Anda di halaman 1dari 9

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Oleh:

Sholichatul Nurul Ainiyah

858656611

UNIVERSITAS TERBUKA SURABAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada langsung) merupakan
kerangka kelembagaan baru dalam rangka mewujudkan proses demokratisasi
di daerah. Proses ini diharapkan bisa mereduksi secara luas adanya
pembajakan kekuasaan yang dilakukan oleh partai politik yang memiliki kursi
di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Selain itu, pilkada secara
langsung juga diharapkan bisa menghasilkan kepala daerah yang memiliki
akuntabilitas lebih tinggi kepada rakyat. Meskipun makna langsung di sini
lebih berfokus pada hak rakyat untuk memiliki kepala daerah, para calon
kepala daerah lebih banyak ditentukan oleh partai politik. Belakangan calon
perseorangan memang dimungkinkan dalam pilkada, namun hal tersebut tidak
begitu saja mampu mengesampingkan posisi dan peran partai politik di dalam
pilkada langsung.
Pilkada langsung di Indonesia sendiri dilaksanakan sejak Juni 2005.
Pelaksanaan pilkada langsung tersebut sebelumnya di dahului keberhasilan
pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2004.
Penyelenggaraan pilkada langsung diintrodusir di dalam undang-undang UU
No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang merupakan UU hasil
revisi atas UU No. 22 tahun 1999 mengenai substansi yang sama. Semangat
yang muncul dari pelaksanaan pilkada langsung diantaranya adalah untuk
mengembalikan hak-hak politik rakyat yang selama ini dilakukan hanya
melalui perwakilan mereka di DPRD. Pelaksanaan pilkada secara langsung
juga sebagai upaya untuk mkehidupan demokrasi setelah terjadi pergantian
rezim orde baru ke reformasi.
Dalam rangka itu, pilkada langsung juga sebagai ajang bagi daerah
untuk menemukan calon-claon pemimpin daerah yang berintegritas dan bisa
mengemban amanat rakyat. Pilkada langsung berpeluang mendorong
majunya calon kepala daerah yang kredibel dan akseptabel di mata
masyarakat daerah sekaligus menguatkan derajat legitimasinya. Dengan
demikian, pilkada langung dapat emperluas akses masyarakat local untuk
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
mereka. Artinya, masyarakat berkesempatan untuk terlibat mempengaruhi
pembuatan kebijakan public yang dilakukan kepala daerah sebagaimana
janjinya saat kampanye dan ikut pula mengawasi kepala daerah jika
menyalahgunakan kekuasaan sehingga proses ini dapat memaksa kepala
daerah untuk tetap memperhatikan aspirasi rakyat. Untuk mendekatkan
harapan tersebut, salah satu pintu masuknya adalah dengan cara melihat
bagaimana proses yang dilakukan oleh partai politik dalam mengajukan
calon-calon pemimpin daerah yang akan mereka usung. Partai politik
sebagaimana yang tersebut dalam UU No. 32 tahun 2004 kemudian di revisi
menjadi UU No. 12 tahun 2008 merupakan salah satu institusi yang bisa
mengajukan calon kepala daerah dalam pilkada langsung. Dalam konteks ini,
proses politik yang terjadi di internal partai politik ikut mempengaruhi
bagaimana kualitas calon kepala daerah. Dengan demikian, partai politik
memiliki posisi dan peran yang signifikan dalam menghadirkan individu-
individu berintegritas untuk memimpin sebuah daerah.
Namun demikian, pada praktiknya kuasa partai politik tersebut kerap
menuai kritik public. Di antaranya, proses pengusungan kandidat kerap
terlihat elitis, rekrutmen calon yang buruk, semaraknya isu mengenai
keharusan menyediakan uang “perahu” atau “mahar” politik oleh kandidat
agar memperoleh tiket pencalonan dari partai politik, abainya partai politik
pada suara public terhadap persoalan yang menyangkut politik kekerabatan di
daerah, sampai mengenai bagaimana partai politik bisa bekerja dalam
mengawal pengusungan kandidat sebagai sebuah mesin politik yang efektif
agar tidak sekadar menjadi pemberi tiket.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung oleh rakyat sebagaimana


diketahui pertama kali dilaksanakan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemilihan Kepala Daerah secara
langsung merupakan jalan keluar yang baik untuk mencairkan kebekuan
demokrasi. Ketentuan pemilihan kepala daerah secara langsung terletak pada
pembentukan dan implikasi legitimasinya. Kepala daerah membutuhkan
legitimasi yang terpisah dari DPRD, sehingga harus dipilih sendiri oleh rakyat.
Dengan pemilihan terpisah, kepala daerah memiliki kekuatan yang seimbang
dengan DPRD, sehingga mekanisme cheks and balances niscaya akan dapat
berjalan dengan baik.

Semangat dilaksanakannya pemilihan kepala daerah langsung adalah


koreksi terhadap system demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era
sebelumnya, dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh DPRD,
menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Selain
semangat itu, sejumlah argumentasi dan asumsi yang memperkuat pentingnya
pemilihan kepala daerah langsung adalah pertama, pemilihan kepala daerah
diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas para elit politik lokal, termasuk
kepala daerah. Kedua, pemilihan kepala daerah diperlukan untuk menciptakan
stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan di tingkat lokal. Ketiga, pemilihan
kepala daerah akan memperkuat dan meningkatkan kualitas seleksi kepemimpinan
nasional karena makin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin
nasional yang berasal dari bawah atau daerah.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pemilihan Kepala Daerah Langsung


1. Pengertian Demokrasi
Menurut Bahasa, demokrasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti
pemerintahan atau kekuasaan. Dapat diartikan bahwa pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat. Demokrasi berdasarkan pernyaluran atas kehendak
rakyat ada dua macam yaitu:
1. Demokrasi Langsung adalah paham demokrasi yang mengikutsertakan
setiap warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan
kebijaksanaan umum dan Undang-undang.
2. Demokrasi tidak langsung, adalah paham demokrasi yang
dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Demokrasi tidak langsung
atau demokrasi perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan
umum.

Pengertian demokrasi berdasarkan sudut termilogis menurut Harris Soche:

Demokrasi adalah bentuk pemerintah rakyat, karena itu kekuasaan


pemerintahan rakyat. Karenaa itu kekuasaan pemerintahan itu melekat pada
diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat dan orang yang
banyak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari
paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk
memerintah.

Sedangkan ciri demokratisasi menurut Maswadi (1997):

1. Berlangsungnya secara evolusioner, yakni demokratisasi berlangsung


dalam waktu yang lama.
2. Proses perubahan secara persuasive bukan koersif, yakni demokratisasi
dilakukan bukan dengan paksaan, kekerasan atau tekanan.
3. Proses yang tidak pernah selesai, demokrasi berlangsung terus menerus.
2. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang sering disebut sebagai
pilkada menjadi sebuah perjalan sejarah baru dalam dinamika kehidupan
berbangsa di Indonesia. Perubahan system pemilihan mulai dari pemilihan
Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden, dan Kepala Daerah diharapkan
mampu melahirkan kepemimpinan yang dekat dan menjadi idaman seluruh
lapisan masyarakat. Minimal secara moral dan ikatan dan penanggungjawaban
kepada konsituen pemilihnya yang notabene adalah masyarakat yang
dipimpinnya.
Selain sabagai pembelajaran dan pendidikan politik langsung kepada
masyarakat. Pilkada juga merupakan tonggak baru demokrasi di Indonesia.
Bahwa esensi demokrasi adalah kedaulatan berada di tangan rakyat yang
dimanifestasikan melalui pemilihan yang langsung dilakukan oleh masyarakat
dan diselenggarakan dengan jujur, adil, dan aman.

