Anda di halaman 1dari 18

ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

TUGAS I SEMESTER 4

PRODI ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TERBUKA

NAMA : ANNISA LARASATI

NIM : 044440188

MATA PERKULIAHAN ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

1. Buatlah makalah dengan tema etika administrasi pemerintahan daerah Saudara


dengan ketentuan : BAB I, Pendahuluan, BAB II, Teori tentang etika dan etika
administrasi publik, BAB III, Pembahasan. Daftar pustaka minimal tiga buku dan dua
jurnal nasional terkait.

2. Buat artikel mengenai penerapan tiga asas luhur dalam kehidupan manusia (2-3
halaman, 1.5 spasi)

3. Bagaimanakah cara-cara yang efektif menurut Saudara dalam menerapkan empat


nilai utama dalam kehidupan masyarakat.

Petunjuk dalam mengerjakan soal :

Dalam menjawab soal ini, silahkan pergunakan BMP ADPU 4533 Etika Administrasi
Pemerintahan.

Kriteria penilaian dalam tugas ini adalah :

- Mengerjakan tugas dengan berdasar pada BMP ADPU 4533 Etika Administrasi
Pemerintahan.

- Membuat tulisan berdasarkan analisis/kalimat sendiri.

- Mencantumkan daftar pustaka.

- Copy paste tidak akan diberikan penilaian

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa
tugas anda sudah tersubmitted, dan file tugas dalam bentuk doc/docx hanya diunggah
pada tempat unggah tugas pada Tuton ini.

Selamat Bekerja!
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah etika dalam proses administrasi negara memiliki posisi yang sangat penting
dalam proses administrasi negara. Pertimbangan-pertimbangan etika sama sekali
bukan merupakan langkah mundur tetapi justru merupakan upaya untuk menemukan
pranata- pranata pembangunan yang berwatak dan bermoral serta untuk
mendapatkan bentuk interaksi yang ideal antara aparat negara dengan setiap negara.
Sejak digulirkannya reformasi pada tanggal 21 mei 1998 maka sistem politik dan
pemerintahan di indonesia berubah paradigmanya dari monolitik sentralistik ke
demokrasi terutama demokrasi lokal atau desentralisasi atau otonomi. Selama lebih
kurang 53 tahun di dalam kungkungan sentralistik yang otoritarian, kebebasan di
rasakan sangat kurang, baik dalam kalangan masyarakat maupun daerah-daerah.
Dengan bergulirnya demokratisasi, kebebasan menjadi dimiliki oleh daerah dan
masyarakat, meskipun euphoria yang terlalu berlebihan. Dampaknya adalah sering
terjadi aktivitas-aktivitas, baik yang dilakukan masyarakat maupun daerah yang keluar
dari tatanan, kesepakatan, hukum peraturan, pranata, maupun kebiasaan yang
berlaku di dalam masyarakat dan daerah.

Masyarakat Indonesia dewasa ini boleh dikatakan merupakan sebuah masyarakat


yang sedang menderita penyakit keburukan, penyakit itu banyak sekali macamnya,
tetapi untuk sederhananya dapat dikelompokan menjadi 5 ragam yaitu, kejahatan,
kekejaman, kebohongan, perusakan dan penyelewengan. Kalau diharapkan adanya
sebuah masyarakat yang aman, damai dan tentram maka penyakit keburukan itu
harus diupayakan penyembuhannya. Dengan demikian, etika sebagai studi tentang
moralitas harus dikembagkan secara sungguh-sungguh dan disebarkan secara luas
dalam masyarakat. setiap anggota masayarakat harus disadarkan dan dibina agar
benar-benar memiliki asas moral, nilai moral dan perilaku moral. Hanya cabang
pengetahuan etika yang membahas tentang kelakuan orang yang baik dan buruk serta
perbuatan orang benar dan salah yang dapat menjadi obat penyembuhan dalam
masyarakat.

Cabang pengetahuan etika perlu sekali diterapkan dalam kegiatan pemerintahan pada
umumnya dan pada penyelenggaraan administrasi pemerintahan khususnya, dengan
demikian dapat terwujud sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa berikut
segenap petugasnya yang memiliki moralitas dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban dalam melayani kepentingan umum. Merujuk pada pasal 4 dan 5 Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara diantaranya
menyebutkan bahwa para aparatur sipil negara harus menjunjung tinggi standar etika
yang luhur. Selanjutnya dalam undang undang tersebut juga dinyatakan bahwa para
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

pejabat publik harus mematuhi kode etik dan kode perilaku pegawai, diantaranya
adalah: melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin, melayani dengan sikap
hormat, sopan, dan tanpa tekanan, menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara.
Masalah etika dalam birokrasi menjadi keprihatinan (concern) yang sangat besar,
karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya dirinya, tetapi masyarakat
banyak. Di samping itu birokrasi bekerja atas dasar kepercayaan, karena seorang
administrator pemerintahan bekerja untuk negara dan berarti juga untuk rakyat. Jadi
wajar jika rakyat mengharap adanya jaminan bahwa Para administrator pemerintahan
yang dibiayai oleh negara harus mengabdi kepada kepentingan umum menurut
standar etika yang selaras dengan kedudukannya.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

BAB II
Landasan Teori

A. Etika

Etika sebagai suatu studi yang bersifat umum adalah salah satu cabang dari rincian
filsafat sistematis. Untuk menegaskan kedudukannya sebagai cabang filsafat, etika
dapat juga disebut filsafat moral dan filsafat etis. Dari 2 penyebutan nama yang
merupakan sinonim itu kata moral dan kata etis dianggap mempunyai pengertian yang
sama. Dalam bahasa Inggris istilah ethics (etika) dan morality (moralitas) merupakan
2 kata sepadan yang sama artinya. Istilah ethics berasal darikata Yunani ethikos dan
istilah morality berasal dari kata latin moralis. beradasarkan asal mula katanya, kedua
istilah itu mempunyai kadar arti yang sama.

Robert C. Solomon (1987) mengatakan bahwa etika merujuk pada dua hal. Pertama
etika berkenaan dengan disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh
manusia beserta pembenaran nya dan dalam hal ini etika merupakan salah satu
cabang filsafat. Kedua, etika merupakan pokok permasalahan didalam disiplin ilmu itu
sendiri yaitu nilai-nilai hidup dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia.
Pendapat lain dari seorang ahli bidang itu Dennis Thompson dalam karangannya
berjudul The Possibility of Administrative Ethics (1985) menegaskan lebih lanjut
pengertian kedua istilah itu demikian: "Dapat kiranya dianggap bahwa tidak ada
perbedaan filsafati yang penting di antara "etika" dan "moralitas". Kedua istilah itu
menunjuk pada asas-asas benar dan salah dalam kelakuan (atau studi tentang asas-
asas demikian itu). Bilamana kita mengacu pada asas-asas dari bidang-bidang kerja
khusus (misalnya, etika hukum atau etika politik), "etika" merupakan istilah yang lebih
wajar; dan bilamana kita mengacu pada kelakuan perorangan (misalnya, moralitas
seksual), "moralitas" tampaknya lebih tepat. Tetapi, dalam maknanya yang umum,
istilah-istilah itu pada dasarnya sepadan".

Konsep yang paling pokok dalam etika ialah moralitas. Maksud dari moralitas ialah
suatu himpunan norma dari ide-ide tentang apa yang merupakan perilaku yang benar
dan salah yang mengatur kelakuan orang dalam kehidupan sosial. Konsep ini
melahirkan serangkaian gagasan lain yang sejenis, seperti ide-ide tentang benar atau
salah dan baik atau buruk, nilai moral, asas moral, aturan moral, pertimbangan moral,
patokan moral, keharusan moral, tanggung jawab moral, dan summum bonum
(kebaikan tertinggi). Berbagai konsep tersebut di atas, khususnya tentang benar atau
salah dan baik atau buruk berlaku dalam kehidupan manusia sehari-hari di masyarakat
umum. Oleh karena itu, studi etika itu biasanya dikenal sebagai etika umum. Semua
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

warga masyarakat dalam kehidupannya pada umumnya diharapkan melakukan


perbuatan yang benar atau menghindarkan perbuatan yang salah dan sebagai pribadi
menunjukkan sikap yang baik atau meniadakan sikap yang buruk. Dengan demikian,
dapatlah tercipta suatu kehidupan masyarakat yang aman, damai, dan tenteram.

Etika umum berusaha memberikan berbagai pedoman mengenai konsep benar atau
salah bagi perbuatan manusia dan konsep baik atau buruk dalam sikap pribadi
manusia. Setiap warga masyarakat perlu sekali mempelajari berbagai pedoman itu,
memahaminya secara baik, dan terakhir menerapkannya dalam semua perbuatannya
dan sikapnya dalam hidup bermasyarakat.

B. Etika Administrasi Publik


1. Definisi Etika Administrasi Publik

Dalam lingkup pelayanan publik, etika administrasi publik (Pasolong, 2007: 193)
diartikan sebagai filsafat dan profesional standar (kode etik) atau right rules of
conduct(aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi
pelayanan publik atau . administrasi publik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa etika administrasi publik adalah aturan atau standar pengelolaan, arahan
moral bagi anggota organisasi atau pekerjaan manajemen; aturan atau standar
pengelolaan yang merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam
melaksanakan tugasnya melayani masyarakat. Aturan atau standar dalam etika
administrasi negara tersebut terkait dengan kepegawaian, perbekalan, keuangan,
ketata-usahaan, dan hubungan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika bertalian erat dengan
administrasi publik. Etika mempelajari tentang filsafat, nilai, dan moral sedangkan
administrasi publik mempelajari tentang pembuatan kebijakan, pengambilan
keputusan, dan pengimplementasian kebijakan. Etika bersifat abstrak dan berkenaan
dengan persoalan baik dan hunik codanalian administrai horrifar loankrit dan hante
mavenitullian ona tang talah dirumuskan publik dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat. Aturan atau standar dalam etika administrasi negara tersebut
terkait dengan kepegawaian, perbekalan, keuangan, ketata-usahaan, dan hubungan
masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika bertalian erat dengan
administrasi publik. Etika mempelajari tentang filsafat, nilai, dan moral sedangkan
administrasi publik mempelajari tentang pembuatan kebijakan, pengambilan
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

keputusan, dan pengimplementasian kebijakan. Etika bersifat abstrak dan berkenaan


dengan persoalan baik dan buruk, sedangkan administrasi bersifat konkrit dan harus
mewujudkan apa yang telah dirumuskan dan disepakati dalam kebijakan publik.
Pembicaraan tentang etika dalam administrasi publik adalah bagaimana mengaitkan
keduanya, bagaimana gagasan-gagasan administrasi, seperti efektivitas, efisiensi,
akuntabilitas, kemanfaatan, produktivitas dapat menjelaskan etika dalam prakteknya,
dan bagaimana gagasan-gagasan dasar etika; seperti mewujudkan yang baik dan
menghindari yang buruk, dapat menjelaskan hakikat administrasi publik. Sehingga
diharapkan seorang administratur publik selalu menggunakan pertimbangan etika
dalam melakukan segala aktivitas yang menyangkut kepentingan publik.

2. Arti Penting Etika Administrasi Publik

Arti penting Etika Administrasi Publik digambarkan oleh Ginandjar Kartasasmita (1996:
26- 7) secara lebih konkrit. Masalah etika dalam birokrasi menjadi
keprihatinan (concern) yang besar, karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan
hanya dirinya; tetapi masyarakat banyak. Di samping itu birokrasi bekerja atas dasar
kepercayaan, karena seorang birokrat bekerja untuk negara dan berarti juga untuk
rakyat. Jadi wajar jika rakyat mengharap adanya jaminan bahwa para birokrat yang
dibiayai oleh negara harus mengabdi kepada kepentingan umum menurut standar
etika yang selaras dengan kedudukannya. Di samping itu tumbuh keprihatinan bukan
saja terhadap individu-individu para birokrat tetapi juga terhadap organisasi sebagai
sebuah sistem yang cenderung bertambah besar dan bertambah luas kewenangannya
yang cenderung mengesampingkan nilai-nilai.

Nicholas Henry (1980) dalam Wahyudi Kumoro (1996: 102-3) menguraikan


adanya 5 paradigma dalam administrasi publik dan sebagian besar perbedaan
paradigma itu berkisar perlu tidaknya pemisahan antara ilmu politik dan administrasi.
Menurut Henry,paradigma terakhir dari administrasi publik adalah bahwa lokus
administrasi publik mengenai kepentingan public (public interest) dan urusan
publik(public affairs), sedangkan fokusnya adalah teori organisasi dan ilmu
managemen. Dalam paradigma ini dihindari dikotomi politik -administrasi, sebab
dalam kenyataannya seorang birokrat atau administrator tidak bisa menghindar dari
tindakan politis. Aktivitas politik dari birokrat tampak dari adanya
keleluasaanbertindak (diskresi) administratif yang dimiliknya. Sementara aktivitas
administrasi tampak dari segala perilakunya untuk mmerencanakan, memilih
altematif, mengorganisasi, mengelola, memantau, mengevaluasi, melaksanakan,
serta melakukan implementasi atas program-program di dalam lingkup birokrasi.
Untuk itu dia perlu membekali diri dengan ilmu manajemen serta landasan
pemahaman mengenai, teori organisasi yang kuat. Dengan demikian proses
administrasi negara merupakan proses yang rumit. Bukan saja berkaitan dengan
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

aktivitas - aktivitas tehnis berlandaskan ilmu manajemen untuk mencapai efisiensi


yang tinggi melainkan juga aktivitas-aktivitas politis yang berusaha menafsirkan
kehendak publik dan menterjemahkannya dalam kebijakan nyata. Kebijakan sebagai
keseluruhan gagasan mengenai tujuan dan arah tindakan manusia dalam
organisasi.Kebijakan menentukan norma dan mengatur admnistrasi publik pada
tingkat strategis.

Dari segi materi atau isi, administrasi publik berarti melakukan kebijakan publik
yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat umum. Dari segi formal atau bentuk, administrasi public adalah
pengambilan keputusan-keputusan yang mengikat orang banyak. Sedangkan dari segi
sosiologis, administrasi publik merupakan bentuk tindakan sosial tertentu yang
diorganisir atau tepatnya serangkaian proses tindakan sosial yang berlangsung dan
dibakukan dalam priode tertentu.

Dengan demikian, dalam praktek administrasi negara merupakan rangkaian


pengambilan kebijakan yangmenghasilkan norma-norma formal, aturan-aturan, serta
keharusan-keharusan bagi tindakan sosial. Proses itu tentunya akan menunjang tertib
sosial hanya apabila ia merujuk kepada rasa kebenaran dan keadilan dari warga
masyarakatnya. Dengan demikian setiap aktivitas administrasi publik akan selalu
punya konsekwensi nilai. Sebagai kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa proses
administrasi public senantiasa menuntut tanggung jawab etis.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

BAB III

Pembahasan

A. Etika Administrator Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Pelayanan Publik

Etika, termasuk etika birokrasi mempunyai dua fungsi, yaitu pertama, sebagai
pedoman, acuan, refrensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam menjalankan
tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan
tidak tercela. Kedua, etika birokrasi sebagai standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan
tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela dan terpuji. Leys berpendapat bahwa:
"Seseorang administrator dianggap etis apabila ia menguji dan mempertanyakan standar-
standar yang digunakan dalam pembuatan keputusan, dan tidak mendasarkan
keputusannya semata-mata pada kebiasaan dan tradisi yang sudah ada". Selanjutnya,
Anderson menambahkan suatu poin baru bahwa: "standar-standar yang digunakan sebagai
dasar keputusan tersebut sedapat mungkin merefleksikan nilai-nilai dasar dari masyarakat
yang dilayani". Berikutnya, Golembiewski mengingatkan dan menambah elemen baru yakni:
"standar etika tersebut mungkin berubah dari waktu-kewaktu dan karena itu administrator
harusmampu memahami perkembangan standar-standar perilaku tersebut dan bertindak
sesuai dengan standar tersebut.

Setiap birokrasi pelayan publik wajib memiliki sikap mental dan perilaku yang
mencerminkan keunggulan watak, keluharan budi, dan asas etis. la wajib mengembangkan
diri sehingga sungguh-sungguh memahami, menghayati, dan menerapkan berbagai asas etis
yang bersumber pada kebajikan-kebajikan moral khususnya keadilan dalam tindakan
jabatannya. Secara umum nilai-nilai moral terlihat dari enam nilai besar atau yang dikenal
dengan "six great ideas"5 yaitu nilaikebenaran (truth), kebaikan (goodness), keindahan
(beauty), kebebasan (liberty),kesamaan (equality), dan keadilan (justice). Dalam kehidupan
berma- syarakat seseorang sering dinilai dari tutur katanya, sikap dan perilakunya sejalan
dengannilai-nilai tersebut atau tidak. Begitu pula dalam pemberian pelayanan publik,
tuturkata, sikap dan perilaku para pemberi pelayanan seringkali dijadikan obyek penilaian
dimana nilai-nilai besar tersebut dijadikan ukurannya. Disamping nilai-nilai dasartersebut,
mungkin ada juga nilai-nilai lain yang dianggap penting untukmensukseskan pem- berian
pelayanan, yang dari waktu ke waktu terus dinilai, dikembangkan dan dipromosikan.

seseorang sering dinilai dari tutur katanya, sikap dan perilakunya sejalan dengan nilai-
nilai tersebut atau tidak. Begitu pula dalam pemberian pelayanan publik, tutur kata, sikap dan
perilaku para pemberi pelayanan seringkali dijadikan obyek penilaian dimana nilai- nilai besar
tersebut dijadikan ukurannya. Disamping nilai-nilai dasar tersebut, mungkin ada juga nilai-
nilai lain yang dianggap penting untuk mensukseskan pemberian pelayanan, yang dari waktu
ke waktu terus dinilai,dikembangkan dan dipromosikan.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

Dalam dunia pelayanan publik, etika diartikan sebagai filsafat moral atau nilai, dan
disebut dengan "profesional standars" (kode etik) atau "right rules of conduct" (aturan
perilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik. Sebuah kode
etik meru-muskan berbagai tindakan apa, kelakuanmana, dan sikap bagaimana yang wajib
dijalankan atau dihindari oleh para pemberi pelayanan. Aplikasi etika dan moral dalam
praktek dapat dilihat dan kode etik yang dimiliki oleh birokrasi publik. Kode etik di Indonesia
masih terbatas pada beberapa kalangan seperti ahli hukum dan kedokteran. Kode etik tidak
hanya sekedar bacaan, tetapi juga diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan, dinilai
tingkat implementasinya melalui mekanisme monitoring, kemudian dievaluasi dan
diupayakan perbaikan melalui konsensus. Komitmen terhadap perbaikan etika iniperlu
ditunjukkan, agar masyarakat semakin yakin bahwa birokrasi publik sungguh-sungguh
akuntabel dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik. Untuk itu, kitabarangkali perlu
belajar dari negara lain yang sudah maju dan memiliki kedewasaan beretika.

Untuk menghindari perlaku koruptif, masyarakat menuntut para administrator


pemerintahan pemerintah itu mempunyai dan mengembangkan akuntabilitas moral pada diri
mereka. Namun sayangnya, kata Wahyudi tanggung jawab moral dan tanggungjawab
profesional menjadi satu titik lemah yang krusial dalam birokrasi pelayanan dindonesia.
Berkaitan dengan itu Harbani mengatakan bahwa untuk menilai baik buruknya suatu
pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasi publik dapat dilihat dari baik buruknya
penerapan nilai-nilai sebagai berikut: Pertama, efesiensi, yaitu para birokrat tidak boros
dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat. Dalam artian bahwa para
birokrat secara berhati-hati agar memberikan hasil yang sebesar besarnya kepada publik.
Dengan demikian nilai efesiensi lebih mengarah pada penggunaan sumber daya yang dimiliki
secara cepat dan tepat, tidak boros dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Jadi
dapat dikatakan baik(etis) jika birokrasi publik menjalankan tugas dan kewenangannya secara
efesien. Kedua, efektivitas, yaitu pada birokrat dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan
kepada publik harus baik (etis) apabila memenuhi target atau tujuan yang telahditentukan
sebelumnya tercapai. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan publik dalam mencapai tujuannya.
bukan tujuan pemberi pelayanan (birokrasi publik). Ketiga,kualitas layanan, yaitu kualitas
pelayanan yang diberikan oleh pada birokrat kepada publik harus memberikan kepuasan
kepada yang dilayani. Dalam artian bahwa baik(etis) tidaknya pelayanan yang diberikan.

birokrat kepada publik ditentukan olehkualitas pelayanan. Keempat, responsivitas,


yaitu berkaitan dengan tanggung jawab birokrat dalam merespon kebutuhan publik yang
sangat mendesak. Birokrat dalam menjalankan tugasnya dinilai baik (etis) jika responsibel dan
memiliki profesionalatau kompetensi yang sangat tinggi. Kelima, akuntabilitas, yaitu
berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan kewenangan
pelayanan publik. Birokrat yang baik (etis) adalah birokrat yang akuntabel dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

B. Masalah Etika Administrator Pelayanan Publik

Masalah utama pelayanan publik sebenarnya adalah peningkatan kualitas pelayanan publik
itu sendiri. Pelayanan publik yang berkualitas dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu
bagaimana pola penyelenggaraannya, sumber daya manusia yang mendukung.dan
kelembagaan. Beberapa kelemahan pelayanan publik berkaitan dengan pola
penyelenggaraannya antara lain sebagai berikut.:

a. Sukar Diakses. Unit pelaksana pelayanan publik terletak sangat jauh dari jangkauan
masyarakat, sehingga mempersulit mereka yang memerlukan pelayanan publik
tersebut.
b. Belum informatif Informasi yang disampaikan kepada masyarakat cenderung
lambatatau bahkan tidak diterima oleh masyarakat.
c. Belum bersedia mendengar keluhan saran aspirasi masyarakat. Biasanya aparat
pelayanan publik belum bersedia mendengar keluhan/saran/aspirasi dari masyarakat.
Sehingga, pelayanan publik dilaksanakan semau sendiri dan sekedaruya, tanpa ada
perbaikan dari waktu ke waktu.
d. Belum responsif. Hal ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan publik,
mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan
penanggungjawab instansi. Tanggapan terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun
harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan tidak dihiraukan sama sekali.
e. Belum saling berkoordinasi. Setiap unit pelayanan yang berhubungan satu
denganlainnya belum saling berkoordinasi. Dampaknya, sering terjadi tumpang tindih
ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan terkait.
instansipelayanan lain yang
f. Tidak Efisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam
pelayananperijinan) seringkali tidak ada hubungannya dengan pelayanan yang diberikan
g. Birokrasi yang bertele-tele. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) padaumumnya
dilakukan melalui proses yang terdiri dari berbagai tingkatan, sehingga menyebabkan
penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front
line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan dilain pihak kemungkinan
masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka
menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit.
Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan.
Berkaitan dengan sumber daya manusia, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan
profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa
salah satu dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang
tepat.. Berkaitan dengan kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi
yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh
dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan


dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga
menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien. Banyaknya korupsi dalam pelayanan
publik seperti adanya pungutan liar,gratifikasi dan lain sebagainya, sering kali terjadi karena
pengaruh budaya organisasi negatif yang sudah terbentuk secara masif, sistem matis dan
terstruktur sehingga mautidak mau aparatur larut dalam penyimpangan tersebut, sungguh
ironis ketika adaaparatur yang tidak mau mengikuti penyimpangan tersebut justru dianggap
beda dandapat dipastikan akan dikucilkan dalam lingkungan pergaulan birokrasi tersebut,
oleh karena itu diperlukan penegakan aturan hukum serta pembentukan karakter
aparatur yang memiliki integritas tinggi ditunjukkan dengan sikap berani menolak korupsi
terlebih lagi berani melaporkan kompsi yang dijumpainya. Peran pelapor atau penyingkap
korupsi sangat membantu dalam menyingkap informasi kepada publik tentang adanya
penyimpangan, pelanggaran hukum dan etika, korupsi atau situasi berbahaya lainnya. Dia
menjadi mata pisau yang tepat untuk dapat meminimalisasi tindakan korupsi, dapat
memberikan tekanan-tekanan terhadap lembaga hukum yangsangat rentan dengan
permasalahan korupsi, namun sulit terjamah oleh hukum, dikarenakan pemahaman esprit
de corps yang telah terbangun secara turun-temurun Realitanya seringkali Esprit de corps
dimaknai sebagai semangat untukmenyelamatkan dan menutupi keburukan institusi
dengan cara apapun, tentunya menjadi sulit bagi hukum untuk mencoba masuk kedalam
wilayah-wilayah kekuasaanyang tercipta dilingkungan institusi tersebut. Di level inilah peran
dari penyingkap korupsi menjadi penting.

Keboborakan sebuah institusi dapat terdeteksi oleh mereka yang terdekat dengan
lingkungan tersebut. Budaya birokrasi masih memposisikan para pegawai untuk tidak
melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh atasannya atau merahasiakansesuatu yang salah
didalam institusi tersebut. Budaya pegawai yang ada seringkhawatir jika harus berhadapan
dengan konsekuensi logis berupa "pembalasan"seperti: kehilangan pekerjaan, kehilangan
kesempatan promosi jabatan, atau"dimusuhi" oleh rekan-rekan sekerjanya membuat
mereka lebih memilih untukberdiam diri. Budaya birokrasi yang ada harus mengadopsi nilai-
nilai budaya yang melingkupinya.

C. Solusi Masalah Etika Administrator Pelayanan Publik

Tuntutan masyarakat saat ini terhadap pelayanan publik yang berkualitas akan
semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan oleh
kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas sehingga
mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

1. Penetapan Standar Pelayanan Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting
dalam pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen
penyelenggara pelayanan untuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang
ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan
penyelenggara pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses
identifikasi jenispelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan,
perumusan visi danmisi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu
dan biayapelayanan. Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai
standarpelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai kelembagaan
yangmampu mendukung terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah
informasi mengenai kuantitas dan kompetensi- kompetensi sumberdaya manusia yang
dibutuhkan serta distribusinya beban tugas. pelayanan yang akanditanganinya.
2. Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP)
Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten
diperlukan adanya Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses
pengolahan yang dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai
dengan acuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten. Disamping itu SOP juga
bermanfaat dalam hal:
a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi hal- hal
tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses
tertentuberhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya. Oleh
karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus;
b. Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai
denganperaturan yang berlaku;
c. Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran
terhadapkesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan;
d. Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-
perubahantertentu dalam prosedur pelayanan;
e. Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan;
f. Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang
akandiserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses
pelayanantertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat
dalam prosespelayanan memiliki uraian tugas dan tangungjawab yang jelas.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Modul ADPU 4533-Etika Admiistrasi Pemerintahan (Edisi 3) Bayu Suryaningrat, Etika


Administrasi Negara, Etika Pemerintahan, Etika Jabatan, Bandung: Pustaka, 1984. Edy Topo
Azhari. 2003. Upaya Meningkatkan Kinieja Pelayanan Publik" Makalah. Disampaikan dalam
Seminar Lokakarya Nasional Dimensi Politik. Pelayanan Publik:Partisipasi, Transparansi &
Akuntabilitas pada tanggal 8-9 Oktober 2003 di Hotel Indonesia Jakarta. Harbani Pasolong,
2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta Wahyudi, Kumorotomo. 1992. Etika
administrasi Negara. Rajawali Pers, Jakarta. Kusmanadji.2003.Etika Bisnis dan Profesi Jakarta:

2. Buat artikel mengenai penerapan tiga asas luhur dalam kehidupan manusia (2-3 halaman, 1.5 spasi)
Dalam kehidupan manusia yang terbaik terdapat 3 asas luhur yang wajib dianut dan dilaksanakan oleh
setiap orang, yaitu:

a. Keutuhan watak

b. Keadilan dan

c. Kesusilaan

a. Keutuhan watak

Keutuhan watak adalah kesempurnaan akhlak pribadi dari sesorang dalam menjalani hidupnya
dan melaksanakan pekerjaannya serta mencakup kejujuran, kesetiaan dan pengabdian
Keutuhan watak pada dasarnya adalah ciri kualitas dari watak seseorang yang bersifat utuh,
lengkap atau sempurna. Menurut The Liang Gie (2003), keutuhan watak adalah kesempurnaan
akhlak pribadi dari seseorang dalam menjalani hidupnya dan melaksanakan pekerjaannya.
Keutuhan watak mencakup 3 kebaikan utama dalam kehidupan manusia, yaitu:

• Kejujuran
Kejujuran berarti hasrat untuk bertindak lurus tanpa menyimpang dari norma
kebenaran
• Kesetiaan
Kesetiaan adalah kesadaran untuk setulusnya patuh pada tujuan bangsa, konstitusi
negara, peraturan perundangan, badan instansi, tugas jabatan, dan pihak atasan demi
tercapainya cita-cita bersama.
• Pengabdian
Pengabdian adalah hasrat untuk menjalankan tugas dengan sepenuh tenaga,
semangat, dan perhatian tanpa pamrih pribadi. Wujudnya adlah bekerja keras,
menjalankan tugas dengan sepenuh tenaga, dan tanpa pamrih.

Perbedaan pokok antara pengertian kesetiaan dengan pengabdian ialah kesetiaan


terutama tertuju pada cita-cita yang diyakini kebenarannya atau cita-cita menjunjung
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

tinggi suatu paham yang luhur, sedangkan pengabdian terfokus pada jabatan, keahlian
dan bidang profesi seseorang.

Untuk tercapainya sebuah kehidupan masyarakat yang aman, damai dan tentram para
anggota masyarakat harus sungguh-sungguh berusha memiliki keutuhan watak. 10 ciri
perilaku kerja yang mencerminkan keutuhan watak dan pengabdian :

✓ Kerajinan (diligence).

✓ Pengabdian (dedication)

✓ Keutuhan watak (integrity).

✓ Rasa tanggung jawab (responsibility).

✓ Kehati-hatian (carefullness)

✓ Keserbabisaan (versatility).

✓Daya pembaruan (innovativeness).

✓ Semangat kerja sama (cooperativeness).

✓ Kemahiran (skillfullness).

✓ Hasrat besar untuk belajar (eagerness to learn).

Stanley Benn menghubungkan keutuhan watak dengan sifat adil pada seseorang yang adil.
Seorang yang adil adalah seseorang yang mempunyai keutuhan watak dan asas-asas hidup
konsistent itdak dikuasai oleh pertimbangan keuntungan, hasrat pribadi, dan perasaan yang
hati.

b. Asas Keadilan

Pengertian ide dan ide agung.

Menurut plato pengertian ide adalah isi dari pikiran manusia yang bisa diperbincangkan
dan dialihkan diantara orang yang satu dengan orang yang lain. Suatu ide bercorak agung
jika ide tersebut bersifat pokok dan sangat perlu bagi pemahaman terhadap manusia itu
sendiri, masyarakatnya, dan dunianya. Suatu ide agung menjadi dasar bagi penelitian,
pengetahuan sampai pemahaman dari segenap hati yang berkisar pada diri manusia.
Keadilan merupakan salah satu dari ide agung
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

Kaitan ide agung dengan etika administrasi pemerintahan

Etika administrasi pemerintahan dapat melahirkan asas, standar, pedoman, dan kebajikan
ide agung moral yang luhur karena etika itu menyangkut kehidupan masyarakat,
kesejahteraan rakyat, dan kemajuan bangsa yang demikian penting harus berlandaskan
syatu yang luhur sifatnya. Ide agung yang paling tepat untuk menjadi landasan ideal bagi
etika administrasi pemerintahan ialah keadilan.

Keadilan sebagai kebaijakan moral

Asas keadilan sebagai sebuah kebijakan moral dan suatu hal yang baik merupakan sebuah
unsur pokok dalam etika. Dari asas keadilan itu dapat diperkembangkan berbagai asas dan
ajaran tentang kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan yang fungsinya
mengabdi kepada rakyat. Dengan demikian, keadilan tepat sekali dijadikan suatu landasan
dari etika administrasi pemerintahan.

Keanekaragaman makna keadilan

Macam macam makna yang melekat pada keadilan dapat dilihat dari asal-usul perkataan
Inggris Justice. Dengan demikian salah satu makna yang sangat tua dari perkataan justice
ialah hukum (law). Justice kemudian dianggap menjdi tujuan dari semua hukum dalam
kehidupan masyarakat. Keadilan sebagai tujuan hukum akan tercapai jika ada persamaan
dalam perlakuan terhadap semua pihak oleh sesuatu badan peradilan atau sorang hakim.
Ide keadilan secara umum juga mempunyai makna sebagai persamaan (equality) seperti
pelayanan jasa, pemberian izin, dan penyediaan fasilitas. Sebuah makna lain yang
diletakkan pada ide keadilan ialah kelayakan (fairness). Kelayakan berarti ciri atau sifat
yang sepantasnya pada suatu hal pada umumnya.

Definisi Keadilan

Beberapa definisi keadilan menurut :

• Zaman Romawi. Keadilan adalah kemajuan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya.
• Nels Anderson. Keadilan sebagai cita dalam hukum yang dengan itu hakim - hakim
diharapkan akan dibimbing.
• Rudolph Heimanson. Keadilan adalah konsep untuk mencapai suatu hasil yang sah atau
memutuskan untuk suatu tuntutan yang tepat, memperbaiki suatu kesalahan,
menemukan suatu keseimbangan diantara kepentingan-kepentingan yang sah, tetapi
saling bertentangan.
• Glenn Negley. Keadilan adalah penilaian yang logis, bahkan hampir mekanis, terhadap
suatu tindakan atau tindakan tindakan sesuai dengan ukuran-ukuran dari sebuah
struktur nilai yang diterima dan bersifat wajib sebagaimana diwakili oleh hukum.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

Menurut Mortimer Adler konsep "pemberian kepada setiap orang apa yang semestinya"
mengandung 2 segi penting yang berbeda. Apa yang merupakan "apa yang semestinya"
bagi setiap orang ditentukan dengan :

Ukuran hak dari sesorang, baik hak alamiah, maupun hak yang bersumber dari hukum yang
berlaku.

Perbandingan kemampuan dari orang yang satu dengan yang lainnya

Konsepsi keadilan

Pengertian "apa yang semestinya" bagi setiap orang mempunyai 2 bentuk sebagai berikut:

• Jaminan hak-hak agar bebas dari pelanggaran.


• Perlakuan yang layak.

Dalam membahas keadilan perlu dibedakan antara konsepsi keadilan, makna keadilan dan
definisi keadilan.

Konsepsi keadilan merujuk pada sesuatu kategori pengertian tertentu dalam pemikiran
manusia dan kedudukan entitas keadilan dalam kehidupan masyarakat. Makna keadilan
berhubungan dengan arti atau maksud yang melekat pada istilah keadilan Definisi keadilan
merupakan sebuah perumusan yang cukup terinci untuk menerangkan sehingga orang dapat
mengetahui apa yang disebut keadilan.

c. Asas Kesusilaan

Istilah kesusilaan merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris dari kata morality."
Kesusilaan adalah kebajikan pribadi dalam diri seseorang yang senantiasa berusaha
mempunyai akhlak yang baik dan menunjukkan kelakuan yang benar. Setiap anggota
masyarakat harus sungguh-sungguh berusaha mempunyai kesusilaan dalam dirinya dan
melaksanakannya dalam hidupnya. Denagn demikian, masyarakat itu menjadi ajang hidup
yang aman, damai, dan tenteram. Asas keutuhan watak, asas keadilan, dan asas
kesusilaan dianggap merupakan sebuah Teori 3 Asas Luhur dalam Kehidupan Manusia.
Setiap masyarakat wajib menganut 3 asa luhur itu dalam dirinya.

Teori ini lebih penting lagi bagi seorang administrator pemerintahan. Setiap administrator
pemerintahan dalam melaksanakan fungsinya dan menjalankan tugasnya sehari-hari jika
ia menganut dan melaksanakan ketiga asas luhur itu maka ia tentu memiliki kejujuran,
kesetiaan, tidak melanggarhak orang lain, memberikan perlakuan yang sama terhadap
setiap orang sesuai dengan kemampuannya, dan selalu menampilkan akhlak yang baik.
Sebuah administrasi pemerintahan yang dijalankan oleh petugas dengan ciri kebaikan
demikian tentulah akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh rakyat.
ANNISA LARASATI_044440188_ETIKA ADM PEMERINTAHAN

3. Bagaimanakah cara-cara yang efektif menurut Saudara dalam menerapkan empat nilai utama
dalam kehidupan masyarakat.

Dalam masyarakat modern terdapat 4 nilai utama dari manusia dalam kehidupan masyarakat.
keempat nilai utama itu menjadi ciri-ciri khas dari manusia yang menyebabkannya berbeda
dengan segenap makhluk hidup dan jasad lainnya didunia ini, keempat nilai utama itu adalah
Keluhuran, Kebaikan, Kebenaran dan Keindahan.
Cara yang efektif dalam menerapkan empat nilai utama dalam kehidupan masyarakat adalah
dimulai pada dirinya sendiri sebagai individu, dalam kehidupan bermasyarakat apabila individu
tidak dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan keempat nilai tersebut
maka dimanapun ia hidup tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dengan terkucilnya oleh
anggota masyarakat yang lain, pribadi tersebut tidak akan merasa aman. Akibatnya dia tidak
merasa betah tinggal di masyarakat, padahal setiap individu membutuhkan rasa aman dimana
pun dia berada. untuk itu, agar bisa diterima oleh masyarakat, pribadi itu sendiri harus
bertingkah laku menurut nomma, nilai dan kaidah masyarakat yang berlaku pada masyarakat.
Dengan selalu menerapkan keempat nilai utama tersebut kedalam kehidupan bermasyarakat
diharapkan dapat mendorong, mengarahkan atau memotivasi dan memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai