Anda di halaman 1dari 8

HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM I
SISTEM PERWAKILAN POLITIK
Oleh :
Daeng Paiza Isra
NIM. E12112023

Dosen Pembimbing :

Dr. Nurfitri Nugrahanigsih, S.IP, M.Si


NIP. 197408102002122002

PRODI ILMU ADMINISTRASI


JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktikum I ini tepat pada waktunya. Adapun tema yang
digunakan dalam penulisan Praktikum I adalah tentang mata kuliah “Sistem Perwakilan Politik” Dalam
proses penyelesaian Praktikum I ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing
Praktikum I Dr. Nurfitri Nugrahaningsih, orang tua dan keluarga, pihak perpustakaan FISIP UNTAN, pihak
perpustakaan Daerah Kota Pontianak, para senior serta rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012
khususnya jurusan ilmu politik atas bimbingan, do’a, motivasi dan saran-saran yang telah diberikan
kepada penulis selama ini.
Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua kalangan, penulis mengharapkan kritik maupun
saran yang membangun agar dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan yang ada dalam penulisan
Praktikum I ini.

Pontianak, Juni 2014

Daeng Paiza Isra


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii
BAB I GAMBARAN UMUM MATA KULIAH
1.1 Sistem Perwakilan Politik…………………………………………………………………1
BAB II TEORI-TEORI/KONSEP UTAMA
2.1 Teori Perwakilan dan Lembaga Perwakilan……………………………………………….6
2.2 Fungsi Dan Kewenangan Lembaga Perwakilan…………………………………………...7
BAB III APLIKASI TEORI
3.1 Konsep Perwakilan ……………………………………………………………………….10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
GAMBARAN UMUM MATA KULIAH
1.1 Sistem Perwakilan Politik
Pemaknaan sistem perwakilan politik tidak akan terlepas dari pada pembahasan mengenai sistem
demokrasi, karena perwakilan politik beranjak dari pada perkembangan sistem demokrasi. Awal
pemikiran demokrasi digagas oleh filsuf yunani Plato melalui tulisannya “Republica” lebih kurang 400
tahun sebelum Masehi. Plato, filsuf Yunani menulis “Republica” lebih kurang 400 tahun sebelum
Masehi. Tulisan filsafat poltik tersebut merupakan konsepsi Plato bagi terwujudnya suatu negara kota
yang demokratis. Negara kota di mana rakyat berdaulat dalam kehidupan sosial dan politik.
Ide Plato tentang “Res-Publica” ini merupakan suatu perlawanan moral terhadap apa yang menyebut
dirinya: “kelompok tiga puluh tyrannoi” yang memerintah Athena dengan tangan besi dan berlumuran
darah. Ide tersebut pada akhirnya mencapai sasarannya. Golongan demokratis sebagai pengaruh Plato
berhasil menyingkirkan diktator kelompok tiga puluh tyrannoi. Pemerintahan yang demokratis di negara
kota Athena seperti pada masa Pericles dapat terwujud. Rakyat berdaulat melalui wakil-wakil rakyat
yang duduk di dewan pemerintahan kota.
Demokrasi di bangun dengan proses yang panjang, awalnya masyarakat mengenal demokrasi dengan
mempraktekkan sistem demokrasi langsung dimana setiap individu yang di kategorikan dewasa, berhak
ikut serta di dalam parlemen. Tetapi seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang kian hari kian
banyak maka sistem perwakilan demokrasi yang lama (demokrasi langsung), kurang sesuai jika di
terapkan pada negara yang jumlah penduduknya banyak. Maka solusinya dengan sistem demokrasi
perwakilan di mana sejumlah warga negara yang memiliki berbagai kepentingan yang tinggal di suatu
daerah atau distrik tertentu kemudian memberikan kedaulatan dirinya kepada individu atau partai
politik yang ia percayai, melalui pemilihan umum. Sehingga inti dari pada pemikiran sistem demokrasi
perwakilan adalah sama dengan sistem demokrasi langsung adalah menyuarakan aspirasi atas
kepentingan individu, kelompok dan masyarakat dalam satuan distrik maupun nasional, dengan cara
individu/rakyat memberikan kepercayaannya pada seseorang/lebih yang pada nantinya menjabat posisi-
posisi pemerintahan maupun yang pada nantinya duduk di parlemen.
Bila kita melihat ke belakang dari perkembangan akan pengertian demokrasi amatlah luas cakupannya,
tergantung dari sudut mana seseorang berfikir dan memaknai akan konsep demokrasi. Seperti
pandangan yang dikemukakan oleh Budi Prayitno menurutnya demokrasi tidak hanya seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan tetapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang.
Pengertian demokrasi berasal dari kata latin yaitu (demos) dan kratos (pemerintahan), sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Inilah situasi yang terjadi di
Yunani kuno dimana lahirnya pengertian demokrasi untuk pertama kalinya. Pada saat itu masyarakat
tidak terikat oleh nilai-nilai spiritualisme sehingga kedaulatan negara demokratis sepenuhnya
tergantung pada kehendak rakyat dengan sistem negosiasi diantara warga negara, dengan suatu
pengistilahan, suara rakyat adalah suara Tuhan, rakyat memegang supremasi hukum tertinggi.
Menurut Herold Crouch demokrasi terdapat 3 unsur :
1. Sistem untuk menentukan pemerintahan yang di dasarkan pada pemilihan umum yang diadakan
sewaktu waktu;
2. Sedikitnya ada 2 partai yang bersaing;
3. Civil Liberties, seperti kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi dan lain-lain yang terwujud
dalam persuratkabaran yang bebas, dan terdapatnya organisasi-organisasi masyarakat seperti serikat
buruh atau organisasi keagamaan.
Ada dua kategori dasar dalam demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Dalam
kategori demokrasi langsung setiap warga negara dapat ikut serta dalam pembuatan keputusan negara,
seperti halnya pada peristiwa di Athena kuno dimana mereka dapat menjalankan sistem ini, dengan di
hadiri kurang lebih 5000-6000 orang majelis, dalam merumuskan suatu permasalahan diantara mereka.
menurutnya, demokrasi dengan sistem langsung ini kurang sesuai bila mana diterapkan dalam suatu
negara dengan jumlah penduduk yang banyak.
Sedangkan untuk kategori kedua adalah demokrasi perwakilan yang mengandung pengertian sejumlah
warga negara yang memiliki berbagai kepentingan dan tinggal di suatu daerah atau distrik tertentu
kemudian memberikan kedaulatan dirinya kepada individu atau partai politik yang ia percayai, melalui
pemilihan umum. Menurut Herold Crouch, demokrasi adalah suatu sistem yang di tandai oleh
pertentangan dan kalau di lihat dari sudut pandang etika demokrasi, politik oposisi adalah kegiatan
parlementarian yang paling terhormat.
Keterkaitan antara perwakilan politik, peran partai dan sistem demokrasi adalah Pertama, pendangan
yang menyatakan bahwa wakil rakyat memiliki fungsi sesuai dengan program partai. Kedua, partai
merupakan penghubung antara kepentingan lokal dengan kepentingan nasional sehingga memilih partai
berarti mendukung program nasional dan dengan melaksanakan program partai wakil rakyat
melaksanakan kepentingan nasional. Ketiga, adanya suatu pandangan yang menyatakan partai politik
tidak selalu menyangkut kepentingan nasional, seharusnya wakil rakyat sebagian terikat dengan
program partai tetapi di sisi lainnya wakil rakyat haruslah mementingkan kepentingan nasional. Dan
yang keempat, pandangan yang melihat dari perspektif kepentingan siapa yang lebih di dahulukan? apa
kepentingan daerah (distrik) atau kepentingan nasional (bangsa-negara).
Pandangan masyarakat terhadap pemerintahan di abab 20 adalah memandang pemerintah sebagai
sumber jalan keluar dari permasalahan yang di hadapi rakyat. Masyarakat yang sadar akan politiknya,
mereka cenderung memandang pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas permasalahan
yang di hadapi rakyat.
Masyarakat yang sadar akan politik menganggap lembaga-lembaga Negara memiliki fungsi untuk
menampung dan mengimplikasikan tuntutan dari berbagai golongan masyarakat, selanjutnya mereka
memiliki suatu kewajiban untuk membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Karena, masyarakat ini memandang tidak ada perundang-undangan tanpa melalui pembahasan dan
persetujuan badan perwakilan rakyat.
Metode yang digunakan dalam proses penyampaian mata kuliah ini menggunakan berbagai cara dengan
memanfaatkan sara maupun prasarana yang telah tersedia. Diantaranya adalah, pemaparan secara
langsung oleh dosen, tanya jawab, diskusi dalam kelas serta tugas secara kelompok, individu dan tugas
terstruktur lainnya. Dengan mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan
memahami mengenai sistem perwakilan politik secara lebih mendalam dan dapat mengaplikasikannya
di masyarakat.

BAB II
TEORI/KONSEP UTAMA
2.1 Konsep Perwakilan dan Lembaga Perwakilan
Perwakilan dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakili dimana
wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan
yang dibuatnya dengan terwakili. (Abdy Yuhana, 2009). Menurut Alfred deA Grazia, perwakilan dapat
diartikan sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakil, dimana wakil memegang
kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya
dengan terwakil. (Toni Andrianus Pito dkk, 2006).
Lembaga perwakilan rakyat, mempunyai dua padanan terminologi yang berbeda, yaitu parliament dan
legislatif. Kedua terminologi itu bermakna sama, yaitu sebagai tempat para wakil rakyat yang
menyampaikan aspirasi dan kehendak rakyat. Perbedaannya terletak pada pemakaian terminologi yang
digandengkan dengan sistem pemerintahan yang dianut oleh sebuah negara. Negara yang menganut
sistem pemerintahan parlementer lembaga perwakilan rakyatnya disebut parlemen, sedangkan negara
yang sistem pemerintahannya presidensiil disebut legislatif. (Pantja Astawa dalam Abdy Yuhana, 2009).
Prodjodikoro memandang bahwa parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat sejauh mungkin harus
merupakan penjelmaan dari kehendak rakyat, sehingga harus dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. (M. Ali Safa’at, 2010).
2.2 Fungsi Dan Kewenangan Lembaga Perwakilan
Ada tiga lembaga perwakilan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yaitu Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). MPR memiliki
fungsi yang sama sekali berbeda dengan DPR dan DPD, sedangkan DPR dan DPD sendiri memiliki fungsi
yang hampir sama, hanya saja DPD memiliki fungsi dan peran yang sangat terbatas. Jika dilihat dari
jumlah lembaga perwakilan rakyat maka sistem perwakilan yang dianut bukanlah sistem bikameral
karena ada tiga lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan jika melihat hanya DPR dan DPD maka kedua
lembaga perwakilan ini merupakan bentuk sistem bikameral akan tetapi bukan sistem bikameral yang
murni (strong bicameral). Keanggotaan DPR adalah representasi rakyat di seluruh Indonesia secara
proporsional melalui partai politik (political representation) dan DPD sebagai representasi dari daerah
(daerah provinsi) dari seluruh Indonesia (regional representation) memiliki posisi yang sama
sebagaimana tercermin dalam jumlah anggota DPD yang sama banyaknya dari setiap provinsi.
Memperhatikan tugas dan kewenangan MPR dalam UUD 1945, sebagai lembaga perwakilan, MPR hanya
memiliki tiga fungsi yang pokok yaitu; fungsi legislasi yaitu melakukan perubahan dan atau menetapkan
Undang-Undang Dasar, fungsi administratif, yaitu melantik Presiden dan Wakil Presiden serta
memilih/mengangkat Presiden atau Wakil Presiden dalam hal-hal tertentu, serta fungsi yudikatif yaitu
memutuskan untuk memberhentikan atau tidak memberhentikan Presiden atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya yang diusulkan oleh DPR. Dengan demikian dibanding dengan sebelum perubahan
UUD 1945, kewenangan dari MPR menjadi sangat terbatas dan limitatif. Walaupun demikian
kewenangan MPR merubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar serta memberhentikan serta
mengangkat dan memilih presiden atau wakil presiden dalam hal-hal tertentu menunjukkan adanya
kewenangan besar yang dimiliki MPR. Hal ini adalah wajar karena MPR adalah gabungan dari seluruh
anggota DPR dan DPD.
Disamping itu DPR memiliki fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Fungsi anggaran terkait dengan
kewenangan yang dimiliki oleh DPR untuk menyetujui atau tidak menyetujui anggaran yang diajukan
oleh pemerintah. Disinilah keterlibatan DPR dalam administrasi pemerintahan, yaitu mengontrol agenda
kerja dan program pemerintahan yang terkait dengan perencanaan dan penggunaan anggaran negara.
Dalam melakukan fungsi pengawasan DPR diberikan hak interplasi, hak angket dan hak menyatakan
pendapat, serta hak yang dimiliki oleh setiap anggota DPR secara perorangan yaitu hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.
Mekanisme pengisian anggota DPR dipilih seluruhnya melalui pemilihan umum melalui partai politik
yaitu berdasarkan sistem perwakilan perorangan (peple representative). Karena itu jumlah anggota DPR
dari setiap dari adalah proporsional sesuai jumlah penduduknya, kecuali dalam hal-hal tertentu karena
kondisi daerah yang sangat jarang penduduknya. Secara konseptual keterwakilan anggota DPR dalam
lembaga menitik beratkan untuk menyuarakan kepentingan nasional dengan tidak mengabaikan daerah
yang diwakilinya (konstituen).
Disamping DPR terdapat DPD sebagai lembaga perwakilan yang dimaksudkan untuk memberikan tempat
bagi daerah-daerah menempatkan wakilnya dalam lembaga perwakilan tingkat nasional untuk
mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan daerahnya sehingga memperkuat
kesatuan nasional (national integration dan national identity).
Dengan demikian sistem perwakilan DPD adalah bersifat regional representative. DPD memiliki
kewenangan terbatas dibanding dengan DPR. Keterwakilan anggota DPD, adalah berasal dari calon-
calon perorangan dari setiap daerah provinsi yang dipilih secara langsung oleh rakyat di daerah tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar para anggota DPD fokus untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan
daerahnya, yaitu seluruh aspek yang terkait dengan daerah yang diwakilinya. Secara konseptual
keterwakilan dari anggota DPD adalah merupakan agen dan penyambung lidah konstituennya yang ada
di daerah dalam tingkat nasional.
Dengan pertimbangan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan dimana para anggota DPD tidak
seperti senator yang mewakili negara bagian dalam sistem negara federal akan tetapi mewakili bagian-
bagian daerah Indonesia maka adalah tidak tepat menempatkan DPD dalam posisi yang sangat kuat
seperti itu, toh DPR juga mewakili daerah-daerah pemilihan dari seluruh Indonesia. Pada sisi lain dari
kajian studi banding sistem perwakilan di berbagai negara ternyata bahwa sistem perwakilan seperti ini
adalah lazim dipergunakan bahkan sebagian besar sistem perwakilan itu menggunakan sistem dua
kamar yang memiliki kewenangan yang tidak sama. Menempatkan wakil-wakil daerah dalam suatu
lembaga perwakilan yang secara formal sederajat dengan lembaga perwakilan dan lembaga negara yang
lain pada tingkat nasional dianggap cukup untuk kepentingan daerah dan kepentingan merperkuat
kesatuan nasional kita (national integrity).

BAB III
APLIKASI TEORI
3.1 Konsep Perwakilan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai teori maupun konsep yang berkaitan dengan sistem
perwakilan politik. Maka penulis akan menganalisis konsep perwakilan. Karena dalam konsep
perwakilan inilah adanya keterkaitan hubungan antara diwakili dengan yang mewakili adalah sebagai
berikut:
Pertama, perwakilan tipe trustee (independen) berpendirian, wakil rakyat di pilih berdasarkan
pertimbangan yang bersangkutan dan memiliki kemampuan mempertimbangkan secara baik (good
judgment). Untuk itu untuk dapat melakukannya maka wakil rakyat memerlukan kebebasan dalam
berfikir dan bertindak. Karena tipe perwakilan ini memiliki pemikiran bahwa para wakil rakyat memiliki
tugas untuk memperjuangkan kepentingan nasional.
Sedangkan tipe yang kedua delegasi (mandat) memiliki konsep wakil rakyat terikat dengan keinginan
rakyat yang di wakili. Fungsi dari wakil rakyat tipe ini adalah menyuarakan pendapat dan keinginan
pemilih yang memiliki suara mayoritas di dalam konsituen, bila mana wakil rakyat tidak sepaham dengan
keinginan para pemilih maka ia hanya memiliki dua pilihan, yakni mengikuti keinginan para pemilih atau
menggundurkan diri.
Bagaimanapun juga, dalam kedua variasi yang pertama ikatan anggota Badan Legislatif kepada rakyat
sebagai pihak yang diwakili masih terasa. Artinya wakil mempertanggungjawabkan tingkah-lakunya
kepada anggota masyarakat secara pribadi. Hubungan antara wakil dengan pihak yang diwakili bersifat
langsung, tidak diperantarai oleh pihak ketiga. Usaha untuk mengetahui posisi pola hubungan DPR
dengan anggota masyarakat dilakukan dengan mempergunakan kedua indikator tersebut diatas. Dengan
jalan itu sekaligus dapat dipahami tingkat pemanfaatan dukungan masyarakat oleh DPR yang secara
ideal merupakan sumber utama bagi lembaga itu untuk melaksanakan fungsinya dengan berhasil.
Dari keseluruhan analisis mengenai proses perwakilan seperti yang dikemukakan diatas, diperoleh
pemahaman bahwa kesinambungan hubungan, maupun langsung tidaknya kontak, begitu pula tipe
hubungan antara anggota DPR sebagai Badan Legislatif dengan warga masyarakat sebagai pihak yang
diwakili kurang leluasa untuk dimanfaatkan oleh DPR sebagai dasar bagi pemantapan kekuasaan
lembaga tersebut. Gejala tersebut berpangkal kepada kultur politik dan prosedur yang tersedia sesuai
dengan sistem politik yang berlaku.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem Perwakilan Politik merupakan salah satu mata kuliah penting yang harus ditempuh oleh seorang
mahasiswa ketika di jenjang perguruan tinggi. Kita ketahui bersama bahwa Sistem Perwakilan Politik
adalah semua yang menyangkut esensi pemerintahan perwakilan. Konsep pemerintahan perwakilan
mengandung arti bahwa pemerintah itu seharusnya mencerminkan pluralitas masyarakatnya, sistem
politik dan sistem pemerintahan yang harus kongruen dengan sistem sosial budaya masyarakatnya.
Peneliti disini berusaha mendekati Sistem Perwakilan Politik secara sosiologis sebagai suatu lembaga
social, interaksi dan hubungan yang dibangun didalamnya, serta sistem yang dipergunakan.
Dengan mempelajari Sistem Perwakilan Politik beserta teori-teori yang berkaitan didalamnya,
diharapkan agar mahasiswa dapat turut serta memahami beberapa teori yang telah didapatkan dari apa
yang telah di jabarkan oleh peneliti tentang Sistem Perwakilan Politik dan dapat sedikit memahami teori
yang berkaitan dengan esensi pemerintahan dalam sistem politik yang kongruen terhadap sistem sosial-
nya.

Daftar Pustaka
Siregar. Dr. Leonard. Majalah Demokrasi dan Keberanian Moral, Indonesia Media Berdaya Lewat Lintas
Budaya, Terbitan, November 1999
Prayitno. Budi, Apakah Demokrasi Itu, Jakarta: Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, 2001
Crouch. Herold, Masyarakat, Politik dan Perubahan,, 1981. Hal 115
Budiardjo, Miriam, 1996, Demokrasi di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
--------------. 1998, Partisipasi dan Partai Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Pito, Toni Andrianus., Efriza., dan Kemal Fasyah. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik, dari Sistem Politik
Sampai Korupsi. Nuansa, Bandung.
Safa’at, Muchammad Ali. 2010. Parlemen Bikameral, Studi Perbandingan di Amerika Serikat, Perancis,
Belanda, Inggris, Austria, dan Indonesia. UB Press, Malang.
Budiardjo, Miriam. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, Hal. 138
Huntington, Samuel P. 2004. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanit, Arbi. 2005. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Sanit, Arbi, 1985. Perwakilan Politik di Indonesia. CV. Rajawali, Jakarta.
-------------------------, 2003. Faktor-Faktor yang Menghambat Peran Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dalam Fungsi Legislatif Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Wisistiono, Sadu dan Wiyoso Yonatan. 2009. Meningkatkan Kinerja DPRD. Bandung: Fokusmedia.
Dwi Andriyani, Budi Setyowati, 1997, Posisi dan Fungsi DPRD dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah, Tesis, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai