BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep
One at which the officers to be elected are such as belong to the general
government, that is, the general and central political organization of the
whole state; as distinguished from an election of officers for a particular
locality only. Also, one held for the selection of an officer after the
expiration of the full term of the former officer; thus distinguished from a
special election, which is one held to supply a vacancy in officeoccurring
before the expiration of the full term for which the incumbent was elected.
(I Gusti Ngurah Agung Sayoga Raditya, 2013, hlm. 42-43).
Definisi ini lebih menekankan kepada Pemilu ditinjau dari aspek hukum
yaitu sebagai alat legitimasi pejabat publik oleh rakyat baik pusat maupun daerah
yang direpresentasikan melalui Pemilu.
atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan pemerintahan dengan jalan
ikut serta dalam proses politik. (Muhamad Aziz Hakim, 2012, hlm. 14-16)
Untuk melihat suatu Pemilu itu berkualitas atau tidak berkualitas menurut
Abdullah dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi proses Pemilu dan sisi hasil Pemilu.
Pemilu dapat dikategorikan sebagai Pemilu berkualitas jika dari proses
penyelnggarannya memenuhi aspek demokratis, aman, tertib, dan lancar serta
jujur dan adil. Sedangkan jika dilihat dari hasilnya suatu Pemilu dinaggap
berkualitas apabila Pemilu dapat menghasilkan wakil-wakil rakyat dan pemimpin
negara yang mampu mensejahterakan rakyat serta mengangkat harga diri bangsa
di mata Internasional. (Setia Rohmah Hanifah, 2013, hlm.21)
6. Adil berarti penyelenggaraan pemilu selain pemilih dan partai politik peserta
Pemilu mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak
manapun. (Susi Nuraeni, 2013, hlm.12-13).
distrik. Kelebihan dari sistem ini adalah, rakyat mengenal wakilnya dengan baik,
begitu pun sebaliknya, dengan demikian terdapat hubungan yang erat antara wakil
dengan daerah yang diwakilinya.Sedangkan kekurangannya adalah, suara
minoritas akan hilang karena hanya yang mendapat suara mayoritas yang akan
mewakili daerahnya.
a. First past the post (FPTP) : Dalam sistem ini pemenang pemilu atau calon
terpilih adalah calon suara terbanyak.
b. The two round system (TRS): Pemenangnya adalah calon suara terbanyak, jika
tidak ada dilanjutkan pada putaran kedua.
6
c. The alternative vote (VT) : Sama dengan FPTP tapi pemilih diberi kebebebasan
untuk merangking calon/kandidat, yang terpilih yang adalah yang paling tinggi
rangkingnya.
d. Block vote (BV) : Pada sistem ini pemilih bisa memilih calon individu yang ada
di daftar calon.
e. Party block vote (PBV) : Sistem ini sama dengan BV tetapi pemilih hanya
memilih partai.
a. List proporsional presentation (List PR) : Pada sistem ini partai mengajukan
calon, pemilih memilih partai yang terpilih berdasarkan nomor urut.
b. The single transferable vote (STV) : Dalam sistem ini sama dengan AV, tapi
pemenangnya berdasarkan kuota.
b. Parallel system (Sistem Paralel) : Sedangkan sistem ini sistem proporsional dan
distrik dijalankan secara bersama-sama.
Demokrasi merupakan istilah yang cukup akrab dalam era Refromasi yang
memang menerapkan nilai-nilai Demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tetapi apa demokrasi itu ?
Istilah demokrasi berasal dari penggalan kata Yunani demos yang berarti
rakyat dan kata kratos atau kratein yang berarti pemerintahan, sehingga
kata demokrasi berarti suatu pemerintahan oleh rakyat. Kata pemerintahan
oleh rakyat memiliki konotasi (1) Suatu pemerintahan yang dipilih oleh
rakyat dan (2) suatu pemerintahan oleh rakyat biasa (bukan oleh kaum
bangsawan), bahkan (3) suatu pemerintahan oleh rakyat kecil dan miskin
(government by the poor) atau sering diitilahkan dengan wong cilik.
(Gina Siti Rahmah, 2016: 19).
9
Latar belakang dari demokrasi sendiri berasal dari Yunani Kuno. Dalam
Demokrasi zaman itu ditujukan untuk melindungi kepentingan rakyat kecil dalam
menghadapi kepentingan kaum kaya dan kaum bangsawan. Demokrasi pada
perkembangannya selalu berubah mengikuti perkembangan zaman dengan proses
penyempurnaan konstitusi, tumbuh dalam masyarakat yang mengakui
10
kepentingan orang lain atau masyarakat lain, serta demokrasi akan sempurna jika
memuaskan seluruh rakyat atau terdapat oposisi penyeimbang. Demokrasi sebagai
kekuatan rakyat dapat dilihat dalam Magna Charta, Bill of Rights, serta Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat. Tetapi demokrasi menjadi tersebar keseluruh
dunia setelah terjadinya Revolusi Prancis yang mengkritik serta menggoyang
sistem monarkhi di Eropa saat itu. (Dadang Supardan, 2011, hlm. 569-570).
hanya saja tidak dilakukan oleh warga negara secara langsung tetapi
diwakilkan kepada para wakil rakyat atau lembaga legislatif yang telah dipilih
dalam Pemilu. Sistem ini banyak dianut oleh berbagai negara di dunia dewasa
ini karena bersifat dianggap stereotype dari demokrasi kontemporer dan
bersifat universal. Kelebihan sistem demokrasi parlementer dibandingkan
sistem demokrasi yang lainnya antara lain :
a) Pemerintah bertanggung jawab maupun dapat melaksanakan pemerintahan
dengan potensi wilayah yang besar dan dalam jangka waktu yang lama.
Terdapat pemisahan antara pemerintahan dan warga negara serta
penyelenggaraan Pemilu sebagai kontrol warga negara atau rakyat
terhadap pemerintah.
b) Di dalam sistem demokrasi perwakilan memperkecil pemerintahan yang
cenderung mengarah kepada sistem monarkhi, aristokrasi, despotis, dan
sistem kekuasaan sejenisnya.
c) Sistem demokrasi model ini dapat diterapkan dalam sistem pemerintahan
yang umum dianut berbagai negara di dunia yaitu sistem parlementer dan
sistem presidensial.
3. Demokrasi Model Satu Partai. Dalam sistem ini hanya menggunakan satu
partai saja yang diakui atau legal oleh pemerintah yang berkuasa dalam
menyalurkan aspirasi atau keinginan rakyat. Sistem demokrasi model ini
mengklaim masih mengakui demokrasi karena bertindak atas nama rakyat dan
untuk kepentingan rakyat atau rakyat tetap dilibatkan serta diperhatikan dalam
pengambilan keputusan dalam partai. Demokrasi ini diterapkan dalam negara
yang menganut sistem komunis atau sosialis eksterm (kaum marxis). Sistem
demokrasi ini dilatarbelakangi oleh kegagalan sistem demokrasi oleh kaum
liberal menurut kaum marxis. (Citra Antika, 2013, hlm.16-20).
Selain dari pandangan dari dua ahli diatas mengenai fungsi politik,
terdapat pendapat ahli yang lainnya mengenai fungsi dari partai politik antara lain
menurut Sukarna yang menyatakan fungsi dari partai politik itu antara lain
sebagai pendidikan politik, sebagai pemilihan pemimpin politik, sebagai
pemaduan atau penyatuan pemikiran-pemikiran politik, sebagai sarana
memperjuangkan kepentingan rakyat, sebagai komunikasi politik, dan sebagai alat
pengawasan politik (kontrol politik). Serta pendapat dari Huzcar dan Stevenson
menyatakan fungsi partai politik itu antara lain mengusulkan calon (proposing
16
menggalang anggota atau simpatisan partai. Menurut basis sosial Parpol terbagi
ke dalam 4 macam yaitu 1. Parpol berdasarkan lapisan sosial : atas, menengah,
atau bawah. 2. Kelompok kepentingan: pengusaha, petani, dan buruh. 3. Agama:
Islam, Kristen, Hindu,dan Budha. 4. Ikatan primordial : etnis/ras, bangsa, dan
dasar wilayah (regional). (Suwarno, 2012, hlm. 32-33).
Partai Politik dalam suatu negara memiliki sistem kepartaian tertentu yang
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan ideologi yang dianut oleh suatu negara.
Maurice Duverger memiliki pendapat bahwa sistem kepartaian itu terbagi dalam 3
macam yang dipakai dalam suatu negara yaitu :
Partisipasi Politik merupakan salah satu ciri khas dari modernisasi politik.
Hal tersebut, karena dalam masyarakat tradisional peran masyarakat amat
bergantung kepada kaum elit minoritas dalam pemerintahan dan politik. Dalam
masyarakat tradisional walaupun menyadari akibat dari tindakan pemerintah
terhadap masyarakat, tetapi tidak ada usaha untuk mempengaruhi tindakan
pemerintah (Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 1994, hal. 1).
Dalam Buku Samuel P. Huntington dan Joan Nelson (1994, hlm. 16-18)
dijelaskan bahwa wujud partisipasi politik yang dapat dilakukan oleh masyarakat
antara lain dalam bentuk sebagai berikut ini :
1. Kegiatan pemilihan : Tidak hanya dalam pemberian hak suara, tetapi dapat
pula dalam bentuk pemberian sumbangan atau dana kampanye, bekerja dalam
suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seseorang calon atau setiap tindakan
yang mempengaruhi hasil Pemilu.
2. Lobbying : mencakup upaya individu atau kelompok untuk menghubungi
pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud
mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan publik.
20
Partisipasi politik suatu negara yang paling mudah dilihat secara kasar
adalah melalui partisipasi politik dalam pemberian hak suara oleh rakyat dalam
Pemilu. Jika tingkat partisipasi rakyat dalam Pemilu tinggi berarti perkembangan
partisipasi dalam suatu negara dianggap sudah cukup baik dan sebaliknya. Tetapi
dapat saja partisipasi politik dalam suatu negara dapat dikatakan rendah yaitu
ditandai dengan tingkat partisipasi politik dalam pemberian hak suara yang
rendah. Pertisipasi politik yang rendah tersebut khusunya di Indonesia dapat
ditinjau dalam Pemilu di negara sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan
21
kepada tingkat Golput (Golongan Putih) dari negara yang bersangkutan. Jadi apa
itu yang dimaksud dengan istilah Golput (Golongan Putih).
Sejarah Golput sudah terjadi sejak Pemilu 1955 (sekalipun angkanya baru
mencapai 10%), hal ini akibat ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang
penyelenggaraan pemilu. Biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan
suara. Sedangkan di era Orde Baru, golput lebih diartikan sebagai gerakan moral
untuk memprotes penerapan sistem pemilu yang tidak demokratis oleh penguasa
saat itu. (Dyah Adriantini Sintha Dewi, 2009, hlm. 25). Sedangkan diera reformasi
menurut Arief Budiman Golput lebih bersifat pilihan atau hak pilih jika parpol
dianggap tidak kompeten karena demokrasi pasca Orde baru sudah cukup
ditegakkan.
Menurut Eep Saefulloh Fatah, dalam Bismar Arianto (2011a, hlm. 52)
mengklasifikasikan golput atas empat golongan. Pertama, golput teknis, yakni
mereka yang karena sebab-sebab teknis tertentu (seperti keluarga meninggal,
ketiduran, dan lain-lain) berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara, atau
mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya dinyatakan tidak sah. Kedua,
golput teknis-politis, seperti mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena
kesalahan dirinya atau pihak lain (lembaga statistik, penyelenggara pemilu).
Ketiga, golput politis, yakni mereka yang merasa tak punya pilihan dari kandidat
yang tersedia atau tak percaya bahwa pileg/pilkada akan membawa perubahan dan
perbaikan. Keempat, golput ideologis, yakni mereka yang tak percaya pada
22
mekanisme demokrasi (liberal) dan tak mau terlibat di dalamnya entah karena
alasan fundamentalisme agama atau alasan politik ideologi yang lainnya.
2. Teori Psikologis : Teori ini menkankan kepada golput karena faktor psikologis
seperti kedekatan dengan partai atau kandidiat yang ada.
3. Teori ekonomi politik : Teori ini menekankan kepada golput karena faktor
alasan rasional seperti Pemilu yang tetap tidak membawa perubahan. (Acu
Nurhidayat, 2004, hlm. 21-22).
Faktor penyebab golput selain yang disebutkan oleh para ahli diatas
disebabkan antara lain : kegagalan peran negara, demokrasi tanpa
subtansi, serta pemilu yang tidak bermanfaat langsung kepada rakyat.
(Nyoman Subanda, 2009, hlm. 66).
23
penulis adalah dalam skripsi ini penulis dapat mengamati serta dapat memberikan
gambaran mengenai Pemilu 1999 dan 2004 khususnya dalam Pemilihan Presiden
dari sudut pandang partai islam yang berkontestasi dalam Pemilu tersebut.
Perbedaan penelitian Skripsi Penulis dengan penelitian Skripsi Vicky Amiruddin
yaitu Penelitian Skripsi Penulis tidak mengkhususkan kepada partai islam saja
tetapi kepada semua aliran partai politik dalam Pemilu era Reformasi. Dalam
penelitian Skripsi penulis pula lebih luas lagi yaitu selain Pemilu tahun 1999 dan
pemilu tahun 2004, juga diteliti pula Pemilu tahun 2009 dan Pemilu tahun 2014.
lebih Demokratis dari Pemilu sebelum Pemilu 2004. Dalam skripsi ini penulis
dapat mendapatkan gambaran yang lebih utuh mengenai Pemilu era Reformasi
yaitu Pemilu 1999 dan Pemilu 2004 yang menjadi Pemilu dengan perubahan
cukup besar dalam hal penerapan nilai demokrasi. Terdapat Perbedaan antara
Penelitian Skripsi Penulis dengan Penelitian Skripsi Fiska Friyanti yaitu kajian
Fiska Friyanti lebih luas yaitu dari Pemilu 1955, Pemilu zaman Orde Baru, dan
Pemilu Reformasi tahun 1999 dan Pemilu 2004. Tetapi kajian penelitian Fiska
Friyanti lebih kecil cakupannya dari kajian penulis dalam Pemilu Reformasi
karena tidak meneliti Pemilu tahun 2009 dan Pemilu tahun 2014.
Tesis dengan Judul Peran Partai Politik Dalam Mobilisasi Pemilih (Studi
Kegagalan Parpol Pada Pemilu Legislatif Di Kabupaten Demak 2009) Karya
George Towar Ikbal Tawakkal dari Universitas Diponegoro Semarang pada tahun
2009. Dalam tesisnya peneliti lebih memfokuskan penelitiannya mengenai Pemilu
Legislatif tahun 2009 di Kota Demak serta kegagalan Partai Politik dalam
menjalankan fungsinya khususnya dalam pengarahan pemilih oleh para caleg. Hal
tersebut menjadi fenomena yang baru dalam Pemilu Legislatif 2009 khususnya di
26
Kota Demak akibat perubahan sistem pemilu dalam Pemilu Legislatif 2009 yaitu
menggunakan sistem proporsional murni terbuka yang menekankan kepada peraih
suara terbanyak dari Calon Legislatif menentukan perolehan kursi. Dalam skripsi
ini penulis mendapatkan gambaran perubahan sistem pemilu legilatif tahun 2004
dan pemilu legislatif tahun 2009 yang berpengaruh kepada perubahan partai
politik dalam berkampanye meraih suara yang cenderung lebih mengandalkan
calon legislatif dalam partai. Terdapat perbedaan antara penelitian Skripsi penulis
dengan penelitian Tesis George Towar Ikbal Tawakkal yaitu penelitian Tesis
Goerge Ikbal Tawakkal dalam meneliti Pemilu lebih menggunakan pendekatan
lokal saja terhadap Pemilu Legislatif tahun 2009 sedangkan penelitian Skripsi
Penulis bersifat Pemilu Nasional baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Nasional.
2.2.2 Buku
ini dalam hal penelitian Penulis tidak hanya mengenai pemilihan Presiden saja
tetapi juga mengenai Pemilu Legislatif dari tahun 1999 hingga tahun 2014.
Buku yang berjudul Mengapa Partai Demokrat dan SBY Menang dalam
Pemilu 2009 Karya Anas Urbaningrum tahun 2010. Dalam buku ini menjelaskan
mengenai alasan partai Demokrat dan SBY yang dapat memenangkan Pemilu
2009 padahal rivalnya dari Partai Besar dari partai Golkar dan PDIP. Hal tersebut
dilakukan dengan Revolusi Sunyi yaitu persiapan SBY dan Partai Demokrat
dalam Pemilu dengan Kerja Keras dan berbagai program yang dianggap pro-
rakyat, Faktor ketokohan SBY, dan perubahan fundamental perilaku politik
masyarakat Indonesia khusunya aliran islam. Dalam Buku ini pembahasan
didahului oleh penggambaran dan penjelasan dinamika perpolitikan di Indonesia
sejak era Reformasi 1998. Kemudian pembahasan dilanjutkan mengenai partai
Demokrat dalam preferensi masyarakat Indonesia yaitu dari mulai berdirinya
hingga pasca Pemilu 2009. Serta bab terakhir penulis menjelaskan mengenai
fenomena kemenangan Partai Demokrat dan SBY di berbagai daerah termasuk di
daerah basis NU di Jawa Timur. Kaitan buku ini dengan penelitian penulis yaitu
30
dalam buku ini membantu penulis dalam mengamati perubahan perilaku pemilih
dari pemilu 1999 hingga pemilu tahun 2009 serta lebih khusus lagi penulis
mendapatkan gambaran strategi serta argumen kemenangan partai Demokrat dan
SBY dalam Pemilu tahun 2009.
Buku yang berjudul Sejarah Politik Indonesia Modern karya Drs. Suwarno
tahun 2012. Dalm buku ini menjelaskan mengenai sejarah politik Indonesia dari
31
penulis dengan penelitian dalam buku ini yaitu dalam buku ini hanya bersifat
prediksi serta analisis dengan fokus kepada Calon Presiden Megawati dalam
Pemilu Presiden langsung tahun 2004. Sedangkan dalam penelitian skripsi
penulis, pemilihan presiden langsung tidak boleh bersifat prediksi dan aanlisis
saja tetapi harus sudah dapat dilihat hasil Pemilu Presiden langsung dari tahun
2004, 2009, dan 2014.
dengan penelitian dalam buku ini yaitu dalam buku ini lebih memfokuskan
penelitiannya pada fase demokrasi yang masih dalam fase transisi menuju fase
konsolidasi demokrasi atau perbaikan kualitas demokrasi itu sendiri.
Buku Adhie Massardi dengan judul Adhie Massardi, Dkk. Tahun 2011
dengan judul buku Pilpres Abal-abal Republik Amburadul. Dalam bukunya
penulis menyoroti mengenai pelaksanaan Pemilu 2009 yang dianggap masih
amburadul serta menjadikan pemerintah SBY-Boediono menjadi diragukan
keabsahannya. Bemtuk amburadulnya pelaksanaan Pemilu 2009 antara lain
pelanggaran dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dalam Pemilu 2009, Penggunaan
IT yang tidak maksimal bahkan terkesan memboroskan anggaran, biaya Pemilu
2009 yang mahal disaat krisis ekonomi 2008, dll. Keterkaitan antara penelitian
dalam buku ini dengan penelitian dalam Skripsi penulis yaitu dalam buku
dijelaskan pula mengenai pemilu era Reformasi yaitu Pemilu 2009 khususnya
permasalahan dalam penyelenggaraan Pemilu 2009. Tetapi perbedaan antara
penelitian Skripsi penulis dengan penelitian dalam buku ini yaitu penulis tidak
terlalu mendalam meneliti mengenai pelanggaran dalam Pemilu 2009 tetapi
Penulis meneliti pula penyelenggaraan Pemilu 2009 tidak hanya permasalahan
Pemilu 2009 saja.
Panitia Pengawasan Pemilu pada Pemilu 2004 dalam Pemilu Presiden atau
Eksekutif berupa resume dalam menjalankan tugasnya mengawasi Perencanaan
Pelaksanaan Pemilu Presiden 2004. Keterkaitan antara penelitian skripsi penulis
dengan penelitian dalam buku ini yaitu sama-sama meneliti mengenai pelaksanaan
Pemilu Presiden tahun 2004. Tetapi penelitian skripsi penulis tidak terlalu
mendetali dalam meneliti mengenai pengawasan pemilu Presiden 2004 secara
mendetail seperti yang terdapat dalam buku ini.
penelitian dalam Jurnal Dedi Irawan dalam hal tidak mendalamnya Penelitian
Skripsi Penulis dalam pelanggaran Pemilu khususnya Politik Uang dalam Pemilu
tahun 2014.
Artikel dengan Judul Analisis Perolehan Suara Partai Golkar Pada Pemilu
1999 di Indonesia karya Yunda Pratiwi dari Universitas Sumatra Utara tahun
2012 dalam Jurnal Dinamika Politik Vol. 1 No. 2 Hlm. 1-6. Dalam Jurnal ini
peneliti menjelaskan mengenai penurunan perolehan suara Partai Golkar pada
Pemilu tahun 1999 padahal pada pemilu zaman Orde Baru partai Golkar selalu
memenangkan Pemilu. Alasan penurunan suara tersebut disebabkan oleh faktor
Krisis Moneter yang melanda Indonesia tahun 1997, perubahan Politik Nasional
dari Orde Baru Ke Reformasi, hilangnya kebijakan monoloyalitas Birokrasi dan
Militer, dan tekanan politik dan perpecahan dalam Golkar. Kaitan penelitian
dalam Jurnal Yunda Pratiwi dengan penelitian Skripsi Penulis yaitu penelitian
dalam Jurnal juga membahas mengenai Pemilu 1999 yang dilihat dari sudut
pandang partai Golkar yang mengalami penurunan suara secara drastis dari
37
Artikel dengan Judul Peta Kekuatan Politik Hasil Pemilu 2009 karya
Lili Romli dari LIPI tahun 2009 dalam Jurnal Penelitian Politik Vol. 6 No. 1 Hlm.
49-58. Dalam Jurnal ini peneliti menjelaskan mengenai perubahan hasil pemilu
tahun 2009 yang mengubah peta politik dari pemenang pemilu. Pada Pemilu 2004
partai Golkar yang memenangkan pemilu, pada Pemilu 2009 digantikan posisinya
oleh partai demokrat. Pada pemilu tahun 2009 menjadi hukuman bagi partai-partai
lama seperti partai Golkar, PDIP dan PPP dengan terjadinya penururan yang
cukup tajam dari Pemilu sebelumnya. Terdapat dua partai baru yaitu partai
Gerindra dan partai Hanura yang berhasil melewati ambang batas parliementary
threshold serta memenangkan persaingan dengan partai-partai lama yang telah
berkontestasi dalam Pemilu 1999 dan 2004 serta meloloskan kedua partai itu
dalam parlemen Indonesia. Partai Islam dengan mengandalkan basis islam dalam
Pemilu gagal dalam meraih suara dari basis massa islam partainya yang ditandai
oleh terjadinya penurunan jumlah perolehan suara atau tidak lolos electoral
threshold, kecuali Partai Keadilan Sejahtera. Fenomena penurunan juga terjadi
pada partai nasional selain dari partai PDIP, Golkar, Demokrat, Hanura dan
Gerindra serta partai kristen. Kaitan antara penelitian dalam Jurnal Lili Romli
dengan penelitian dalam Skripsi Penulis yaitu dalam penelitian Jurnal Lili Romli
menjelaskan pula mengenai Pemilu tahun 2009 dari segi perubahan peta politik
hasil Pemilu 2009. Penelitian dalam Jurnal membantu penulis dalam memberikan
gambaran mengenai perubahan hasil Pemilu tahun 2009 mempengaruhi kekuatan
partai yang berkontestasi dalam Pemilu 2009 seperti Demokrat dari partai
menengah menjadi partai pemenang Pemilu. Tetapi perbedaan penelitian dalam
Skripsi Penulis dengan penelitian skripsi dalam Jurnal Lili Romli yaitu dalam
Penelitian Skripsi Penulis selain Pemilu 2009, diteliti pula Pemilu sebelumnya
maupun sesudahnya yaitu Pemilu 1999, Pemilu 2004 dan Pemilu 2014.
38
Pemilu. KPU dan Polri dapat bekerja sama dalam mengatasi konflik dalam Pemilu
2004 dengan membuat desain khusus mengatasi konflik dalam Pemilu 2004.
Kaitan antara penelitian dalam Jurnal dengan penelitian dalam Skripsi yaitu dalam
penelitian Skripsi meneliti mengenai Pemilu tahun 2004 dengan menganalisis
Amandemen UUD 1945, prediksi tahap Pemilu 2004 dan perubahan pola
komunikasi dalam kampanye yang menimbulkan konflik Pemilu. Penelitian
dalam Jurnal membantu penulis dalam memberikan gambaran dalam mengetahui
salah satu gagasan dalam pemilihan langsung Presiden tahun 2004. Tetapi
penelitian Jurnal memiliki perbedaan dalam penelitian penulis, yaitu dalam
penelitian jurnal hanya meneliti seputar dampak amandemen UUD 1945 terhadap
Pemilu 2004 dalam Pemilihan Presiden, prediksi tahap Pemilu 2004, serta
prediksi perubahan pola kampanye Pemilu 2004 yang lebih terbuka. Sedangkan
penelitian Skripsi penulis selain prediksi, Pemilu 2004 sudah dapat dilihat proses
dari Pemilu serta hasil Pemilu 2004 karena penelitian jurnal dilakukan sebelum
Pemilu 2004 sedangkan penelitian dalam skripsi penulis dilakukan jauh setelah
Pemilu 2004.
Artikel Jurnal dengan judul Sirkulasi Suara dalam Pemilu 2004 karya
Anies Rasyid Baswedan pada tahun dalam Jurnal Berkala Analisis CSIS Volume
33 No. 2 Halaman 158-172. Tulisan ini mengkaji sirkulasi dan distribusi suara
dalam Pemilu 2004. Dalam jurnal ini dijelaskan mengenai sirkulasi atau
pergerakan perolehan suara dalam Pemilu 2004 yang dimulai dengan analisis
dampak Pemilu 2004 terhadap konstelasi kekuatan di DPR, tulisan ini kemudian
membahas sirkulasi pendukung partai politik dalam Pemilu 1999 dan Pemilu
2004. Menggunakan alat analisis statistik dengan unit analisis di tingkat
kabupaten, tulisan ini menggambarkan alur sirkulasi suara pendukung partai
dalam Pemilu 2004. Dari analisis ini ditemukan bahwa massa pemilih memiliki
afiliasi yang kuat dengan ideologi politik. Massa pemilih terlihat telah mampu
berganti partai, tetapi belum mampu berganti afiliasi ideologi politik. Keterkaitan
antara penelitian skripsi penulis dengan penelitian dalam jurnal ini yaitu mengkaji
pemilu 2004 serta penelitian dalam jurnal mempermudah penulis dalam
memahami penulis terhadap penurunan perolehan dari partai PDIP sebagai
penguasa pada tahun 1999, kenaikan drastis partai Demokrat dan PKS, Kestabilan
40
perolehan suara partai Golkar, serta penurunan pada partai berbasis islam (PKB
dan PAN maupun poros tengah (PPP dan PBB). Tetapi peralihan suara hanya
terjadi antara ideologi yang sama tidak signifikan terhadap partai lintas ideologi
atau dari partai Islam beralih ke partai islam lagi seperti perolehan suara PKS
berasal dari PAN, PPP, dan PBB yang termasuk islam modernis tetapi tidak dapat
menyerap suara dari PDIP (Nasionalis), Golkar (Nasionalis-Inklusif), dan PKB
(NU/Islam Tradisional). Tetapi perbedaan antara penelitian skrispi penulis dengan
penelitian dalam jurnal ini yaitu penelitian penulis tidak terlalu mendetail serta
mendalami mengenai sirkulasi suara dalam Pemilu Legisatif tahun 2004.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Sumber Skripsi/Tesis:
Rahmat, A. (2017). Dari Imigrasi Menuju Integrasi : Kiprah Etnis Jawa dalam
Politik di Suriname (1991-2015). Skripsi. Upi Kampus Siliwangi
Bandung. Tidak Diterbitkan.
Dewi, D.A.S. (Juni 2009). Fenomena Golput Dalam Pemilu. Jurnal Konstitusi. 2,
(1). Hlm. 25-41. [Pdf]. Tersedia di :
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/publiccontent/info/umum/ejurnalpd
f%ejurnal_Jurnal%20Konstitusi%20UMY%20Vol%202%20no%201.pdf.
[Diakses pada Tanggal 17 November 2016].
Pratiwi, Yunda. (Oktober 2012). Analisis Perolehan Suara Partai Golkar Pada
Pemilu 1999 di Indonesia. Jurnal Dinamika Politik. 1, (2). Hlm. 1-6.
[Online]. Tersedia di : http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=58780&val=4139 [Diakses pada Tanggal 22 September 2017].
Romli, L. (2009). Peta Kekuatan Politik Hasil Pemilu 2009. Jurnal Penelitian
Politik. 6, (1). Hlm. 48-59. [Pdf]. Tersedia di : [Diakses pada Tanggal 31
Juli 2017].
%20Konstitusi%20Vol%20I%20No%201%20Juni
%202009/jkonstitusi2009-2-1-4subanda.pdf. [Diakses pada Tanggal 22
November 2016].
Sumber Dokumen:
Sumber Online: