Disusun Oleh:
M. Andika Fatur Rahman
21100123140145
SEMARANG
DESEMBER 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Namun, pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung juga memiliki
sejumlah kelemahan. Pertama, pemilihan secara langsung dapat menimbulkan
polarisasi politik yang tajam. Kedua, pemilihan secara langsung dapat
meningkatkan biaya politik. Ketiga, pemilihan secara langsung dapat
memunculkan calon-calon presiden dan wakil presiden yang tidak berkualitas.
Dalam perspektif filosofi demokrasi Indonesia, sila ke-4 Pancasila, yaitu
"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan", memiliki relevansi yang tinggi dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden secara langsung. Sila ke-4 Pancasila menekankan
pentingnya permusyawaratan dan perwakilan dalam pengambilan keputusan.
Dalam konteks pemilihan presiden dan wakil presiden, permusyawaratan dan
perwakilan dapat diwujudkan melalui mekanisme pemilihan yang demokratis dan
berkualitas. Pemilihan yang demokratis dan berkualitas haruslah dapat
mengakomodasi aspirasi rakyat secara luas dan menghasilkan pemimpin yang
berkualitas.
B. ISI POKOK
Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung merupakan salah satu
pilar demokrasi di Indonesia. Dimana, Pemerintah Indonesia memandang bahwa
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung merupakan salah satu
instrumen demokrasi yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemilihan tersebut merupakan wujud dari kedaulatan rakyat yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pemilihan presiden dan
wakil presiden secara langsung memiliki sejumlah nilai-nilai yang sesuai dengan
sila ke-4 Pancasila, yaitu demokrasi, partisipasi politik, dan akuntabilitas.
Namun, pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung juga memiliki
sejumlah tantangan, yaitu pada Polarisasi Politik, Biaya Politik, dan Kualitas
Calonnya. Pemerintah akan terus berupaya untuk mewujudkan pemilihan presiden
dan wakil presiden yang demokratis dan berkualitas. Upaya-upaya tersebut akan
dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan berbagai pihak, termasuk
masyarakat, partai politik, dan lembaga-lembaga demokrasi lainnya.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk Menganalisis dan membahas
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dalam perspektif filosofi
demokrasi Indonesia sila ke-4, Menjelaskan nilai-nilai demokrasi yang terkandung
dalam pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dan Mengidentifikasi
tantangan-tantangan dalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung serta Menawarkan solusi untuk mengatasi tantangan-tantangan
tersebut.
BAB II
PERMASALAHAN
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dalam Pemilihan Umum di
Indonesia, sesuai dengan Sila ke IV dalam filosofi demokrasi Indonesia, yaitu
"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan," melibatkan beberapa permasalahan yang perlu
dicermati. Dalam perspektif ini, terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi
guna memastikan bahwa sistem pemilihan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang dikehendaki. Salah satu permasalahan yang muncul adalah bagaimana
memastikan bahwa pemilihan umum secara langsung benar-benar mencerminkan
partisipasi aktif dari seluruh warga negara, sehingga keputusan yang dihasilkan
mencerminkan kehendak mayoritas/rakyat. Selain itu, penting juga untuk
memperhatikan aspek-aspek transparansi dan akuntabilitas dalam proses pemilihan,
agar masyarakat memiliki keyakinan bahwa proses tersebut berlangsung adil dan jujur.
PEMBAHASAN
a. Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat.
b. Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan secara
bersama melalui jalan kebijaksanaan.
c. Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran. Keputusan secara bulat
sehingga membawa konsekuensi kejujuran bersama. Nilai identitas adalah
permusyawaratan.
d. Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat,
memperjuangkan cita-cita rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan.
e. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu yang memperhatikan dan menghargai
aspirasi seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan, menghargai
perbedaan, mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara
Dengan memahami makna dari sila tersebut, dapat ditemukan adanya prinsip-prinsip
dasar dalam kandungan maknanya. Seperti misalnya prinsip demokrasi, prinsip
permusyawaratan, dan prinsip kerakyatan. Oleh karena itu secara filosofis, sudah
selayaknya kehidupan berdemokrasi seharusnya dijalankan dengan mengedepankan
prinsip-prinsip kerakyatan melalui proses musyawarah untuk mencapai tujuan utama
dalam bernegara. Memberikan peran kepada rakyat untuk menentukan pilihannya
dalam berdemokrasi, merupakan perwujudan dari prinsip tersebut. Sekaligus juga
meneguhkan konsep kedaulatan rakyat yang selama era sebelum reformasi, berada di
tangan para wakilnya di lembaga perwakilan. Dalam praktik sistem keterwakilan,
pilihan para wakil rakyat tidak selalu atau bahkan dapat bertentangan dengan pilihan
yang diinginkan oleh rakyat. Mewujudkan prinsip kerakyatan, tidaklah mempunyai
maksud dan tujuan lain selain untuk menyerap berbagai aspirasi yang berkembang
dalam masyarakat untuk kesejahteraan rakyat itu sendiri.
Sejak zaman kemerdekaan Indonesia hingga saat sekarang ini sudah banyak
terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur konstitusi dan regulasi di Indonesia.
