Anda di halaman 1dari 11

Keserentakan Pemilu Berwujudkan pada Sistem

Demokrasi Pancasila

JURNAL

Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Hukum Tata Negara

Dosen : Dr. Lisda Syamsumardian, S.H., M.H.

Disusun oleh:
Theresia Sylva Gunawan
3022210163
Hukum Tatanegara (A)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA SELATAN
2023
Abstrak

Pemilihan umum yang biasa disingkat menjadi Pemilu merupakan suatu hal
yang identik dengan masalah politik dan pergantian pemimpin. Dalam sebuah negara
demokrasi, pemilu adalah salah satu pilar utama dari proses akumulasi kehendak
masyarakat. Pemilu sekaligus menjadi proses demokrasi untuk memilih pemimpin
sebuah negara.

Sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah mengenai pengertian pemilihan umum diuraikan secara
detail. Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana bagi rakyat
untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.

Abstract

The general election, which is usually shortened to be Pemilu, is something that


is synonymous with political issues and change of leaders. In a democratic country,
elections are one of the main pillars of the process of accumulation of people's will.
Elections are at the same time a democratic process to elect leaders of a country.

In accordance with Law Number 8 of 2012 concerning the General Election of


Members of the People's Representative Council, Regional Representative Council
and Regional People's Representative Council regarding the meaning of general
election is described in detail. Elections are a means of implementing people's
sovereignty which are carried out directly, publicly, freely, confidentially, honestly
and fairly within the Unitary State of the Republic of Indonesia based on Pancasila
and the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. In other words, elections are
a means for the people to exercise sovereignty and is a democratic institution.

Kata Kunci: Pemilihan Umum, Demokrasi, Pancasila

LATAR BELAKANG

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dimana setiap
orang dapat mengambil bagian perihal keputusan yang akan mempengaruhi
kehidupannya dalam bernegara. Ciri sebuah negara demokratis adalah seberapa besar
negara melibatkan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pemilihan
umum. Sebab partisipasi politik masyarakat (pemilih) merupakan aspek penting dalam
sebuah tatanan negara demokrasi. Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi
politik berpengaruh terhadap legitimasi oleh masyarakat terhadap jalannya suatu
pemerintahan. Salah satu yang menjadi pilar pokok dalam sistem demokrasi adalah
adanya mekanisme penyaluran pendapat rakyat secara berkala melalui pemilihan
umum. Pemilihan umum dijadikan salah satu sarana penyaluran hak asasi warga
negara yang termasuk wajib. Sejak merdeka pada tahun 1945, Indonesia telah
melaksanakan pemilu sebanyak dua belas kali yang terhitung semenjak dari pemilu
pertama di tahun 1955 sampai dengan tahun 2019, dan yang akan datang pada tahun
2024.
Selanjutnya, Dasar pikiran yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Republik Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berdasarkan kedaulatan rakyat sebagaimana yang dinyatakan pada
Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
perlu dibentuk lembaga permusyawaratan dan lembaga perwakilan rakyat yang
anggotanya dipilih melalui pemilu yang nantinya akan dilaksanakan secara demokratis
dan transparan serta terbuka.
Fungsi dari sistem Pemilu adalah untuk mengatur prosedur seseorang untuk
dipilih menjadi anggota badan perwakilan rakyat atau sebagai kepala pemerintahan.
Sistem pemilu pun diatur dalam undang-undang dan mempunyai tiga variabel pokok,
yaitu: 1. Penyuaraan (balloting) merupakan tata cara yang harus diikuti pemilih yang
berhak dalam memberikan suara, 2. Daerah Pemilihan (electoral district) yakni
ketentuan yang mengatur berapa jumlah kursi wakil rakyat untuk setiap daerah
pemilihan, dan 3. Formula Pemilihan yang merupakan rumus digunakan sebagai
penentu siapa atau partai politik apa yang memenangkan kursi di suatu daerah
pemilihan.
Sedangkan, Demokrasi Pancasila lahir dari gagasan tokoh bangsa dan sekaligus
pendiri negara Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Demokrasi Pancasila merupakan sebuah
perjuangan Bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan Makmur. Disamping itu, demokrasi Pancasila adalah produk
nasional yang lahir dan digali dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang telah
tumbuh subur pada Nusantara. Nilai-nilai tersebutlah yang memengaruhi kembali
keyakinan tentang sesuatu yang telah berkembang sejak dahulu kala yang kini tumbuh
menjadi ideologi serta disepakati oleh pemimpin dan rakyat bangsa Indonesia.
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah akan
dijawab dalam penelitian ini antara lain, yaitu:

1. Bagaimana sejarah demokrasi di Indonesia?


2. Apa peran Pemilihan Umum dalam demokrasi?
3. Apakah sistem Pemilihan Umum di Indonesia merupakan perwujudan dari
Demokrasi Pancasila?

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode penelitian analisis kualitatif
dengan pendekatan metode deskriptif. Dimana data yang akan dikumpulkan
merupakan didapat dari hasil studi pustaka serta analisis mengenai Pemilihan Umum
yang terjadi di negara Demokrasi seperti Indonesia. Penelitian ini juga memanfaatkan
data sekunder seperti konstitusi dan bersumber pada peraturan perundang-undangan.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sebelum membahas mengenai sejarah tentang demokrasi di Indonesia, perlu diketahui


bahwa pengertian demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mengizinkan dan
memberi hak kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat dan turut serta
dalam pengambilan keputusan di pemerintahan. Suatu negara baru dapat dikatakan
sebagai negara demokrasi apabila memiliki prinsip-prinsip demokrasi atau yang
dikenal dengan soko guru demokrasi yang mencakup 11 hal, yaitu:

1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatism, kerjasama serta mufakat.

Sedangkan, sejarah demokrasi di Indonesia berjalan secara dinamis atau telah


mengalami beberapa kali perubahan. Setidaknya ada 4 macam sistem demokrasi
yang pernah diterapkan dalam hidup ketatanegaraan bangsa Indonesia, antara lain
adalah:

 Demokrasi Parlementer (1945-1959)


Awal mula dari praktik demokrasi parlementer yaitu pada periode pertama adalah
penetapannya UUD 1945, tepatnya pada tahun 1945-1949. Namun pada saat itu,
kehidupan politik berjalan tidak stabil yang membuat program demokrasi
parlementer menjadi tidak sesuai sehingga mengakibatkan program-program yang
dibuat pemerintah tidak tertata secara berkesinambungan. Demokrasi ini akhirnya
secara yuridis berakhir pada tanggal 5 Juli 1959.
 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Demokrasi terpimpin merupakan sistem pemerintahan yang berpusat dimana setiap
kebijakan dan keputusan yang diambil atau dijalankan hanya kepada satu orang,
yaitu pemimpin pemerintahan atau presiden. Demokrasi terpimpin dimulai pada
tahun 1959 ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
yang mana ciri paling khas dari konsep demokrasi ini adalah kehadiran peran dan
campur tangan presiden selaku pemimpin tertinggi demokrasi dan revolusi.
 Demokrasi Pancasila era Orde Baru (1965-1998)
Setelah terjadinya peristiwa G30S PKI terjadi di tahun 1965, terjadilah pergantian
pemimpin dari Soekarno menuju Soeharto. Era ini dikenal juga dengan istilah
Demokrasi Pancasila yang menjadikan Pancasila sebagao landasan demokrasi.
 Demokrasi Reformasi (1998-sekarang)
Tepat berakhirnya rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun
melahirkan adanya demokrasi baru yang dikenal dengan istilah era Reformasi yang
merupakan fase demokrasi yang kembali ke dasar prinsip demokrasi, yakni: adanya
Pemilu secara langsung, kebebasan pers, desentralisasi, hak-hak dasar warga
negara yang lebih terjamin, serta rekrutmen politik yang mengikutsertakan.
Setelah memahami arti dan sejarah dari demokrasi, salah satu sarana demokrasi
adalah sistem Pemilihan Umum yang telah diberlakukan sejak tahun 1955 yang
berperan untuk ikut menentukan figure dan arah kepemimpinan negara atau daerah
dalam periode tertentu. Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan
kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Sistem Pemilu juga
merupakan sebagian di antara instrumen kelembagaan penting dalam negara
demokrasi. Pemilihan Umum di Indonesia diatur dalam UU No. 3 Tahun 1999
Tentang Pemilihan Umum, kemudian diperbarui dengan UU No. 12 Tahun 2003
Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Selanjutnya diperbarui
lagi dengan UU No. 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No. 22 Tahun 2007, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
juga menjadi bagian dari rezim pemilihan umum.
Pada mulanya pemilihan umum di Indonesia dilakukan untuk memilih anggota
lembaga perwakilan, yakni DPR, DPRD, dan DPD. Semenjak dilakukan
‘amandemen’ IV UUD 1945 pada tahun 2002, untuk memilih presiden dan wakil
presiden yang semula dilakukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka
disepakati untuk pemilihan presiden dan wakil presiden tersebut langsung oleh
rakyat. Dengan demikian pemilihan presiden dan wakil presiden masuk dalam
rezim[5] pemilihan umum, yang biasa dikenal dengan istilah ‘Pilpres’. Pilpres
sebagai bagian dari pemilihan umum untuk yang pertama kali diselenggarakan
pada tahun 2004.
Pada masa sekarang ini pemilihan umum di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, yang disahkan pada
tanggal 15 Agustus 2017 di Jakarta. Undang-Undang itu menyatukan tiga Undang-
Undang yang telah ada sebelumnya, yakni: 1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; 2) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; dan 3) Undang-
Undang Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum pada Bab I
Pasal 1, Pemilihan Umum atau Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonsia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian
pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas ‘kedaulatan di tangan
rakyat’, sehingga tercipta hubungan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Hal tersebut merupakan inti kehidupan demokrasi.
 Asas-Asas Pemilihan Umum
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum pada Bab I Pasal 1 tersebut di atas, bahwa Pemilu dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Hal tersebut mengisyaratkan
bahwa Pemilu harus diselenggarakan secara demokratis dan transparan berdasarkan
asas-asas Pemilihan Umum yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
1. Langsung artinya adalah rakyat sebagai pemilih mempunyai hak memberikan
suaranya secara langsung tanpa perantara, sesuai dengan kehendak hati
nuraninya;
2. Umum maksudnya adalah, setiap warga negara yang mempunyai persyaratan
minimal berusia 17 tahun atau lebih atau telah menikah, maka ia berhak ikut
memilih dalam Pemilu, dan warga negara yang telah berusia 21 tahun berhak
dipilih. Dengan demikian Pemilu menjamin kesempatan warga negara yang
memenuhi persyaratan tertentu untuk mengikuti Pemilu tanpa adanya
diskriminasi;
3. Bebas artinya setiap warga negara bebas menentukan pilihannya, tanpa tekanan
dan paksaan dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun. Dalam
melaksanakan hak konstitusionalnya setiap warga negara dijamin keamanannya,
sehingga ia dapat memilih sesuai dengan hati nurani serta kepentingannya;
4. Rahasia maksudnya adalah pemilih dalam menyalurkan aspirasi politiknya tidak
akan diketahui oleh siapapun dan dengan jalan apapun;
5. Jujur artinya semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu, baik
secara langsung maupun tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur
sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku;
6. Adil maksudnya dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap pemilih dan partai
politik peserta Pemilu mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari
kecurangan yang dilakukan pihak manapun.

Jadi, sudah jelas bahwa Pemilu merupakan salah satu perwujudan dari Demokrasi
Pancasila. Dengan Pemilu, demokrasi dianggap sistem yang menjamin kebebasan
warga negara terwujud melalui penyerapan suara sebagai bentuk partisipasi publik
secara luas.
KESIMPULAN

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut
sistem demokrasi yang berlandaskan pada Pancasila, suatu negara dapat dikatakan
negara demokrasi adalah ketika adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam
mengambil keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia. Dan Pemilu merupakan salah satu contoh dari bagian sistem demokrasi,
dimana Pemilu telah berlangsung sejak tahun 1955 yang saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, yang disahkan
pada tanggal 15 Agustus 2017 di Jakarta. Undang-Undang itu menyatukan tiga
Undang-Undang yang telah ada sebelumnya, yakni: 1) Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; 2) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum; dan 3)
Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Pemilu juga menganut asas “LUBER” yang merupakan singkatan
dari “Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia” yang sudah ada sejak zaman Orde
Baru.

SARAN

1. Adanya upaya pemerintah agar melakukan sosialisasi tentang Pemilu


berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017, agar masyarakat
memberikan hak pilih pada pemilu kedepannya yang baik dan benar sehingga
melahirkan pendewasaan demokrasi yang sesuai dengan Pancasila di Indonesia.
2. Pengawasan terhadap sinergifitas untuk menjaga netralisasi Pemilu yang akan
datang.
3. Sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat tentang cara-cara pemilihan yang
baik dan benar serta sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila agar terhindarnya
kasus Golput yang masih marak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

 Zuhro, RS. 2019. Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019.


https://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/782

 Amir, M. 2020. Keserentakan Pemilu 2024 yang Paling Ideal Berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
https://jurnal.fh.umi.ac.id/index.php/ishlah/article/view/v23n2-1
 Bachtiar, FR. 2014. PEMILU INDONESIA: KIBLAT NEGARA DEMOKRASI DARI
BERBAGAI REFRESENTASI.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/download/817/786

Anda mungkin juga menyukai