DOSEN PENGAMPU :
1. FEBRIYANI (2021A1C085)
2. FERY DERMAWAN (2021A1C086)
Bismillaahirrahmaanirrohim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya dengan berkat rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberi
kemudahan dalam menyususn makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
“PENDIDIKAN DEMOKRASI PANCASILA” sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Mataram, 07
Maret 2023
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1 Demokrasi....................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................21
3.2 Saran............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),77.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Arti Demokrasi?
2. Apa Arti Partai Politik?
3. Apa Peran Partai Pilitik Dalam Demokrasi Di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Arti Demokrasi.
2. Untuk Mengetahui Arti Partai Politik.
3. Untuk Mengetahui Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia?
2
3.1 DEMOKRASI
Bangsa Yunani Kuno pada abad sebelum Masehi telah mempraktekkan sistem
demokrasi yang dilakukan secara langsung. Negara pada saat itu masih dalam skala
kota yang dikenal dengan istilah polis yang dimana di pusat polis tersedia agrora.
Agrora digunakan pada saat waktu tertentu bagi rakyat yang memenuhi kriteria
tertentu, kemudian membahas dan membicarakan segala sesuatu yang menyangkut
masalah negara. Pada kesempatan itu rakyat berkesempatan memberikan masukan
atau usulan kepada pemerintah sebagai rujukan bagi perumusan kebijakan-kebijakan
yang akan dikeluarkan negara, maka sistem demokrasi model Yunani Kuno disebut
sebagai sistem demokrasi langsung.2
Pada masa itu pengertian negara baru terbatas pada negara-kota (polis) yang
penduduknya berkisar kurang lebih 300.000, sementara yang boleh membicarakan
negara hanya terbatas pada orang dewasa, tidak berlaku bagi wanita, pedagang, dan
budak-budak, maka yang masuk dalam kategori warga negara rata-rata tidak lebih
dari 5000 orang dan sangat sedikit yang melebihi jumlah 20.000 orang.
Demokrasi secara etimologis, terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein atau cratos yang berarti
kekuasaan. Secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan
kekuasaan oleh rakyat. 3
2
Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik: Mengapa ada negara yang gagal dalam
melaksanakan demokrasi,Fokusmedia, Bandung, 2007, hlm. 77.
3
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prenadamedia
Group, Jakarta, 2015, hlm. 67.
4
Ibid., hlm. 68.
3
Bahwa dalam konteks negara modern, demokrasi tidak lagi bersifat langsung,
tetapi adanya badan-badan perwakilan yang di dalamnya duduk wakilwakil rakyat
untuk membawa keinginan, kemauan, serta bisa menampung aspirasi-aspirasi rakyat
tersebut. Demokrasi dengan sistem perwakilan di masingmasing negara tidaklah
sama. Adapun perbedaan itu dapat menunjuk kepada cara penunjukkannya dari pada
wakil-wakil rakyat, cara penyusunannya badan perwakilan, cara pengambilan
keputusan badan perwakilan, hubungan antara badan perwakilan dengan badan-badan
yang menyelenggarakan pemerintahan, serta tugas dan wewenang badan-badan
perwakilan tersebut. Secara keseluruhan menunjukkan di dalam menyelenggarakan
suatu sistem pemerintahan demokrasi dengan jalan perwakilan, namun jarang sekali
ketatanegaraan sesuatu negara sepenuhnya akan sama dengan ketatanegaraan
lainnya.5
4
melembaga, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah, menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur, membatasi
pemakaian kekerasan sampai batas minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya
keragaman, dan menjamin tegaknya keadilan. 8Saat ini demokrasi juga akan mempengaruhi
sendi-sendi dari suatu bentuk negara dan pemerintahan dari negara-negara yang ada di dunia
dalam tata hubungan dan pergaulan internasional.
Tujuan Demokrasi
8
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Pertama, Teras, Yogyakarta, 2011, hlm. 204.
5
Secara umum, demokrasi bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban dan
ketentraman di lingkungan masyarakat. Demokrasi akan menjamin hak-hak setiap
warga negara dan mengedepankan musyawarah untuk memecahkan solusi bersama
agar terjalin keamanan bersama di lingkungan masyarakat.
Adanya peran rakyat dalam pemerintahan juga akan membuat setiap warga negara
lebih bertanggung jawab terhadap peran yang dimilikinya sebagai seorang warga
negara yang wajib menjaga keutuhan negara.
5. Mencegah perselisihan
6
Dalam suatu negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang terjadi, akan
diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga diharapkan dengan menganut sistem
demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan antar kelompok dan dapat
menyelesaikan segala masalah secara damai.
Kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap
seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam negara yang memiliki kekuasaan penuh untuk
mengatur seluruh wilayah negara tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain.9
Kekuasaan berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sehingga kekuasaan
hendaklah diselenggarakan bersama-sama dengan rakyat dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
disalurkan dan diselenggarakan menurut prosedur konstitusional yang ditetapkan dalam
hukum dan konstitusi (constitusional democracy).12 Teori Kedaulatan Rakyat tidak
sependapat dengan Teori Kedaulatan Tuhan yang menyatakan negara memperoleh kekuasaan
dari rakyatnya dan bukan dari tuhan atau dari raja, oleh karena pada masa lampau rajaraja
menganggap dirinya sebagai Tuhan sendiri, seperti misalnya dalam cerita wayang, dimana
raja menganggap dirinya sebagai penjelmaan Wisnu ataupun menganggap sebagai anak
tuhan.
Negara hukum yang demokratis harus menjamin peran serta masyarkat dalam proses
pengambilan keputusan kenegaraan, setiap peraturan perundangundangan yang ditetapkan
dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat, hukum
9
C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru: Anggota IKAPI, Jakarta, 1985, hlm. 7.
10
Ibid., hlm. 71.
7
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan diterapkan
secara sepihak oleh dan /atau hanya untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan
prinsip-prinsip demokrasi.
Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa sebagai organisasi yang secara
khusus dipakai sebagai penghubung antara rakyat dengan Pemerintah, keberadaan Partai
Politik sejalan dengan munculnya pemikiran mengenai paham demokrasi dan kedaulatan
rakyat dalam penyelenggaraan sistem ketatanegaraan.
Sudah banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai pengertian Partai
Politik tersebut. Definisi-definisi tersebut antara lain 12
a. Carl J. Friedrich: Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin
Partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota Partainya
kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.
b. R.H. Soltou: Sekelompok warganegara yang sedikit banyak terorganisir, yang
bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan
memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum
mereka.
11
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),69.
12
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),69.
8
c. Sigmund Neumann: Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
d. Miriam Budiardjo: Suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara
konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaankebijaksanaan mereka.
Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jikalau Keberadaan partai Politik di negara modern
dipergunakan untuk mewujudkan tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab. Hal ini
mengingat sebelum dikenal adanya paham mengikut sertakan rakyat dalam sistem politik,
perebutan kekuasaan selalu dilakukan dengan cara kekerasan. “Kasus Ken Arok” dalam
sejarah Indonesia merupakan contoh yang dapat dipergunakan disini. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut di atas, maka pada hakikatnya Partai Politik adalah suatu
kelompok manusia yang terorganisir secara teratur baik dalam hal pandangan, tujuan maupun
tata cara rekruitmen keanggotaan, dengan tujuan pokok yakni menguasai, merebut ataupun
mempertahankan kekuasaannya dalam pemerintahan secara konstitusional.
13
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),70.
9
Tujuan Partai Politik
Tujuan Partai Politik. Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya
memiliki tujuantujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik. Tujuan
pembentukan suatu Partai politik, disamping yang utama adalah merebut, mempertahankan
ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara - juga dapat diperlihatkan
dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi Kantaprawira mengemukakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh Partai Politik pada umumnya mengandung tujuan :14
Dengan melihat aktivitas dari Partai Politik tersebut di atas, maka rakyat sebagai
subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan alternatif, yakni Partai
Politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik mereka. Berkaitan dengan hal ini,
di dalam struktur masyarakat yang masih paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi
kepada suatu Partai Politik tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut
oleh suatu Partai Politik. Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang
masih paternalistik, Partai Politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi Partai guna
memperoleh dukungan massa rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam kehidupan politik
ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak menjadi titik tolak utama untuk
memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan dan aktivitas Partai politik semacam ini
masih dapat dikategorikan sebagai Partai Politik tradisionil.
14
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),70..
10
Fungsi Partai Politik
Dalam suatu masyarakat yang modern, apalagi yang luas wilayahnya pendapat dan
aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang
pasir, apabila tidak ditampung dan disalurkan sedemikian rupa sehingga kesimpang siuran
pendapat dalam masyarakat menjadi lebih teratur. Pendapat dan sikap yang bermacam-
macam itu perlu diolah dan dirumuskan sehingga dapat disampaikan kepada pemerintah dan
pembuat keputusan lainnya dalam bentuk tuntutan atau usul kebijakan umum (public policy).
15
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),82.
