Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN DEMOKRASI MELALUI SISTEM

PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Hukum
Dosen : Muhammad Farid Alwajdi S.H., M.Kn.

Disusun Oleh

Muh. Nurul Habib (1900024326)

PROGRAM STUDI
FAKULTAS

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan penyusun


kesehatan, kesempatan dan kemudahan dalam menyusun makalah ini. Sholawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Sallallahu ‘alaihi
Wasallam yang telah mengenalkan kita agama yang lurus yaitu Islam.
Makalah ini berjudul “Meningkatkan Demokrasi Melalui Sistem
Penyelenggaraan Pemilihan Umum”. Dalam membuat makalah ini tentunya penyusun
sangat berharap semoga apa yang penyusunan sampaikan bisa membawa manfaat
kepada pembacanya. Selain itu, semoga makalah ini bisa dijadikan dasar dan pedoman
terkait dengan mata kuliah Sistem Informasi Hukum.
Dan penyusun juga berharap saran dan masukan teman-teman untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga apa yang kita lakukan bisa
bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain.

Mataram, 10 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Demokrasi dan Sistem Pemilu ........................................................................... 2
B. Konsep Sistem Pemilu Proporsional .................................................................................... 3
C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemilu Proporsional..................................................... 5
D. Cara Meningkatkan Demokrasi Melalui Sistem Pemilu ...................................................... 9
BAB III ........................................................................................................................................... 11
KESIMPULAN .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
negara yang demokratis. Oleh karena itu, pemilu menjadi motor penggerak mekanisme
sistem politik demokrasi. Pemilihan umum merupakan perwujudan dari sistem
demokrasi yang dianut oleh negara. Tujuan diadakannya pemilu adalah untuk memilih
wakil rakyat dan presiden serta untuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
didukung.
Demokrasi dalam pemilu dirancang untuk menggantikan sistem pengangkatan
dalam bentuk negara. Hal ini menunjukkan bahwa pemilu menjadi salah satu cara untuk
memperkuat sistem demokrasi. Dalam hal ini ada banyak cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan demokrasi di dalam masyarakat salah satunya adalah dengan
Pendidikan politik pada pemilih. Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting dalam
mengukur suksesnya pemilihan umum. Karena dengan kesadaran politik dan
pemahaman yang baik tentang pemilihan umum, masyarakat dapat memilih dengan
bijak dan memilih pemimpin yang tepat.
Pemilihan umum juga memberikan peluang bagi kekuasaan dalam membentuk
undang-undang. Oleh karena itu, partai politik yang berada di parlemen harus tetap
memperhatikan kepentingan rakyat dalam membuat keputusan. Pemilihan umum
bersamaan bisa menjadi pembaruan demokrasi Indonesia. Dengan penyelenggaraan
pemilihan umum serentak, masyarakat dapat memilih secara bersamaan anggota
legislatif dan kepala negara, sehingga dapat memperkuat sistem politik demokrasi.
Dari latar belakang tersebut, dapat diartikan bahwa pemilihan umum merupakan
salah satu upaya untuk mewujudkan negara yang demokrasi dan menjadi motor
penggerak mekanisme sistem politik demokrasi. Pendidikan politik dan pemilih
pendidikan, pemilihan umum serentak, dan peran partai politik dalam membuat
keputusan yang berpihak pada rakyat juga dapat menjadi faktor penting dalam
meningkatkan demokrasi melalui sistem pemilu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi, pemilu dan sistem pemilu ?
2. Bagaimana konsep sistem pemilu proporsional ?
3. Apasaja kelebihan dan kekurangan sistem pemilu proporsional ?
4. Bagaimana cara meningkatkan demokrasi melalui sistem pemilu ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian demokrasi, pemilu dan sistem pemilu.
2. Untuk mengetahui konsep sistem pemilu proporsional.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem pemilu
proporsional.
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan demokrasi melalui sistem pemilu.
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi dan Sistem Pemilu


1. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berawal dari bahasa Yunani, yakni demokratia. Kata ini
terbentuk dari kata demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan atau
kekuasaan. Jadi, demokrasi sepadan artinya dengan kekuasaan rakyat. Kekuasaan
itu mencakup sektor sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan
memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan
keputusan. Dimana keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat.
Arti lainnya adalah rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Sistem pemerintahan ini, mengizinkan seluruh warga negara untuk
berpartisipasi aktif. Peran serta itu bisa diwakilkan atau secara langsung dalam
perumusan, pengembangan, dan penetapan undang- undang. Setiap ahli memiliki
penafsiran tersendiri terhadap demokrasi. Meskipun bermuara pada tujuan yang
sama. Abraham Lincoln berpendapat kalau demokrasi merupakan sistem
pemerintahan, yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sedangkan bagi Charles Costello, demokrasi termasuk sistem sosial dan politik,
yang membatasi kekuasaan pemerintah dengan hukum. Demi melindungi hak
seluruh warga negara. 1
2. Pengertian Pemilu
Pemilu adalah mekanisme memilih pemimpin- pemimpin yang akan
menduduki jabatan politik strategis tertentu di dalam lembaga-lembaga politik
formal, yaitu lembaga eksekutif dan legislatif di tingkat pusat dan daerah. Pemilu
juga memiliki berbagai macam arti, sebagai contoh Harmaili Ibrahim
mendefinisikan pemilu sebagai suatu cara menentukan wakil-wakil rakyat yang
akan duduk di badan legislatif. Haryanto menyatakan bahwa pemilu merupakan
suatu cara menentukan orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan
roda pemerintahan. Istilah pemilu di dalam studi politik di Indonesia identik dengan
pemilihan, dari mulai pemilihan. presiden sampai dengan pemilihan kepala daerah
(gubernur, bupati, dan wali kota).2
3. Pengertian Sistem Pemilu
Sistem pemilu adalah hubungan berbagai variabel untuk mengonversi suara
pemilih menjadi kursi yang akan diduduki calon terpilih di lembaga legislatif

1
Yuyuk Nuryanto, Cakap Berdemokrasi Ala Generasi Milenial Buku Pengayaan Materi Pelajaran PKN
(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2019), 1.
2
Jerry Indrawan, Sistem Pemilu Di Indonesia (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2019), 4.
2
maupun eksekutif. Dengan kata lain, sistem pemilu merupakan seperangkat
variabel yang mengatur kontestasi perebutan kekuasaan.
Dieter Nohlen sebagaimana yang dikutip oleh Seta Basri, mendefinisikan
sistem pemilihan umum dalam 2 pengertian, dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Dalam arti luas, sistem pemilihan umum adalah ".... segala proses yang
berhubungan dengan hak administrasi pemilihan dan perilaku pemilih." Lebih
lanjut Nohlen menyebutkan pengertian sempit sistem pemilihan umum adalah "...
cara dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihan politiknya melalui
pemberian suara, di mana suara tersebut ditransformasikan menjadi kursi di
parlemen atau pejabat publik."
Melalui dua definisi sistem pemilihan umum yang ada, Seta Basri menarik
konsep-konsep dasar sistem pemilihan umum, yakni:
Transformasi suara menjadi kursi parlemen atau pejabat publik,
memetakan kepentingan masyarakat, dan keberadaan partai politik. Sistem
pemilihan umum yang baik harus mempertimbangkan konsep-konsep dasar
tersebut.3
B. Konsep Sistem Pemilu Proporsional
Sistem proporsional (perwakilan berimbang) atau yang juga dikenal sebagai
proportional representation system atau multi member representation menawarkan
beberapa kursi untuk diperebutkan dalam suatu wilayah pemilihan. Dalam sistem ini
suatu kesatuan administratif jumlah suara yang diperoleh setiap partai menentukan
jumlah kursi di parlemen. Artinya, rasio perolehan suara antar partai politik sama
dengan rasio perolehan kursi dalam parlemen (Rahayu dkk, 2017 : 4).
Sistem proporsional ada dua, yaitu sistem daftar tertutup dan daftar terbuka. Dalam
sistem daftar tertutup, para pemilih harus memilih partai politik dan bukan calon
legislatifnya. Sedangkan dalam sistem daftar terbuka, selain memilih gambar parpol
para pemilih juga memilih gambar kandidat yang diusung oleh parpol tersebut
(Budiono, 2017 : 39-40).
Melihat situasi Indonesia yang majemuk dengan kompleksifitas yang cukup tinggi
dalam kehidupan politik masyarakat, maka sudah barang tentu pemilu yang
diselenggarakan oleh panitia penyelenggara tidaklah mudah. Dalam perkembangannya,
pemilu di Indonesia memiliki dua sistem. Pertama, sistem proporsional tertutup
(closed-list PR) dengan mekanisme pemilihan oleh rakyat hanya pada partai. Cara kerja
sistem tersebut adalah pemilih memberikan suaranya hanya dengan mencoblos gambar
partai, suara partai untuk kesempatan pertama akan diberikan kepada calon nomor urut
teratas. Kedua, sistem proporsional terbuka (open-list PR) dengan cara kerja sistem ini,
pemilih memilih langsung wakil-wakil legislatifnya (Pakaya dkk, 2022 : 173).
Pemilihan umum sudah berlangsung sejak 1955 di Indonesia dengan menggunakan
sistem proporsional. Sistem pemilihan proporsional adalah sistem Pemilu dimana kursi
yang tersedia di parlemen dibagikan kepada partai-partai politik yang turut dalam

3
Fajlurrahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, Edisi Pertama (Jakarta: Kencana, 2018), 120–
121.
3
Pemilu tersebut sesuai dengan imbangan suara yang diperolehnya dalam pemilihan
yang bersangkutan. Pada dasarnya, kedua model sistem proporsional baik terbuka
maupun tertutup pernah diberlakukan dalam sistem Pemilu di Indonesia. Dimana
sistem proporsional tertutup digunakan untuk Pemilu 1999 dan 2004, sedangkan sistem
proporsional terbuka digunakan untuk Pemilu 2009, 2014 dan 2019 (Pakaya dkk, 2022
:176).
Sejak pemilu pertama pada tahun 1955 hingga pemilu akhir Orde Baru pada tahun
1997 sistem pemilu yang digunakan adalah sistem pemilu proporsional dengan varian
tertutup (closed list), yakni peran parpol dalam pemilu kuat untuk menempatkan calon
dan penentuan calon di dasarkan pada nomor urut. Sedangkan pada pemilu pertama era
Reformasi pada tahun 1999 masih mengadopsi sistem pemilu warisan Orde Baru hanya
merubah varian penentuan calon terpilih dengan mengenalkan model stabbus accord,
yakni kesepakatan antar parpol bila terdapat sisa suara untuk diberikan pada calon dari
parpol dengan nomor urut tertentu berdasarkan kesepakatan pimpinan parpol.
Adapun pemilu tahun 2004 masih menggunakan sistem pemilu proporsional
tertutup seperti pada pemilu 1999, dengan menetapkan varian model penentuan kursi
berdasarkan perolehan parpol di daerah pemilihan (Dapil) dan penentuan calon terpilih
di dasarkan pada Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Jika ada calon yang dapat
memenuhi 100 % BPP maka calon tersebut secara otomatis ditetapkan menjadi calon
terpilih, jika tidak calon yang dapat memenuhi BPP, maka calon terpilih ditentukan
berdasarkan daftar nomor urut yang ditentukan oleh partai politik dalam surat suara
suara. Jika masih terdapat sisa kursi dibagikan pada partai politik yang memperoleh
sisa suara terbesar (large remainders) berturut-turut sampai semua kursi terbagi habis
di daerah pemilihan (Dapil).
Sistem pemilu tahun 2004 ini sebenarnya hendak dipertahankan pada pemilu tahun
2009, namun karena model ini diduga memperkuat oligarkhi elit parpol dalam
pencalonan, akibatnya proses pencalonan dari nominasi hingga penetapan calon dalam
internal parpol rentan dipermainkan dengan harga yang sangat mahal terutama untuk
dapat menduduki nomor urut berpotensi terpilih biasanya antara urut 1 hingga 3 dalam
list surat suara.
Itulah sebabnya mengapa sistem ini tidak digunakan lagi sejak pemilu tahun 2009
dan memilih sistem pemilu proporsional terbuka (open list) berbasis suara terbanyak.
Salah satu maksudnya adalah agar caleg terpilih lebih representatif dan legitimasinya
jauh lebih kuat karena sudah selayaknya yang berhak mendapat kursi adalah caleg yang
memang memperoleh dukungan rakyat yang paling banyak. Model ini juga lebih
demokratis, karena yang dijadikan ukuran pemenangnya adalah yang memperoleh
suara terbanyak, baik perolehan suara terbanyak mutlak maupun terbanyak sederhana
(Riwanto, 2015 : 94-95).
Dalam sistem proporsional tertutup, partai berkuasa penuh, partai menjadi penentu
siapa-siapa yang akan duduk di kursi parlemen setelah perolehan suara partai
dikonversikan ke jumlah kursi. Namun demikian sistem pemilu proporsional tertutup
dianggap mampu meminimalisir politik uang, spektrumnya dapat menekan biaya
4
pemilu yang cenderung mahal. Pelaksanaan sistem proporsional terbuka membuat
pemilu mahal.
Sistem proporsional tertutup memilik model surat suara pileg yang berbeda (hanya
memuat gambar parpol) dan akan berdampak pada proses penghitungan dan
rekapitulasi di TPS yang tidak akan lagi memerlukan waktu hingga 16-24 jam,
melainkan cukup 5 hingga 7,5 jam dengan asumsi proses penghitungan dan rekapitulasi
setiap entitas surat suara memakan waktu 1 hingga 1,5 jam. Jika demikian, maka
kegiatan penghitungan dan rekapitulasi dapat berakhir maksimal pukul 21.00 (Pakaya
dkk, 2024 : 178-179).
Sistem proporsional terbuka merupakan sistem pemilu yang memberikan akses ke
masyarakat untuk memilih sendiri caleg yang didukungnya. Mempunyai derajat
keterwakilan yang tinggi serta memiliki tingkat keadilan yang tinggi untuk caleg
peserta pemilu. Ada kelebihan dan kelemahan sistem pemilu proporsional terbuka
dengan suara terbanyak memiliki kelebihan yang membuat masyarakat untuk dapat
melihat serta menyeleksi caleg-caleg yang tampil untuk dipilih oleh masyarakat
sehingga dampaknya masyarakat dapat lebih selektif dan rasional di dalam memilih
caleg yang didukung (Mashad, 1998 : 23).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ayat 27 Pemilu itu adalah sarana
untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD
kabupaten/kota, perseorangan untuk Pemilu anggota DPD, dan pasangan calon untuk
Presiden dan Wakil Presiden. Sedangkan, dalam pemilu porporsional terbuka, si
pemilih tidak hanya bisa memilih partai yang menjadi pilihan mereka, tetapi kandidat
yang diusung di dalam partai tersebut. Akan tetapi di dalam sistem daftar terbuka, setiap
partai boleh mengusung lebih dari satu kandidat sehingga bisa mengakibatkan
persaingan antar-sesama di dalam satu partai.4
C. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemilu Proporsional
1. Sistem Pemilu Proporsional Terbuka
Sebagai negara hukum Indonesia sangat menjunjung tinggi demokrasi bagi
seluruh warga negaranya. (Budiarjo, 2009) Selama kemerdekaan Indonesia,
pemilihan umum ke-12 telah diadakan sejak tahun 1955, dan tahun depan tercatat
pemilihannya yang ke-13 dijadwalkan pada tahun 2024. Selama pemilihan, negara
memperkenalkan berbagai sistem, termasuk proporsionalitas daftar tertutup,
konstituensi, dan pemilihan terbuka. proporsionalitas daftar, yang baru-baru ini
diterapkan pada sistem pemilu Indonesia pada pemilu 2019. Sistem pemilu
berimbang di mana setiap daerah pemilihan memilih anggota parlemen pada setiap
tingkatan adalah Representasi proporsional (beberapa daerah pemilihan). Dalam
sistem ini, persentase kursi di badan legislatif dibagi antara masing-masing partai
menurut porsi suaranya. (Moh. Kusnadi, 1988).
Mahkamah Konstitusi mengeluarkan keputusan Nomor 22 dan 24/PUU-
VI/2008 dengan mengabulkan permohonan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 10

4
Maulida Khairunnisa and Siti Fatimah, “Sistem Proporsional Terbuka Dan Tertutup Pada Pemilu Di
Indonesia Serta Kelebihan Dan Kekurangan,” Jurnal Tana Mana 4, no. 1 (2023): 95–96.
5
Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD, dan DPD. Keputusan
tersebut mengubah sistem pemilu Indonesia menjadi sistem pemilu proporsional
daftar publik dengan suara terbanyak. Putusan ini juga menimbulkan masalah
karena Mahkamah Konstitusi tidak menentukan apakah suara terbanyak diartikan
sebagai mayoritas atau mayoritas.
Ketika mempertimbangkan pro dan kontra dari sistem proporsional terbuka,
mari kita juga melihat sistem proporsional tertutup untuk perbandingan. Sistem
pemilu di mana pemilih secara langsung memilih wakil legislatif, dan pemilih
memilih nama calon legislatif sesuai dengan aspirasi mereka sendiri adalah
Representasi proporsional terbuka. Dalam perwakilan proporsional terbuka, jumlah
suara yang diperoleh partai politik sebanding dengan perolehan kursinya.
berdasarkan perolehan suara terbanyak akan dilakukan Penetapan calon terpilih
oleh KPU. Sebaliknya, dalam sistem proporsional tertutup pemilih hanya dapat
memilih partai politiknya saja. Dalam sistem perwakilan pada proporsional
tertutup, partai politik mengajukan daftar calon secara berurutan, partai politik
menetukan nomor urut calon. Melalui sistem perwakilan proporsional tertutup,
daftar calon harus di sediakan lebih banyak daripada jumlah kursi yang
dialokasikan untuk daerah pemilihannya oleh setiap partai. 5
a. Kelebihan sistem proporsional terbuka
Penggunaan sistem proporsional terbuka secara efektif dapat dirasakan oleh
masyarakat dengan tidak adanya batasan hak-hak dari rakyat dalam bentuk
apapun. Dalam pemilu-pemilu sebelumnya yang telah menggunakan sistem
proporsional terbuka berjalan dengan efektif. Bahwa Sistem pemilu dengan
mengunakan proporsional terbuka (open list) dengan berbasis suara terbanyak
ini dipertahankan dalam pemilu tahun 2009, 2014 dan 2019 serta pemilu nanti
2024.6 Adapun beberapa kelebihan menggunakan system proporsional terbuka
adalah sebagai berikut :
1) Mendorong kandidat bersaing untuk menggalang dukungan publik untuk
kemenangan.
2) Menutup jarak antara pemilih dan kandidat.
3) Pemilih dapat langsung memilih calon pilihannya.
4) Partisipasi dan kontrol dalam masyarakat meningkat, dan kinerja partai
dan parlemen meningkat.
5) Karena proporsionalitas keterwakilan, jumlah suara yang diperoleh dari
masyarakat dalam suatu daerah pemilihan sama dengan jumlah kursi yang
dimiliki oleh suatu partai di parlemen, maka perwakilan proporsional
dianggap representatif. Semua kelompok masyarakat, termasuk
masyarakat minoritas merasa melalui sistem Representasi proporsional ini

5
Titony Tanjung, “Mengenal Sistim Proporsional Terbuka Di Indonesia Menuju Pemilihan Umum Tahun
2024,” BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu 2, no. 1 (2023): 131,
https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet.
6
Laode Risman, Suandi, And Basyarudin, “Pemilu Dalam Sistem Proporsional Terbuka Perpektif Kedaulatan
Rakyat,” Jurnal Pilar Keadilan 2, No. 1 (2022): 39, Https://Doi.Org/10.59635/Jpk.V2i1.263.
6
dianggap lebih adil, karena dapat menghadirkan perwakilannya di
parlemen. (Mashad, 1998b).
6) dari perspektif sistem kepartaian Sistem hubungan dianggap memiliki
keunggulan. Karena bagi partai minoritas untuk memiliki akses
perwakilan di parlemen memudahkan dengan sistem proporsional.
7) Selain itu, bahkan kelompok kecil pun memiliki perwakilan di parlemen. 7
b. Kelemahan sistem proporsional terbuka
Penerapan sistem proporsional terbuka memiliki beberapa kelemahan dan
berdampak kepada kekacauan sistem politik. Bukan hanya proses electoral saja
yang bisa tercoreng, namun elit-elit yang dihasilkan pun akan sangat sedikit
yang memiliki integritas akibat dari penerapan sistem pemilu yang berpotensi
terciptanya money politics dan kecurangan-kecurangan lainnya. Kegagalan
sistem proporsional terbuka dalam memperkuat kelembagaan partai politik
memberikan dampak kerusakan yang sistematis terhadap perpolitikan
Indonesia. Lemahnya kelembagaan partai politik membuat tidak adanya kontrol
terhadap calon kandidat dalam internal partainya sendiri, sehingga calon
kandidat tersebut membentuk baik secara terpaksa maupun sukarela dalam
menjalin relasi dengan para pemodal di luar internal partai. Ketika relasi terjalin
antara calon kandidat partai dengan para pemodal, di sinilah klientelisme dan
politik uang (money politics) terjadi. Klientelisme merupakan suatu tindakan
koruptif yang biasanya berupa transaksi sehingga prilaku ini sering terjalin dua
arah.8 Adapun beberapa kelemahan system proporsional terbuka
1) Karena pertama menggunakan sistem post-the-post Persaingan untuk
mendapatkan kursi di parlemen sangat kompetitif. Ini menciptakan
persaingan untuk mendapatkan lebih banyak suara tidak hanya di antara
kandidat dari partai politik, tetapi juga di antara kandidat dari partai yang
sama.
2) Sistem pemungutan suara proporsional terbuka dianggap mahal secara
politik, terutama bagi kandidat potensial. Mengingat biaya pemilu setiap
caleg di setiap pemilu akan terus meningkat, maka dibutuhkan modal
politik yang signifikan dan potensi kebijakan moneter yang sangat tinggi.
3) Menghitung suara itu rumit. Dari perspektif sistem kepartaian, sistem
proporsional mendorong perpecahan partai, tidak mendorong integrasi dan
kerja sama partai, tetapi justru memperparah perbedaan yang ada. Pada
umumnya, ketika terjadinya konflik internal anggota partai cenderung
membentuk partai baru, menurut Analisa politik partai baru tersebut
memiliki peluang untuk menggabungkan sisa suara dan memenangkan
kursi melalui pemilu.

7
Tanjung, “Mengenal Sistim Proporsional Terbuka Di Indonesia Menuju Pemilihan Umum Tahun 2024,”
131–132.
8
Muhammad Revan Fauzano Makarim and Khairul Fahmi, “Permasalahan Dan Dampak Dari Implementasi
Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sistem Politik,” Journal of Social and Policy Issues 2, no. 2
(2022): 52, https://doi.org/10.58835/jspi.v2i2.39.
7
4) Representasi proporsional melalui sistem daftar memberi partai politik
posisi yang sangat kuat. sistem daftar ini memiliki Prosedur yang berbeda,
Namun yang paling umum adalah dalam memberikan daftar calon kepada
pemilih dilakukan oleh setiap partai politik. Pemilih memilih partai politik
yang mencakup semua kandidat untuk berbagai kursi yang diperebutkan
dan pemilih cukup dengan memilih salah satu daftar. Pasalnya, pejabat
terpilih (yang diusulkan oleh parpol dalam daftar) cenderung tidak
memiliki hubungan dekat dengan pemilih yang sejatinya hanya mencoblos
gambar. orang tidak tahu persis siapa itu, disinilah kelemahan sistem
proporsional.
5) Penugasan gender dan etnis sulit ditegakkan.
6) Kecenderungan terjadinya pergeseran sistem relasional dan prinsip
kedaulatan rakyat menuju kedaulatan partai. 9
2. Sistem Pemilu Proporsional Tertutup
Sistem proporsional tertutup adalah salah satu jenis dari sistem perwakilan
berimbang, di mana pemilih hanya dapat memilih partai politik secara keseluruhan
dan tidak dapat memilih kandidat secara langsung. Pada surat suara, tertera hanya
nama partai politik dan pemilih memilih melalui tanda gambar atau lambang partai.
Dalam sistem ini, kekuasaan menentukan daftar calon dan calon terpilih
sepenuhnya berada di tangan partai politik. Sebagai contoh, jika partai politik
memperoleh 2 kursi di daerah pemilihan (dapil), maka calon nomor urut 1 dan 2
dari partai tersebut yang akan terpilih. Jika partai hanya memperoleh 1 kursi, maka
hanya calon nomor urut 1 yang akan terpilih.
a. Kelebihan Sistem Proporsional Tertutup
(1) Menekan politik uang dan korupsi politik
Sistem proporsional tertutup dinilai mampu meminimalisasi politik
uang karena biaya pemilu yang lebih murah dibandingkan dengan
sistem proporsional terbuka.
(2) Partai politik sebagai kekuatan gagasan
Dalam sistem ini, partai politik memiliki peran penting sebagai
pembawa gagasan dan program ke dalam parlemen.
(3) Menguatkan tanggung jawab partai politik
Partai politik bertanggung jawab penuh dalam menentukan daftar
calon dan calon terpilih, sehingga dapat memperkuat kontrol partai
terhadap kader yang akan duduk di parlemen.
(4) Mudah menilai kinerja partai politik
Dalam sistem proporsional tertutup, masyarakat dapat dengan
mudah menilai kinerja partai politik berdasarkan komposisi dan kualitas
kader yang terpilih.

9
Tanjung, “Mengenal Sistim Proporsional Terbuka Di Indonesia Menuju Pemilihan Umum Tahun 2024,”
132.
8
b. Kekurangan Sistem Proporsional Tertutup
(1) Mengandalkan oligarki dan nepotisme
Dalam sistem proporsional tertutup, kekuasaan yang dimiliki oleh
partai politik dalam menentukan daftar calon dapat menyebabkan
praktik oligarki dan nepotisme. Hal ini dapat menghambat kemajuan
demokrasi dan mencegah munculnya calon-calon yang berkualitas
secara merata.
(2) Tidak ada kedekatan calon dengan pemilih
Dalam sistem ini, pemilih tidak memiliki pilihan langsung terhadap
calon tertentu. Sebagai akibatnya, tidak ada kedekatan personal antara
calon dan pemilih. Hal ini dapat mengurangi rasa kepercayaan dan
keterlibatan pemilih terhadap calon yang mewakili mereka.
(3) Calon kurang aspiratif
Dalam sistem proporsional tertutup, calon cenderung kurang
aspiratif karena mereka ditentukan oleh partai politik. Calon mungkin
lebih fokus pada kepentingan partai daripada aspirasi dan kebutuhan
pemilih secara individual. Ini dapat mengurangi kualitas representasi
politik dan inisiatif dari calon yang terpilih.
(4) Pendidikan politik berkurang
Dalam sistem proporsional tertutup, masyarakat cenderung hanya
memilih partai politik secara keseluruhan. Hal ini dapat mengurangi
kesadaran politik dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemilihan,
karena mereka tidak terlibat langsung dalam memilih calon individu
yang mereka yakini mewakili kepentingan mereka. 10
D. Cara Meningkatkan Demokrasi Melalui Sistem Pemilu
Seperti yang kita ketahui bersama, demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan
di mana kekuasaan berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki
hak untuk memilih pemimpin dan mengambil bagian dalam proses pengambilan
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Demokrasi juga menjamin hak asasi
manusia, kebebasan berbicara, dan kebebasan pribadi. Sehingga dalam hal untuk
meningkatkan demokrasi di dalam masyarakat dan lembaga pemerintahan ada
beberapa hal yang bisa dilakukan. Ada beberapa cara untuk meningkatkan demokrasi
melalui sistem pemilu. Berikut adalah beberapa saran berdasarkan hasil pencarian:
1. Mengoptimalkan kualitas pemilu
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas demokrasi adalah dengan
mengoptimalkan kualitas pemilu. Hal itu dapat dilakukan dengan memastikan
bahwa hak untuk memilih dan hak untuk dipilih ditegakkan, dan dengan melindungi
hak konstitusional warga negara. Hal ini bisa menjadi salah satu cara yang cukup

10
https://fahum.umsu.ac.id/sistem-proporsional-tertutup-kelebihan-dan-kekurangan/. di akses pada Tanggal
11 Juli 2023 Pukul 22.05 WITA.
9
efektif untuk meningkatkan demokrasi dikalangan masyarakat terutama di era
digital seperti sekarang ini. 11 Mahkamah Konstitusi adalah lembaga yang dapat
membantu memastikan bahwa pemilu diselenggarakan dengan baik dan adil.
2. Integritas peserta pemilu
Cara lain untuk memastikan integritas pemilu adalah dengan memastikan
bahwa semua peserta, termasuk penyelenggara pemilu, kandidat, dan masyarakat
memiliki integritas. Hal ini dapat dicapai dengan menegakkan norma dan aturan,
dan dengan mempromosikan keadilan pemilu. Integritas pemilu dapat terus
ditingkatkan dengan adanya berbagai sosialisasi dari pemerintah dan peranan
pihak-pihak terkait.12
3. Peran partai politik
Partai politik juga bisa berperan dalam meningkatkan integritas pemilu.
Partai politik memainkan peran penting dalam memastikan pemilu yang demokratis
dan aspiratif. Mereka dapat membantu memobilisasi pemilih, mempromosikan
transparansi, dan memastikan bahwa proses pemilihan berlangsung adil dan bebas
dari korupsi.
4. Meningkatkan partisipasi pemilih
Salah satu tantangan terbesar bagi demokrasi adalah partisipasi pemilih
yang rendah. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk menyediakan akses yang
mudah dan praktis untuk pendaftaran pemilih dan pemungutan suara, serta
memperkuat pendidikan demokrasi agar warga negara memiliki pemahaman yang
lebih baik tentang nilai-nilai demokrasi dan hak-hak mereka sebagai warga negara.
Di era sekarang ini KPU banyak melakukan promosi menarik yang berbentuk
animasi menarik untuk mengajak para pemilih khusunya para remaja dan pemuda.13
5. Mencegah korupsi pemilu
Korupsi pemilu, seperti pembelian suara, dapat merusak kredibilitas pemilu
dan demokrasi. Untuk mencegahnya, penting untuk menegakkan peraturan
perundang-undangan yang melarang praktik semacam itu, dan meningkatkan
kesadaran masyarakat akan bahaya korupsi pemilu. Money politik sudah menjadi
hal yang umum di masyarakat oleh karenanya untuk menunjang demokrasi melalui
sistem pemilu pemerintah dan pihak terkait harus lebih ketat dalam menenngakkan
peraturan-peraturan terkait pemilu agar demokrasi tetap dijunjung tinggi oleh
masyarakat dan pemerintah.14
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, demokrasi dapat ditingkatkan melalui
sistem pemilu dan memastikan bahwa pemilu dilakukan secara adil dan transparan.

11
Achmad Edi Subiyanto, “Pemilihan Umum Serentak Yang Berintegritas Sebagai Pembaruan Demokrasi
Indonesia,” Jurnal Konstitusi 17, no. 2 (2020): 362, https://doi.org/10.31078/jk1726.
12
Subiyanto, 365.
13
Komisi Pemilihan Umum, Buku Pintar Pemilu Dan Demokrasi (Bogor: Komisi Pemilihan Umum Kota
Bogor, 2020), 8–9.
14
Komisi Pemilihan Umum, 13.
10
BAB III

KESIMPULAN

1. Pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan dengan memberikan


kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan keputusan. Dimana
keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat. Arti lainnya adalah
rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemilu adalah mekanisme
memilih pemimpin- pemimpin yang akan menduduki jabatan politik strategis tertentu
di dalam lembaga-lembaga politik formal, yaitu lembaga eksekutif dan legislatif di
tingkat pusat dan daerah. Sistem pemilu adalah hubungan berbagai variabel untuk
mengonversi suara pemilih menjadi kursi yang akan diduduki calon terpilih di lembaga
legislatif maupun eksekutif.
2. Sistem proporsional (perwakilan berimbang) atau yang juga dikenal sebagai
proportional representation system atau multi member representation menawarkan
beberapa kursi untuk diperebutkan dalam suatu wilayah pemilihan.
3. Kelebihan penggunaan sistem proporsional terbuka secara efektif dapat dirasakan oleh
masyarakat dengan tidak adanya batasan hak-hak dari rakyat dalam bentuk apapun.
Namun dibalik itu penerapan sistem proporsional terbuka memiliki beberapa
kelemahan dan berdampak kepada kekacauan sistem politik. Bukan hanya proses
electoral saja yang bisa tercoreng, namun elit-elit yang dihasilkan pun akan sangat
sedikit yang memiliki integritas akibat dari penerapan sistem pemilu yang berpotensi
terciptanya money politics dan kecurangan-kecurangan lainnya. Sedangkan kelebihan
Sistem Proporsional Tertutup yaitu (1) Menekan politik uang dan korupsi politik (2)
Partai politik sebagai kekuatan gagasan (3) Menguatkan tanggung jawab partai politik
(4) Mudah menilai kinerja partai politik, namun dibalik itu terdapat beberapa
kekurangan sistem proporsional tertutup yaitu (1) Mengandalkan oligarki dan
nepotisme (2) Tidak ada kedekatan calon dengan pemilih (3) Calon kurang aspiratif (4)
Pendidikan politik berkurang.
4. Untuk meningkatkan demokrasi melalui sistem pemilu dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya : (1) Mengoptimalkan kualitas pemilu (2) Integritas peserta
pemilu (3) Peran partai politik (4) Meningkatkan partisipasi pemilih (5) Mencegah
korupsi pemilu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Indrawan, Jerry. Sistem Pemilu Di Indonesia. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2019.
Jurdi, Fajlurrahman. Pengantar Hukum Pemilihan Umum. Edisi Pert. Jakarta: Kencana, 2018.
Khairunnisa, Maulida, and Siti Fatimah. “Sistem Proporsional Terbuka Dan Tertutup Pada
Pemilu Di Indonesia Serta Kelebihan Dan Kekurangan.” Jurnal Tana Mana 4, no. 1
(2023): 46–48.
Makarim, Muhammad Revan Fauzano, and Khairul Fahmi. “Permasalahan Dan Dampak Dari
Implementasi Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sistem Politik.” Journal of
Social and Policy Issues 2, no. 2 (2022): 50–57. https://doi.org/10.58835/jspi.v2i2.39.
https://fahum.umsu.ac.id/sistem-proporsional-tertutup-kelebihan-dan-kekurangan/.
Nuryanto, Yuyuk. Cakap Berdemokrasi Ala Generasi Milenial Buku Pengayaan Materi
Pelajaran PKN. Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2019.
Risman, Laode, Suandi, And Basyarudin. “Pemilu Dalam Sistem Proporsional Terbuka
Perpektif Kedaulatan Rakyat.” Jurnal Pilar Keadilan 2, no. 1 (2022): 32–42.
https://doi.org/10.59635/jpk.v2i1.263.
Subiyanto, Achmad Edi. “Pemilihan Umum Serentak Yang Berintegritas Sebagai Pembaruan
Demokrasi Indonesia.” Jurnal Konstitusi 17, no. 2 (2020): 355.
https://doi.org/10.31078/jk1726.
Tanjung, Titony. “Mengenal Sistim Proporsional Terbuka Di Indonesia Menuju Pemilihan
Umum Tahun 2024.” BULLET : Jurnal Multidisiplin Ilmu 2, no. 1 (2023): 125–33.
https://journal.mediapublikasi.id/index.php/bullet.
Komisi Pemilihan Umum. Buku Pintar Pemilu Dan Demokrasi. Bogor: Komisi Pemilihan
Umum Kota Bogor, 2020.

12

Anda mungkin juga menyukai