Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“DEMOKRASI DI PARTAI POLITIK”

GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN DEMOKRASI PANCASILA

DOSEN PENGAMPU :

Drs. H Kamaluddin Ha,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :

1. FEBRIYANI (2021A1C085)
2. FERY DERMAWAN (2021A1C086)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohim,

Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya dengan berkat rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberi
kemudahan dalam menyususn makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
“PENDIDIKAN DEMOKRASI PANCASILA” sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi


Muhammad SAW, yang telah menuntut kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan
yang penuh dengan cahaya yaitu Agama Islam.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.


Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Olehkarena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah kami.

Mataram, 07
Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

2.1 Latar Belakang.............................................................................................1


2.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
2.3 Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1 Demokrasi....................................................................................................3

2.2 Partai Politik................................................................................................8

2.3 Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia...................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................................21

3.1 Kesimpulan..................................................................................................21

3.2 Saran............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi bukanlah suatu bentuk pemerintahan yang timbul dengan
sendirinya, tetapi melalui tahapan evolusi. Demokrasi tidak hanya merupakan suatu
bentuk negara ataupun sistem pemerintahan tetapi juga suatu gaya hidup serta tata
masyarakat tertentu yang karena itu juga mengandung unsur-unsur moril sehingga
dapat dikatakan bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (values). Salah satu
nilai dari demokrasi menurut Henry B. Mayo adalah menyelenggarakan penggantian
pemimpin secara teratur (orderly succesion of rules). Banyaknya partai politik yang
ikut berperan dalam pentas politik pada Pemilu 2004 ini tentunya mempunyai
pengaruh dan peranan tersendiri, baik partai politik yang besar, maupun partai politik
yang gurem, sedikit banyak akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang berkembang. Suatu
ciri tertentu dari negara yang sedang berkembang adalah melaksanakan pembangunan
di segala bidang, seperti bidang pendidikan, bidang hukum, bidang politik, bidang
ekonomi, yang masing-masing mempunyai tujuan dan sasaran. Sehingga dapat
dikatakan perubahanperubahan yang terjadi dalam kancah politik, merupakan salah
satu ciri dinamisnya pembangunan nasional yang dilaksanakan di negara Republik
Indonesia.
Perubahan yang terjadi dalam bidang politik itu misalnya adalah sistem
demokrasi dan perubahan partai-partai politik. Karena secara teoretis sistem politik
dan situasi politik sangat menentukan corak dan warna sistem kepartaian suatu
negara. Dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam
tiga masa: 1. Masa Demokrasi Konstitusional, yang menonjolkan peranan parlemen
serta partai-partai yang karena itu dinamakan Demokrasi Parlementer 2. Masa
Demokrasi Terpimpin, yang dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi
konstitusionil yang secara formil merupakan landasannya. 3. Masa Demokrasi
Pancasila, yang merupakan demokrasi konstitusionil yang menonjolkan sistem
presidensil.1

1
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),77.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Arti Demokrasi?
2. Apa Arti Partai Politik?
3. Apa Peran Partai Pilitik Dalam Demokrasi Di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Arti Demokrasi.
2. Untuk Mengetahui Arti Partai Politik.
3. Untuk Mengetahui Peran Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia?

2
3.1 DEMOKRASI

 Sejarah Dan Pengertian Demokrasi

Bangsa Yunani Kuno pada abad sebelum Masehi telah mempraktekkan sistem
demokrasi yang dilakukan secara langsung. Negara pada saat itu masih dalam skala
kota yang dikenal dengan istilah polis yang dimana di pusat polis tersedia agrora.
Agrora digunakan pada saat waktu tertentu bagi rakyat yang memenuhi kriteria
tertentu, kemudian membahas dan membicarakan segala sesuatu yang menyangkut
masalah negara. Pada kesempatan itu rakyat berkesempatan memberikan masukan
atau usulan kepada pemerintah sebagai rujukan bagi perumusan kebijakan-kebijakan
yang akan dikeluarkan negara, maka sistem demokrasi model Yunani Kuno disebut
sebagai sistem demokrasi langsung.2

Pada masa itu pengertian negara baru terbatas pada negara-kota (polis) yang
penduduknya berkisar kurang lebih 300.000, sementara yang boleh membicarakan
negara hanya terbatas pada orang dewasa, tidak berlaku bagi wanita, pedagang, dan
budak-budak, maka yang masuk dalam kategori warga negara rata-rata tidak lebih
dari 5000 orang dan sangat sedikit yang melebihi jumlah 20.000 orang.

Demokrasi secara etimologis, terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein atau cratos yang berarti
kekuasaan. Secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan
kekuasaan oleh rakyat. 3

Menurut Joseph A. Schmeter, secara terminologis demokrasi merupakan suatu


perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.4

2
Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik: Mengapa ada negara yang gagal dalam
melaksanakan demokrasi,Fokusmedia, Bandung, 2007, hlm. 77.
3
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prenadamedia
Group, Jakarta, 2015, hlm. 67.
4
Ibid., hlm. 68.