11
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran partai sebagai jembatan adalah
sangat penting karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua
kelompok masyarakat dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan
masyarakat.
Akan tetapi sering pula terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi
menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan
keresahan dalam masyarakat. Keadaan semacam ini dapat menghambat berkembangnya
kehidupan politik yang sehat.
Partai juga mempunyai fungsi sebagai “sarana sosialisasi politik.” Sosialisasi politik
adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan, orientasi dan nilai-nilai dari
masyarakat dimana dia berada. Proses sosialisasi politik sudah mulai dari masa kecil dan
diselenggarakan melalui beberapa lembaga dan kegiatan, seperti pendidikan formal dan
informal, media massa, dan Partai Politik itu sendiri. Dalam negara berkembang yang
bangsanya heterogen, Partai Politik dapat membantu meningkatkan identitas nasional dan
pemupukan integrasi nasional.
Tidak disangkal pula bahwa ada kalanya Partai Politik mengutamakan kepentingan
partai diatas kepentingan nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada negara.
Dengan demikian Partai Politik mendidik pengikut-pengikutnya untuk melibatkan diri dalam
konteks yang sempit. Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana rekruitmen politik.”.
Rektuitmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak
orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikannya
organisasiorganisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda,
mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen
politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara
untuk menyeleksi caloncalon pemimpin.16
Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana pengatur konflik.” Dalam negara
demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat
sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi dalam masyarakat yang heterogen sifatnya,
maka perbedaan pendapat yang didasarkan perbedaan etnis, status sosial ekonomi atau agama
mudah sekali mengundang konflik. Pertikaianpertikaian semacam ini dapat diatasi dengan
16
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),83..
12
bantuan Partai Politik, sekurangkurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-
akibat negatinya seminimal mungkin.17
Dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, pada Bab V mengenai
Fungsi, Hak dan Kewajiban, Pasal 7 disebutkan fungsi dari Partai Politik adalah sebagai
sarana:
a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
b. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
untuk menyejahterakan masyarakat;
c. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; d. Partisipasi politik warga
negara; dan
d. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Fungsi dan peranan partai-partai politik juga akan terlihat dari diwujudkannya
Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur, dan adil dengan
mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi: 1. Mengembangkan
kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, 2. Menyalurkan kepentingan masyarakat
dalam pembuatan kebijakan negara, serta 3. Meminta dan mempersiapkan anggota
masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta membina dan mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. 4.
Partai Politik juga merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan tuntutan
dalam proses politik.18
17
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),84.
18
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),84-
85..
13
Klasifikasi Partai Politik
Banyak jenis dan bentuk Partai Politik yang hidup dan berkembang di dalam suatu kehidupan
ketatanegaraan. Berkaitan dengan hal inilah, maka pada hakikatnya Klasifikasi Partai Politik
dapat digambarkan sebagai berikut:19
2. Klasifikasi Partai Politik ditinjau Dari Sifat dan Orientasinya. Partai Politik dengan
Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu :
a. Partai Lindungan (Patronage Party), yaitu suatu Partai Politik
yang pada umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor
(meskipun organisasi di tingkat lokal sering cukup ketat).
Disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan
pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utama dari Partai
Politik jenis ini adalah memenangkan Pemilihan Umum untuk
anggota-anggota yang dicalonkannya. Oleh sebab itu Partai
semacam ini hanya giat melaksanakan aktivitasnya menjelang
Pemilu. Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah Partai
Demokrat dan Republik di AS.
19
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),71.
14
b. Partai Ideologi (Partai Asas), yaitu suatu Partai Politik
(biasanya) yang mempunyai pandangan hidup yang digariskan
dalam kebijaksanaan pemimpin dan berpedoman pada disiplin
Partai yang kuat dan mengikat Hampir sebagian besar Partai-
partai Politik yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai
Partai Ideologi.
Berdasarkan dua klasifikasi besar mengenai Partai Politik tersebut di atas - jika Partai-
partai Politik itu akan melakukan koalisi - maka langkah yang paling mudah dan relatif
berhasil untuk ditempuh adalah dengan melakukan koalisi Partai Politik yang sama-sama
berjenis Partai Massa atau sama-sama Partai Lindungan. Koalisi antar Partai Kader atau antar
Partai Ideologi relatif 72 sulit untuk dilakukan. Apalagi Koalisi antar Partai Politik dengan
Ideologi yang jauh berseberangan. Misal Koalisi antar Partai yang berideologikan keagamaan
tertentu.20
System Kepartaian
a) Sistem Partai Tunggal (the single party system). Istilah ini dipergunakan untuk Partai
Politik yang benar-benar merupakan satu-satunya Partai Politik dalam suatu Negara,
maupun untuk Partai Politik yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa
Partai politik lainnya. Namun demikian - oleh para sarjana - dianggap merupakan
bentuk penyangkalan diri (contradictio in terminis), mengingat dalam pengertian
sistem itu sendiri akan selalu mengandung lebih dari satu unsur atau komponen.
Kecenderungan untuk mengambil sistem Partai Tunggal disebabkan, karena Pimpinan
negara-negara baru sering dihadapkan masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai
golongan, daerah, suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya.
Dikhawatirkan bahwa bila keanekaragaman sosial budaya ini dibiarkan tumbuh dan
berkembang, besar kemungkinan akan terjadi gejolak-gejolak sosial yang
menghambat usaha-usaha pembangunan dan menimbulkan disintegrasi.
20
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),73.
15
b) Sistem dua Partai (two party system). Menurut Maurice Duverger, sistem ini adalah
khas Anglo Saxon (Amerika, Filipina). Dalam sistem ini Partaipartai Politik dengan
jelas dibagi kedalam Partai Politik yang berkuasa (karena menang dalam Pemilihan
Umum) dan Partai Oposisi (karena kalah dalam Pemilihan Umum).17
c) Sistem Banyak Partai (multy party system). Pada umumnya sistem kepartaian semua
ini muncul karena adanya keanekaragaman sosial budaya dan politik yang terdapat di
dalam suatu negara.21
Peran partai politik dalam menegakkan demokrasi di Indonesia cukup penting. Antara
lain, Partai Politik harus dapat mengadakan pendidikan politik agar masyarakat tidak saja
sadar hukum tetapi juga dewasa dalam berpolitik. Hal ini tentunya harus ditunjukkan oleh
para elite politiknya terlebih dahulu. Sebab bagaimana mungkin masyarakat akan menjadi
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara apabila tokoh panutannya tidak memberi contoh suri teladan yang baik.22
Lebih parahnya lagi apabila di Indonesia tidak ada satu pun yang dapat dijadikan
panutan, sehingga masyarakat awam, pinggiran dan desa selalu menanti datangnya “ratu adil”
atau “satria piningit”, seorang pemimpin yang akan membawa perubahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
Partai-partai politik dalam masa transisi ini seharusnya mengisi ruang publik dengan
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan program-program yang rasional.
Sementara dari segi pendidikan demokrasi rakyat dapat kita lihat, dengan banyaknya
Partai Politik tentunya rakyat akan dapat memilih mana yang lebih sesuai dengan
21
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),73.
22
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),85.
16
keinginannya. Seorang buruh, misalnya, mungkin akan lebih cocok bila bergabung dengan
Partai Buruh Seluruh Indonesia (PBSI) pimpinan Mochtar Pakpahan, daripada bergabung ke
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarnoputri, meskipun
katanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P memperjuangkan nasib wong cilik.
Dengan pilihan yang sudah diikutinya ini, dia akan lebih enak untuk menggunakan hak-
haknya sebagai warga negara dalam berdemokrasi.
Partai Politik juga harus dapat menciptakan iklim yang kondusif yang dapat menjadi
perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Partai
Politik dengan elite politiknya justru memperkeruh keadaan dengan manuvermanuver
politiknya.
Politik uang (money politic) yang terjadi di beberapa daerah seperti di Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Riau, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Pelaku politik uang
yang terbanyak adalah mereka yang mewakili partainya, baik pengurus, anggota maupun
simpatisan. Seringkali petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), aparat
pemerintah (camat, lurah), saksi parpol di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan aparat
keamanan yang bersimpati mendukung partai tertentu turut ambil bagian dalam melakukan
politik uang ini. Selain politik uang, terdapat juga kasus intimidasi, walaupun kasusnya tidak
begitu besar, namun intensitas intimidasi tersebut cukup memprihatinkan pelaksanaan pemilu
pasca Soeharto ini. Intimidasi pada umumnya dilakukan terhadap pemilih, pemantau maupun
petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan ditujukan untuk
mempengaruhi pemilih.
Intimidasi yang dilakukan partai-partai politik dalam tingkat lokal masih kentara
sekali, Partai Politik besar banyak yang mempunyai hubungan erat dengan birokrasi dan
aparat keamanan - untuk memenangkan partainya.
Pelanggaran lainnya yang dilakukan Partai Politik adalah yang menyangkut segi
pendanaan. Walaupun Pasal 8 Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
sudah mengatur tentang keuangan Partai Politik, dimana hal ini adalah berfungsi untuk
menghindari politik uang (money politic). Namun, partai-partai, seperti Partai Golongan
Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sebelumnya
dicurigai mempunyai dana yang besar tidak mengindahkannya dengan melakukan kampanye
televisi dengan biaya jutaan hingga milyaran rupiah.
17
Untuk kecurangan dan pelanggaran yang terjadi, langkah yang dapat diambil adalah
dengan mengadakan Rekonsiliasi Nasional atau Konsensus dan semua pihak harus
mempunyai semangat untuk itu. Sebab jika hal itu ditarik ke penyelesaian legalistik,
dikhawatirkan hasilnya nanti bisa Pemilihan Umum ulang. Dan kalau Pemilihan Umum ulang
belum tentu hasilnya jujur dan adil (jurdil), janganjangan tetap tingkat kecurangannya tinggi
juga. Karena itu, bukan hanya human error yang jadi sebab kecurangan, tetapi juga rekayasa
dan system error.23
Dalam suatu demokrasi seharusnya pelanggaran terhadap keadilan tidak akan terlalu
sering terjadi, oleh karena golongan-golongan terbesar diwakili dalam lembaga-lembaga
perwakilan, tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa beberapa golongan akan merasa
diperlakukan tidak adil. Maka yang dapat dicapai secara maksimal adalah suatu keadilan
yang relatif (relative justice).
Dulu, ketika Orde Baru berkuasa, Partai Politik menang karena rekayasa dan
melakukan kecurangan. Oleh karena itu pemerintahan Orde Baru mengalami degradasi,
kemudian Soeharto diturunkan setelah baru setahun menjabat karena pemilunya dianggap
curang. Selain itu, partai-partai politik juga mempunyai kelemahan dalam penyediaan
anggota-anggota mereka di dalam panitia penyelenggaraan pemilihan maupun saksi-saksi di
Tempat Pemungutan Suara (TPS). Banyak di antara mereka yang tidak tahu bagaimana tugas
panitia atau pun saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pada akhirnya, hal ini
menyebabkan banyaknya pelanggaran terhadap prosedur pelaksanaan Pemilihan Umum yang
dilakukan oleh petugas atau panitia Pemilihan Umum.
Dalam sistem demokrasi, Partai Politik juga berperan sebagai penyerap, penghimpun
dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara.
18
Karena tidak cukup waktu untuk sosialisasi dan kurangnya sumber dana, sehingga
partai-partai baru tidak dikenal oleh masyarakat, sehingga perolehan suara partai-partai baru
masih sedikit, ditambah lagi kecurangan-kecurangan dan pelanggaran dalam proses
Pemilihan Umum. 24
Dan hal ini yang terus menjadi perhatian parta-partai baru untuk menuntaskan
pelanggaran dan kecurangan. Sebagai contoh, Pemilihan Umum tahun 1999 meski banyak
yang mengatakan berlangsung dengan “Jurdil”, tetapi masih jauh dari harapan. Ia lebih
merupakan representasi dari praktek demokrasi politik yang semu (pseudo political-
democracy). Partai-partai lebih dikenal melalui tokoh-tokohnya, benderanya dan uangnya.
Kondisi inilah yang memungkinkan terciptanya keikutsertaan masyarakat tidak didasari oleh
aspirasi politik yang sehat.
24
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),87.
25
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),88.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi tidak hanya merupakan suatu bentuk negara ataupun sistem
pemerintahan tetapi juga suatu gaya hidup serta tata masyarakat tertentu yang
karena itu juga mengandung unsurunsur moril sehingga dapat dikatakan
bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (values). Penggantian pemimpin
dalam suatu demokrasi satu-satunya cara adalah dengan melalui proses
pemilihan umum (Pemilu). Di dalam penyelenggaraan Pemilu ini partai politik
memiliki pengaruh dan peran yang sangat vital karena partai politik adalah
media dalam pelaksanaan pemilu bagi rakyat untuk memilih wakil-wakil
rakyatnya yang akan duduk dalam lembaga negara. Partai Politik adalah setiap
organisasi yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara
sukarela atas persamaan kehendak untuk memperjuangkan baik kepentingan
anggotanya maupun bangsa dan negara melalui pemilihan umum.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi
wacana yang membuka pola piker pembaca dan memberi saran yang sifatnya
tersirat maupun tersurat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik: Mengapa ada negara yang gagal
dalam melaksanakan demokrasi,Fokusmedia, Bandung, 2007.
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, Prenadamedia Group, Jakarta, 2015.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Pertama, Teras, Yogyakarta, 2011.
C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru: Anggota IKAPI, Jakarta, 1985.
21