Anda di halaman 1dari 9

KINERJA DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PELAKSANAAN

PEMILU

Tugas Paper Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Publik


Dosen Pengampu: Dr.Drs. Mochammad Rozikin, M.AP.

Disusun oleh:
Shela Febri Anggraini
NIM. 205030100111093
Mata Kuliah Perbandingan Administrasi Publik
Kelas I

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (Pemilu)
yang terjadwal dan berkala. Oleh karenanya, tanpa terselenggaranya Pemilu maka hilanglah
sifat demokratis suatu negara. Demikian pula, agar sifat negara demokratis tersebut dapat
terjamin oleh adanya Pemilu, maka penyelenggaraan Pemilu harus dilaksanakan secara
berkualitas. Menurut terminologi pemilu adalah “proses memilih orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatanjabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil
rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.” Pemilu merupakan salah satu
usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan
kegiatan retorika, hubungan publik, komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Pemilihan
umum ini telah ditulis di hukum positif Indonesia yaitu didalam UUD 1945 BAB VIIB
Pemilihan Umum Pasal 22 (Budiarjo, 2008).

Pemilihan umum ini merupakan jembatan untuk mewujudkan Indonesia yang berdikari,
karena pemimpin yang diseleksi dengan begitu ketat dan mempunyai harapan untuk Indonesia
dipimpin oleh kepala Negara atau kepala daerah yang memiliki kompentensi. Pemilihan umum
secara epistimologi yaitu melakukan regenerasi kepemimpinan secara terbuka. Perkembangan
pemilihan umum di Indonesia begitu panjang seharusnya sudah banyak mendapatkan dan
belajar dari konflik untuk lebih menekankan nilai demokasi saebagai perwujudan dari sila
keempat Pancasila dalam pemilihan umum di Indonesia saat ini.

Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut menentukan figur yang akan
memimpin negara. Pemilu yang baik dan demokratis akan melahirkan pemimpin yang jujur
dan adil. Namun, kualitas pemilu yang baik tidak selalu tercapai di Indonesia. Oleh karena itu,
dalam paper ini akan dibahas kinerja demokrasi dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pemilu di Indonesia?
2. Bagaimana kinerja demokrasi dalam pemilu di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan pemilu di Indonesia.
2. Mengetahui kinerja demokrasi dalam pemilu di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemilu di Indonesia
Pemilu dalam pandangan Matori Abdul Djalil adalah memberikan kepastian terhadap
alih kepemimpinan dan kekuasaan (transfer of Leader and Power) secara konstitusional untuk
melahirkan pemimpin yang legitimatif. Sementara menurut Syamsudin Haris pemilihan umum
merupakan lembaga sekaligus praktek politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pemerintahan perwakilan (representative government). Lebih luas lagi, AS Hikam
mendefinisikan Pemilihan Umum merupakan lembaga sekaligus praktek politik yang
mempunyai 2 (dua) dimensi dimana kedua sisinya nampak saling berseberangan. Pada dimensi
pertama, pemilihan umum dipandang sebagai sarana bagi perwujudan kedaulatan rakyat dan
sarana artikulasi kepentingan warga negara untuk mewujudkan wakil-wakil mereka. Sementara
pada dimesi kedua, pemilihan umum merupakan salah satu sarana untuk memberikan dan
memperkuat legitimasi politik pemerintah sehingga keberadaannya, kibijaksanaan, dan
program-program yang dibuatnya dapat diwujudkan dengan lebih mudah dan mempunyai
ikatan sanksi yang kuat.

Pemilu penting dilaksanakan dalam suatu negara yang menganut prinsip demokrasi
karena pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk dapat memilih pemimpinnya. Pentingnya
pelaksanaan pemilu dalam negara yaitu:

1. Dalam rangka melaksanakan kedaulatan rakyat;


2. Dalam rangka memilih wakil-wakil rakyat;
3. Untuk meyakinkan atau setidak-tidaknya memperbaharui kesepakatan pihak
warga negara;
4. Mempengaruhi perilaku warga negara; dan
5. Mendidik penguasa untuk semakin mengandalkan kesepakatan dari rakyat
ketimbang pemaksaan untuk mempertahankan legitimasinya.

Pemilu di Indonesia dilaksanakan secara periodic setiap 5 tahun sekali. Dalam setiap
pemilu yang diselenggarakan, setiap warga negara yang telah memiliki hak pilih akan
menentukan wakil rakyat yang akan duduk pada Lembaga perwakilan rakyat baik di pusat
maupun di daerah, serta menentukan pasangan presiden/wakil presiden. Ada beberapa
peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu di Indonesia, mulai dari sebelum
reformasi sampai pada masa setelah reformasi. Undang-undang yang dibentuk setelah masa
reformasi antara lain UU No.42 tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, UU
No.15 tahun 2011 tentang Pemilu, UU No.8 tahun 2012 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD,
dan UU No.7 tahun 2017 tentang Pemilu. Pada saat ini, terdapat peraturan yang mengatur
tentang pemilihan umum di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum. Berdasarkan Undang-undang tersebut, pemilu didefinisikan sebagai sarana
kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peserta pemilu dapat berasal dari perorangan maupun partai politik untuk mendaftar
menjadi calon presiden/wakil presiden maupun anggota legislatif. Adapun jumlah kursi yang
ditetapkan dalam pemilu menurut UU Nomor 7 tahun 2017 untuk anggota DPR ditetapkan
sebanyak 575 kursi, dengan jumlah kursi tiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit 3
kursi dan paling banyak 10 kursi. Sedangkan untuk jumlah kursi DPRD provinsi ditetapkan
paling sedikit 35 dan paling banyak 120 kursi dan untuk setiap daerah pemilihan anggota
DPRD provinsi paling sedikit 3 kursi dan paling banyak 12 kursi. Adapun jumlah kursi DPRD
kabupaten/kota paling sedikit 20 dan paling banyak 55 kursi. Sedangkan untuk anggota DPD
untuk setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 kursi.

Dalam sejarah Pemilu di Indonesia hanya terdapat 2 sistem yang diterapkan. Kedua
sistem itu adalah proporsional tertutup dan proporsional terbuka. Sistem proporsional tertutup
membuat rakyat sebagai pemilih hanya bisa memilih partai politik. Dalam sistem proporsional
tertutup, pemilih tidak bisa mengetahui dan tidak bisa memilih secara langsung calon anggota
legislatif (Caleg) terpilih yang bakal menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dengan sistem itu, walaupun pemilih yang
memberikan suara kepada salah satu calon, maka suara tersebut menjadi suara partai politik
pengusung. Suara partai politik yang telah mencapai ambang batas kursi akan diberikan kepada
para calon yang diusung berdasarkan nomor urut. Dalam sistem proporsional tertutup, partai
politik mengajukan daftar calon yang disusun berdasarkan nomor urut. Nomor urut itu nantinya
ditentukan oleh partai politik. Sementara, penetapan calon terpilih ditentukan berdasarkan
nomor urut. Apabila partai mendapatkan dua kursi, maka calon terpilih adalah nomor urut 1
dan 2. Karena rakyat tidak bisa memilih langsung wakil-wakilnya yang duduk di kursi
legislatif, maka sistem proporsional tertutup ini disebut kurang demokratis. Sistem
proporsional tertutup diterapkan dalam Pemilu 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, dan
1999.

Sedangkan dalam sistem proporsional terbuka, pemilih bisa memilih langsung Caleg
yang akan mewakili mereka di DPR dan DPRD. Karena pemilih bisa mengetahui sosok Caleg
yang akan mewakili mereka, sistem proporsional terbuka dinilai demokratis. Sistem
proporsional terbuka mulai diterapkan pada Pemilu 2004, 2009, 2014, dan 2019.

2.2. Kinerja Demokrasi Dalam Pemilu di Indonesia


Sesuai dengan amanat konstitusi pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Pelaksanaan pemilihan umum kepala
daerah secara langsung merupakan salah satu implementasi dari sistim demokrasi dalam rangka
menciptakan pemerintahan yang lebih demokratis. Terdapat beberapa indikator kinerja
demokrasi dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia, antara lain:

1. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan salah satu tolak ukur


penyelenggaraan demokrasi.
2. Pemilu yang berkualitas akan menjaga konsolidasi demokrasi di Indonesia.
3. Partisipasi politik yang luas dan otonom merupakan salah satu ciri pokok dari
sebuah sistem politik yang demokratis.
4. Pemilu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
5. Pemilu harus dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pemilu harus dilaksanakan dengan mengutamakan manifestasi hak masyarakat.
7. Pemilu harus dilaksanakan dengan memperkuat asas-asas penyelenggaraan
pemilu
8. Pemilu harus dilaksanakan dengan menghindari politik uang.
9. Pemilu harus dilaksanakan dengan menjalankan kampanye yang sehat dan
berkualitas.

Sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia tergolong muda usianya sehingga proses


menuju kedewasaan demokrasi terutama dalam konteks pemilihan umum kepala daerah yang
diwarnai persilisihan dan kericuhan antar golongan. Situasi demikian harus disikapi sebagi
bagian dinamika demokrasi yang terus berkembang dalam berproses menuju demokrasi yang
diharapkan seluruh masyarakat Indonesia sehingga terwujudnya masyarakat adil makmur yang
bernafaskan Pancasila. Koalisi partai politik selalu dilakukan guna memenangkan pemilu,
namun pada kenyataannya selalu diputuskan dalam dua kemenangan. Hal ini menunjukkan
bahwa prinsip demokrasi dalam pemilu di Indonesia masih belum tercapai secara optimal.
Selain itu, masih banyak elemen yang mencari penyelesaian masalah di luar prinsip dan konsep
sebuah negara demokrasi.

Pada kenyataannya kinerja demokrasi dalam pemilihan umum di Indonesia masih


belum maksimal. Prinsip-prinsip demokrasi tidak diterapkan seluruhnya dalam proses
penyelenggaraan pemilu. Masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam kinerja
demokrasi dalam pemilu, diantaranya:

1. Demokrasi belum menyejahterakan rakyat: Menurut Mahfud MD, secara


umum pasca reformasi, demokrasi bukan bertambah baik. Hal ini dikarenakan
demokrasi yang berkembang cenderung liberal, karena tidak diikuti oleh
penegakan hukum yang kuat dan konsisten
2. Politik uang yang sangat merugikan bagi kemajuan bangsa dalam sistem
demokrasi di indonesia. Hal ini dapat menjurus pada Tindakan korupsi dan
sangat merugikan bagi kemajuan bangsa dalam sistem demokrasi di Indonesia.
3. Kualitas demokrasi yang masih buruk. Ketua Bawaslu, Abhan, menilai
permasalahan pemilu sejak awal reformasi hingga kini tetap sama. Setiap masa
pemilu tiba, kehidupan kebangsaan jadi penuh potensi bahaya. Sehingga
taruhannya adalah kualitas demokrasi itu sendiri.
4. Transisi demokrasi, dimana Indonesia yang memilih jalan transisi dari rezim
post-otoritarianism orde baru melalui Pemilu 1999 memang belum berhasil
keluar dari fase transisi demokrasi. Masih banyak elemen yang mencari
penyelesaian masalah di luar prinsip dan konsep sebuah negara demokrasi.
5. Perilaku peserta dan penyelenggara pemilu yang masih banyak melakukan
kecurangan dalam proses pelaksanaan pemilu.

Pemilu yang berkualitas akan menjaga konsolidasi demokrasi di Indonesia. Namun,


masih banyak kendala yang harus diatasi dalam penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.
Beberapa kendala tersebut antara lain politik uang, kecenderungan masyarakat memakai uang
untuk memenangkan pemilu, dan penguatan asas-asas penyelenggaraan pemilu.

Pemilu 2024 akan menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia dalam
menjalankan demokrasi. Oleh karena itu, para kontestan pemilu harus menjalankan kampanye
yang sehat dan berkualitas. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa pemilu
dilaksanakan secara jujur dan adil, serta mengatasi kendala-kendala yang ada dalam
penyelenggaraan pemilu.

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas demokrasi dalam pemilu di Indonesia.

1. Optimalisasi Pemilu: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia melakukan


penandatanganan nota kesepahaman dengan Universitas Moch. Sroedji tentang
Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara dan penghitungan
suara. Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan memutus perselisihan hasil
pemilihan umum dan putusannya bersifat final dan mengikat untuk seluruh
kewenangannya, termasuk kewenangan memutus perselisihan hasil pemilihan
2. Politik ide dan gagasan: Presiden Joko Widodo mengedepankan politik ide dan
gagasan, karena yang ingin dibangun bukan demokrasi pengkultusan, bukan
demokrasi idola, tapi demokrasi gagasan
3. Peraturan KPU: Telah disepakatinya Peraturan KPU (PKPU) tentang tahapan
Pemilu 2019 oleh KPU dan Komisi II DPR dalam rapat bersama di gedung DPR
4. Pemilu Berkualitas: Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan rangkaian
proses panjang untuk sampai pada keputusan bahwa ada 17 parpol yang lolos
sebagai peserta pemilu. KPU juga berkomitmen untuk menyelenggarakan
pemilu taat regulasi
5. Kerja sama antara Kemenko Polhukam dengan KEMITRAAN: Terdapat kerja
sama antara Kemenko Polhukam dengan KEMITRAAN untuk meningkatkan
kualitas demokrasi di Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kinerja demokrasi dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia masih belum tercapai secara
optimal. Kendala-kendala seperti politik uang dan kecenderungan masyarakat memakai uang
untuk memenangkan pemilu harus diatasi agar pemilu dapat berjalan dengan baik dan
demokratis. Pemilu yang berkualitas akan menjaga konsolidasi demokrasi di Indonesia dan
melahirkan pemimpin yang jujur dan adil. Oleh karena itu, para kontestan pemilu harus
menjalankan kampanye yang sehat dan berkualitas, serta pemerintah harus memastikan bahwa
pemilu dilaksanakan secara jujur dan adil. Pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas demokrasi dalam Pemilu di Indonesia. Beberapa upaya tersebut
antara lain optimalisasi Pemilu, politik ide dan gagasan, peraturan KPU, pemilu berkualitas,
dan kerja sama antara Kemenko Polhukam dengan kemitraan.
DAFTAR PUSTAKA

Antari, P. E. (2018). Interpretasi Demokrasi Dalam SIstem Mekanis Terbuka Pemilihan


Umum di Indonesia. Jurnal Panorama Hukum, 87-104.

Bachtiar, F. R. (2014). Pemilu Indonesia: Kiblat Negara Demokrasi Dari Berbagai


Refresentasi. Jurnal Poliik Profetik.

Kartiko, G. (2009). Sistem Pemilu Dalam Perspektif Demokrasi di Indonesia. Jurnal


Konstitusi, 37-51.

Mulyono, G. P., & Fatoni, R. (2019). Demokrasi Sebagai Wujud Nilai-Nilai Sila Keempat
Pancasila Dalam Pemilihan Umum Daerah di Indonesia. Citizenship Jurnal Pancasila
dan Kewarganegaraan, 97-107.

Sukriono, D. (2009). Menggagas Sistem Pemilihan Umum di Indonesia. Jurnal Konstitusi, 8-


36.

Anda mungkin juga menyukai