Namun, perubahan-perubahan yang terjadi itu tidak sedikitpun menggeser sistem
pemerintahan Indonesia, yaitu sistem pemerintahan yang mengkedepankan asas
demokrasi. Tetapi jika melihat dari lintas sejarah negeri ini, ada beberapa masa tidak
terlaksananya sistem demokrasi itu sehingga cenderung memberi peluang tampilnya
pemerintahan yang berkarakter otoriter. Fakta itu bisa dilihat pada zaman Orde Baru.
Apa yang kita rasakan saat ini merupakan proses perjalanan yang sangat panjang,
sehingga demokrasi itupun secara resmi kokoh di dalam UUD NRI 1945, berlakulah
suatu istilah Demokrasi Pancasila merupakan bentuk perlawanan dari demokrasi
terpimpin. Persoalan yang paling penting dalam demokrasi Pancasila itu adalah
mengkedepankan musyawarah dan mufakat. Tapi suatu kekuasaan pemerintahan tidak
diberikan hak mutlak untuk menentukan secara penuh persoalan tersebut sehingga
harus melibatkan rakyat dalam proses pengambilan keputusan. Inilah salah satu proses
pendewasaan dalam berdemokrasi sehingga terjadinya “Check and Balance or Control
Democration of Social” sehingga menghambat terlahirnya pemerintahan yang
berkarakter otoriter. Maka oleh sebab itu yang menjadi poin analisis penulis adalah,
jika demokrasi itu dijalankan secara langsung maka rakyat mempunyai hak penuh
secara konstitusional untuk memilih secara langsung pemimpinnya. Sebaliknya, jika
demokrasi dilaksanakan dengan cara representatif/perwakilan maka harus
dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat oleh wakil-wakil rakyat berdasarkan
amanah yang telah diberikan oleh rakyat tersebut. Disinilah letak substansi yang
diamanatkan oleh sila ke-4 Pancasila tersebut. Namun persoalan ini banyak terjadi
polemik dari masyarakat maupun akademisi yang mempermasalahkan sistem
pemilihan Presiden secara langsung bertentangan dengan Pancasila sila ke-4.
Persoalan sistem pemilihan Presiden secara langsung maupun tidak langsung
sesungguhnya itu merupakan keinginan rakyat yang disampaikan kepada wakil-
wakilnya di DPR. Jika rakyat menginginkan pemilihan Presiden itu dipilih oleh rakyat
secara langsung maka rakyat akan mengusulkan ke wakil-wakilnya (DPR) yang
nantinya DPR ini menyampaikan pula usulan rakyat tersebut kedalam lembaga MPR
bahwa rakyat ingin secara langsung memilih Presiden. Jadi, nilai-nilai Pancasila yang
telah penulis jelaskan di halaman-halaman sebelumnya jika difami secara mendalam
tidak ada kontradiktif antara Pancasila dengan UUD NRI 1945 dalam implementasi
sistem pemilihan Presiden yang pernah dilaksanakan di Indonesia, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Setiap proses keinginan rakyat itu dilakukan secara
musyawarah dan mufakat melalui sistem ketatanegaraan Indonesia. Proses demokrasi
itu selalu dilaksanakan berdasarkan Pancasila.
Terkait persoalan ini, Jimly Asshiddiqie juga mengatakan bahwa, pelaksanaan sistem
pemilihan Presiden secara langsung juga merupakan salah satu sarana penyaluran hak
asasi warga negara yang sangat perlu diperhatikan. Maka dengan demikian, dalam
rangka pelaksanaan hak-hak asasi warga negara adalah keharusan bagi pemerintah
untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemilihan secara langsung sesuai
amanat dari Pancasila dan UUD NRI 1945. Faktor penting yang tidak boleh
terlewatkan adalah dengan mengkedepankan asas kedaulatan rakyat dimana rakyatlah
yang berdaulat, maka semua aspek penyelenggaraan pemilihan umum khususnya
pemilihan Presiden secara langsung itu sendiri juga harus dikembalikan kepada rakyat
untuk menentukannya.
Jadi, partisipasi masyarakat menjadi fokus utama, mengingat bahwa demokrasi sejati
memerlukan keterlibatan aktif seluruh warga negara. Permasalahan muncul dalam
upaya meningkatkan partisipasi merata dari berbagai lapisan masyarakat dan wilayah,
sehingga pemilihan dapat mencerminkan kehendak mayoritas dengan adil.
SIMPULAN
Dalam judul Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung di Indonesia,
melalui lensa Filosofi Demokrasi Indonesia khususnya Sila ke IV, dapat disimpulkan
bahwa upaya tersebut melibatkan sejumlah permasalahan dan tantangan yang
memerlukan perhatian serius. Pentingnya mewujudkan kerakyatan yang dipandu oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan menyoroti kebutuhan
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara merata, menjaga transparansi dan
akuntabilitas, serta memastikan representasi yang adil dan seimbang.
Anggono, Bayu Dwi. (2020). “Telaah Peran Partai Politik Untuk Mewujudkan
Peraturan Perundang-Undangan Yang Berdasarkan Pancasila.” Jurnal Konstitusi Vol.
16, no. 4 Tahun 2020: 695–720.
Nisa Nabila et. all. (2020). “Pengaruh Money Politik Dalam Pemilihan Anggota
Legislatif Terhadap Keberlangsungan Demokrasi Di Indonesia.” Jurnal Notarius Vol.
13, no. 1 Tahun 2020: 138–153.