Latar Belakang
tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula.
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
dalam rumah tangga adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi
ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan
aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Salah satu unsur
1
Perilaku merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan
kesehatan namun dapat dicegah. Hal ini disebabkan konsumsi rokok dan paparan
Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari
tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang mengandung nikotin, tar dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan.
Mengenai hal tersebut, Zat Adiktif diamankan dan tercantum di dalam Undang-
Kategori perokok dibaga menjadi dua, yaitu perokok pasif dan perokok
aktif. Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok(pasif smoker). Asap rokok tersebut bias menjadi polutan bagi manusia
dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orangorang bukan perokok
Sedangkan Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi,
2
yang dihasilkan dari kegiatan merokok tersebut dapat menyumbangkan polusi
rokok mengandung lebih dari 4000 bahan zat organik berupa gas maupun partikel
yang telah diidentifikasi dari daun tembakau maupun asap rokok. Bahan tersebut
pengendalian terhadap perokok aktif agar bisa merokok di tempat yang tidak
dihuni atau dikunjungi banyak orang. Karena ini sangat meresahkan masyarakat
tanpa rokok ini. Kawasan tampa rokok menurut Peraturan Bersama Menteri
(KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
Tanpa Rokok (KTR) ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses
belajar mengajar; tempat anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat
3
kerja; tempat umum; dan tempat lainnya yang ditetapkan. Berkaitan dengan hal
B. Kebijakan
yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals),
mungkin dapat dipandang sebagai suatu yang “terjadi” terhadap seseorang, namun
sebenarnya sebagai mana beberapa contoh yang telah dipaparkan di atas, pada
dasarnya kita telah dipengaruhi secara mendala oleh banyak kebijakan publik
suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam
4
Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2013 Tetang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
yang menimbang:
orang lain;
Peraturan Gubernur;
Tanpa Rokok;
Masalah mengenai kawasan bebas rokok juga diatur dalam Pasal 115 Ayat
berbunyi:
5
d. tempat ibadah;
e. angkutan umum;
wilayahnya.
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Bab I Ketentuan Umum Bagian
6
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tambahan.
perokok.
10. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
7
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
11. Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
12. Tempat lainnya yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat
diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
C. Analisis
a. Aktor-Aktor Kebijakan
dalam proses perumusan kebijakan publik. Aktor-aktor disini tidak hanya sebagai
pembuat kebijakan agar dapat diahkan secara legal saja, namun juga pihak-pihak
1. Inisiator Kebijakan:
8
2. Pembuat Kebijakan dan Legislator:
Kabupaten/Kota.
3. Pelaksana Kebijakan:
kesehatan lainnya);
sejenisnya);
9
c. tempat anak bermain (pengelolah tempat penitipan anak, tempat
f. tempat kerja;
4. Kelompok Sasaran:
Tanpa Rokok.
6. Kelompok Kepentingan:
yaitu, asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (pasif
aktif yaitu orang yang suka merokok (Hasan alwi, 2003:960) jika berada
10
disekitas si perokok pasif. Sehingga kebijakan ini dengan sasaran untuk
b. Pendekatan
1. Pendekatan kelembagaan.
11
dapat mengganggu atau membuat risih masyarakat sebagai perokok
tersebut.
terlaksana secara efektif, karena masih saja ada perokok aktif yang
12
angkutan umum khusunya bus tanpa AC, dll. Ini dikarenakannya
belum ada sanksi tegas mengenai hal ini. Sanksi yang dapat diberikan
tegas. Jika semua lokasi KTR dapat menerapkan kebijakan ini dengan
13
menghirup asap rokok, dan rokok, mengembangkan rasa tanggung
D. Kesimpulan
bermain; tempat ibadah; angkutan umum; tempat kerja; tempat umum; dan tempat
lainnya yang ditetapkan. Dalam pembuatan kebijakan ini juga didasarkan pada
dan kaitan dengan Pasal 115 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tanpa Rokok (KTR), Mengenai bahwa asap rokok juga dapat menimbulkan
(KTR).
dalam pembuatan kebijakan ini adalah Gubernur, Mentri Keseharan dan Menteri
14
Kebijakan mengenai Kawasan Tanpa Rokok ini berdasarkan hasil analisis
E. Saran
Dari analisis kebijakan publik yang telah dilakukan maka saran yang dapat
ditetapkan harus diberlakukan secara merata dan lebih tegas lagi, agar
berupa:
15
4. Adanya pengawasan yang ketat di KTR berdasarkan apa yang
16