Disusun oleh:
Shela Febri Anggraini
NIM. 205030100111093
Mata Kuliah Etika Administrasi Publik
Kelas B
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Sementara itu, permasalahan lain yang masih menjadi perhatian publik selama ini
sebagai dampak dari terjadinya penyimpangan kekuasaan dalam pemerintahan yaitu
berkaitan dengan penyediaan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi masyarakat,
seperti pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kesejahteraan.
Maka dari itu, diperlukan suatu pegangan moral yang dapat menjadi landasan sikap,
perilaku dan perbuatan para birokrat untuk bisa mencapai tujuan dari birokrasi yang bersih
dan dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya pegangan moral yang dimiliki, maka mana
yang baik dan mana yang buruk, benar dan salah serta mana yang dianggap ideal dan tidak
ideal bisa dibedakan.
Pegangan moral ini lah yang dibutuhkan para birokrat agar bisa menjalankan tugas
yang diberikan dengan baik tanpa adanya penyelewengan. Disini lah peran etika administrasi
publik diperlukan sebagai pedoman perilaku para birokrat. Etika merupakan salah satu
elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus keberhasilan
organisasi di dalam melaksanakan pelayanan publik itu sendiri. Maka dari itu, sangat penting
bagi setiap organisasi untuk mematuhi etika administrasi publik yang telah ditetapkan dan
disepakati. Dengan begitu, kegiatan organisasi bisa berjalan dengan lancar dan tujuan
organisasi dapat dicapai tanpa adanya penyelewengan.
1.3. Tujuan
1. Mengatahui apa yang dimaksud dengan etika administrasi publik
2. Mengetahui kedudukan etika dalam administrasi publik
BAB II
PEMBAHASAN
Posisi etika dalam penyelenggaraan administrasi publik termasuk ke dalam salah satu
dimensi yang sangat krusial. Etika pada saat ini dijadikan sebagai landasan berfikir dan
bertindak bagi para penyelenggara pemerintahan, karena etika merupakan konstruksi yang
membangun bagaimana sebuah tingkah laku pejabat pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini etika mengarahkan para pelaku pemerintahan untuk
menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien, serta responsive untuk mendukung tata kelola
pemerintahan yang demokratis.
Etika administrasi publik sangat berkaitan erat dengan etika kehidupan berbangsa.
Administrasi publik tidak hanya terbatas pada kumpulan sketsa yang digunakan untuk
membenarkan kebijakan pemerintah atau hanya terbatas pada suatu disiplin ilmu saja, tetapi
lebih jauh dari itu, administrasi negara dijelaskan Wilson (1978) sebagai upaya untuk
menaruh perhatian terhadap pelaksanaan suatu konstitusi ketimbang upaya membuatnya.
Jadi sangat jelas bahwa dalam administrasi publik dikenal etika administrasi publik
yang tujuannya adalah untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi negara dengan baik,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. Itu berarti, saatetika administrasi publik
digunakan dengan baik oleh para administrator maka etika kehidupan berbangsa pun dapat
berlangsung dengan baik. Sebaliknya, apabila etika administrasi negara tidak secara benar
melandasi setiap pergerakan dalam administrasi negara maka dapat diindikasikan begitu
banyaknya masalah yang berdampak pada kehiduan berbangsa.
Etika administrasi publik merupakan suatu aturan atau standar yang ditetapkan dalam
pengelolaan managerial sebagai arahan moral bagi para administrator publik dalam
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam etika administrasi publik ada asumsi
bahwa melalui penghayatan etis yang baik, seorang birokrat akan dapat membangun
komitmen untuk menjadikan dirinya sebagai teladan tentang kebaikan dan moralitas
pemerintahan.
Etika dijadikan sebagai pedoman apa yang harus dilakukan dalam setiap sendi
kehidupan, bukan hanya sebagai seperangkat nilai yang harus ditunjukan dan menuntut apa
yang harus dilakukan. Akan tetapi, etika memberikan upaya kesadaran untuk berbuat
tindakan yang bermanfaat, berfaedah atau berguna bagi semua pihak. Etika akan
mengarahkan seseorang untuk bertanggungjawab dengan apa yang akan dilakukan dan apa
yang telah dilakukan karena meskipun pengelolaan pemerintah dilakukan oleh para
kewenangan-kewenangan yang diatur berdasarkan undnag-undang, akan tetapi sebagai wujud
etika dalam pemerintahan yang demokratis harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.
Sistem akuntabilitas yang selama ini diterapkan lebih bersifat internal, artinya
pemahaman akuntabilitas sebatas pertanggung jawaban dari setiap individu atau satuan kerja
dengan dimensi yang lebih menitik beratkan pada penggunaan anggaran dan diarahkan hanya
untuk memenuhi aspek formalitas. Sementara akuntabilitas yang bersifat output berupa tolak
ukur kinerja atau kriteria yang jelas berdasarkan indek kepuasan masyarakat masih minim
perhatian. Akuntabilitas publik yang harus dapat ditunjukan oleh para penyelenggara negara,
senantiasa sebagai bagian dari aktualisasi diri atas potensi yang dimiliki dengan melakukan
tugas dan tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh.
Akuntabilitas pada dasarnya datang dari luar sebagai bentuk penilaian dan pengukuran
atas apa yang telah dilakukan, melalui sikap atau tindakan yang selalu mengedepankan
kepentingan publik. Meskipun demikian, akuntabilitas publik bukan berarti bebas dari
kemungkinan adanya ketidakjujuran, karena akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang
kerap dilakukan hanya sebatas pada laporan dan informasi yang sifatnya tertulis yang seolah
harus nampak ke permukaan dengan menonjolkan sisi kebaikan dan keberhasilan atas
pelaksanaan program yang telah dilakukan, tidak menjelaskan bagaimana proses itu
dilakukan, akan tetapi hanya memperlihatkn hasil dari apa yang telah dikerjakan. Oleh karena
itu, untuk dapat mewujudkan akuntabilitas publik yang sebenarnya perlu ditekankan pada
tataran normatif berupa etika yang ketika apa yang sedang dikerjakan dapat
dipertanggungjawabkan pada publik, supaya tidak terjadi malpraktek atau menggunakan
berbagai cara yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebaikan.
Etika sebagai wujud akuntabilitas publik, memang masih dinilai sebagai suatu hal
yang bersifat abstrak alias berada pada posisi yang samar, karena etika tidak berbicara benar
atau salah, namun lebih pada baik atau buruk atas suatu hal yang dikerjakan. Untuk itu, agar
etika menjadi suatu yang bersifat konkret dan benar dapat dirasakan serta diberikan penilaian,
maka aparatur pemerintah sebagai pengelola pemerintahan senantiasa mengembangkan setiap
tindakan atau aktivitas dalam mengemban tugas sebagai pelayan masyarakat dengan
mengedepankan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat, seperti : kejujuran,
kepastian hukum, kemudahan, kemanfaatan dan efektivitas biaya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika administrasi publik merupakan aturan atau standar pengelolaan, arahan moral
bagi anggota organisasi atau pekerjaan manajemen, aturan atau standar pengelolaan yang
merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam melaksanakan tugasnya melayani
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Jeujanan, W., Peranan Etika Dalam Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial
(Societas). ISSN 2252-603X : 70-86.
Yuniningsih, T., dkk. (2017). Bunga Rampai Etika Administrasi Publik. Semarang: Program
Studi Doktor Administrasi Publik Press FISIP-UNDIP.
Yuniningsih, T., dkk. (2018). Etika Administrasi Publik. Semarang: Program Studi Doktor
Administrasi Publik Press FISIP-UNDIP.