3
Bahwa dalam konteks negara modern, demokrasi tidak lagi bersifat langsung,
tetapi adanya badan-badan perwakilan yang di dalamnya duduk wakilwakil rakyat
untuk membawa keinginan, kemauan, serta bisa menampung aspirasi-aspirasi rakyat
tersebut. Demokrasi dengan sistem perwakilan di masingmasing negara tidaklah
sama. Adapun perbedaan itu dapat menunjuk kepada cara penunjukkannya dari pada
wakil-wakil rakyat, cara penyusunannya badan perwakilan, cara pengambilan
keputusan badan perwakilan, hubungan antara badan perwakilan dengan badan-badan
yang menyelenggarakan pemerintahan, serta tugas dan wewenang badan-badan
perwakilan tersebut. Secara keseluruhan menunjukkan di dalam menyelenggarakan
suatu sistem pemerintahan demokrasi dengan jalan perwakilan, namun jarang sekali
ketatanegaraan sesuatu negara sepenuhnya akan sama dengan ketatanegaraan
lainnya.5

Menurut Maurice Durverger di dalam bukunya “les Regimes Politique”, cara


pemerintahan dalam arti demokrasi di mana golongan yang memerintah dan golongan
yang diperintah itu adalah sama dan tidak terpisah-pisah, sehingga di dalam suatu
sistem pemerintahan negara, semua orang atau rakyat kedudukannya sama untuk
memerintah dan juga untuk diperintah.6

Bahwa dalam melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan


beberapa lembaga, yaitu :7

a. Pemerintahan yang bertanggung jawab,


b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan
dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat dan yang dipipilih
dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia dan atas dasar
sekurang-kurangnya dua calon untuk setiap kursi,
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik,
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat,
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan
mempertahankan keadilan.

Bahwa demokrasi juga mengandung unsur-unsur moral, sehingga demokrasi didasari


beberapa nilai (value), yakni menyelesaikan persoalan perselisihan dengan damai dan secara
5
Op.Cit.,Demokrasi dan SistemPemerintahanNegara, hlm. 25.
6
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 242.
7
Ibid., hlm. 245.

4
melembaga, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah, menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur, membatasi
pemakaian kekerasan sampai batas minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya
keragaman, dan menjamin tegaknya keadilan. 8Saat ini demokrasi juga akan mempengaruhi
sendi-sendi dari suatu bentuk negara dan pemerintahan dari negara-negara yang ada di dunia
dalam tata hubungan dan pergaulan internasional.

Mengenai akibat dianutnya dan dijalankannya faham absolutisme yang merupakan


suatu faham dimana kekuasaan dalam negara secara mutlak berada dalam tangan satu orang
atau satu badan, kemudian terdapat perbedaan yang mencolok antara golongan yang berkuasa
dan mereka yang tidak berkuasa, sehingga segala sesuatu dijalankan oleh golongan yang
berkuasa ditujukan hanya untuk kepentingan golongannya sendiri. Demokrasi di bidang
politik dengan ditumbangkannya kekuasaan yang berada di tangan seseorang atau badan
dalam negara duduklah wakil-wakil golongan rakyat di dalam lembaga perwakilan rakyat
yang mempunyai konsekuensi, yaitu adanya lembaga perwakilan rakyat, adanya seleksi
melalui pemilihan umum yang bebas dan rahasia maupun dengan cara lain, adanya partai
politik, dan adanya lembaga yang mempunyai tugas pelaksanaan yang bertanggung jawab
kepada rakyat melalui badan perwakilan rakyat.

 Tujuan Demokrasi

Secara umum, tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera,


adil dan makmur dengan konsep mengedepankan keadilan, kejujuran dan keterbukaan. Pada
konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga meliput :
1. Kebebasan berpendapat
Tujuan demokrasi adalah memberi kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi.
Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, dimana rakyatnya memiliki
kebebasan untuk memberikan pendapat dan menyuarakan aspirasi dan ekspresi
mereka. Hal ini menjadi hal yang fundamental bagi negara demokrasi. Penjaminan
hak dasar ini juga dilakukan dengan terbuka sebagai cara mengungkap dan mengatasi
adanya masalah sosial yang belum terwujud.

2. Menciptakan keamanan dan ketertiban

8
Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Pertama, Teras, Yogyakarta, 2011, hlm. 204.

5
Secara umum, demokrasi bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban dan
ketentraman di lingkungan masyarakat. Demokrasi akan menjamin hak-hak setiap
warga negara dan mengedepankan musyawarah untuk memecahkan solusi bersama
agar terjalin keamanan bersama di lingkungan masyarakat.

3. Mendorong masyarakat aktif dalam pemerintahan

Demokrasi mengedepankan kedaulatan rakyat, sehingga rakyat akan dilibatkan dalam


setiap proses pemerintahan, mulai dari pemilihan umum secara langsung hingga
memberi aspirasi terkait kebijakan publik. Rakyat yang didorong aktif terlibat dalam
bidang politik guna memajukan kinerja pemerintahan negara tersebut.

Adanya peran rakyat dalam pemerintahan juga akan membuat setiap warga negara
lebih bertanggung jawab terhadap peran yang dimilikinya sebagai seorang warga
negara yang wajib menjaga keutuhan negara.

4. Membatasi kekuasaan pemerintahan

Kekuasaan tertinggi dalam negara yang menganut sistem pemerintahan


demokrasi, ada di tangan rakyat. Artinya rakyat berhak memberi aspirasi dan kritik
pada pemerintahan. Sistem pemerintahan demokrasi juga bertujuan membatasi
kekuasaan pemerintahan, agar tidak menimbulkan kekuasaan absolut atau diktator.
Dengan demokrasi diharapkan akan menciptakan pemerintah yang bertanggung
jawab, dimana Pemerintahan hanya berfungsi sebagai wakil rakyat yang ditugasi
untuk merangkum semua kebutuhan rakyat.

Rakyat dapat menilai dan menuntut apabila ada ketidaksesuaian antara


kebutuhan dengan kebijakan yang dirumuskan. Rakyat dapat mengajukan tuntutan
apabila pemerintah melakukan penyelewengan terhadap kebijakan yang telah dibuat.

5. Mencegah perselisihan

6
Dalam suatu negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang terjadi, akan
diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga diharapkan dengan menganut sistem
demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan antar kelompok dan dapat
menyelesaikan segala masalah secara damai.

 Paham Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap
seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam negara yang memiliki kekuasaan penuh untuk
mengatur seluruh wilayah negara tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain.9

Kekuasaan berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sehingga kekuasaan
hendaklah diselenggarakan bersama-sama dengan rakyat dan pelaksanaan kedaulatan rakyat
disalurkan dan diselenggarakan menurut prosedur konstitusional yang ditetapkan dalam
hukum dan konstitusi (constitusional democracy).12 Teori Kedaulatan Rakyat tidak
sependapat dengan Teori Kedaulatan Tuhan yang menyatakan negara memperoleh kekuasaan
dari rakyatnya dan bukan dari tuhan atau dari raja, oleh karena pada masa lampau rajaraja
menganggap dirinya sebagai Tuhan sendiri, seperti misalnya dalam cerita wayang, dimana
raja menganggap dirinya sebagai penjelmaan Wisnu ataupun menganggap sebagai anak
tuhan.

Perwujudan demokrasi haruslah diatur berdasarkan atas hukum yang memerlukan


instrumen hukum, efektifitas dan keteladanan kepemimpinan, dukungan sistem pendidikan
masyarakat, serta basis kesejahteraan sosial ekonomi yang berkembang makin merata dan
berkeadilan. Bahwa prinsip kedaulatan rakyat (democratie) dan kedaulatan hukum
(nomocratie) hendaklah diselenggaraka secara beriringan, maka Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia itu adalah Negara Hukum yang demokratis (democratische
rechtsstaat) dan Negara Demokrasi yang berdasar atas hukum (constitusional democracy)
yang tidak terpisahkan sebagai perwujudan nyata dari keyakinan segenap bangsa Indonesia
akan prinsip ke-Maha-Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa.10

Negara hukum yang demokratis harus menjamin peran serta masyarkat dalam proses
pengambilan keputusan kenegaraan, setiap peraturan perundangundangan yang ditetapkan
dan ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat, hukum

9
C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru: Anggota IKAPI, Jakarta, 1985, hlm. 7.
10
Ibid., hlm. 71.

7
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan diterapkan
secara sepihak oleh dan /atau hanya untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan
prinsip-prinsip demokrasi.

3.2 PARTAI POLITIK

Keberadaan Partai Politik dalam kehidupan ketatanegaraan pertama kali dijumpai di


Eropa Barat, yakni sejak adanya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang patut
diperhitungkan serta diikut sertakan dalam proses politik, Dengan adanya gagasan untuk
melibatkan rakyat dalam proses politik (kehidupan dan aktifitas ketatanegaraan), maka secara
spontan Partai Politik berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan
pemerintah di pihak lain.11

Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa sebagai organisasi yang secara
khusus dipakai sebagai penghubung antara rakyat dengan Pemerintah, keberadaan Partai
Politik sejalan dengan munculnya pemikiran mengenai paham demokrasi dan kedaulatan
rakyat dalam penyelenggaraan sistem ketatanegaraan.

Sudah banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai pengertian Partai
Politik tersebut. Definisi-definisi tersebut antara lain 12

a. Carl J. Friedrich: Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin
Partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota Partainya
kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.
b. R.H. Soltou: Sekelompok warganegara yang sedikit banyak terorganisir, yang
bertindak sebagai satu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan
memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum
mereka.