B. Tinjauan Tentang Kepala Daerah


1. Pengertian Kepala Daerah
Pemilihan kepala daerah merupakan tonggak baru demokrasi di
Indonesia. Demokrasi sendiri adalah dari, oleh dan untuk rakyat serta
diharapkan dalam penyelenggaraan dilakukan jujur, adil, dana man.
Perubahan system pemilihan yang secara langsung dilaksanakan misalnya
saja dalam pemilihan Kepala Daerah diharapkan mampu melahirkan
kepemimpinan yang membawa arah dalam suatu kabupaten atau kota yang
dipimpinnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Minimal secara moral
ada ikatan dan pertanggungjawaban kepada konstituen atau pemilihannya
yang notabene adalah masyarakat yang dipimpinnya.
Selain sebagai pembelajaran dan pendidikan politik langsung
kepada masyarakatnya. Pilkada juga merupakan tonggak baru demokrasi
di Indonesia. Bahwa tolak ukur demokrasi adalah kedaulatan berada di
tangan rakyat yang dimanifestasikan melalui pemilihan yang langsung
dilakukan oleh masyarakat dan diselenggarakan dengan juju, adil, dan
aman.
Menurut UU RI Nomor 32 Tahun 2004 pasal (25), tugas dan
wewenang serta kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
sebagai berikut:
 Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.
 Mengajukan Rancangan Perda
 Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD.
 Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada
DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
 Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah
 Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan
perundan-undangan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas maka pada


dasarnya pemilihan kepala daerah adalah sebuah peristiwa luar biasa yang
dapat membuat perubahan berarti bagi daerah. Dan dalam penentuan
terpilihnya kepala daerah yang memiliki peranan penting adalah rakyat,
dimana tanpa adanya partisipasi atau dukungan dari masyarakat seorang
kepala daerah takkan ada. Oleh karena itu seorang kepala daerah yang
telah terpilih hendaknya mampu menjalani amanat yang diberikan kepada
masyarakat. Oleh karena itu kualitas dari seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam mepimpin suatu daerah. Namun dalam kenyataannya
kualitas kepemimpinan kepala daerah di negara kita ini masih belum
berkualitas karena masih banyak terjadinya pelanggaran hokum.

2. Proses Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah


Sebelum melaksanakan pemilihan kepala daerah ada tahapan atau
proses yang harus dilaksanakan. Proses merupakan rangkaian berbagai
kegiatan dari struktur yang bekerja dalam satu unit kesatuan. Pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat di wilayah provinsi atau kota berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang dasar 1945 Republik Indonesia. Bahwa proses
pelaksanaan pilkada diartikan sebagai salah satu rangkaian kegiatan
pencalonan kepala daerah oleh partai maupun gabungan partai kepada
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga yang diberi wewenang
memprosesnya mulai dari penetapan pemilih hingga pelantikan kepala
daerah.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut mahkamah


konstitusi sebagai lembaga negara yang berwenang untuk menafsirkan konstitusi
menyatakan bahwa pemilihan kepala daerah baik secara langsung maupun melalui
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau cara-cara lain yang ditentukan untuk
masing-masing daerah yang demokratis. Sesuai dengan yang diatur dalam pasal
18 ayat (4) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Cara
pemilihan kepala daerah yang akan diterapkan tergantung kepada pilihan
pembentuk undang-undang asal sesuai dengan asa-asas pemilihan umum yang
demokratis yaitu langsung, umum, bebas dan rahasia.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat bahwa model pemilihan kepala


daerah yang mana pun diterapkan semua tergantung kepada para pemilih dalam
menentukan pilihannya. Disarankan jika pemilihan kepala daerah dilaksanakan
secara langsung, maka masyarakat pemilih dapat langsung memilih kepala daerah
yang sesuai dengan aspirasi dan dapat melaksanakan aspirasi tersebut. Tetapi,
walaupun pemilihan kepala daerah dilaksanakan melalui perwakilan anggota
Dewan Perwakilan Daerah, maka yang dilakukan masyarakat pemilih adalah
memilih calon wakil rakyat yang dapat menyalurkan aspirasinya dalam
menentukan kepala daerah. Karena wakil rakyat adalah cerminan dari rakyat itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai