Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pemilihan Umum di Indonesia

Disusun oleh :
Kelompok 4
Desy Yayu Indah
Fadhilah Haifa’ Afifah
Fathia Mumtazah
Nafisah Muhammad
Siti Nur Halisa
Ulfa Thalia Syafira

Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
STIU DIROSAT ISLAMIYAH AL-HIKMAH
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilu merupakan sebuah aktifitas tak terhindari di negara yang menganut


sistem demokrasi. Tidak ada sebuah negara demokrasi yang tidak menjalankan
pemilihan bagi sebuah jabatan public dengan melibatkan warga negara yang berhak
memilih (eligible). Dalam tatanan filisofis, para teoritis demokrasi, terutama yang
menganut perspektif procedural, mengisyaratkan pelaksanaan pemilu yang baik sebagai
fondasi dari pemerintahan yang dapat dikategorikan demokratis. Pemilu merupakan
pengejawantahan dari prinsip pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat.

Model pemilihan yang dijalankan di Indonesia saat ini diharapkan mampu


menghasilkan pemerintahan yang memiliki legitimasi besar untuk memerintah,
sehingga mampu menjalankan pemerintahan secara efektif dalam nuansa saling
mengawasi dan mengimbangi di parlemen. Oleh karena itu, KPU sangat penting artinya
untuk menjamin pelaksanaan tugas penyelenggara Pemilu agar berkualitas, memenuhi
seluruh asas dan prinsip yang menaunginya. Pemilu bukan hanya diperlukan sebagai
sarana untuk mewujudkan 1 kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang
demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Namun juga merupakan suatu rasionalitas administrasi publik
yang wajib bagi KPU sebagai institusi publik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pemilu dan asas pemilu


2. Bagimana sejarah pemilu di Indonesia
3. Apa tujuan dan fungsi dari pemilu
4. Bagaimana sistem pemilu yang berjalan di Indonesia
5. Bagaimana partisi pemilih dalam pemilu

1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian serta asas pemilu
2. Mengetahui sejarah yang melatarbelakangi pemilu
3. Mengetahui tujuan serta fungsi dari pemilu
4. Mengetahui sistem pemilu yang berjalan di Indonesia
5. Mengetahui partisi pemilih dalam pemilu

1.4 Manfaat Penulisan

Penulis dapat mengetahui pengertian serta asas-asas pemilu, sejarah pemilu


yang ada di Indonesia, tujuan serta fungsi dari pemilu, sistem pemilu yang berlangsung
di Indonesia serta bagaimana partisi pemilih dalam pemilu. Selain itu juga dapat
menambah wawasan bagi penulis tentang pemilu yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Asas Pemilu


Ciri sebuah negara demokratis adalah seberapa besar negara melibatkan
masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan umum. Sebab
partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan
negara demokrasi.

Salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi negara demokrasi perwakilan di
bawah rule of law adalah diselenggarakannya pemilihan umum yang bebas. Demikian
dirumuskan oleh International Commission of Jurist dalam konferensinya di Bangkok
pada tahun 1965. Selanjutnya dirumuskan pula definisi tentang suatu pemerintahan
demokrasi berdasarkan perwakilan yaitu: suatu bentuk pemerintahan di mana
warganegara melak- sanakan hak yang sarna tetapi melalui wakil-wakil yang dipilih
mereka dan kepada mereka melalui proses pemilihan umum. Dalam kaitannya dengan
ajaran kedaulatan rakyat yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang
dihubungkan dengan ketentuan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat harus
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun, maka sudah menjadi dasar hukum yang
kuat untuk mengadakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali.

Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan
menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak. Pemilihan Umum sebagai sarana penyampaian hak-hak demokrasi warga
negara harus dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu guna melaksanakan asas
kedaulatan rakyat yang diwujudkan di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Dasar
1945 "Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat".

Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya,


pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai
dengan asas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada
dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan
rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama- sama
dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.