11
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),69.
12
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),69.

8
c. Sigmund Neumann: Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan melawan golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
d. Miriam Budiardjo: Suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara
konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaankebijaksanaan mereka.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, kita dapat melihat adanya “benang


merah” hubungan pengertian antara pendapat yang satu dengan yang lain, yaitu bahwa tujuan
Partai Politik itu didirikan adalah untuk merebut ataupun mempertahankan kekuasaan dalam
pemerintahan guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh
masing-masing Partai Politik. Untuk merebut dan mempertahankan penguasaannya di dalam
Pemerintahan tentunya dilakukan secara konstitusional. Hal ini berarti keberadaan Partai
Politik juga dimaksudkan sebagai sarana untuk meredam konflik kepentingan ataupun
persaingan yang muncul di lingkungan masyarakat dalam mempengaruhi pemerintahan.13

Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jikalau Keberadaan partai Politik di negara modern
dipergunakan untuk mewujudkan tatanan kehidupan kenegaraan yang lebih beradab. Hal ini
mengingat sebelum dikenal adanya paham mengikut sertakan rakyat dalam sistem politik,
perebutan kekuasaan selalu dilakukan dengan cara kekerasan. “Kasus Ken Arok” dalam
sejarah Indonesia merupakan contoh yang dapat dipergunakan disini. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut di atas, maka pada hakikatnya Partai Politik adalah suatu
kelompok manusia yang terorganisir secara teratur baik dalam hal pandangan, tujuan maupun
tata cara rekruitmen keanggotaan, dengan tujuan pokok yakni menguasai, merebut ataupun
mempertahankan kekuasaannya dalam pemerintahan secara konstitusional.

13
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),70.

9
 Tujuan Partai Politik

Tujuan Partai Politik. Setiap organisasi yang dibentuk oleh manusia tentunya
memiliki tujuantujuan tertentu. Demikian pula organisasi yang disebut Partai Politik. Tujuan
pembentukan suatu Partai politik, disamping yang utama adalah merebut, mempertahankan
ataupun menguasai kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara - juga dapat diperlihatkan
dari aktivitas yang dilakukan. Rusadi Kantaprawira mengemukakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh Partai Politik pada umumnya mengandung tujuan :14

a. Berpartisipasi dalam sektor pemerintahan, dalam arti mendudukkan orang-orangnya


menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta mengambil atau menentukan
keputusan politik atau output pada umumnya;
b. Berusaha melakukan pengawasan, bahkan oposisi bila perlu terhadap kelakuan,
tindakan, kebijaksanaan para pemegang otoritas (terutama dalam keadaan mayoritas
pemerintahan tidak berada dalam tangan Partai Politik yang bersangkutan).
c. Berperan untuk dapat memadu (streamlining) tuntutan-tuntutan yang masih mentah
(raw opinion), Sehingga Partai Politik bertindak sebagai penafsir kepentingan dengan
mencanangkan isu-isu politik (political issue) yang dapat dicerna dan diterima oleh
masyarakat secara luas

Dengan melihat aktivitas dari Partai Politik tersebut di atas, maka rakyat sebagai
subyek dalam sistem ketatanegaraan dapat melakukan pilihan-pilihan alternatif, yakni Partai
Politik mana yang akan diikuti atau menjadi saluran politik mereka. Berkaitan dengan hal ini,
di dalam struktur masyarakat yang masih paternalistik, maka pilihan rakyat untuk berafiliasi
kepada suatu Partai Politik tertentu sangat ditentukan oleh ideologi atau aliran yang dianut
oleh suatu Partai Politik. Oleh sebab itulah di dalam negara dengan struktur masyarakat yang
masih paternalistik, Partai Politik gemar untuk memainkan ideologi-ideologi Partai guna
memperoleh dukungan massa rakyat, sehingga memperkuat posisi dalam kehidupan politik
ketatanegaraan. Penekanan mengenai program kehendak menjadi titik tolak utama untuk
memperoleh dukungan massa rakyat. Kehidupan dan aktivitas Partai politik semacam ini
masih dapat dikategorikan sebagai Partai Politik tradisionil.

14
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),70..

10
 Fungsi Partai Politik

Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi mengembangkan


kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, menyalurkan kepentingan masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara, serta meminta dan mempersiapkan anggota masyarakat dalam
pembuatan kebijakan negara, serta membina dan mempersiapkan anggota masyarakat untuk
mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. Partai Politik juga
merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik.
Semua fungsi ini diwujudkan melalui Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara
demokratis, jujur, dan adil dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia.15

Dalam negara demokratis, Partai Politik menyelenggarakan beberapa fungsi, salah


satu fungsi ialah sebagai “sarana komunikasi politik.” Kedudukan partai adalah sebagai
jembatan antara “mereka yang memerintah” (the rules) dengan “mereka yang diperintah” (the
ruled).

