Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Pemilihan Kepala daerah secara langsung

DISUSUN OLEH

ERVIN BUDIANTO

041305119

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TERBUKA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pemilihan Kepala Daerah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pilkada secara

langsung merupakan sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang menjadi

momentum politik besar untuk menuju demokratisasi. Momentum ini seiring

dengan salah satu tujuan reformasi, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang lebih

demokratis yang hanya bisa dicapai dengan mengembalikan kedaulatan ke tangan

rakyat.

Perubahan format Pilkada setelah berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 telah

mengakhiri pengaruh Pemerintah Pusat yang dominan. Pilkada langsung

dilaksanakan sebagai wujud nyata pelaksanaan demokrasi dalam mengajarkan

masyarakat untuk melihat dan berpikir secara objektif terhadap fenomena politik di

tingkat daerah, sehingga masyarakat tidak semata-mata terfokus pada pola pikir dan

perilaku politik para elite politik yang berkompetisi dalam Pilkada. Di lain sisi,

Pilkada secara langsung yang dilakukan saat ini juga memiliki sisi negatif dimana

Pilkada secara langsung dianggap tidak efisien, hal ini dikemukakan oleh Hafiz

Anshary yang mewacanakan agar Pilkada dipilih oleh DPRD kembali, alasannya

pemilukada secara langsung tidak efisien mengakibatkan konflik antar

masyarakat, dan maraknya politik uang.

Pilkada langsung dilaksanakan sebagai wujud nyata pelaksanaan demokrasi sesuai

dengan UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “Gubernur, Bupati

dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah propinsi,

kabupaten dan kota dipilih secara demokratis”.2 Makna demokratis bisa

menimbulkan makna ganda, bisa dipilih langsung oleh rakyat serta bisa juga dipilih
langsung oleh anggota legislatif sebagai wakil rakyat. Adanya revisi UU No. 22

Tahun 1999 menjadi UU No. 32 Tahun 2004 maka maksud dari dipilih di sini yakni

secara demokratis dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga diharapkan terwujudnya

masyarakat yang demokratis sesuai dengan tujuan reformasi di atas. Dalam konteks

demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran berdemokrasi merupakan

langkah awal menuju demokrasi yang benar.

I.II Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan pemilihan umum?

2. Apa itu sistem pemilihan umum?

3. Bagaimanakah jalannya sistem pemilihan umum di Indonesia?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I. Pemilu
Menurut teori demokrasi klasik pemilu merupakan suatu Transmission of

Belt sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi kekuasaan

negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk

memerintah dan mengatur rakyat.

Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli mengenai pemilu Moh.

Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak lain adalah suatu cara

untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu negara yang

menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu harus

dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu. Bagir Manan : Pemilhan umum yang

diadakan dalam siklus lima (5) tahun sekali merupakan saat atau momentum

memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh rakyat. Pada saat

pemilihan umum itulah semua calon yang diingin duduk sebagai penyelenggara

negara dan pemerintahan bergantung sepenuhnya pada keinginan atau kehendak

rakyat.

II.II. Sistem Pemilu


Sistem Pemilihan Umum adalah metode yang mengatur dan memungkin
warga negara memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode
berhubungan dengan prosedur dan aturan merubah ( mentransformasi ) suara ke
kursi dilembaga perwakilan. Mereka sendiri maksudnya yang memilih maupun yang
hendak dipilih merupakan bagian dari satu entitas yang sama.
Terdapat komponen-komponen atau bagian-bagian yang merupakan sistem
tersendiri dalam melaksanakan pemilihan umum, antara lain:
1. Sistem pemilihan.

2. Sistem pembagian daerah pemilihan.

3. Sistem hak pilih.

4. Sistem pencalonan.
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum,dengan

berbagai variasinya. Akan tetapi, umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

1. Sistem Pemilihan Mekanis

Dalam sistem ini, rakyat dipandang sebagai suatu massa individu-individu

yang sama. Individu-individu inilah sebagai pengendali hak pilih dalam

masing-masing mengeluarkan satu suara dalam tiap pemilihan umum untuk

satu lembaga perwakilan.

2. Sistem pemilihan Organis

Dalam sistem organis, rakyat dipandang sebagai sejumlah individu yang

hidup bersama- sama dalam beraneka warna persekutuan hidup. Jadi

persekuuan-persekutuan itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak

pilih.
BAB III

PEMBAHASAN

III.I. Pemilihan Umum

Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam kata

lain, Pemilu adalah pengejawantahan penting dari “demokrasi prosedural”.

Berkaitan dengan ini, Samuel P. Huntington dalam Sahid gatara (2008: 207)

menyebutkan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin

secara kompetitif oleh rakyat yang bakal mereka pimpin. Selain itu, Pemilu sangat

sejalan dengan semangat demokrasi secara subtansi atau “demokrasi subtansial”,

yakni demokrasi dalam pengertian pemerintah yang diselenggarakan dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan

tertinggi.

Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah

pemerintahan perwakilan (representative government). Secara sederhana, Pemilihan

Umum didefinisikan sebagai suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang

yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan.

Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan kampanye

sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah dientukan.

Dalam kampanye tersebut para kandidat akan berusaha menarik perhatian

masyarakat secara persuasif, menyatakan visi dan misinya untuk memajukan dan

memperjuangkan kesejahteraan rakyat.


III.II. Tujuan Pemilihan Umum

Tujuan diselenggarkannya Pemilihan Umum adalah untuk memilih wakil

rakyat dan wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan

memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

III.III. Manfaat Pemilu

Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada

di tangan rakyat serta wujud paling konkret partisipasi rakyat dalam

penyelenggaraan negara. Oleh karena itu,sistem dan penyelenggaraan pemilu selalu

menjadi perhatian utama karena melalui penataan, sistem dan kualitas

penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan

dari, oleh, dan untuk rakyat.

III.IV. Asas-asas Pemilihan Umum

Meskipun Undang-Undang Politik tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu)

dari Pemilu ke Pemilu beberapa kali mengalami perubahan, perubahan itu ternyata

tidak bersifat mendasar. Secara umum, asas-asas dari Pemilu ke Pemilu di

Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan

suaranya secara langsung, sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa

perantara.

b. Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi

persyaratan sesuai dengan undang-undang berhak mengikuti Pemilu.

Pemilihan yang bersifat umum menjamin kesempatan yang berlaku

menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku,

agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status

sosial.
c. Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan

pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam

melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga

dapat memilih sesuai kehendak hati nuarani dan kepentingannya.

d. Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa

pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan

apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara tanpa dapat

diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

e. Jujur, yaitu setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu,

pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, serta semua pihak yang

terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

f. Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang

sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

   
BAB IV

PENUTUP

1.      Kesimpulan

Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak ukur
demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat mencerminkan
demokrasi walaupun tidak beguitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu proses pemilihan
orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam ilmu politik dikenal
berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi umumnya berkisdar pada dua
prinsip pokok, yaitu : sistem distrik dan sistem proprosional.

Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem
pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya untuk
mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia . sejak awal pemerintahan yaitu
demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam kurun waktu itulah
Indonesia telah banyak mengalami transformasi politik dan sistem pemilu.

Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal tertutup


memang lebih menguntungkan , tetapi harus diikuti dengan transparansi terhadap publik
kalau tidak akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya konsilidasi partai politik
dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan denganm baik. Akan tetapi, itu belum berarti
kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar siap untuk memasuki zaman global.
Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari kepartaian kita adalah rekrutmen politik,
kemandirian secara pendanaan, kohesivitas internal,dan kepemimpinan.

2.      Saran

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik Indonesia


semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan perkembangan
politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas pembangunan kehidupan
politik pada masa yang akan datang bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua
elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi
mengembangkan perpolitikan di Indonesia. Manejemen dan kepemimpinan juga haruis terus
ditingkatkan, ongkos politik yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap publik harus
dekembangkan dan ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar stabilitas
nasional dan politik kita semakin kokoh.

Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai Pemilu dengan sebaik-


baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan sosialisasi politik secara
maksimal kepada masyarakat dan sebaiknya pemerintah membuat pembenahan misalnya
pendidikan dan pemberian informasi yang lengkap terhadap masyarakat sebagai pemilih.
Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang berkaitan
dengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan pendidikan politik kepada
masyarakatdan tidak melakukan praktek money politic.

Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang dilakukan
oleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak golput dalam pemilihan
dan juga harus peka terhadap partai politik.
DAFTAR PUSTAKA

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,


2008

Prihatmoko dkk, Menang Pemilu Ditengah Oligarki Partai, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,


2008
http://www.academia.edu/8312446/Makalah_Demokrasi_dan_Pemilu_di_Indonesia
http://blognyapakarilmu.blogspot.com/2014/10/contoh-makalah-pemilu.html

http://www.pemilu.com/berita/2014/11/lagi-dkpp-pecat-penyelenggara-pemilu/

http://www.distrodoc.com/3205-makalah-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia

http://sensorku.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-pemilu.html

Anda mungkin juga menyukai