Pemilihan umum, adalah salah satu lembaga yang berfungsi sebagai sarana
penyampaian hak-hak demokrasi rakyat. Eksistensi kelembagaan pemilihan umum
sudah diakui oleh negara-negara yang bersendikan asas kedaulatan rakyat. Inti
persoalan pemilihan umum bersumber pada dua masalah pokok yang selalu
dipersoalkan dalam praktek kehidupan ketatanegaraan, yaitu mengenai ajaran
kedaulatan rakyat dan paham demokrasi, di mana demokrasi sebagai perwujudan
kedaulatan rakyat serta pemilihan umum merupakan cerminan daripada demokrasi.

Sedangkan dalam pelaksanaannya, pemilihan umum juga memiliki beberapa


asas diantaranya sebagai berikut :

a. Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih
secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri
tanpa ada perantara
b. Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
c. Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih
pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk
membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d. Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan.
e. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga
bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan
umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.

2.2 Sejarah Pemilu di Indonesia


Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih
anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Setelah amendemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil
presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan
langsung oleh rakyat dan dari rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam
rangkaian pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada
Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai
bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada
pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu
harus dilakukan secara berkala, karena memiliki fungsi sebagai sarana pengawasan bagi
rakyat terhadap wakilnya.

Pemilihan umum di Indonesia telah diadakan sebanyak 12 kali yaitu pada tahun
1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019. Berikut
adalah beberapa penjelasan dari pemilu setiap tahunnya.

a. Pemilu Tahun 1955 (Masa Parlemen)


Pemilu pertama ini dilangsungkan pada tahun 1955 dan bertujuan untuk
memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Pemilu ini sering kali disebut
dengan Pemilu 1955, dan dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada
saat pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana
Menteri Burhanuddin Harahap.
Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
 Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29
partai politik dan individu,
 Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap
ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional


Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai
Syarikat Islam Indonesia.

b. Pemilu Tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru)


Pada masa Orde Baru ini indonesia telah melakukan pemilu sebanyak 6
kali, diantaranya sebagai berikut :
 Pemilu 1971
Merupakan pemilu yang deselenggarakan bangsa indonesia, pemilu.
Dimana pemilu ini dilaksanakan pada tanggal 5 juli 1971 ini untuk
memilih anggota DPR. Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan
Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, dan Partai
Syarikat Islam Indonesia. Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi
(penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik
(yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia)
dan satu Golongan Karya.
 Pemilu 1977
Pemilu kedua pada masa orde baru ini diselenggarakan serentak pada
tanggal 2 Mei 1977 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Tingkat I Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-
Indonesia periode 1977-1982. Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai
politik dan 1 Golongan Karya. Dan Sebagai pemenang mayoritas hasil
pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.
 Pemilu 1982
Pemilu ini merupakan pemilu ketiga pada masa orde baru, pemilu ini
diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 1982 .
 Pemilu 1987
Pemilu ini merupakan pemilu keempat yang diselenggarkan pada tanggal
23 april 1987.
 Pemilu 1992
Pemilu ini diselenggarakan serentak pada tanggal 9 juni 1992.
 Pemilu 1997
Pemilu ini dilaksanakan pada tanggal 29 mei 1997.

Pemilu pada masa orde baru ini sistemnya sama yaitu menganut sistem
perwakilan berimbang (porposional), dan peserta pemilu yaitu: Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia.

c. Pemilu 1999-2009 (Masa Reformasi)


 Pemilu 1999
Pemilu berikutnya, sekaligus Pemilu pertama setelah runtuhnya orde
baru, dilangsungkan pada tanggal 7 Juni 1999 di bawah pemerintahan
Presiden BJ Habibie dan diikuti oleh 48 partai politik. Lima besar Pemilu
1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai
Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa,
dan Partai Amanat Nasional.
Walaupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meraih suara
terbanyak (dengan perolehan suara sekitar 35 persen), yang diangkat
menjadi presiden bukanlah calon dari partai itu, yaitu Megawati
Soekarnoputri, melainkan dari Partai Kebangkitan Bangsa,
yaitu Abdurrahman Wahid (Pada saat itu, Megawati hanya menjadi calon
presiden). Hal ini dimungkinkan untuk terjadi karena Pemilu 1999 hanya
bertujuan untuk memilih anggota MPR, DPR, dan DPRD, sementara
pemilihan presiden dan wakilnya dilakukan oleh anggota MPR.
 Pemilu 2004
Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama yang memungkinkan rakyat
memilih langsung yang diselenggarakan pada tanggal 5 April 2004. Ini
Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004 secara
langsung telah mengilhami dilaksanakannya pemilihan kepala daerah
secara langsung, oleh karena itulah sejak tahun 2005 telah
diselenggarakan Pilkada secara langsung baik ditingkat Provinsi maupun
kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU No 32 tahun 2004.
 Pemilu 2009
Pemilu ini diselenggarakan untuk memilih 560 anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2009-
2014. Pemungutan suara diselenggarakan secara serentak di hampir
seluruh wilayah Indonesia pada tanggal 9 April 2009 (sebelumnya
dijadwalkan berlangsung pada 5 April, tetapi kemudian diundur). 38
partai memenuhi kriteria untuk ikut serta dalam pemilu 2009. Partai
Demokrat memenangkan suara terbanyak, diikuti
dengan Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
selain memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun ini
pemerintah juga melaksanakan Pemilu untuk memilih presiden yang
diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran
langsung dengan memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan
Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf
Kalla-Wiranto.
 Tahun 2014
Pemilihan ini dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 serentak di seluruh
wilayah Indonesia. Namun untuk warga negara Indonesia di luar negeri,
hari pemilihan ditetapkan oleh panitia pemilihan setempat di masing-
masing negara domisili pemilih sebelum tanggal 9 April 2014. Pemilihan
di luar negeri hanya terbatas untuk anggota DPR di daerah pemilihan
DKI Jakarta II, dan tidak ada pemilihan anggota perwakilan daerah.
Pilpres 2014 juga diselenggarakan pada 9 Juli 2014. Pasangan Joko
Widodo-Jusuf Kalla berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran
langsung dengan suara sebesar 53,15%, mengungguli pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa.
 Tahun 2019
diselenggarakan pada 17 April 2019 untuk memilih 575 anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), 136 anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD
Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2019–
2024. Pemilu Legislatif tahun tersebut dilaksanakan bersamaan
dengan Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019.
Pemilihan umum Presiden Indonesia diikuti oleh dua pasangan calon,
yakni Jokowi-Amin dengan nomor urut 01 dan Prabowo-Sandi dengan
nomor urut 02. Pemilihan umum pada tahun ini diselenggarakan
bersamaan dengan pemilu legislatif. Dan Pemilihan Umum ini
dimenangkan oleh pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf
Amin dengan perolehan suara 55,50%, diikuti oleh pasangan nomor
urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan perolehan suara
44,50%.

2.3 Tujuan dan Fungsi dari Pemilu


Secara umum Pemilu memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
a. Melaksanakan kedaulatan rakyat
b. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
c. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR,DPD,dan DPRD
d. memilih presiden dan wakil presiden, Melaksanakan pergantian personal
pemerintahan secara damai,aman,dan tertib (secara konstitusional)
e. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Sedangkan benurut beberapa ahli pemilu juga memiliki beberapa tujuan. Salah
satunya menurut Prihatmoko (2003:19) dalam pelaksanaannya pemilu memiliki tiga
tujuan utama yakni:
a. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan
alternatif kebijakan umum (public policy).
b. Sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan
badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilih atau partai
yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.
c. Sarana memobilisasi, menggerakkan atau menggalang dukungan rakyat
terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses
politik.
Sedangkan menurut Arbi Sanit, tujuan dari pemilu adalah :
a. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintah secara aman dan tertib
b. Melaksanakan kedaulatan rakyat
c. Melaksanakan hak-hak asasi warga negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2021 pasal 3 dalam
pelaksanaannya pemilu memiliki tujuan yaitu untuk memilih anggota DPR, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.
Selain tujuan, pemilu juga memiliki beberapa fungsi secara umum ataupun
menurut beberapa ahli. Secara umum, pemilihan umum memiliki tiga fungsi utama,
yaitu sebagai:
 Sarana memilih pejabat publik (pembentukan pemerintahan)
 Sarana pertanggungjawaban pejabat publik
 Sarana pendidikan politik rakyat
Sedangkan menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, fungsi dari pemilu
yaitu sebagai alat demokrasi yang digunakan untuk:

 Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di


Indonesia.
 Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
(Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
 Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya
Pancasila dan dipertahankannya UUD 1945.

Selain itu Arbi Sanit juga berpendapat bahwasanya pemilu memiliki empat
fungsi utama yaitu :

 Pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah


 Pembentukan perwakilan politik rakyat
 Sirkulasi elite penguasa
 Pendidikan politik
2.4 Sistem Pemilu di Indonesia

Sistem pemilihan umum merupakan metode yang mengatur serta


memungkinkan warga negara memilih/mencoblos para wakil rakyat diantara mereka
sendiri. Sistem pemerintahan yang dianut dan diterapkan berbagai di dunia beraneka
ragam. Namun pada umumnya bahwa varian sistem pemilihan setidaknya
diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama, yaitu sistem pemilihan distrik,
proporsional dan campuran.

a. Sistem Pemilihan Distrik


Dalam sistem pemilihan pemilihan ini, sebuah negara dibagi dalam
beberapa distrik atau daerah dimana jumlah wakil rakyat yang dipilih jumlahnya
sama dengan jumlah distrik tersebut. Dalam sistem ini, berlaku frasa ( the
winner takes all ) yaitu kandidat terpilih adalah dia yang mendapatkan suara
terbanyak dalam sebuah pemilihan tanpa memperhitungkan selisih peroleh
suara. Dengan kata nlain suara kandidat yang kalah dianggap hilang, seberapa
kecil pun selisih perolehan suara tersebut.
Selama ini sistem distrik dianggap meguntungkan dalam hal
penyederhanaan jumlah partai karena :
 suara suara partai kecil sulit untuk memenangkan pemilihan, sehingga
pemerintahan relatif lebih stabil
 partai politik yang akan berkompetisi akan semakin selektif dalam
menentukan kandidatnya di distrik mana mereka akan mengikuti
pemilihan, sehingga hal ini juga bagus untuk menekano ligarki politik
ditingkatan partai sebab hanya calon kompeten yang memiliki potensi
besar memenangkan suara distrik tersebut.

Namun sistem distrik juga dianggap memiliki kelemahan terutama


terutama dalam hal sistem ini dianggap kurang representati atau mewakili dari
kelompok minoritas karena tidak mewakili wakil yang diakibatkan berlakunya
prinsip the winner takes all tersebut.

b. Sistem Pemilihan Proporsional


Berbeda dengan sistem distrik, sistem pemilihan dengan sistem
proporsional mempertimbangkan proporsi jumlah kursi dengan jumlah
penduduk atau pemilih di sebuah daerah pemilihan. Dalam sistem ini, daerah
pemilihan yang memiliki jumlah penduduk yang besar akan mendapatkan
jumlah kursi yang lebih besar pula dalam sebuah lembaga perwakilan. Dalam
sistem ini juga, partai politik dapat mencalonkan lebih dari satu kandidat dalam
daerah prmilihan,juga terbuka peluang bagi partai kecil untuk mendulang kursi
dalam daerah pemilihan tersebut
Kelebihan sistem ini yakni dianggap mewakili suara semua kelompok
masyarakat, karena suara kandidat yang kalah tetap diperhitungkan. Sedangkan
kelemahan sistem ini dianggap membuka peluang bagi tumbuh kembangnya
sistem multipartai yang berimbas pada sulitnya untuk memunculkan stabilitas
politik. Disisi lain, kandidat lebih memiliki keterkaitan dengan partai
yangmengusungnya, alih alih mencoba mendapatkan legitimasi politik dari
rakyat.
c. Sistem Campuran
Dalam sistem ini, sebagian anggota lembaga perwakilan dipilih melalui
sistem distrik, sedangkan sebagian lainnya dipilih melalui sistem pemilihan
proporsional. Sistem ini menggabungkan antara keterwakilan dengan kondisi
geografis, sehingga pemilihan tidak menghilangkan suaraminoritas juga
memiliki mekanisme keterwakilan berdasarkan wilayah untuk meningkatkan
representasi kedaulatan rakyat.

2.5 Partisi Pemilih dalam Pemilu

Ciri sebuah negara demokrasi adalah seberapa besar negara melibatkan


masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan umum. Sebab
partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan
negara demokrasi. Partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi oleh masyarakat
terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam Pemilu misalnya partisipasi politik
berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada calon atau pasangan calon yang
terpilih. Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk
menentukan pilihan mereka dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat
publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai
pemilih.
Sebagian besar masyarakat mengakui bahwa ia memilih karna didorong oleh
faktor transaksi dan unsur kedekatan secara emosional. Visi dan misi calon bukan
merupakan ukuran dalam memilih. Terdapat pula masyarakat yang tidak memberikan
suara karena masalah-masalah teknis. Maka dari itu sosialisasi KPU kepada masyarakat
perlu digiatkan lagi. Banyak yang tidak memilih karena tidak terdaftar dalam DPT atau
tidak mendapat informasi yang jelas terkait kewajiban pemilih. Sebagian masyarakat
masih menganggap bahwa masyarakat harus menerima undangan sebagai syarat
mencoblos.

Pemilu merupakan mekanisme yang ditempuh dalam sistem demokrasi untuk


menghasilkan pemimpin atau pejabat publik. Oleh karena itu prinsip-prinsip dasar
sebagai masyarakat sadar untuk ikut serta dalam pemilu harus terbentuk di masyarakat.

Dalam negara demokrasi modern, pelaksanaan pemilihan secara langsung bukan


sekedar prosedur melainkan juga suatu keharusan untuk memperbaiki dan mengoreksi
kesalahan dalam pelaksanaan pemerintahan. Pemilihan yang berkualitas harus memiliki
kriteria yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memilih antara tawaran
kebijakan yang berbeda dan partai atau kandidat yang saling bersaing, meminta
pertanggungjawaban pejabat terpilih untuk tindakan yang mereka lakukan, dan
mentranformasikan konsepsi simbolik (kedaulatan rakyat) dalam tindakan riil yang
sesungguhnya.

Pada titik ini konsepsi universalitas individu dalam demokrasi (memiliki hak
yang sama) harus dijunjung. Bahwa semua warga negara memiliki peluang dan
kesempatan yang sama dalam mengevaluasi dan menentukan pemimpinnya. Sehingga
partisipasi politik dalam hal ini keikutsertaan warga negara dalam pemilu menjadi
penting. Pada sisi yang sama pemahaman yang baik terhadap peran-peran strategis
warga negara akan mendorong kualitas demokrasi.

Partisipasi politik masyarakat merupakan bentuk perwujudan negara demokrasi.


Negara tanpa partisipasi politik masyarakat cenderung otoriter dan sentralistik.
Pengalaman politik pada saat orde baru memperlihatkan kesewenangan para pengambil
keputusan politik dalam setiap perumusan kebijakan maupun perencanaan program.
Akibatnya kebijakan atau yang diputuskan kerap tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Partisipasi politik masyarakat merupakan bentuk pemberian diri baik dalam
bentuk keikutsertaan, kehadiran, gagasan, keterlibatan dalam perumusan kebijakan dan
pemberian diri dalam pengawasan manakala kebijakan itu hendak diimplementasikan.

Tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat sangat penting menurut


Conyers

a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi


mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal,
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap proyek tersebut,
c. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan
bahwa merekapun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan.

Permasalahan pemilu sesungguhnya bukan hanya sebatas karena proses


teknisnya yang sering ditemui banyak pelanggaran. Tetapi permasalahan utamanya
adalah hasil atau substansi dari pemilu masih jauh seperti yang diharapkan. Hasil akhir
yang sesungguhnya diharapkan dari pemilu adalah melahirkan pemimpin yang ideal.
Kenyataannya selama ini bahwa selain proses pelaksanaan masih bersifat amatiran dan
tidak profesional, anggota legislatif terpilih yang dihasilkan lewat proses pemilu masih
dianggap punya kualitas rendah, mulai dari keterbatasan profesionalisme
kepemimpinan, bermasalah secara hukum serta tidak adanya kemajuan dari daerah yang
dipimpinnya sampai saat mengakhiri jabatan.

Hasil penelitian menyebutkan salah satu faktor masyarakat tidak memberikan


suara pada Pemilu 2014 disebabkan karena ketidakpercayaan terhadap calon anggota
legislatif baik ketidakpercayaan terhadap janji-janji kampanye, tidak tertarik dengan visi
dan misi yang ditawarkan sampai adanya ketidak yakinan masyarakat apakah ketika ia
memilih akan memberikan pengaruh atau perubahan bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak
ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat
mencerminkan demokrasi walaupun tidak begitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu
proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam
ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi
umumnya berkisdar pada dua prinsip pokok, yaitu : sistem distrik dan sistem
proprosional.

Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem
pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya
untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia . sejak awal
pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam
kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami transformasi politik dan sistem
pemilu. Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal
tertutup memang lebih menguntungkan , tetapi harus diikuti dengan transparansi
terhadap publik kalau tidak akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya
konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan denganm baik.
Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar
siap untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari
kepartaian kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan, kohesivitas
internal,dan kepemimpinan.

3.2 Saran
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik
Indonesia semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan
perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas
pembangunan kehidupan
politik pada masa yang akan datang bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua
elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi
mengembangkan perpolitikan di Indonesia.

Manejemen dan kepemimpinan juga harus terus ditingkatkan, ongkos politik


yang tidak terlalu mahal dan transparansi terhadap publik harus dekembangkan dan
ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar stabilitas nasional dan
politik kita semakin kokoh Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan
mengenai Pemilu dengan sebaik- baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan
melakukan sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat dan sebaiknya
pemerintah membuat pembenahan misalnya pendidikan dan pemberian informasi yang
lengkap terhadap masyarakat sebagai pemilih.

Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang


berkaitan dengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan pendidikan
politik kepada masyarakat dan tidak melakukan praktek money politic.

Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang
dilakukan oleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak golput
dalam pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.

Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait dengan
perkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan pemikiran
aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang didapat kepada
orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang pemilu.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unpas.ac.id/13193/5/BAB%20II.pdf

https://salam.ui.ac.id/islam-dan-demokrasi-memaknai-pemilihan-umum-sebagai-upaya-
untuk-mewujudkan-kemaslahatan-umat/

https://slideplayer.info/slide/12297332/

http://repository.unpas.ac.id/13193/5/BAB%20II.pdf

https://diy.kpu.go.id/web/pengertian-fungsi-dan-sistem-pemilihan-umum/#:~:text=Arbi
%20Sanit%20menyimpulkan%20bahwa%20%E2%80%9Cpemilu,dan
%204)%20pendidikan%20politik%E2%80%9D.

https://www.merdeka.com/jatim/tujuan-pemilu-di-indonesia-beserta-pengertian-dan-
fungsinya-wajib-diketahui-kln.html?page=4

buku pendidikan kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai