Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Sistem Pemilu (PIH17) Kelas Ilmu
Hukum HTN-B (ILHAM AKBAR, S.H.I., S.H., M.H)
Oleh:
Kelompok 3
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum (Pemilu) merupakan perwujudan sistem demokrasi, di
mana rakyat dapat turut berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap
pemerintahan dan negaranya. Melalui pemilihan umum rakyat memilih
wakilnya untuk duduk dalam parlemen, dan dalam struktur
pemerintahanSistem pemilihan umum merupakan sebagian di antara instrumen
kelembagaan penting dalam negara demokrasi.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum
pada Bab I Pasal 1, Pemilihan Umum atau Pemilu adalah sarana kedaulatan
rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan
Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonsia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan demikian pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas
‘kedaulatan di tangan rakyat’, sehingga tercipta hubungan kekuasaan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal tersebut merupakan inti kehidupan
demokrasi.
Demokrasi berdiri berdasarkan prinsip persamaan, yaitu bahwa setiap
warga negara memiliki kesamaan hak dan kedudukan di dalam pemerintah,
karena itu setiap warga negara sejatinya memiliki kekuasaan yang sama untuk
memerintah. Kekuasaan rakyat inilah yang menjadi sumber legitimasi dan
legilitas kekuasaan negara. Di kebanyakan negara demokrasi, pemilu dianggap
lambang, sekaligfus tolak ukur dari demokarasi.
Hasil pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan
keterbebasan berpendapat dan kebebasan beserikat, dianggap mencerminkan
dengan agak akurat partisipasi serta partisipasi masyarakat. Dengan adanya
pemilu diharapkan dapat menghasilkan wakil-wakil rakyat yang mampu
3
mengerti mengenai aspirasi dari rakyat terutama dalam proses perumusan
kebijakan publik dengan adanya sistem pergiliran kekuasaan. Pemilu juga
memberikan peluang bagi kekuasaan dalam membentuk Udang-undang tidak
serta merta menjadikan partai politik yang berada di parlemen lupa sehingga
setiap partai politik tidak dapat mempertahankan kekuasaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan pemilihan umum dalam sistem demokrasi?
2. Bagaimana syarat pemilihan umum demokratis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kedudukan pemilihan umum dalam sistem demokrasi
2. Untuk mengetahui syarat pemilihan umum demokratis
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
6. Hak memilih dan dipilih dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil.1
Dalam proses demokrasi pada suatu Negara tentu mengedepankan
kepastian hukum terkait proses penyelenggaraan roda pemerintahan, dimana
roda pemerintahan tidak akan berjalan tanpa adanya pegawai negeri sipil yang
bertugas. Kendati demikian dalam Negara dengan corak pemerintahan
demokrasi seperti Indonesia banyak menimbulkan permasalahan klasik dalam
hal proses pemilihan calon pemimpin sebagai kepala Negara dan kepala
pemerintahan di Indonesia. Proses pemilihan umum yang saat ini diatur di
dalam Undang-undang No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum memberi
ruang yang terbuka dan partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya dalam
mengambil hak politiknya sebagai warga Negara seperti yang tertuang di
dalam konstitusi.2
Pelaksanaan demokrasi voting di Indonesia untuk pertama kalinya terjadi
pada tahun 1955, yaitu pemilihan anggota-anggota Dewan Konstituante.
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan demokrasi pada tahun
1955 ini adalah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS 1950) bukan
Undang-Undang Dasar 1945.
1
Martha Maharani, Kedudukan Satuan Polisi Praja dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum, Skripsi
Universitas Jember, h. 21-23.
2
Muhammad Rezky Pahlawan MP, Netralitas Pegawai Negeri Sipil pada Pelaksanaan Pemilihan
Umum, Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Volume10 Nomor 2,
2019, h. 218-219.
6
memilih Parlemen dan Konstituante pada awal tahun 1946, Namun, Pemilu
tidak dapat dilaksanakan karena masih rendahnya stabilitas keamanan negara
pasca kemerdekaan, di samping itu juga karena belum adanya perangkat
Undang-undang yang mengatur tentang penyelenggaraan Pemilu. Pemilu baru
dapat dilaksanakan pada tahun 1955 sebagai Pemilu pertama yang bertepatan
pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap. dilaksanakan pada tanggal 15
Desember 1955. Adapun landasan hukum Pemilu pertama adalah Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan menerapkan asas langsung, bebas,
jujur, kebersamaan, umum dan rahasia. Pada tahun 1955 dilaksanakan dua kali
Pemilu, yaitu pemilihan Parlemen pada tanggal 29 September 1955 dan
pemilihan Konstituante.
7
Reformasi menjadi babak baru untuk menghidupkan kembali demokrasi yang
telah lama terdominasi oleh sistem politik central. Pada masa Reformasi
demokrasi mulai bersemi dalam sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang
ditandai dengan perombakan sistem hukum Indonesia, termasuk membentuk
Undang-undang Pemilu, partai politik dan kedudukan Parlemen3
Pada zaman modern ini pemilu menempati posisi penting karena terkait
dengan beberapa hal, yaitu:
3
Evi Noviawati, “Perkembangan Politik Hukum Pemilihan Umum Di Indonesia”, 7, No. 1 (2019):
76-77, https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/galuhjustisi/article/view/2139
4
Muhammad Hanafi, Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia, Jurnal Cita Hukum
Vol. I No. 2, 2013, h. 239-240.
8
Schumpetarian tentang demokrasi, yaitu demokrasi sebagai ‘metode
politik’ mendominasi teorisasi demokrasi maka pemilu menjadi elemen
paling penting dari ukuran negara demokrasi. Bahkan, Prezeworski dan
rekan-rekannya mendefinisikan demokrasi sebagai “sekedar rezim yang
menyelenggarakan pemilihan-pemilihan umum untuk mengisi jabatan-
jabatan pemerintahan” (dengan ketentuan bahwa persaingan yang
sebenarnya mensyaratkan adanya oposisi yang memiliki kesempatan
memenangkan jabatan publik, serta bahwa posisi kepala eksekutif dan
kursi legislatif diisi melalui pemilu).1 Sementara itu, Dahl menyebutkan
dua dari enam ciri lembaga-lembaga politik yang dibutuhkan oleh
demokrasi skala besar adalah berkaitan dengan pemilu, yaitu para pejabat
yang dipilih dan pemilu yang bebas, adil, dan berkala.
3. Pemilu penting dibicarakan juga terkait dengan implikasi-implikasi yang
luas dari pemilu. Dalam gelombang ketiga demokratisasi pemilu menjadi
suatu cara untuk memperlemah dan mengakhiri rezim-rezim otoriter. Pada
fase ini Huntington menyebut pemilu sebagai alat serta tujuan
demokratisasi. Pertanyaan tersebut berangkat dari kenyataan tumbangnya
penguasa-penguasa otoriter akibat dari pemilu yang mereka sponsori
sendiri karena mencoba memperbarui legitimasi melalui pemilu. Penguasa
yakin bahwa pemilu akan memperpanjang masa hidup rezim.5
5
Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, (Yogyakarta: Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan dan
Jurusan Ilmu Pemerintahan, 2009), h. 3-4.
9
Agar pemilu dapat menjadi parameter demokrasi maka pemilu harus
memenuhi sejumlah syarat. Berbagai persyaratan pemilu yang demokratis
penting karena menyangkut hakikat pemilu itu sendiri. Pertama, pemilu yang
demokratis akan memperkuat legitimasi dan kredibilitas pemerintahan hasil
pemilu. Sebaliknya, pemilu yang tidak demokratis akan melemahkan legitimasi
dan kredibilitas pemerintah hasil pemilu. Kedua, konflik akibat ketidakpuasan
hasil pemilu dapat ditekan karena pemilu dapat dipertanggungjawabkan secara
baik kepada publik. Terakhir, dalam beberapa kasus dapat meningkatkan
partisipasi politik karena apatisme yang disebabkan oleh kecurangan dalam
pemilu dapat dinetralisir.
10
5. Administrator pemilu harus bertindak adil tidak ada pengecualian hukum,
tanpa kekerasan, tanpa intimidasi kepada kandidat untuk memperkenalkan
pandangan atau pemilih untuk mendiskusikannya.
6. Pilihan dilakukan dengan bebas dan rahasia, dihitung dan dilaporkan
secara jujur, dan dikonversi menjadi kursi legislatif sebagaimana
ditentukan oleh peraturan.
7. Hasil pilihan disimpan di kantor dan sisanya disimpan sampai hasil
pemilihan diperoleh.
Kriteria Butler et. al., tersebut lebih rasional dan hampir mencakup
semua dimensi pelaksanaan pemilu. Kriteria Butler et al., mencakup dimensi
regularitas waktu pemilu, penyelenggara pemilu, pemilih dan proses
pemilihan. Meskipun demikian, bukan berarti kriteria Butler tanpa kelemahan.
Ada faktor eksternal yang luput dari kriteria Butler et. al., seperti posisi media
massa, yang akan berpengaruh pada pelaksanaan pemilu yang demokratis.
11
Bagi negara-negara yang sedang membangun demokrasi kondisi
tersebut perlu diciptakan agar tidak kembali pada situasi dimana pemilu hanya
sekedar menjadi seremonial belaka. Tanpa didukung oleh lingkungan politik
yang demokratis dan terlembaga, arus balik pemilu yang tidak demokratis
hanya tinggal menunggu waktu saja.6
6
Sigit Pamungkas, op.cit., h. 14-18.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sistem demokrasi, pemilihan umum memiliki kedudukan yang
sangat penting. Pemilihan umum merupakan mekanisme yang digunakan untuk
menentukan wakil-wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan masyarakat
dalam lembaga legislatif atau eksekutif. Melalui pemilihan umum, rakyat
memiliki hak suara untuk memilih para pemimpin mereka dan memberikan
mandat kepada mereka untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi negara
dan masyarakat.
Pemilihan umum juga merupakan sarana untuk mengekspresikan
kehendak rakyat secara demokratis. Dengan adanya pemilihan umum, rakyat
memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang dianggap memiliki visi,
kompetensi, dan integritas yang diperlukan untuk memimpin negara. Pemilihan
umum juga memberikan kesempatan bagi calon-calon yang berkualitas untuk
bersaing secara adil dan terbuka dalam mendapatkan dukungan rakyat.
Selain itu, pemilihan umum juga berperan dalam menjaga keseimbangan
kekuasaan dalam sistem demokrasi. Dengan adanya pemilihan umum,
kekuasaan tidak hanya terpusat pada satu individu atau kelompok, tetapi
terdistribusi secara merata kepada para wakil rakyat yang dipilih melalui proses
pemilihan umum. Hal ini penting untuk mencegah adanya penyalahgunaan
kekuasaan dan menjaga prinsip checks and balances dalam sistem politik.
Namun, penting untuk diingat bahwa pemilihan umum bukanlah satu-
satunya elemen dalam sistem demokrasi. Demokrasi juga melibatkan partisipasi
aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, kebebasan berpendapat
dan berekspresi, serta perlindungan hak asasi manusia. Oleh karena itu,
pemilihan umum harus diiringi dengan kebebasan berorganisasi, kebebasan
pers, akses informasi yang transparan, dan perlindungan hak-hak minoritas.
13
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwasannya dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar makalah ini lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15