DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
RIZKIYANSYAH
B10019033
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022
I. Pendahuluan
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu, demos (rakyat) dan kratos atau
kratein (kekuasaan atau pemerintahan).Menurut asal katanya demokrasi berarti kekuasaan
di tangan rakyat. Singkatnya, bentuk kekuasaan demokrasi berasal dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Dalam penyelenggaraan demokrasi pada suatu Negara didasarkan pada
kehendak rakyat yang memiliki kedaulatan sepenuhnya atas setiap keputusan dalam suatu
Negara demokrasi.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Demokrasi berarti: (1.) Sistem pemerintahan
yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya, (2.)
Pemerintahan rakyat, (3.) Gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara. Ada dua asas
pokok tentang demokrasi, yaitu pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan dan
pengakuan hakikat dan martabat manusia dalam Hak asasi manusia. Ciri dari Demokrasi
adalah adanya keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik seperti yang
terjadi dalam Pemilihan Umum.
Pemilihan Umum, atau yang biasa disingkat PEMILU, dalam sistem demokrasi
sering dijuluki sebagai pesta demokrasi, di mana setiap warga negara dapat memilih calon
legislatifnya secara bebas tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Bahkan kini, masyarakat
dapat memilih calon presiden yang akan menjabat secara langsung. Berikut adalah
pelaksanaan demokrasi Pancasila dalam Pemilihan Umum yang terjadi di Indonesia
semenjak Orde Baru.
Pemilihan Umum pada masa orde baru menggunakan asas LUBER (langsung,
umum, bebas dan rahasia) yang didasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Pemilihan
Umum pertama di Indonesia yang berlangsung pada 1971 diikuti 141 partai politik. Sejak
awal Pemilihan Umum dilakukan untuk memilih anggota DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat), yang kemudian anggota legislatif akan mengadakan pemilihan presiden pada
rapat DPR. Umumnya anggota Legislatif akan mendengarkan laporan pertanggung
jawaban Presiden yang masa jabatannya akan berakhir lalu, memilih presiden untuk masa
jabatan berikutnya melalui voting.
Pada 7 Juni 1999 Pemilihan Umum yang hampir sama seperti Pemilihan Umum
1971, diikuti oleh 48 partai politik berlangsung dengan lancar, aman, dan damai. Meskipun
pada awalnya, masyarakat pesimis akan adanya Pemilihan Umum yang aman setelah
terjadinya kerusuhan besar pada 1997 - 1998 yang diikuti dengan krisis moneter. Pemilu
yang dilaksanakan lebih cepat dari seharusnya ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden
B.J. Habibie yang meneruskan kepemimpinan presiden terdahulu, Soeharto.
Tahap penghitungan suara dan pembagian kursi pada Pemilihan Umum 1999
sempat menghadapi hambatan. Penolakan penandatanganan berita acara perhitungan suara
oleh 27 partai politik dilakukan dengan dalih Pemilu belum jujur dan adil. Namun,
mayoritas partai yang menolak penghitungan suara ini tidak menyertakan data tertulis
menyangkut keberatan-keberatannya. Karena adanya penolakan ini, dokumen rapat KPU
(Komisi Pemilihan Umum) akhirnya diserahkan pimpinan Komisi Pemilihan Umum
kepada presiden. Oleh presiden, hasil rapat dari Komisi Pemilihan Umum tersebut
kemudian diserahkan kepada PANWASLU (Panitia Pengawas Pemilihan Umum).
PANWASLU diberi tugas untuk meneliti keberatan-keberatan yang diajukan wakil-wakil
partai di KPU yang berkeberatan tadi. Hasilnya, PANWASLU memberikan rekomendasi
bahwa Pemilihan Umum dianggap sudah sah tepat 26 Juli 1999.
Hasil pembagian kursi itu menunjukkan, lima partai besar memborong 417 kursi
DPR atau 90,26 persen dari 462 kursi yang diperebutkan. Sebagai pemenangnya adalah
PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi.
Golkar memperoleh 23.741.758 suara atau 22,44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi
atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau
12,61 persen, mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen,
mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih
7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Di luar lima besar, partai lama
yang masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi
sisa, atau kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997.
Berdasarkan data di atas, dapat terlihat lima partai besar yang mendominasi kursi
anggota DPR memiliki kesempatan besar untuk menentukan calon presiden yang akan
menjabat berikutnya. Penetapan calon presiden terpilih pada pemilu ini berbeda dengan
Pemilu sebelumnya, yakni dengan menentukan ranking perolehan suara suatu partai di
daerah pemilihan.
Pada Pemilihan Umum 2004 Indonesia memakai dua tahap pemilihan yaitu,
pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden secara langsung. Tidak hanya memilih
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota Pemilihan Umum 2004 juga
dilangsungkan untuk memilih anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) pada Pemilihan
Umum tahap pertama. Diikuti dengan adanya Pemilihan Presiden secara langsung yang
dilakukan pada Pemilihan Umum tahap kedua.
Pada Pemilihan Umum kali ini anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/ Kota menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Calon
anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota tidak perlu diusung oleh partai.
Siapapun yang ingin mencalonkan diri, selama memenuhi persyaratan dapat mendaftarkan
diri ke KPU dan mengikuti proses seleksi calon. Pada Pemilu tahun ini pula adanya daerah
yang ditetapkan sebagai wilayah perebutan Kursi DPR/DPRD. Setiap daerah akan
mengirimkan tiga sampai dengan duabelas anggota dewan. Sedangkan pemilihan anggota
DPD menggunakan sistem distrik perwakilan terbanyak dalam provinsi sebagai daerah
pemilihan. Dalam hal ini setiap provinsi mendapatkan 4 kursi anggota DPD. Sehingga,
daerah dapat mengirimkan calon – calon mereka dari tiap daerah untuk mewakili suara
masyarakat dari daerah tersebut.
Pada 2004, Pemilihan Umum pada tahap kedua, yaitu pemilihan langsung presiden
dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan calon yang berhasil
mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua digunakan untuk memilih presiden yang
diwarnai persaingan antara Yudhoyono dan Megawati yang akhirnya dimenangi oleh
pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla. Sedangkan dalam Pemilihan Umum untuk pemilihan
presiden 2009, yang diselenggarakan pada 8 Juli 2009, pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono - Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan
memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri - Prabowo
Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla - Wiranto.
Pemilihan Umum langsung yang terjadi pada masa pemerintahan setelah reformasi
ini membebaskan pemilih untuk memberikan suara di tempat asal mereka secara langsung.
Namun, Pemilihan Umum yang seharusnya bebas dari tekanan politik salah satu partai ini
berganti dengan adanya pelanggaran – pelanggaran lain saat proses Pemilihan Umum
berlangsung. Permasalahan seperti isu penggelembungan penghitungan surat suara dan
kecurangan – kecurangan lain yang ditemukan PANWASLU selama proses Pemilihan
Umum berlangsung semakin banyak.
Selain itu, Penyalahgunaan subsidi pemerintah untuk dana Kampanye dan Golput
(Golongan Putih), yang berarti pemegang hak suara yang tidak menggunakan hak mereka
pada Pemilihan Umum juga menjadi permasalahan yang terjadi pada setiap kali Pemilihan
Umum berlangsung. Hal-hal tersebut tentunya mencederai proses berlangsungnya
demokrasi yang salah satunya berupa Pemilihan Umum.
D. Solusi
Meskipun PANWASLU dalam hal ini memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mengawasi proses Pemilihan Umum. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki tanggung
jawab untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan Proses Pemilihan Umum yang bersih
dan terbebas dari isu money politic, black campaign, dan golput. Untuk mewujudkan
terciptanya demokrasi Pancasila, hendaknya setiap warga masyarakat menghargai proses
Pemilihan Umum yang dilakukan satu kali dalam lima tahun ini, dengan cara tidak
menerima politik secara mentah. Contohnya, dengan tidak menerima begitu saja semua isu
yang beredar mengenai politik dan tokoh-tokoh politik, tanpa mencoba mencaritahu
mengenai kebenaran dari berita tersebut. Selain itu, hendaknya seluruh warga masyarakat
tidak terpengaruh dengan hal seperti money politic yang terkesan membodohi diri sendiri.
III. Simpulan
Perbedaan dari setiap pemilihan umum di Indonesia dari masa ke masa memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun, setiap permasalahan dari pemilu-
pemilu tersebut bisa ditanggulangi dengan meningkatkan kinerja lembaga–lembaga
pemerintah yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung pada Pemilihan Umum.
Pendidikan mengenai pengetahuan politik hendaknya diberikan sejak dini. Agar Pemilihan
Umum dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, baik masyarakat maupun
pemerintah wajib mendukung jalannya Pemilihan Umum yang aman, adil dan damai,
sesuai dengan demokrasi Pancasila.
IV. Sumber
✓ http://id.wikipedia.org
✓ http://www.kpukalbar.com/berita
✓ http://metro.kompasiana.com/2013/04/16/perjalanan-demokrasi-pemilu-di-
indonesia-dari-masa-ke-masa-546349.html
✓ http://www.balitbang.dephan.go.id/
www.kpu.go.id