Dalam suatu masyarakat yang modern, apalagi yang luas wilayahnya pendapat dan
aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di padang
pasir, apabila tidak ditampung dan disalurkan sedemikian rupa sehingga kesimpang siuran
pendapat dalam masyarakat menjadi lebih teratur. Pendapat dan sikap yang bermacam-
macam itu perlu diolah dan dirumuskan sehingga dapat disampaikan kepada pemerintah dan
pembuat keputusan lainnya dalam bentuk tuntutan atau usul kebijakan umum (public policy).

Sikap-sikap dan tuntutantuntutan dari berbagai kelompok yang sedikit banyak


menyangkut hal yang sama dapat digabung menjadi satu, hal ini dinamakan “penggabungan
kepentingan” (interest aggregation). Penggabungan kepentingan ini dalam suatu sistem
politik merupakan input atau masukan yang nantinya akan disampaikan kepada instansi-
instansi yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat.

Karena memainkan peranan sebagai penghubung antara pemerintah dan warga


masyarakat maka dapat dikatakan pula Partai Politik menjalankan fungsinya sebagai
perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas). Kadang-kadang juga
dikatakan bahwa Partai Politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan
bagi masyarakat bertindak sebagai pengeras suara.

15
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),82.

11
Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran partai sebagai jembatan adalah
sangat penting karena di satu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua
kelompok masyarakat dan di pihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan
masyarakat.

Akan tetapi sering pula terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi komunikasi
menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan
keresahan dalam masyarakat. Keadaan semacam ini dapat menghambat berkembangnya
kehidupan politik yang sehat.

Partai juga mempunyai fungsi sebagai “sarana sosialisasi politik.” Sosialisasi politik
adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan, orientasi dan nilai-nilai dari
masyarakat dimana dia berada. Proses sosialisasi politik sudah mulai dari masa kecil dan
diselenggarakan melalui beberapa lembaga dan kegiatan, seperti pendidikan formal dan
informal, media massa, dan Partai Politik itu sendiri. Dalam negara berkembang yang
bangsanya heterogen, Partai Politik dapat membantu meningkatkan identitas nasional dan
pemupukan integrasi nasional.

Tidak disangkal pula bahwa ada kalanya Partai Politik mengutamakan kepentingan
partai diatas kepentingan nasional. Loyalitas yang diajarkan adalah loyalitas kepada negara.
Dengan demikian Partai Politik mendidik pengikut-pengikutnya untuk melibatkan diri dalam
konteks yang sempit. Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana rekruitmen politik.”.
Rektuitmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak
orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikannya
organisasiorganisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda,
mahasiswa, wanita dan sebagainya, kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen
politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus merupakan salah satu cara
untuk menyeleksi caloncalon pemimpin.16

Partai Politik juga berfungsi sebagai “sarana pengatur konflik.” Dalam negara
demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat
sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi dalam masyarakat yang heterogen sifatnya,
maka perbedaan pendapat yang didasarkan perbedaan etnis, status sosial ekonomi atau agama
mudah sekali mengundang konflik. Pertikaianpertikaian semacam ini dapat diatasi dengan

16
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),83..

12
bantuan Partai Politik, sekurangkurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-
akibat negatinya seminimal mungkin.17

Dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, pada Bab V mengenai
Fungsi, Hak dan Kewajiban, Pasal 7 disebutkan fungsi dari Partai Politik adalah sebagai
sarana:

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
b. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
untuk menyejahterakan masyarakat;
c. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional
dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; d. Partisipasi politik warga
negara; dan
d. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Fungsi dan peranan partai-partai politik juga akan terlihat dari diwujudkannya
Pemilihan Umum yang diselenggarakan secara demokratis, jujur, dan adil dengan
mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
Sebagai salah satu lembaga demokrasi, Partai Politik berfungsi: 1. Mengembangkan
kesadaran atas hak dan kewajiban politik rakyat, 2. Menyalurkan kepentingan masyarakat
dalam pembuatan kebijakan negara, serta 3. Meminta dan mempersiapkan anggota
masyarakat dalam pembuatan kebijakan negara, serta membina dan mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan mekanisme demokrasi. 4.
Partai Politik juga merupakan salah satu wahana guna menyatakan dukungan dan tuntutan
dalam proses politik.18

17
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),84.

18
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),84-
85..

13
 Klasifikasi Partai Politik

Banyak jenis dan bentuk Partai Politik yang hidup dan berkembang di dalam suatu kehidupan
ketatanegaraan. Berkaitan dengan hal inilah, maka pada hakikatnya Klasifikasi Partai Politik
dapat digambarkan sebagai berikut:19

1. Klasifikasi Partai Politik ditinjau dari Komposisi dan Fungsi Keanggotaannya.


Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis Partai Politik, yaitu:
a. Partai Massa, yakni suatu Partai Politik yang lebih mengutamakan
kekuatannya berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu
biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik
dalam masyarakat yang sepakat di bawahnya dalam memperjuangkan
suatu program yang biasanya luas dan agak kabur.
b. Partai Kader, yaitu suatu Partai Politik yang lebih mementingkan
keketatan organisasi dan disiplin kerja dan anggota-anggotanya.
Pemimpin Partai biasanya menjaga kemurnian doktrin Partai yang
dianut dengan jalan mengadakan saringan calon-calon anggotanya
secara ketat.

2. Klasifikasi Partai Politik ditinjau Dari Sifat dan Orientasinya. Partai Politik dengan
Klasifikasi semacam ini dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu :
a. Partai Lindungan (Patronage Party), yaitu suatu Partai Politik
yang pada umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor
(meskipun organisasi di tingkat lokal sering cukup ketat).
Disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan
pemungutan iuran secara teratur. Tujuan utama dari Partai
Politik jenis ini adalah memenangkan Pemilihan Umum untuk
anggota-anggota yang dicalonkannya. Oleh sebab itu Partai
semacam ini hanya giat melaksanakan aktivitasnya menjelang
Pemilu. Contoh yang dapat dikemukakan disini adalah Partai
Demokrat dan Republik di AS.

19
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),71.

14
b. Partai Ideologi (Partai Asas), yaitu suatu Partai Politik
(biasanya) yang mempunyai pandangan hidup yang digariskan
dalam kebijaksanaan pemimpin dan berpedoman pada disiplin
Partai yang kuat dan mengikat Hampir sebagian besar Partai-
partai Politik yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai
Partai Ideologi.

Berdasarkan dua klasifikasi besar mengenai Partai Politik tersebut di atas - jika Partai-
partai Politik itu akan melakukan koalisi - maka langkah yang paling mudah dan relatif
berhasil untuk ditempuh adalah dengan melakukan koalisi Partai Politik yang sama-sama
berjenis Partai Massa atau sama-sama Partai Lindungan. Koalisi antar Partai Kader atau antar
Partai Ideologi relatif 72 sulit untuk dilakukan. Apalagi Koalisi antar Partai Politik dengan
Ideologi yang jauh berseberangan. Misal Koalisi antar Partai yang berideologikan keagamaan
tertentu.20

 System Kepartaian

Dalam kehidupan Politik ketatanegaraan suatu negara, pada prinsipnya dikenal


adanya tiga sistem kepartaian, yaitu :

a) Sistem Partai Tunggal (the single party system). Istilah ini dipergunakan untuk Partai
Politik yang benar-benar merupakan satu-satunya Partai Politik dalam suatu Negara,
maupun untuk Partai Politik yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa
Partai politik lainnya. Namun demikian - oleh para sarjana - dianggap merupakan
bentuk penyangkalan diri (contradictio in terminis), mengingat dalam pengertian
sistem itu sendiri akan selalu mengandung lebih dari satu unsur atau komponen.
Kecenderungan untuk mengambil sistem Partai Tunggal disebabkan, karena Pimpinan
negara-negara baru sering dihadapkan masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai
golongan, daerah, suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya.
Dikhawatirkan bahwa bila keanekaragaman sosial budaya ini dibiarkan tumbuh dan
berkembang, besar kemungkinan akan terjadi gejolak-gejolak sosial yang
menghambat usaha-usaha pembangunan dan menimbulkan disintegrasi.

20
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),73.

15
b) Sistem dua Partai (two party system). Menurut Maurice Duverger, sistem ini adalah
khas Anglo Saxon (Amerika, Filipina). Dalam sistem ini Partaipartai Politik dengan
jelas dibagi kedalam Partai Politik yang berkuasa (karena menang dalam Pemilihan
Umum) dan Partai Oposisi (karena kalah dalam Pemilihan Umum).17
c) Sistem Banyak Partai (multy party system). Pada umumnya sistem kepartaian semua
ini muncul karena adanya keanekaragaman sosial budaya dan politik yang terdapat di
dalam suatu negara.21

3.3 PERAN PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRASI DI INDONESIA

Peran partai politik dalam menegakkan demokrasi di Indonesia cukup penting. Antara
lain, Partai Politik harus dapat mengadakan pendidikan politik agar masyarakat tidak saja
sadar hukum tetapi juga dewasa dalam berpolitik. Hal ini tentunya harus ditunjukkan oleh
para elite politiknya terlebih dahulu. Sebab bagaimana mungkin masyarakat akan menjadi
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara apabila tokoh panutannya tidak memberi contoh suri teladan yang baik.22

Lebih parahnya lagi apabila di Indonesia tidak ada satu pun yang dapat dijadikan
panutan, sehingga masyarakat awam, pinggiran dan desa selalu menanti datangnya “ratu adil”
atau “satria piningit”, seorang pemimpin yang akan membawa perubahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara

Partai-partai politik dalam masa transisi ini seharusnya mengisi ruang publik dengan
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan program-program yang rasional.

Bermacam-macam Partai Politik dengan bermacam-macam azas tentunya akan sangat


mempengaruhi sistem demokrasi dan pendidikan demokrasi rakyat. Sebagai contoh, bila
Partai Politik yang berazaskan agama Islam yang memenangi Pemilihan Umum, tentunya
akan merubah sistem demokrasi, dari Demokrasi Pancasila ke demokrasi yang sesuai dengan
Syariat agama Islam.

Sementara dari segi pendidikan demokrasi rakyat dapat kita lihat, dengan banyaknya
Partai Politik tentunya rakyat akan dapat memilih mana yang lebih sesuai dengan

21
Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret
2008),73.

22
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),85.

16
keinginannya. Seorang buruh, misalnya, mungkin akan lebih cocok bila bergabung dengan
Partai Buruh Seluruh Indonesia (PBSI) pimpinan Mochtar Pakpahan, daripada bergabung ke
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarnoputri, meskipun
katanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P memperjuangkan nasib wong cilik.
Dengan pilihan yang sudah diikutinya ini, dia akan lebih enak untuk menggunakan hak-
haknya sebagai warga negara dalam berdemokrasi.

Partai Politik juga harus dapat menciptakan iklim yang kondusif yang dapat menjadi
perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Partai
Politik dengan elite politiknya justru memperkeruh keadaan dengan manuvermanuver
politiknya.

Politik uang (money politic) yang terjadi di beberapa daerah seperti di Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Riau, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Pelaku politik uang
yang terbanyak adalah mereka yang mewakili partainya, baik pengurus, anggota maupun
simpatisan. Seringkali petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), aparat
pemerintah (camat, lurah), saksi parpol di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan aparat
keamanan yang bersimpati mendukung partai tertentu turut ambil bagian dalam melakukan
politik uang ini. Selain politik uang, terdapat juga kasus intimidasi, walaupun kasusnya tidak
begitu besar, namun intensitas intimidasi tersebut cukup memprihatinkan pelaksanaan pemilu
pasca Soeharto ini. Intimidasi pada umumnya dilakukan terhadap pemilih, pemantau maupun
petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan ditujukan untuk
mempengaruhi pemilih.

Intimidasi yang dilakukan partai-partai politik dalam tingkat lokal masih kentara
sekali, Partai Politik besar banyak yang mempunyai hubungan erat dengan birokrasi dan
aparat keamanan - untuk memenangkan partainya.

Pelanggaran lainnya yang dilakukan Partai Politik adalah yang menyangkut segi
pendanaan. Walaupun Pasal 8 Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
sudah mengatur tentang keuangan Partai Politik, dimana hal ini adalah berfungsi untuk
menghindari politik uang (money politic). Namun, partai-partai, seperti Partai Golongan
Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sebelumnya
dicurigai mempunyai dana yang besar tidak mengindahkannya dengan melakukan kampanye
televisi dengan biaya jutaan hingga milyaran rupiah.

17
Untuk kecurangan dan pelanggaran yang terjadi, langkah yang dapat diambil adalah
dengan mengadakan Rekonsiliasi Nasional atau Konsensus dan semua pihak harus
mempunyai semangat untuk itu. Sebab jika hal itu ditarik ke penyelesaian legalistik,
dikhawatirkan hasilnya nanti bisa Pemilihan Umum ulang. Dan kalau Pemilihan Umum ulang
belum tentu hasilnya jujur dan adil (jurdil), janganjangan tetap tingkat kecurangannya tinggi
juga. Karena itu, bukan hanya human error yang jadi sebab kecurangan, tetapi juga rekayasa
dan system error.23

Dalam suatu demokrasi seharusnya pelanggaran terhadap keadilan tidak akan terlalu
sering terjadi, oleh karena golongan-golongan terbesar diwakili dalam lembaga-lembaga
perwakilan, tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa beberapa golongan akan merasa
diperlakukan tidak adil. Maka yang dapat dicapai secara maksimal adalah suatu keadilan
yang relatif (relative justice).

Dulu, ketika Orde Baru berkuasa, Partai Politik menang karena rekayasa dan
melakukan kecurangan. Oleh karena itu pemerintahan Orde Baru mengalami degradasi,
kemudian Soeharto diturunkan setelah baru setahun menjabat karena pemilunya dianggap
curang. Selain itu, partai-partai politik juga mempunyai kelemahan dalam penyediaan
anggota-anggota mereka di dalam panitia penyelenggaraan pemilihan maupun saksi-saksi di
Tempat Pemungutan Suara (TPS). Banyak di antara mereka yang tidak tahu bagaimana tugas
panitia atau pun saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pada akhirnya, hal ini
menyebabkan banyaknya pelanggaran terhadap prosedur pelaksanaan Pemilihan Umum yang
dilakukan oleh petugas atau panitia Pemilihan Umum.

Dalam sistem demokrasi, Partai Politik juga berperan sebagai penyerap, penghimpun
dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan
menetapkan kebijakan negara.

Namun terbatasnya komunikasi antar masyarakat dengan partai-partai tentu saja


sangat mempengaruhi, sehingga dapat dikatakan bahwa Pemilihan Umum saat ini cukup
berhasil secara kuantitatif, namun belum berhasil secara kualitatif. Sebagai contoh, dapat kita
lihat pada kemenangan yang diraih oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
yang lebih di-pengaruhi oleh aksi protes karena tidak suka pada Soeharto dan Golongan
Karya (Golkar), sehingga tidak peduli, apa platformnya, apa programnya, siapa calegnya,
masyarakat mendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
23
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),87.

18
Karena tidak cukup waktu untuk sosialisasi dan kurangnya sumber dana, sehingga
partai-partai baru tidak dikenal oleh masyarakat, sehingga perolehan suara partai-partai baru
masih sedikit, ditambah lagi kecurangan-kecurangan dan pelanggaran dalam proses
Pemilihan Umum. 24

Dan hal ini yang terus menjadi perhatian parta-partai baru untuk menuntaskan
pelanggaran dan kecurangan. Sebagai contoh, Pemilihan Umum tahun 1999 meski banyak
yang mengatakan berlangsung dengan “Jurdil”, tetapi masih jauh dari harapan. Ia lebih
merupakan representasi dari praktek demokrasi politik yang semu (pseudo political-
democracy). Partai-partai lebih dikenal melalui tokoh-tokohnya, benderanya dan uangnya.
Kondisi inilah yang memungkinkan terciptanya keikutsertaan masyarakat tidak didasari oleh
aspirasi politik yang sehat.

Ketidaksiapan sesungguhnya tidak saja dari pihak partai-partai, masyarakat juga


mengalami hal yang serupa. Apalagi ada distorsi dan mutasi aspirasi. Masyarakat hanya
beranjak pada siapa yang lebih kuat, dan lebih banyak uang. Jadi, distorsi aspirasi disebabkan
oleh kemampuan uang untuk mempengaruhi masyarakat.

Namun demikian, masyarakat secara umum cukup partisipatif dalam merespon


pemilu saat ini. Mereka menyadari akan hak-hak politiknya, namun mereka masih bungung
dalam menentukan pilihan karena partai-partai belum sepenuhnya memperkenalkan dirinya
dan mensosialisasikan programprogramnya. Partai politik boleh jadi membawa harapan.
Proses selanjutnya tergantung parlemen, penguasa dan juga segenap kekuatan ekstra
parlementer yang ada di masa mendatang. Dalam konteks ini, gerakan mahasiswa tentu masih
mempunyai tempat. Bukan semata sebagai kelompok penekan (pressure group), tetapi yang
terpenting adalah sebagai agen transformasi.25

24
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),87.
25
Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004),88.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demokrasi tidak hanya merupakan suatu bentuk negara ataupun sistem
pemerintahan tetapi juga suatu gaya hidup serta tata masyarakat tertentu yang
karena itu juga mengandung unsurunsur moril sehingga dapat dikatakan
bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (values). Penggantian pemimpin
dalam suatu demokrasi satu-satunya cara adalah dengan melalui proses
pemilihan umum (Pemilu). Di dalam penyelenggaraan Pemilu ini partai politik
memiliki pengaruh dan peran yang sangat vital karena partai politik adalah
media dalam pelaksanaan pemilu bagi rakyat untuk memilih wakil-wakil
rakyatnya yang akan duduk dalam lembaga negara. Partai Politik adalah setiap
organisasi yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara
sukarela atas persamaan kehendak untuk memperjuangkan baik kepentingan
anggotanya maupun bangsa dan negara melalui pemilihan umum.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi
wacana yang membuka pola piker pembaca dan memberi saran yang sifatnya
tersirat maupun tersurat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Henry Arianto,Peranan Partai Politik Dalam Demokrasi Di Indonesia,Lex


Jurnalica,Vol.1.No.2,(April 2004).

Zainal Abidin Saleh,S.H.,M.H.,Demokrasi dan partai politik,Jurnal egislasi


Indonesia,Vol.5.No.1,(Maret 2008).

Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik: Mengapa ada negara yang gagal
dalam melaksanakan demokrasi,Fokusmedia, Bandung, 2007.

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, Prenadamedia Group, Jakarta, 2015.

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Imam Mahdi, Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Pertama, Teras, Yogyakarta, 2011.

C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Aksara Baru: Anggota IKAPI, Jakarta, 1985.

21

Anda mungkin juga menyukai