PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara demokrasi republik Indonesia sejak dahulu sudah
menerapkan pemilihan kepala suatu negara,daerah,anggota dpr hingga
pemillihan ketua RT/RW melalui pemilihan umum atau pemilu yang
bertujuan untuk meberikan hak suara masyarakat untuk memilih sendiri
pilihan mereka untuk kemajuan daerah mereka sendiri melalui jalur
demokrasi, Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD pengertian pemilihan umum diuraikan
secara detail Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia 1945.
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling
awal dari berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang demokratis.
Sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik
Indonesia. Sampai sekarang pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa
kenegaraan yang penting. Hal ini karena pemilu melibatkan seluruh rakyat
secara langsung. Melalui pemilu, rakyat juga bisa menyampaikan keinginan
dalam politik atau sistem kenegaraan. Fungsi pemilu Pemilu sebagai wujud
demokrasi dan salah satu aspek yang penting untuk dilaksanakan secara
demokratis. Semua demokrasi modern melaksanakan pemilihan. Pemilu
merupakan suatu mekanisme transfer kekuasaan politik secara damai.
Legitimasi kekuasaan seseorang atau partai politik tertentu tidak
diperoleh dengan cara kekerasan. Namun kemenangan terjadi karena suara
mayoritas rakyat didapat melalui pemilu yang adil. Pemilu dalam konteks ini,
artinya konflik yang terjadi selama proses pemilu diselesaikan melalui
lembaga-lembaga demokrasi, dalam pelaksanaannya pemilu memiliki tujuan,
1
yaitu Pemilu sebagai implementasi kedaulatan rakyat Kedaulatan terletak di
tangan rakyat. Hal ini karena rakyat yang berdaulat tidak bisa memerintah
secara langsung. Para wakil terpilih akan menentukan siapa yang akan
memegang tampuk pemerintahan, Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin
baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih. Pemilu sebagai sarana
penggantian pemimpin secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan
pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan reformasi
pemerintahan, Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya
rakyat untuk memimpin kembali. Sebaliknya, jika rakyat tidak percaya maka
pemerintahan tersebut harus berakhir dan berganti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pemilihan umum?
2. Bagaimana sejarah pemilihan umum di Indonesia?
3. Apa sajakah asas-asas pemilihan umum yang berlaku di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pemilihan Umum
2. Untuk mengetahui sejarah pemilu di indoensia
3. Untuk mengetahui asas-asas pemilu
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1. Pengertian Pemilihan Umum
2. Sejarah Pemilihan Umum di Indonesia
3. Asas-asas Pemilihan Umum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemilihan Umum
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945. Dengan kata lain, pemilu merupakan sarana
bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan Lembaga
demokrasi. Sampai sekarang pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa
kenegaraan yang penting. Hal ini dikarenakan pemilu melibatkan seluruh
rakyat secara langsung. Melalui pemilu, rakyat juga bisa menyampaikan
keinginan dalam politik atau system kenegaraan.
Pemilu adalah wujud nyata dari implementasi demokrasi, meskipun
demokrasi tidak sama dengan pemilihan umum. Namun demikian, pemilu
merupakan salah satu dari aspek demokrasi. Oleh karena itu, lazimnya di
negara-negara yang menamakan diri sebagai negara demokrasi tentu harus
mentradisikan pelaksanaan pemilu yang periodic untuk memilih para pejabat-
pejabat publik baik di urusan legislatif maupun eksekutif. Di Indonesia, salah
satu perubahan yang signifikan sebagai akibat terjadinya perubahan UUD
1945 adalah yang menyangkut tata cara pengisian jabatan dalam Lembaga
legislative dan eksekutif, baik di wilayah pemerintahan nasional, maupun
local harus dilakukan dengan cara pemilihan, tidak boleh dengan cara
penunjukan, pengangkatan, atau pewarisan, tentunya dengan asumsi akan
lebih demokratis, sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat.1
Pemilu merupakan pranata terpenting dalam tiap negara demokrasi
terlebih lagi bagi negara yang berbentuk republic seperti Indonesia. Pranata
1
Mukhtie Fadjar, Pemilu Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi, Penerbit Setara Press, Malang,
2013, hlm. vii
3
itu berfungsi untuk memenuhi tiga prinsip pokok demokrasi, yaitu kedaulatan
rakyat, keabsahan pemerintahan, dan pergantian pemerintahan secara teratur
(LIPI, 1998). Ketiga prinsip tersebutt bertujuan untuk menjamin terjaga dan
terlaksananya cita-cita kemerdekaan, mencegah bercokolnya kepentingan
tertentu di dalam tubuh tertentu di dalam pemerintahan, atau digantikannya
kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan penguasa. Apabila Sebagian besar atau
seluruh kelompok sosial politik yang ada dalam masyarakat terwakili dalam
Lembaga-lembaga perwakilan baik di pusat maupun daerah, niscaya
terpenuhilah prinsip kedaulatan rakyat. Selanjutnya, apabila mekanisme
pemilihan umum wakil-wakil rakyat pada Lembaga-lembaga perwakilan
berjalan sebagaimana mestinya, yakni berlangsung secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, adil, dan tertib, aman ,serta damai, maka akan terpenuhi
pulalah Sebagian besar dari prinsip keabsahan pemerintahan, yakni keabsahan
procedural, yang selanjutnya harus diikuti pemenuhan keabsahan esensial
yang mensyaratkan adanya keterbukaan pertanggungjawaban politik dan
mekanisme control yang kuat dan efektif. Akhirnya prinsip kedaulatan rakyat
dan keabsahan pemerintahan harus diiringi oleh prinsip pergantian
pemerintahan secara teratur, yaitu terbukanya peluang bagi berlanjut atau
bergantinya pemangku kepala negara dan/atau pemerintahan yang se-
yogyanya dibatasi masa berkuasanya hanya selama dua periode, sebab apabila
tidak akan tergelincir dalam monarki absolut dalam praksisnya. 2 Pemilu sudah
menjadi kebutuhan dasar bagi semua rezim pemerintahan. Karena itu semua
rezim pemerintahan akan berusaha melaksanakan pemilu dalam kerangka
mendapatkan legitimasi politik masyarakat. Karena itu pemilu merupakan
sarana yang tak terpisahkan dari kehidupan politik negara demokrasi modern.
Di bangsa yang matang demokrasinya pun pemilu mutlak diperlukan.3
2
Ibid., hlm.1
3
Lance Castles, Pemilu 2004 dalam Konteks Komparatif Historis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004,
hlm. 1
4
B. Sejarah Pemilihan Umum di Indonesia
Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk
memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Setelah amendemen keempat UUD 1945 pada 2002,
pemilihan presiden dan wakil presiden, yang semula dilakukan oleh MPR,
disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat dan dari rakyat sehingga
pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres sebagai
bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim
pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada
pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Pemilu harus dilakukan secara berkala, karena memiliki fungsi sebagai sarana
pengawasan bagi rakyat terhadap wakilnya.
1. Pemilihan Umum Tahun 1955 (Masa Parlemen)
5
2. Pemilihan Umum Tahun 1971-1997 (Masa Orde Baru)
6
oleh karena itulah sejak tahun 2005 telah diselenggarakan pilkada secara
langsung baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Penyelenggaraan ini diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004.9
9
Sardiman, sejarah 3, Yudhistira Ghalia, Jakarta, 2006, hlm.129-130
10
11
Op.Cit., hlm.53
7
C. Asas-asas Pemilihan Umum di Indonesia
12
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, Kencana, Jakarta, 2018, hlm.27
13
Herning Budhi Widyastudi dan Ferry T.Indratno, Ayo Belajar Pendidikan Kewarganegaraan,
Kanisius, 2008, Yogyakarta, hlm.109
14
Op.Cit., hlm.27
15
Op.Cit., hlm.109
16
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, Kencana, Jakarta, 2018, hlm.29
8
kebebasan merupakan hal yang sangat penting. Dengan adanya pemilu,
kekuasaan dapat diganti secara regular dan tertib. Dengan demikian, semua
warga negara diberi kebebasan untuk memilih dan dipilih tanpa intervensi
dan tanpa tekanan dari siapapun.17
4. Rahasia, berarti memberikan suaranya tanpa diketahui oleh siapapun.
Kerahasiaan ini merupakan makna dari kebebasan dari sebagaimana yang
disebutkan sebelumnya.
5. Jujur, berarti dalam penyelenggaraan pemilu, semua yang berpatisipasi
dalam pemilu tersebut harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
6. Adil, berarti setiap pemilih dan peserta pemilu mendapatkan perlakuan
yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Sikap adil ini
dilakukan agar tetap menjaga kualitas pemilu yang adil dan tidak berpihak
kepada kepentingan individu dan kelompok terntentu.18
BAB III
PENUTUP
17
Ibid., hlm.30
18
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, (Jakarta: Kencana, 2018), hal.30
9
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
10
Budhi Widyastudi, Herning dan Ferry T.Indratno, Ayo Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan, Kanisius, Yogyakarta, 2008.
Castles, Lance, Pemilu 2004 dalam Konteks Komparatif Historis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2004.
Fadjar, Mukhtie, Pemilu Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi, Penerbit Setara
Press, Malang, 2013.
Timindoneisabaik.id, Buku Pintar Pemilu 2019 Seri Kedua: Tata Cara Pemilu 2019
dan Sejarah Pemilu di Indonesia, Direktorat Jenderal informasi dan
Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, 2019.
11