orang, akan banyak split voting pada pemilihan
presiden. Maksudnya banyak pendukung partai memberikan dukungan secara menyilang.
Artinya pilkada masih menyimpan masalah, sehingga banyak
pemimpin yang di hasilkan dari proses yang tidak berkualitas,
akibat dari rakyat kurang cerdas dalam memilih atau politik
transaksional (money politik), ketidakberanian rakyat melapor
terhadap temuan transaksi gelap adalah juga merupakan
bagian masalah.
Pilkada serentak bisa menjadi pintu masuk membangun demokrasi yang
berkualitas. Memang, ini pekerjaan berat dan kompleks. Tak hanya
KPU/KPUD sebagai penyelenggara dan lembaga pengawas Pemilu yang
bertanggungjawab untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas. Para
kandidat, partai politik pengusung, dan tak lupa, masyarakat juga memiliki
andil untuk mewujudkan Pilkada yang demokratis, jujur dan adil; yang
mampu menghasilkan figur-figur kepala daerah yang bersih dan memiliki
kecakapan untuk memimpin serta membangun daerah ke depan.
Sekali lagi, Pilkada hanyalah sekedar pintu masuk membangun demokrasi.
Jika Pilkada berjalan sukses, maka problem demokrasi prosedural terjawab
sudah. Tinggal menunggu realisasi figur-figur kepala daerah yang terpilih
yang mampu bekerja mewujudkan kesejahteraan dan keadilan masyarakat
sebagai mimpi demokrasi yang substansial.
Pilkada serentak 2017 akan diikuti oleh 101 daerah, dengan rincian pilkada
gubernur di tujuh provinsi antara lain Aceh, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta,
Sulawesi Barat, Gorontalo dan Papua Barat. Sedangkan untuk pilkada pemilihan
bupati dan wakil bupati digelar di 76 kabupaten dan pilkada wali kota dan wakil
wali kota digelar di 18 kota.
Rincian provinsi, kabupaten dan kota yang akan menggelar pemilihan pada Pilkada
2017 sebagai berikut,
7 provinsi yaitu,
1. Aceh
2. Bangka Belitung
3. DKI Jakarta
4. Banten
6. Sulawesi
7. Papua Barat
18 kota yaitu,
1. Banda Aceh 10. Salatiga
2. Lhokseumawe 11. Yogyakarta
3. Langsa 12. Batu
4. Sabang 13. Kupang
5. Tebing Tinggi 14. Singkawang
6. Payakumbuh 15. Kendari
7. Pekanbaru 16. Ambon
8. Cimahi 17. Jayapura
9. Tasikmalaya 18. Sorong
76 kabupaten yakni, 11. Aceh Tenggara 20. Muaro Jambi
1. Aceh Besar 12. Gayo Lues 21. Sarolangun
2. Aceh Utara 13. Aceh Barat 22. Tebo
3. Aceh Timur 14. Nagan Raya 23. Musi Banyuasin
4. Aceh Jaya 15. Aceh Tengah 24. Bengkulu Tengah
5. Bener Meriah 16. Aceh Tamiang 25. Tulang Bawang
6. Pidie 17. Tapanuli Barat
7. Simeulue Tengah 26. Pringsewu
8. Aceh Singkil 18. Kepulauan 27. Mesuji
9. Bireuen Mentawai 28. Lampung Barat
10. Aceh Barat 19. Kampar 29. Tulang Bawang
Daya 30. Bekasi
47. Buol 64. Nduga
31. Banjarnegara 48. Bolaang Mongondow 65. Lanny Jaya
32. Batang 49. Kepulauan Sangihe 66. Sarmi
33. Jepara 50. Takalar 67. Mappi
34. Pati 51. Bombana 68. Tolikara
35. Cilacap 52. Kolaka Utara 69. Kepulauan
36. Brebes 53. Buton Yapen
37. Kulonprogo 54. Boalemo 70. Jayapura
38. Buleleng 55. Muna Barat 71. Intan Jaya
39. Flores Timur 56. Buton Tengah 72. Puncak Jaya
40. Lembata 57. Buton Selatan 73. Dogiyai
41. Landak 58. Seram Bagian Barat 74. Tambrauw
42. Barito Selatan 59. Buru 75. Maybrat
43. Kotawaringin Barat 60. Maluku Tenggara Barat 76. Sorong.
44. Hulu Sungai Utara 61. Maluku Tengah
45. Barito Kuala 62. Pulau Morotai
46. Banggai Kepulauan 63. Halmahera Tengah
Meskipun secara teknis Pilkada serentak ini menjadi penanda majunya
demokrasi elektoral di Indonesia, namun dari segi substansi, kualitas
demokrasi masih perlu dipertanyakan. Sebagai praktik terbaru dalam
demokrasi lokal di Indonesia, pelaksanaan Pilkada serentak sejatinya
membuka peluang untuk meningkatkan kualitas demokrasi di tingkat
lokal, yang pada akhirnya menyumbang kualitas demokrasi Indonesia
secara keseluruhan.
Jika Pilkada dapat berlangsung demokratis, jujur dan adil sebagai buah
kerja dari penyelenggaranya yang independen dan profesional, maka ini
akan menyumbang kontribusi terhadap performa demokrasi provinsi,
kabupaten/kota yang bersangkutan. Sebaliknya, jika pelaksanaan Pilkada
penuh dengan aroma kecurangan, sengketa, dan menyemai bibit-bibit
konflik sosial; maka kualitas demokrasinya pun akan dipertanyakan.
SKEMA KEKUATAN DI INDONESIA

Peta kekuatan perubahan di Indonesia terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:


Golongan Elite, Golongan elite ini terdiri dari orang-orang yang mengisi
jabatan dipemerintahan berserta politisi.
Golongan Menengah, Golongan menengah ini terdiri dari mahasiswa.
budayawan, dosen.
Golongan Bawah, Golongan bawah itu terdiri dari tukang ojek, petani,
buruh, nelayan, dan pedagang kaki lima.
Mahasiswa merupakan kluster golongan menengah yang
tentu saja memiliki peran penting dalam 3 aspek
intelektualitas peta kekuatan di Indonesia. Dalam
pandangannya, mahasiswa bisa difungsikan jembatan
penghubung atau penyambung aspirasi dari golongan
bawah kepada para aparatur serta pejabat Negara yang
memiliki keterbatasan dalam menyuarakan kebutuhannya
sebagai warga Negara Indonesia.
Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda
sejarah demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor,
penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah
terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat.
Mahasiswa biasanya memerankan diri sebagai golongan yang kritis
sekaligus konstruktif terhadap ketimpangan sosial dan kebijakan politik,
ekonomi. Mahasiswa sangat tidak toleran dengan penyimpangan apapun
bentuknya dan nurani mereka yang masih relatif bersih dengan sangat
mudah tersentuh sesuatu yang seharusnya tidak terjadi namun ternyata
itu terjadi atau dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu dalam
masyarakat dan pemerintah.
Sedangkan menurut Arbi Sanit, 2008, ada empat faktor pendorong bagi
peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa, yaitu:
sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik,
mahasiswa mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.
sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku
sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses
sosialisasi politik yang terpanjang diantara angkatan muda.
kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan
mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah,
suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari.
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari
susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam
masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan
angkatan muda.
PERAN IMM DALAM MENGAWAL PILKADA BERSIH DAN
BERKUALITAS

Peran IMM Setidaknya ada empat peranan yang bisa dilakukan mahasiswa
atau organisasi kemahasiswaan sebagai upaya untuk mensukseskan pemilihan
kepala daerah.
Pertama, mengawal pelaksanaan semua agenda Pilkada. Pengawalan ini
bertujuan untuk menutup celah penyimpangan yang sangat mungkin terjadi,
baik yang didesain pihak tertentu maupun kesalahan karena kelalaian dari
penyelenggara. Proaktifnya IMM dan masyarakat dalam mengawal jalannya
Pilkada sangat berpengaruh bagi kualitas Pilkada.
Memantau berjalannya setiap agenda tahapan Pilkada akan menciptakan
proses pemilihan yang demokratis, jujur dan kondusif. Kondisi ini dibutuhkan
sebagai proses untuk melahirkan pemimpin sesuai dengan harapan
masyarakat, sistem dan proses yang baik saja belum tentu melahirkan
pemimpin yang baik, apalagi proses yang dilakukan berjalan tidak sehat.
Kedua, berupaya mencerdaskan pemilih. Seperti jargonnya KPU Pemilih Cerdas
wujudkan pemilu berkualitas. Ada tiga sisi yang harus dipahamkan kepada
pemilih sebagai upaya pencerdasan demi kualitas Pilkada, pertama terkait
dengan urgensi Pilkada, tingkat partisipasi masyarakat dalam mengunakan
haknya di bilik suara akan menentukan kekuatan legalitas rakyat atas
pimpinannya.
Ketiga, membangun opini agar Pilkada berlangsung aman dan bersih,
membangun opini juga merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
mencerdaskan pemilih. Isu yang diangkat bisa berupa pelanggaran selama
proses tahapan Pilkada berlangsung, intrik politik dan penyelewengan calon
tertentu yang berdampak merugikan masyarakat atau calon lain sehingga
menimbulkan kondisi Pilkada yang tidak sehat.
Track record dan background para calon, janji manis yang disampaikan para
calon mampu dinetralisir sehingga masyarakat akan mendapatkan informasi
yang objektif. Membangun opini ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti aksi massa, selebaran, forum kajian, seminar, debat kandidat atau
lainnya.
Peranan IMM untuk mencerahkan dan menyampaikan informasi objektif
sebagai perimbangan informasi dari calon lainnya akan menciptakan
pemilih yang cerdas dan pemilu yang berkualitas, hingga pemimpin yang
mereka pilih tidak berbeda jauh dengan pemimpin yang mereka harapkan.
Keempat, membuat kontrak politik yang ditujukan kepada para calon
kepala daerah. Meskipun tidak mempunyai ikatan hukum, namun kontrak
politik ini akan berdampak pada psikologis dan moral bagi para calon dan
pasangan yang terpilih. Gagasan konstruktif yang dibuat oleh kelompok
mahasiswa bisa juga ditawarkan kepada para calon sebagai langkah awal
komitmen mereka dalam melakukan perbaikan.
Penutup Momentum pergantian kepemimpinan ini tidak boleh dilewatkan
begitu saja oleh masyarakat terlebih lagi IMM. Sebagai kaum intelektual
yang harusnya mampu membaca kondisi objektif, IMM harus mengambil
peranannya untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik ke depan.
Semoga pilkada tahun 2017 nanti, di Ilhami
oleh Tuhan sebagai keroksi dinamika bangsa
dan problematika umat

Anda mungkin juga menyukai