Anda di halaman 1dari 14

Nama Mahasiswa : RISKA SILALAHI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 015546716


Kode/Nama Mata Kuliah : ETIKA ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN
Kode/Nama UPBJJ : 12/MEDAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep-konsep tentang nilai moral dan etika dalam administrasi pemerintahan


dirumuskan untuk diterapkan dalam kehidupan kenegaraan dan lingkup administrasi yang
sesungguhnya. Kemanfaatan konsepsi etika tersebut hanya akan terasa apabila ia benar-benar
dapat menjadi bagian dari dinamika administrasi modern. Dalam banyak hal, konsep dan teori
filosofis mengenai moralitas dalam bidang administrasi negara itu juga berasal dari praktek
administrasi sehari-hari. Oleh sebab itu, pembahasan mengenai etika administrasi negara tidak
berada dalam ruang hampa, ia harus selalu menyertakan pembahasan tentang aplikasinya,
bagaimana para birokrat dan administrator bertindak atau harus bertindak menurut kaidah-kaidah
etis yang ada guna mencapai good governance.

Peningkatan kualitas pelayanan publik mutlak diperlukan mengingat kondisi sosial


masyarakat yang semakin baik sehingga mampu merespon setiap penyimpangan dalam
pelayanan publik melalui gerakan maupun tuntutan dalam media cetak dan elektronik. Apalagi
dengan adanya persaingan terutama untuk pelayanan publik yang disediakan swasta membuat
sedikit saja pelanggan merasakan ketidakpuasan maka akan segera beralih pada penyedia
pelayanan publik yang lain. Hal ini membuat penyedia pelayanan publik swasta harus berlomba-
lomba memberikan pelayanan publik yang terbaik. Yang seharusnya ditiru oleh penyedia
pelayanan publik pemerintah sehingga masyarakat merasa puas menikmati pelayanan publik
tersebut. Etika dalam pelaksanaan administrasi publik menjadi salah satu masalah yang menjadi
kelemahan dasar dalam pelaksanaan administrasi di Indonesia. Etika sering dilihat sebagai
elemen yang kurang berkaitan dengan dunia administrasi. Padahal, etika merupakan salah satu
elemen yang sangat menentukan kepuasan publik sekaligus sebagai keberhasilan organisasi
administrasi itu sendiri. Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap pelayanan publik mulai dari
penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi, pelayanan untuk mencapai tujuan
akhir pelaksanaan administrasi. Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan
individu, kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa dalam mencapai tujuannya. Pada
pelaksanaan administrasi publik juga dipengaruhi oleh etos kerja yang dimiliki oleh pejabat-
pejabat publik dalam tugasnya menyelenggarakan kebutuhan masyarakat.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana etika mempengaruhi etos kerja dalam lingkup pejabat publik?


2. Apa implikasi dari hubungan antara etika dan etos kerja pejabat publik terhadap institusi
publik sistem administrasi publik itu sendiri maupun terhadap masyarakat?
3. Bagaimana permasalahan pelayanan publik di Indonesia ?

BAB II

PEMBAHASAN

a. Landasan Teori
1. Pengertian Administrasi Publik

Dalam buku Manajemen dalam Pemerintahan, yang diterbitkan oleh Lembaga


Adminitrasi negara, dikatakan bahwa, administrasi negara adalah keseluruhan penyelenggaraan
kekuasaan negara dengan memanfaatkan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana
dan daya untuk tercapainya tujuan negara dan terlaksananya tugas pemerintahan. Pejabat publik
adalah orang yang melaksanakan administrasi publik, pegawai maupun aparatur negara.
Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Etos Kerja

Pengertian Etos Kerja, Menurut Jansen H Sinamon, diantaranya adalah sebagai berikut :
Etos adalah kebiasaan, berbasis pada state of mind, yang berhubungan dengan kegiatan
produktif (etos belajar, etos kerja, etos menabung, dsb). Etos adalah mindset yang berkaitan
dengan dan mewujudkan berupa kegiatan produktif. Etos adalah apa yang dianggap paling
penting, paling vital, oleh sekelompok orang untuk pekerjaan (profesi) yang mereka jalankan,
dan perilaku apa yang dituntut untuk mencapai hal paling penting tersebut, termasuk apa-apa
yang tidak boleh dilanggar.

Masih menurut Jansen, etos kerja adalah spirit, semangat, dan mentalitas yang mewujud
menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan unggul seperti rajin, antusias, teliti, tekun,
kerja keras, ulet, sabar, bertanggungjawab, hemat, efisien, menghargai waktu. Etos kerja menurut

Jansen adalah seperangkat perilaku kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan
yang jelas dan mantap serta komitmen yang teguh pada prinsip, paradigma, dan wawasan kerja
yang khas dan spesifik. Sedangkan pengertian etos kerja berdasarkan kamus besar bahasa
indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu
kelompok.

3. Fungsi dan tujuan etos kerja

Secara umum etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:

a. Pendorong timbulnya perbuatan


b. Pengairah dalam aktivitas
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan.
4. Etika
a. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti sifat atau adat, dan kata
jadian yaitu “Ta Ehtika” yang dipakai filsuf Plato dan Aristoteles (384-322 SM) untuk
menerangkan studi mereka tentang nilai-nilai dan cita-cita Yunani. Etika adalah nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan sesorang atau suatu kelompk dalam mengatur
tingkah lakunya (bertens:2004). Etika pelayanan publik merupakan suatu cara dalam melayani
publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan
hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik. Atau
dengan kata lain penggunaan atau penerapan standar-standar etika yang telah ada sebagai
tanggung jawab aparatur birokrasi pemerintahan dalam menyelenggarakan pelayanan bagi
kepentingan publik. Fokus utama dalam etika pelayanan publik adalah apakah aparatur
pelayanan publik telah mengambil keputusan dan berperilaku yang dapat dibenarkan dari sudut
pandang etika (agar manusia mencapai kehidupan yang baik).

b. Pentingnya Etika Administrasi Publik


Etika administrasi publik digambarkan oleh Ginandjar Kartasasmita (1996: 26-7) secara
lebih konkrit. Masalah etika dalam birokrasi menjadi keprihatinan (concern) yang sangat besar,
karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya dirinya, tetapi masyarakat banyak. Di
samping itu tumbuh keprihatinan bukan saja terhadap individu-individu para birokrat tetapi juga
terhadap organisasi sebagai sebuah sistem yang cenderung bertambah besar dan bertambah luas
kewenangannya yang cenderung mengesampingkan nilai-nilai. Dari segi materi atau isi,
administrasi publik berarti melakukan kebijakan publik yakni menetapkan dan melaksanakan
kebijakan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat umum. Dari segi formal atau bentuk,
administrasi publik adalah pengambilan keputusan-keputusan yang mengikat orang banyak.
Sedangkan dari segi sosiologis, administrasi publik merupakan bentuk tindakan sosial tertentu
yang diorganisir atau tepatnya serangkaian proses tindakan sosial yang berlangsung dan
dibakukan dalam priode tertentu. Nicholas Henry (l980) dalam Wahyudi Kumoro (l996: 102-3)
menguraikan adanya 5 paradigma dalam administrasi publik dan sebagian besar perbedaan
paradigma itu berkisar perlu tidaknya pemisahan antara ilmu politik dan administrasi.

Menurut Henry, paradigma terakhir dari administrasi publik adalah bahwa lokus
administrasi publik mengenai kepentingan publik (public interest) dan urusan publik (publik
affairs), sedangkan fokusnya adalah teori organisasi dan ilmu managemen. Dalam paradigma ini
dihindari dikotomi politik-administrasi, sebab dalam kenyataannya seorang birokrat atau
adinistrator tidak bisa menghindar dari tindakan politis. Aktivitas politik dari birokrat tampak
dari adanya keleluasaan bertindak (diskresi) administratif yang dimiliknya. Sementara aktivitas
administrasi tampak dari segala perilakunya untuk mmerencanakan, memilih alternatif,
mengorganisasi, mengelola, memantau, mengevaluasi, melaksanakan, serta melakukan
implementasi atas program-program didalam lingkup birokrasi. Menurut Miftah Thoha (2004:
54), “ilmu administrasi publik merupakan suatu kajian yang sistematis dan tidak hanya sekedar
lukisan abstrak akan tetapi memuat perencanaan realitas dari segala upaya dalam menata
kepemerintahan yang baik (good governance)”.
Hubungan Etika dan Etos Kerja Pejabat Publik

Etika berkaitan dengan konsep-teori-rasio tentang nilai-nilai etis dalam hubungan


manusiawi, seperti kebenaran, keadilan, kebebasan, kejujuran, dan cinta kasih. Sementara etos
berkaitan dengan perilaku-praktik-budaya yang tidak selalu bersifat etis atau sesuai dengan etika.

Etika kerja adalah semacam teori tentang apa, mengapa, dan bagaimana sesorang seharusnya
bekerja agar ia menjadi manusia yang baik. Dan etos kerja adalah praktik dan budaya kerja apa
adanya. Karena bersifat konseptual-teoritik-rasional, etika kerja selalu mengacu pada nilai-nilai
etis yang menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia. Etika
dan etos kerja merupakan faktor dasar dari pejabat publik dalam melaksanakan administrasi
publik. Sebagai contoh, seorang pegawai administrasi keuangan, ketika ia menjunjung etikanya
maka ia akan jujur dalam mencatat pengeluaran baik ada orang maupun tidak, itu yang
dinamakan etika. Karena ia berlaku jujur maka etos yang etis terwujud menjadi suatu sikap
profesional dan menghasilkan kinerja yang baik.

Pada dasarnya etika pejabat publik tertuang dalam kode etik kepegawaian, sehingga
sudah ada dasar untuk suatu perilaku pejabat publlik yang secara moral sudah dianggap benar.
Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap pekerjaan maka terciptalah
etos kerja yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran, keadilan, cinta kasih, dsb)
apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu etos kerja yang tidak
etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik pula. Sehingga dapat
dilihat bahwa penerapan etika dilakukan terlebih dahulu, dan akan dapat membangun etos kerja
yang nantinya menghasilkan suatu kinerja atau produktivitas dalam pekerjaan.

Implikasi Hubungan Antara Etika Dan Etos Kerja Pejabat Publik

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa etika mempengaruhi etos kerja pegawai
publik dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan administrasi publik. Pegawai harus
memahami, menghayati dan mengaplikasikan etika dalam pekerjaan sehari-hari mulai dari tugas
individu, kelompok maupun institusi, maka etos kerja akan dapat di bangun secara maksimal,
sehingga produktivitas kerja meningkat, pegawai itu sendiri itu akan memperoleh kepuasan kerja
sebagai dorongan untuk mencapai profesionalitas, masyarakat akan memperoleh kepuasan
terhadap pelayanan yang diberikan, maka timbul kepercayaan dalam masyarakat, dan
menjadikan hubungan timbal balik yang efektif. Jika semua hal tersebut dapat tercapai pada
akhirnya akan mempertahankan etos kerja yang baik serta menjadikan bangsa kita sebagai
bangsa yang tangguh, mampu bersaing di era pasar bebas.
Sebaliknya apabila etika yang telah di buat tidak diikutsertakan dalam pegawai dalam
tugasnya, maka kasus-kasus seperti penyelewengan akan potensial terjadi, dan menghasilkan
etos buruk, seperti yang di katakan oleh Mochtar Lubis bahwa etos kerja bangsa indonesia
hampir seluruhnya merupakan etos yang buruk. Tentunya etos buruk tersebut akan menciptakan
kerusakan perilaku, sehingga produktivitas serta profesionalisme tidak dapat dicapai. Bagi
pegawai itu sendiri etos buruk akan menjadi kebiasaan yang dapat menular kepada pegawai lain
dan dapat merugikan instansi sehingga tidak dapat mencapai target pekerjaan. Selain itu dampak
luas dari etos kerja pegawai publik yang buruk akan menghasilkan pelayanan kepada masyarakat
yang buruk pula, sehingga muncul ketidakpuasan dari masyarakat terhadap administrasi publik.

Masalah Pelayanan Publik di Indonesia

Masalah utama pelayanan publik sebenarnya adalah peningkatan kualitas pelayanan


publik itu sendiri. Pelayanan publik yang berkualitas dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu
bagaimana pola penyelenggaraannya,sumber daya manusia yang mendukung,dan kelembagaan.

Beberapa kelemahan pelayanan publik berkaitan dengan pola penyelenggaraannya antara


lain sebagai berikut:

1. Sukar Diakses. Unit pelaksana pelayanan publik terletak sangat jauh dari jangkauan
masyarakat, sehingga mempersulit mereka yang memerlukan pelayanan publik tersebut.
2. Belum informatif.Informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung lambat atau
bahkan tidak diterima oleh masyarakat.
3. Belum bersedia mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat.Biasanya aparat pelayanan
publik belum bersedia mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Sehingga,
pelayanan publik dilaksanakan semau sendiri dan sekedarnya, tanpa ada perbaikan dari waktu
ke waktu.
4. Belum responsif. Hal ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan publik, mulai
pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan penanggungjawab
instansi. Tanggapan terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat
seringkali lambat atau bahkan tidak dihiraukan sama sekali.

5. Belum saling berkoordinasi. Setiap unit pelayanan yang berhubungan satu dengan lainnya
belum saling berkoordinasi. Dampaknya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan
kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.
6. Tidak Efisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan)
seringkali tidak ada hubungannya dengan pelayanan yang diberikan.
7. Birokrasi yang bertele-tele. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya
dilakukan melalui proses yang terdiri dari berbagai tingkatan, sehingga menyebabkan
penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah
pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah
sangat kecil, dan di lain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan
penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika
pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan
waktu yang lama untuk diselesaikan.

Berkaitan dengan sumber daya manusia, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan
profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu
dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat. Berkaitan
dengan kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang tidak dirancang
khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hirarki yang
membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan
untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih
sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi
tidak efisien.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Admnistrasi yang dijalankan oleh


pejabat publik dipengaruhi oleh etos kerja. Etos kerja bangsa Indonesia digambarkan sebagai
etos yang buruk, untuk itu perlu ada kerja keras dari berbagai pihak yang terus menerus untuk
merubah etos kerja yang sudah menjadi kebiasaan bangsa indonesia. Hal ini dapat menjadi upaya
untuk menumbuhkan etos dari dalam jiwa sehingga menghasilkan perilaku yang masyarakat
yang madani.

Etos kerja sangat dipengaruhi oleh etika. Etos kerja yang profesional didasari oleh orang
yang menjunjung tinggi etika. Apabila etika dihayati dan diaplikasikan dengan baik dalam setiap
pekerjaan maka terciptalah etos kerja yang sehat atau etis (kejujuran, kebebasan, kebenaran,
keadilan, cinta kasih, dsb) apabila tidak berhasil dipraktikan dalam bekerja, maka terciptalah suatu
etos kerja yang tidak etis, tidak sehat akan menghasilkan suatu pencapaian kerja yang tidak baik
pula. Etika mempengaruhi etos kerja pegawai publik dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan administrasi publik. Pegawai harus memahami, menghayati dan
mengaplikasikan etika dalam pekerjaan sehari-hari mulai dari tugas individu, kelompok maupun
institusi, maka etos kerja akan dapat di bangun secara maksimal, sehingga produktivitas kerja
meningkat, pegawai itu sendiri itu akan memperoleh kepuasan kerja sebagai dorongan untuk
mencapai profesionalitas, masyarakat akan memperoleh kepuasan terhadap pelayanan yang
diberikan, maka timbul kepercayaan dalam masyarakat, dan menjadikan hubungan timbal balik
yang efektif. Sumber daya manusia penyelenggara pelayanan publik masih belum memiliki
profesionalisme, kompetensi, empati, dan etika yang memadai. Pelayanan publik masih memiliki
banyak kelemahan dilihat dari pola penyelenggaraan yang masih sukar diakses, belum
informatif, belum bersedia mendengar aspirasi masyarakat, belum responsif, belum saling
berkoordinasi, tidak efisien, maupun birokrasi yang bertele-tele.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmanadji. 2003. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Sarimah,Ucok. 2008. Etika Profesi Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan Republik
Indonesia.Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Terapkan Tiga Asas Hidup Luhur untuk
Mencapai Kebahagiaan Hidup

Dalam menjalani kehidupan, seseorang harus memperdulikan beberapa norma yang berlaku
perihal hak dan kewajiban seseorang terhadap orang lain agar tercipta suatu kebahagiaan hidup.

Seseorang tak pernah luput dari interaksi di setiap waktunya. Entah bersama teman, keluarga,
rekan kerja, dan sebagainya baik di kehidupan nyata maupun dunia maya (jejaring sosial).
Interaksi yang berjalan itu harus mengindahkan beberapa asas atau norma supaya terjalin
hubungan yang berkualitas. Asas-asas itu antara lain keutuhan watak, keadilan, dan kesusilaan.

Asas Keutuhan Watak

Liang Gie 2003 memberikan peringatan bahwa integritas karakter adalah kesempurnaan moral
individu yang mengejar kehidupan dan pekerjaan. Kelengkapan akhlak ini memuat tiga pedoman
utama dalam kehidupan manusia berupa:

1. Kejujuran

Kejujuran berarti keinginan untuk bertindak secara terbuka tanpa menyimpang


dari norma kebenaran.

2. Kesetiaan

Loyalitas adalah kesediaan untuk setia mengikuti Konstitusi, yang merupakan tujuan
negara. Negara, hukum, institusi, kantor pemerintah, bos Untuk mencapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan.

3. Dedikasi

Dedikasi adalah keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan kemampuan terbaiknya,

gairah dan pribadi, perhatian tanpa pamrih.


Asas Keadilan

Yang dimaksud dengan asas keadilan ini adalah asas yang berkaitan dengan kehendak yang tetap
dan abadi untuk memberikan segala sesuatu yang pantas mereka terima. Asas keadilan
menempati tempat khusus dalam peradaban manusia karena merupakan salah satu gagasan
besar dalam perkembangan pemikiran manusia. Dari asas keadilan inilah dapat dikembangkan
berbagai asas dan doktrin perilaku yang baik bagi pejabat pemerintah yang bertugas melayani
rakyat.

Asas Kesusilaan

Yang dimaksud dengan asas kesusilaan adalah kebijakan pribadi untuk selalu berusaha
menunjukkan akhlak yang baik dan perilaku yang benar.
Etika administrasi pemerintahan perlu sekali berlandaskan teori 3 asas luhur dalam kehidupan
manusia agar para administrasi pemerintahan yang melaksanakan fungsinya dan menjalankan
tugasnya sehari- hari karena mereka peru memberikan perlu memberikan pelayanan yang tebaik
kepada seluruh rakyat
Contoh penerapan asas keadilan dalam kehidupan berorganisasi, antara lain:

1. Asas keadilan ditentukan melalui proses perjanjian, yang memperhatikan :

-Kerjasama manusia

-Moralitas yang minimal

-Rasa keadilan

-Pilihan rasional

-Primary goods (hal utama yang diinginkan setiap orang)


2. Asas keadilan John Rawls

Setiap orang hendaknya memiliki suatu hak yang sama atas sistem menyeluruh yang terluas
mengenai kebebasan dasar.
Perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga :

- Memberi manfaat yang terbesar bagi mereka yang berkedudukan paling tidak
menguntungkan.

- Bertalian dengan jabatan dan kedudukan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan
persamaan kesempatan yang layak.

contoh penerapannya dalam berorganisasi :

Keadilan berorganisasi menekankan kepada keputusan manajer, persamaan yang dirasakan, efek
keadilan dan hubungan antara individu dengan lingkungan kerjanya serta menggambarkan
persepsi individu mengenai keadilan di tempat kerja. Keadilan organisasi berpusat pada dampak
dari pengambilan keputusan manajerial, persepsi kualitas, efek keadilan, hubungan antara faktor
individu dan situasional serta menjelaskan persepsi keadilan individu dalam organisasi.

Keadilan sebagai suatu ide mempunyai banyak makna dan defenisi. Makna keadilan menunjuk
pada arti atau maksud yang melekat pada istilah keadilan, seperti kepantasan, kelayakan,
persaman perlakuan, sikap tidak memihak, perlakuan tepat atau kelurusan.
Nilai adalah sebuah ide sebagai objek pemikiran, kemudian diterima pula sebagai suatu objek keinginan
yang diusahakan agar terwujud. Secara singkat nilai adalah objek dari keinginan manusia yang terdiri dari
unsur-unsur kebutuhan, minat, dan keterikatan emosional.

Dalam masyarakat modern dewasa ini terdapat 4 nilai utama dari manusia dalam kehidupan Masyarakat.
Keempat nilai utama itu menjadi ciri-ciri khas dari manusia yang menyebabkannya berbeda dengan
segenap makhluk hidup dan jasad lainnya di dunia ini. Keempat nilai utama itu adalah sebagai berikut :

a. Keluhuran
Keluhuran merupakan perwujudan dari nilai kepercayaan. Bagi seseorang yang memiliki suatu
kepercayaan maka suatu yang dianggap luhur pastilah merupakan
kebaikan yang dikejar dan sekaligus diyakini sebagai suatu kebenaran.
Dilihat dari segi seseorang yang melakukan perbuatan dan memiliki pengetahuan dalam kehidupan
masyarakat maka perbuatan semesta yang melahirkan nilai kepercayaan adalah perbuatan individual yang
ditunjukan pada setiap orang lain
dengan tujuan menjadi pengetahuan intelektual yang berlandaskan akal.

b. Kebaikan
Kebaikan merupakan perwujudan dari nilai etis. Kebaikan berupa perbuatan individu yang ditunjukan pada
setiap orang lain merupakan suatu hal yang dianggap luhur dan sekaligus dianggap indah sehingga diulang
ulang melakukan untuk melangsungkan terus rasa senang yang diperoleh.
Dilihat dari segi seseorang yang berbuat baik dalam masyarakat maka perbuatan individual yang
melahirkaan nilai etis adalah perbuatan yang ingin diulang ulang sehingga menjadi perbuatan semesta bagi
semua orang dengan menimbulkan rasa keindahan seperti halnya pengetahuan indrawi.

c. Kebenaran
Kebenaran merupakan perwujudan dari nilai ilmiah. Kebenaran yang berasal dari pengetahuan intelektual
merupakan keindahan yang menyenangkan dan dengan
demikian perlu di tingkatkan menjadi suatu hal yang luhur dan patut dimiliki oleh semua orang.
Dilihat dari segi seseorang yang memiliki pengetahuan dalam kehidupan masyarakat maka pengetahuan
intelektual sesungguhnya pada tahap awalnya
bermula dari indra manusiauntuk selajutnya dikembangkan dengan perbuatan semesta agar bersifat
langgeng.

d. Keindahan
Keindahan merupakan perwujudan dari nilai estetis. Keindahan yang bermula pada pengetahuan indrawi
merupakan suatu kebenaran bagi yang dapat menikmati dan sekaligus juga suatu hal yang baik sehingga
ingin dinikmati terus.

Anda mungkin juga menyukai