Disusun oleh :
Kelompok 4
Desy Yayu Indah
Fadhilah Haifa’ Afifah
Fathia Mumtazah
Nafisah Muhammad
Siti Nur Halisa
Ulfa Thalia Syafira
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian serta asas pemilu
2. Mengetahui sejarah yang melatarbelakangi pemilu
3. Mengetahui tujuan serta fungsi dari pemilu
4. Mengetahui sistem pemilu yang berjalan di Indonesia
5. Mengetahui partisi pemilih dalam pemilu
Salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi negara demokrasi perwakilan di
bawah rule of law adalah diselenggarakannya pemilihan umum yang bebas. Demikian
dirumuskan oleh International Commission of Jurist dalam konferensinya di Bangkok
pada tahun 1965. Selanjutnya dirumuskan pula definisi tentang suatu pemerintahan
demokrasi berdasarkan perwakilan yaitu: suatu bentuk pemerintahan di mana
warganegara melak- sanakan hak yang sarna tetapi melalui wakil-wakil yang dipilih
mereka dan kepada mereka melalui proses pemilihan umum. Dalam kaitannya dengan
ajaran kedaulatan rakyat yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang
dihubungkan dengan ketentuan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat harus
bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun, maka sudah menjadi dasar hukum yang
kuat untuk mengadakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali.
Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan
menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan untuk mewujudkan
negara yang demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara mayoritas
terbanyak. Pemilihan Umum sebagai sarana penyampaian hak-hak demokrasi warga
negara harus dilaksanakan dalam waktu-waktu tertentu guna melaksanakan asas
kedaulatan rakyat yang diwujudkan di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang Dasar
1945 "Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat".
Pemilihan umum, adalah salah satu lembaga yang berfungsi sebagai sarana
penyampaian hak-hak demokrasi rakyat. Eksistensi kelembagaan pemilihan umum
sudah diakui oleh negara-negara yang bersendikan asas kedaulatan rakyat. Inti
persoalan pemilihan umum bersumber pada dua masalah pokok yang selalu
dipersoalkan dalam praktek kehidupan ketatanegaraan, yaitu mengenai ajaran
kedaulatan rakyat dan paham demokrasi, di mana demokrasi sebagai perwujudan
kedaulatan rakyat serta pemilihan umum merupakan cerminan daripada demokrasi.
a. Langsung
Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih
secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri sendiri
tanpa ada perantara
b. Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis
kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.
c. Bebas
Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih
pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk
membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
d. Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan
pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat
diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan.
e. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan juga
bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan
umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.
Pemilihan umum di Indonesia telah diadakan sebanyak 12 kali yaitu pada tahun
1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019. Berikut
adalah beberapa penjelasan dari pemilu setiap tahunnya.
Pemilu pada masa orde baru ini sistemnya sama yaitu menganut sistem
perwakilan berimbang (porposional), dan peserta pemilu yaitu: Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia.
Selain itu Arbi Sanit juga berpendapat bahwasanya pemilu memiliki empat
fungsi utama yaitu :
Pada titik ini konsepsi universalitas individu dalam demokrasi (memiliki hak
yang sama) harus dijunjung. Bahwa semua warga negara memiliki peluang dan
kesempatan yang sama dalam mengevaluasi dan menentukan pemimpinnya. Sehingga
partisipasi politik dalam hal ini keikutsertaan warga negara dalam pemilu menjadi
penting. Pada sisi yang sama pemahaman yang baik terhadap peran-peran strategis
warga negara akan mendorong kualitas demokrasi.
3.1 Kesimpulan
Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap sebagai lambang dan tolak
ukur demokrasi. Pemilu yang terbuka, bebas berpendapat dan bebas berserikat
mencerminkan demokrasi walaupun tidak begitu akurat. Pemilihan umum ialah suatu
proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Dalam
ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilu dengan berbagai variasi, tetapi
umumnya berkisdar pada dua prinsip pokok, yaitu : sistem distrik dan sistem
proprosional.
Sejak awal kemerdekaan Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem
pemilu. Dari pemilu terdahulu hingga sekarang dapat diketahui bahwa adanya upaya
untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia . sejak awal
pemerintahan yaitu demokrasi parlementer, terpimpin, pancasila dan reformasi, dalam
kurun waktu itulah Indonesia telah banyak mengalami transformasi politik dan sistem
pemilu. Melihat fenomena politik Indonesia, sistem pemilihan umum proprosinal
tertutup memang lebih menguntungkan , tetapi harus diikuti dengan transparansi
terhadap publik kalau tidak akan menimbulkan oligarki pemerintahan. Pada akhirnya
konsilidasi partai politik dan sistem pemilihan umum sudsah berjalan denganm baik.
Akan tetapi, itu belum berarti kehidupan kepartaian Indonesia juga sudah benar-benar
siap untuk memasuki zaman global. Sejumlah kelemahan yang bisa diinventarisir dari
kepartaian kita adalah rekrutmen politik, kemandirian secara pendanaan, kohesivitas
internal,dan kepemimpinan.
3.2 Saran
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kehidupan politik
Indonesia semakin kompleks. Diharapkan dengan semakin banyaknya pengalaman dan
perkembangan politik Indonesia dapat menciptakan stabilitas nasional. Tugas
pembangunan kehidupan
politik pada masa yang akan datang bukan hanya tugas partai politik saja, tetapi semua
elemen pemerintahan dan tidak ketinggalan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi
mengembangkan perpolitikan di Indonesia.
Bagi masyarakat, supaya tidak mau menerima praktek money politic yang
dilakukan oleh partai politik, agar tidak menyesal untuk kedepannya dan tidak golput
dalam pemilihan dan juga harus peka terhadap partai politik.
Bagi praja, seharusnya praja lebih peduli terhadap informasi terkait dengan
perkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan pemikiran
aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat menularkan ilmu yang didapat kepada
orang-orang yang disekitarnya yang belum mengerti tentang pemilu.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unpas.ac.id/13193/5/BAB%20II.pdf
https://salam.ui.ac.id/islam-dan-demokrasi-memaknai-pemilihan-umum-sebagai-upaya-
untuk-mewujudkan-kemaslahatan-umat/
https://slideplayer.info/slide/12297332/
http://repository.unpas.ac.id/13193/5/BAB%20II.pdf
https://diy.kpu.go.id/web/pengertian-fungsi-dan-sistem-pemilihan-umum/#:~:text=Arbi
%20Sanit%20menyimpulkan%20bahwa%20%E2%80%9Cpemilu,dan
%204)%20pendidikan%20politik%E2%80%9D.
https://www.merdeka.com/jatim/tujuan-pemilu-di-indonesia-beserta-pengertian-dan-
fungsinya-wajib-diketahui-kln.html?page=4