Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ginandjar Kartasasmita, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan


Nasional/Ketua Bappenas Etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral. Administrasi adalah
dunia keputusan dan tindakan. Etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan
persoalan baik dan buruk, sedangkan administrasi adalah konkrit dan harus mewujudkan apa yang
diinginkan (get thejob done).Pembicaraan tentang etika dalam administrasi adalah bagaimana
mengaitkan keduanya, bagaimana gagasan-gagasan administrasi —seperti ketertiban, efisiensi,
kemanfaatan, produktivitas— dapat menjelaskan etika dalam prakteknya, dan bagaimana
gagasangagasan dasar etika –mewujudkan yang baik dan menghindari yang buruk itu—dapat
menjelaskan hakikat administrasi.
Menurut Cooper (dalam Frederickson,1997:160) Etika merupakan dimensi yang penting
dalam administrasi negara . Etika dalam administrasi negara adalah aplikasi dari prinsip-prinsip
moral dalam perilaku pejabat pada sebuah organisasi publik atau birokrasi. Pejabat negara
menjalankan mandat kepentingan publik sehingga dalam bertindak, membuat pernyataan,
membuat keputusan, semuanya harus mencerminkan nilai-nilai kepentingan publik bukan
kepentingan pribadi atau golongan.
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethes” berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau

secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan. Dalam pengertian

kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga adanya kesediaan karena

kesusilaan dalam dirinya minta minta ditaati pula oleh orang lain. Menurut Drs.Haryanto, MA.

bahwa Etika merupakan instrumen dalam masyarakat untuk menuntun tindakan (perilaku) agar

mampu menjalankan fungsi dengan baik dan dapat lebih bermoral.

Ini berarti Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perulaku seseorang

dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam masyarakat

agar dapat dikatakan tindakannya bermoral. Dari beberapa pendapat yang menegaskan tentang
pengertian Etika di atas jelaslah bagi kita bahwa Etika terkait dengan moralitas dan sangat

tergantung dari penilaian masyarakat setempat, jadi dapat dikatakan bahwa moral merupakan

landasan normative yang didalamnya mengandung nilai-nilai moralitas itu sendiri dan landasan

normative tersebut dapat pula dinyatakan sebagai Etika yang dalam Organisasi Birokrasi disebut

sebagai Etika Birokrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi etika pelayanan publik ?
2. Bagaimana pentingnya etika pelayanan publik ?
3. Apa faktor penyebab lemahnya etika pelayanan publik ?
4. Bagaimana Prinsip etika pelayanan menurut ASPA ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi etika pelayanan publik
2. Mengetahui pentingnya etika pelayanan publik ?
3. Mengetahui faktor penyebab lemahnya etika pelayanan publik
4. Mengetahui Prinsip etika pelayanan menurut ASPA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Pelayanan Publik

Etika dalam konteks birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi aparat

birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi harus

menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasnya. Etika

harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan kepentingan

masyarakat luas. Oleh karena etika mempersoalkan “baik-buruk” dan bukan “benar-salah” tentang

sikap, tindakan dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik dalam

masyarakat maupun organisasi publik, maka etika mempunyai peran penting dalam praktek

administrasi negara.

Dalam arti yang sempit, pelayanan publik adalah suatu tindakan pemberian barang dan jasa

kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik

diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan

jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar. Konsep ini lebih

menekankan bagaimana pelayanan publik berhasil diberikan melalui suatu delivery system yang

sehat.

Pelayanan publik ini dapat dilihat sehari-hari di bidang administrasi, keamanan, kesehatan,

pendidikan, perumahan, air bersih, telekomunikasi, transportasi, bank, dsb. Sedangkan dalam arti

yang luas konsep pelayanan publik (public service) identik dengan publik administration yaitu

berkorban atas nama orang lain dalam mencapai kepentingan publik (Perry, 1989). Dalam konteks

ini pelayanan publik lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen-elemen administrasi publik

seperti policy making, desain organisasi, dan proses manajemen dimanfaatkan untuk
mensukseskan pemberian pelayanan publik, dimana pemerintah merupakan pihak provider yang

diberi tanggung jawab.

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama

filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian

moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan

tanggung jawab.

Kumorotomo mendefinisikan etika pelayanan publik sebagai suatu cara dalam melayani

publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum

atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik. Menurut Drs. Sidi

Gajalba dalam sistematika filsafat, etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia

dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

2.2 Pentingnya Etika Pelayanan Publik

Kekuasaan membuat kebijakan publik berada pada kekuasaan politik (political master),

dan melaksanakan kebijakan politik tersebut merupakan kekuasaan administrasi negara. Namun,

administrasi negara dalam menjalankan kebijakan politik tersebut memiliki kewenangan secara

umum disebut “discretionary power”, yaitu keleluasaan untuk menafsirkan suatu kebijakan politik

dalam bentuk program dan proyek, maka timbul suatu pertanyaan, apakah ada jaminan dan

bagaimana menjamin kewenangan itu digunakan secara “baik dan tidak secara buruk”.

Atas dasar itulah etika di perlukan dalam administrasi publik. Etika dapat dijadikan

pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparat birokrasi dalam

menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus digunakan sebagai standar penilaian apakah perilaku

aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan politik dapat dikatakan baik atau buruk.
Beberapa pandangan yang mendukung arti pentingnya etika dalam etika administrasi

negara seperti dikutip dari buku karangan Kartasasmitaterbitan tahun 1977 sebagai berikut:

“Birokrasi melenceng dari keadaan yang seharusnya. Birokrasi selalu dilihat sebagai masalah

teknis dan bukan masalah moral, sehingga timbul berbagai persoalan dalam bekerjanya birokrasi

publik”. Birokrasi sebagai bentuk organisasi yang ideal, telah merusak dirinya dan masyarakatnya

dengan ketiadaan norma-norma, nila-nilai dan etika yang berpusat pada manusia.

Sementara pemahaman pelayanan publik yang disediakan oleh birokrasi merupakan wujud

dari fungsi aparat birokrasi sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Sehingga maksud dari publik

servis tersebut demi mensejahterakan masyarakat. Kaitan dengan tersebut Widodo (2001: 269)

mengartikan, pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau

masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan.

Sehubungan dengan itu, dikemukakan Thoha (1988: 119) kondisi masyarakat terjadi suatu

perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik merupakan

indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini, berarti masyarakat semakin sadar

akan apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan

aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan

kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah.

Dengan kondisi masyarakat semakin kritis, birokrasi publik dituntut mengubah posisi dan

peran (revitalisasi) dalam memberikan layanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah

berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah
menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaburatis dan dialogis, dan dari cara-cara

yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis (Thoha, 1988: 119).

Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan tersebut, aparat birokrasi harus dapat

memberikan layanan publik yang lebih professional, efektif, efisien, sederhana, transparan,

terbuka, tepat waktu, responsive, adaftif dan sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam

arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif menentukan masa

depannya sendiri (Effendi, 1986: 213).

2.3 Faktor Penyebab Lemahnya Etika Pelayanan Publik.


Lemahnya etika pelayanan terhadap masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Gaji rendah (56%)
2. Sikap mental aparat pemerintah (46%)
3. Kondisi ekonomi buruk pada umumnya (32%)
4. Administrasi lemah dan kurangnya pengawasan (48%)
5. Lain-lain (13%).
Persentase lebih dari 100% disebabkan ada respons ganda dari responden (Smith).

2.4 Prinsip Etika Pelayanan Menurut ASPA


Salah satu contoh yang relevan dengan pelayanan publik adalah kode etik yang dimiliki
ASPA (American Society for Public Administration) yang telah direvisi berulang kali dan terus
mendapat kritikan serta penyempurnaan dari para anggotanya. Nilai-nilai yang dijadikan pegangan
perilaku para anggotanya antara lain integritas, kebenaran, kejujuran, ketabahan, respek, menaruh
perhatian, keramahan, cepat tanggap, mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan lain,
bekerja profesional, pengembangan profesionalisme, komunikasi terbuka dan transparansi,
kreativitas, dedikasi, kasih sayang, penggunaan keleluasaan untuk kepentingan publik, beri
perlindungan terhadap informasi yang sepatutnya dirahasiakan, dukungan terhadap sistim merit
dan program affirmative action.
Adapun bentuk dari Etika administrasi negara menurut American society for Public
Administration (Perhimpunan Amerika untuk Administrasi Negara), menyebutkan prinsip-prinsip
etika pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan terhadap publik harus diutamakan.
2. Rakyat adalah berdaulat, dan mereka yang bekerja di dalam pelayanan publik secara
mutlak bertanggung jawab kepadanya
3. Hukum yang mengatur semua kegiatan pelayanan publik. Apabila hukum atau peraturan
yang ada bersifat jelas, maka kita harus mencari cara terbaik untuk memberi pelayanan
public
4. Manajemen yang efesien dan efektif merupakan dasar bagi administrator publik.
Penyalahgunaan, pemborosan, dan berbagai aspek yang merugikan tidak dapat ditolerir
5. Sistem merit dan kesempatan kerja yang sama harus didukung, diimplementasikan dan
dipromosikan
6. Mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan pribadi tidak dapat dibenarkan
7. Keadilan, kejujuran, keberanian, kesamaan, kepandaian, dan empathy merupakan nilai-
nilai yang dijunjung tinggi dan secara aktif harus dipromosikan
8. Kesadaran moral memegang peranan penting dalam memilih alternatif keputusan
9. Administrator publik tidak semata-mata berusaha menghindari kesalahan, tetapi juga
berusaha mengejar atau mencari kebenaran.
Selanjutnya asas-asas etika itu dituangkan dalam sebuah kode etika yang memuat 5 asas
etika dan 7 asas mutu yang wajib di indahkan dan dijalankan oleh para anggota perhimpunan yang
menjadi administrator negara, yaitu sebagai berikut :
1. Menunjukkan ukuran baku tertinggi tentang keutuhan watak pribadi, kebenaran, kejujuran,
dan ketabahan dalam semua kegiatan umum, agar supaya membangkitkan keyakinan dan
kepercayaan rakyat terhadap pranata-pranata negara
2. Menghindari sesuatu kepentingan atau kegiatan yang berada dalam pertentangan dengan
penuaian dari kewajiban-kewajiban resmi
3. Mendukung, melaksanakan, dan memajukan penempatan tenaga kerja menurut penilaian
kecakapan serta tata-acara tindakan yang tidak membeda-bedakan guna menjamin
kesempatan yang sama pada penerimaan, pemilihan, dan kenaikan pangkat terhadap
orang-orang yang memenuhi persyaratan dari segenap unsur masyarakat
4. Menghapuskan semua pembedaan tak sah, kecurangan, dan salah pengurusan keuangan
negara serta mendukung rekan-rekan kalau mereka berada dalam kesulitan karena usaha
yang bertanggungjawab untuk memperbaiki pembedaan, kecurangan, salah urus, atau salah
penggunaan yang demikian
5. Melayani masyarakat secara hormat, penuh perhatian, sopan, dan tanggap dengan
mengakui bahwa pelayanan kepada masyarakat adalah di atas pelayanan terhadap diri
sendiri
6. Berjuang kearah keunggulan berkeahlian perseorangan dan menganjurkan pengembangan
berkeahlian dan termasuk mereka yang berusaha memasuki bidang administrasi negara
7. Menghampiri tugas organisasi dan kewajiban-kewajiban kerja dengan suatu sikap yang
positif dan secara membangun mendukung tata hubungan yang terbuka, daya cipta,
pengabdian, dan welas asih
8. Menghormati dan melindungi keterangan berdasarkan hak-hak istimewa yang dapat
diperoleh dalam pelaksanaan kewajiban-kewajiban resmi
9. Menjalankan wewenang kebijaksanaan apapun yang dimiliki menurut hukum untuk
memajukan kepentingan umum atau masyarakat
10. Menerima sebagai suatu kewajiban pribadi tanggung jawab untuk mengikuti
perkembangan baru terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dan menangani
urusan masyarakat dengan kecakapan berkeahlian, kelayakan, sikap tak memihak,
efisiensi, dan daya guna
11. Menghormati, mendukung, menelaah, dan bilamana perlu berusaha untuk
menyempurnakan konstitusi-konstitusi negara serikat dan negara bagian serta hukum-
hukum lainnya yang mengatur hubungan-hubungan diantara badan-badan pemerintah,
pegawai-pegawai, nasabah-nasabah, dan semua warga negara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika pelayanan kepada publik (masyarkat umum) memang sangat diharapkan, karena

etika tersebut kini mulai luntur oleh perbuatan para pelayan masyarakat (aparatur pemerintah)

yang kurang menjunjung kode etika pelayanan kepada masyarakat. Terbukti dengan adanya

perbuatan nakal para oknum aparatur pemerintah yang melakukan beberapa kecurangan yang

diantaranya melakukan pemungutan kepada masyarakat yang menginginkan kelebihan pelayanan,

seperti mempercepat penyelesaian pembuatan KTP namun dengan cara membayar uang balas jasa

mereka. Perbuatan tersebut tidak seharusnya dilakukan karena bertentangan dengan norma yang

sudah ada.

Walau mungkin etika pelayanan kepada publik belum disebutkan secara jelas, namun etika

pelayanan publik dapat dilakukan sesuai dengan hati nurani. Karena dengan hati nurani kita dapat

membedakan yang mana yang baik dan yang mana yang buruk, dengan adanya pelayanan yang

baik diharapkan masyarakat dapat merasakan kenyamanan dalam pelayanan.

3.2 Saran

Etika pelayanan publik sebaiknya disosialisasikan kepada pihak-pihak yang melakukan

pelayanan kepada masyarakat, karena sebagian besar pelayan masyarakat belum mengetahui etika

pelayanan kepada masyarakat. Sebagian mungkin masih belum mengetahui bagaimana seharusnya

tindakan untuk melayani masyarakat sehinggga dia melakukan kesalahan dalam melakukan

pelayanan atas ketidaktahuannya. Sangat disayangkan jika kesalahan dalam pelayanan dilakukan

karena kebutaan akan bagaimanan seharusnya etika yang diterapkan kepada masyarakat.
Saran selanjutnya berikanlah penghargaan jika aparatur melakukan tindakan sesuai etika dan

sebaliknya, berikanlah sanksi yang tegas kepada pelanggar etika pelayanan apalagi yang

melakukan dengan sengaja. Diharapkan dengan adanya tindakan seperti itu para pelayan

masyarakat termotivasi untuk mengetahui etika pelayanan kepada masyarakat sehingga

tindakannya dapat sesuai dengan kehendak rakyat.


TUGAS
OBSERVASI NILAI ETHIS/ETIKA

Mata Kuliah: Etika Administrasi Publik


Dosen Pengajar: Dr. Yulius Yohanes, M.Si.

Di Susun Oleh:
Lusiana Yeni
E1013161001

Kelas: PPAPK Eksekutif

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai