Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi
Dosen Pengampu : Fajlurrahman Jurdi S.H., M.H.
Disusun Oleh:
Dzulfahira B021211019
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
1
2023
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGATAR...............................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Sejarah Demokrasi.........................................................................................5
2.2 Definisi Demokrasi.........................................................................................7
2.3 Prinsip Demokrasi........................................................................................11
2.4 Unsur-Unsur Demokrasi...............................................................................16
2.5 Ciri Pemerintahan Demokratis.....................................................................18
BAB III..................................................................................................................24
KESIMPULAN......................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iii
KATA PENGATAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Negara Demokrasi:
Sejarah dan Ciri Pemerintahan Demokrasi" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Negara Hukum dan
Demokrasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan serta sumber
informasi kewenangan pemerintah dalam merancang dan menyusun peraturan.
Demokrasi, sebagai salah satu bentuk pemerintahan yang paling dikenal di
dunia, telah menjadi landasan bagi banyak negara dalam mengatur tatanan sosial,
politik, dan ekonomi mereka. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk
menjelajahi akar sejarah demokrasi dan menyelidiki berbagai elemen yang
membedakan sistem pemerintahan demokrasi dari bentuk-bentuk pemerintahan
lainnya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat
bagi para pembaca tentang konsep dasar demokrasi, peran penting sejarah dalam
pembentukan negara demokrasi, serta ciri-ciri yang menjadikan demokrasi
sebagai sistem yang unik dan kompleks. Semoga makalah ini memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana demokrasi telah membentuk
masyarakat kita dan bagaimana kita dapat memahami peran pentingnya dalam
dunia modern.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini dan
berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman
Anda tentang negara demokrasi. Kami berharap Anda menikmati membaca
makalah ini sebanyak kami menikmati menulisnya.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk pemerintahan yang digunakan oleh banyak negara di dunia
adalah bentuk pemerintahan demokrasi. Secara sederhana demokrasi adalah tata
pemerintahan yang mengizinkan rakyatnya memilih langsung perwakilan mereka.
Demokrasi dapat diartikan juga sebagai bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara ikut serta baik
secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.
Tujuan dari pendidikan demokrasi adalah meningkatkan pemahaman dan
kesadaran atas nilai-nilai demokrasi untuk menjadikan warga negara tidak lagi
sebagai ignore people. Pendidikan seharusnya membawa mereka menjadi makhluk
yang independen dan memiliki bargaining position terhadap penguasa. Pendidikan
demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar
semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai
demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Dalam
pendidikan demokrasi ada dua hal yang harus ditekankan, demokrasi sebagai konsep
dan demokrasi sebagai praksis. Sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan
sikap perilaku yang tergolong demokratis, sedang sebagai praksis sesungguhnya
demokrasi sudah menjadi sistem. Sebagai suatu sistem kinerja demokrasi terikat
suatu peraturan main tertentu, apabila dalam sistem itu ada orang yang tidak
mentaati aturan main yang telah disepakati bersama, maka aktiviatas itu akan
merusak demokrasi dan menjadi anti demokrasi.
Demokrasi menjadi pilihan sistem pemerintahan terbaik karena dapat
mengakomodasi beragamnya kepentingan dan aspirasi masyarakat. Selain itu,
demokrasi juga dapat berperan sebagai wadah pengikat kesepakatan nasional yang
harus dihormati dan dijaga oleh seluruh masyarakat. Walaupun nyatanya saat ini
Indonesia masih kerap menghadapi tantangan dari pemahaman, sikap dan tindakan
sebagian pihak yang tidak menghormati atau bahkan mengingkari kesepakatan. Ia
pun mengimbau agar seluruh elemen masyarakat dapat memajukan kembali dialog,
membangun dan menjaga kesepakatan, sekaligus mengimplementasikan
pelaksanaan demokrasi dengan damai.
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut bentuk pemerintahan yang
demokratis. Oleh karena itu segala unsur dalam pemerintahan dan politik harus
berpegang kepada konsep negara demokratis. Mulai dari penerapan hukum yang
mengatur, sampai asas yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan roda
pemerintahan. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dan tujuan
agar kita bisa memahami lebih dalam tentang apa itu demokrasi, sehingga dengan
pemahaman tersebut kita bisa memberikan kontribusi dalam penerapannya di
Indonesia.
5
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyajikan argumen dan
penjelasan mengenai topik “Negara Demokrasi”, dan untuk menunjukkan argumen
dan pendapat dari para penyusun makalah mengenai topik tersebut. Tujuan lain dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Negara
Hukum dan Demokrasi.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya demokrasi ?
2. Apa definisi dari demokrasi ?
3. Apa saja prinsip demokrasi ?
4. Apa saja unsur-unsur demokrasi ?
5. Bagaimana ciri pemerintahan yang demokratis ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Demokrasi
Sekitar 500 tahun sebelum Masehi, sejarah demokrasi dicatat karena ada
sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi yang mulai mengernbangkan sistem
pemerintahan yang memberikan kesempaian cukup besar bagi publik untuk ikut serta
dalam merancang keputusan. Perkembangan yang paling penting bagi sejarah
demokrasi, dalam berbagai literatur, telah terjadi di Eropa. Istilah demokrasi berasal dari
yunani kuno, democratia. Plato yang memiliki nama asli Aristocles (427-347 SM)
sering disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan istilah democratia, Demos
berarti rakyat, kratos berarti pemerintahan. Demokrasi menurut Plato saat itu adalah
adanya sistem pemerintahan yang dikelola oleh para filosof. Hanya para fllosoflah yang
mampu melahirkan gagasan dan mengetahui bagaimana memilih antara yang baik dan
yang buruk untuk masyarakat. Belakangan diketahui sebetulnya yang diinginkan oleh
Plato adalah sebuah aristokrasi. Di Yunani dan Romawi pada 500 tahun SM itulah
pertama kali dilahirkan Suatu sistem pemerintahan yang memberi partisipasi rakyat
melalui sejumlah besar warga negara. Sistem pemerintahan yang demikian merupakan
perkembangan dari model sebelumnya yang didominasi oleh sistem kerajaan,
kediktatoran, aristokrasi atau oligarki. Tetapi harus dipahami, Yunani Kuno bukanlah
sebuah negara dalam pengertian kita yang modern saat ini, yaitu suatu tempat di mana
semua orang Yunani hidup dalam sebuah negara dengan suatu pemerintahan. Yunani
Kuno masa itu adalah sebuah tempat berkumpul ratusan kota yang merdeka, yang
dikelilingi oleh daerah pedalaman, negara Yunani saat itu adalah gambaran tentang
sebuah negara-kota atau polis. Sebuah negara-kota tentu saja sangat berbeda dengan ciri
khas negara-negara modern saat ini yang kita sebut sebagai negara bangsa, negara
nasional, seperti Amerika, Perancis, Jepang, ataupun Indonesia.1
7
pada warisan Yunani dan pergumulan mereka dengan realitas zaman di mana mereka
hidup demokrasi berkembang lebih lanjut. Kita mengenal nama-nama besar seperti John
Locke, Rossoe dan Montesqeu.3
Pemikiran tentang demokrasi dan penerapannya semakin menemukan bentuknya
yang makin sempurna di negara-negara Eropa pada akhir abad 19 sampai awal abad 20.
Namun di sisi lain kita tidak boleh lupa bahwa Eropa di tempat lain di tanah koloni dan
jajahan justru menunjukkan wajah yang berbeda. Perkembangan demokrasi di Eropa
sekali-kali tak ingin dibaginya kepada tanah jajahan. Meski berusaha sekuat tenaga
memonopoli pencapaiannya dalam hal demokrasi nyatanya pemikiran tentang
demokrasi bocor juga. Pada kasus Indonesia kita akan melihat bahwa kebocoran itu
terutama sekali dimotori oleh sekolompok mahasiswa Indonesia yang dengan susah
payah dan luar biasa mendapat akses untuk melanjutkan pendidikan di Eropa.4
Kekalahan Jepang pada perang dunia II dimanfaatkan Indonesia untuk
memproklamirkan kemerdekaannya. Sebuah negara baru telah lahir dan demokrasi yang
lama diidamkan mendapat jalannya. Indonesia lalu bergumul dengan percobaan-
percobaan, hubungan dialektis yang komplek antara ide demokrasi, kondisi real bahkan
kenyataan kembali Belanda yang masih berhasrat untuk menggenggam bekas negeri
jajahannya. Menarik dan barangkali juga merupakan sebuah keberuntungan bahwa sejak
awal kelahirannya Indonesia membuka diri terhadap demokrasi. Tidak ada penolakan
tajam dari para founding father padahal mereka berasal dari latar belakang yang sangat
beragam.5
Istilah dernokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos yang berarti rakyat dan
kratos berarti pemerintahan. Secara sederhana demokrasi berarti pernerintahan oleh
rakyat. Demokrasi telah dikenal sejak abad 5 sebelum masehi, awalnya sebagai reaksi
terhadap pengalaman buruk yang diakibatkan oleh monarki dan kediktatoran di
Yunani. Definisi demokrasi menurut kamus adalah pemerintahan oleh rakyat,
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau
oleh wakil-wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan yang bebas. Demokrasi
adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.6
Jelas terlihat dari uraian singkat tentang perdebatan penting mengenai demokrasi
sebagaimana dipertanyakan pada bagian awal bab ini tentang arti pemerintahan oleh
rakyat yang mengandung begitu banyak elemen kompleks yang sulit dijawab. Sungguh,
jawaban penuh atas pertanyaan mengenai apakah pengertian demokrasi dewasa ini
membutuhkan suatu teori tentang masyarakat kontemporer yang didukung oleh
pertimbangan normatif substansial mengenai tipe-tipe pemerintahan rakyat yang
diinginkan, yang tidak dapat dilakukan di sini. Sebagai gantinya, saya akan
3
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualanangan Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2014), hlm. 271-277.
4
Werthreim W.F, Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial, terjemahan Misbah
Zulfa Ellisabet, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 51-52.
5
Dhani Kurniawan, Demokrasi Indonesia Dalam Lintas Sejarah yang Nyata dan Seharusnya, (Bandung:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 97-98.
6
Sunarso, Op. Cit., hlm. 10.
8
mengilustrasikan lingkup perdebatan ini dengan menguraikan dua konsep demokrasi
yang relevan: satu- nya agak sempit, yang lain sangat komprehensif. Dari ma- sing-
masing sisi, kedua konsep ini membantu memperluas ruang perdebatan tentang
demokrasi.7
Modern political democracy is a system of governance in which rul- ers are held
accountable for their actions in the public realm by citi- zens, acting indirectly through
the competition and cooperation of their elected representatives. A regime or system of
governance is an ensemble of patterns that determines the methods of access to the
principal public offices; the characteristics of the actors admitted to or excluded from
such access; the strategies that actors may use to gain access; and the rules that are
followed in the making of publicly binding decisions. To work properly, the ensemble
must be institutionalized—that is to say, the various pat- terns must be habitually
known, practiced, and accepted by most, if not all, actors. Increasingly, the preferred
mechanism of institutionalization is a written body of laws undergirded by a written
constitution, though many enduring political norms can have an informal, prudential, or
tra- ditional basis.For the sake of economy and comparison, these forms, characteris-
tics, and rules are usually bundled together and given a generic label. Democratic is one;
others are autocratic, authoritarian, despotic, dic- tatorial, tyrannical, totalitarian,
absolutist, traditional, monarchic, oli- garchic, plutocratic, aristocratic, and sultanistic.
Each of these regime forms may in turn be broken down into subtypes. Like all regimes,
democracies depend upon the presence of rulers, persons who occupy specialized
authority roles and can give legitimate commands to others. What distinguishes
democratic rulers from non- democratic ones are the norms that condition how the
former come to power and the practices that hold them accountable for their actions. 8
9
otoritas khusus dan dapat memberikan perintah yang sah kepada orang lain. Yang
membedakan penguasa demokratis dengan penguasa non-demokratis adalah norma-
norma yang menentukan bagaimana penguasa demokratis memperoleh kekuasaan dan
praktik-praktik yang membuat mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka.
9
Agus Dedi, Implementasi Prinsip-Prinsip Demokrasi di Indonesia, Jurnal Moderat, Volume 7 Nomor 1,
(2021): hlm. 1-9.
10
Eka Kasih, Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Sistem Politik Di Indonesia Guna
Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Jurnal Lemhannas RI, Volume 6 Nomor 2,
(2018): hlm. 49-68.
10
4. Hak setiap orang atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, termasuk
bertukar dan menerima ide dan informasi melalui media apapun tapa batas.
5. Hak setiap orang atas kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama.
6. Hak setiap orang untuk mendapatkan akses yang sama atas pendidikan.
7. Hak pers untuk mengumpulkan, melaporkan, dan menyebarluaskan
informasi, berita, dan opini, tunduk hanya pada pembatasan yang diperlukan
dalam masyarakat demokratis dan ditentukan oleh hukum dan praktik-
praktik internasional yang berkembang di bidang ini.
8. Hak setiap orang untuk menghormati kehidupan pribadi keluarga, rumah,
dan cara-cara berkomunikasi, termasuk komunikasi elektronik, bebas dari
campur tangan sewenang-wenang atau melanggar hukum.
9. Hak setiap orang atas kebebasan berkumpul secara damai dan berserikat,
termasuk untuk membentuk atau bergabung dengan partai politik mereka
sendiri, kelompok-kelompok sipil, serikat buruh atau organisasi lainnya
dengan jaminan hukum yang diperlukan untuk memungkinkan mereka
beroperasi secara bebas atas dasar perlakuan yang sama di hadapan hukum.
10. Hak kelompok minoritas atau kelompok yang kurang beruntung untuk
perlindungan hukum yang sama dan kebebasan untuk menikmati budaya
mereka sendiri, untuk menganut dan menjalankan agama mereka sendiri, dan
menggunakan bahasa mereka sendiri.
11. Hak setiap orang untuk bebas dari penangkapan sewenang-wenang atau
penahanan; untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak
manusiawi atau merendahkan atau hukuman lainnya, dan untuk menerima
proses hukum, termasuk untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti
bersalah di pengadilan hukum.
12. Bahwa hak-hak tersebut, yang penting untuk partisipasi penuh dan efektif
dalam suatu masyarakat demokratis, harus ditegakkan oleh peradilan yang
kompeten, independen dan tidak memihak, dan terbuka untuk umum,
didirikan dan dilindungi oleh hukum.
13. Bahwa pemimpin terpilih menjunjung tinggi hukum dan fungsi secara ketat
sesuai dengan konstitusi negara yang bersangkutan dan prosedur yang
ditetapkan oleh hukum.
14. Hak orang-orang yang terpilih untuk membentuk pemerintahan, memangku
jabatan, dan memenuhi masa jabatan sebagaimana ditetapkan secara hukum.
15. Kewajiban pemerintah yang dipilih untuk menahan diri dari tindakan ekstra
konstitusional, untuk memungkinkan penyelenggaraan pemilihan umum
secara berkala dan menghormati hasilnya, dan melepaskan kekuasaan
tersebut ketika mandat berakhir secara hukum.
16. Bahwa institusi pemerintah harus transparan, partisipatif, dan sepenuhnya
bertanggung jawab kepada warga negara dan mengambil langkah-langkah
untuk memerangi korupsi karena korupsi merusak demokrasi.
17. Bahwa legislatif akan terpilih secara transparan dan bertanggung jawab
kepada rakyat.
18. Bahwa kontrol sipil demokratis atas militer harus dibentuk dan dilestarikan.
19. Bahwa semua hak asasi manusia, baik sipil, budaya, ekonomi, politik,
maupun sosial, akan dipromosikan dan dilindungi sebagaimana diatur dalam
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia serta instrumen hak asasi
manusia lainnya yang relevan.
11
3) Menurut Nurcholis Madid dalam Erwin Muhammad (2011), yang menjadi
pandangan hidup demokrasi haruslah didasari atas 7 (tujuh) norma sebagai
berikut 11:
1) Kesadaran atas pluralisme
Masyarakat sudah dapat memandang secara positif kemajemukan dan
keberagaman dalam masyarakat, serta telah mampu mengelaborasikan ke
dalam sikap tindak secara kreatif.
2) Musyawarah
Korelasi prinsip ini jalah kedewasaan untuk menerima bentuk-bentuk
kompromi dengan bersikap dewasa dalam mengemukakan pendapat,
mendengarkan pendapat orang lain, menerima perbedaan pendapat, dan
kemungkinan mengambil pendapat yang lebih baik.
3) Pemufakatan yang jujur dan sehat
Prinsip masyarakat demokrasi dituntut untuk menguasai dan menjalankan
seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai permufakatan
yang juga jujur dan sehat, bukan permufakatan yang dicapai melalui
intrikintrik yang curang, tidak sehat atau yang sifatnya melalui konspirasi.
4) Kerjasama
Prinsip keriasama antar warga dalam masyarakat dan sika saling
mempercayai itikad baik masing-masing, kemudian jalinan
dukungmendukung secara fungsional antar berbagai unsur kelembagaan
kemasyarakatan yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk
demokrasi.
5) Pemenuhan segi-segi ekonomi
Untuk mendukung hadirnya situasi demokrasi dalam masyarakat sangat perl
memperhatikan pemenuhan segi-segi ekonomina terutama pemenuhan
terhadap keperluan pokok, yaitu pangan, sandang dan papan. Pemenuhan
kebutuhan ekonomi harus pula mempertimbangkan aspek keharmonisan dan
keteraturan sosial (seperti masalah mengapa kita makan nasi, bersandangkan
sarung, kopiah, kebaya, serta berpapankan rumah joglo yang dalam
pemenuhannya tidak lepas dari perencanaan sosial budaya).
6) Pertimbangan Moral
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara
berdemokrasi haruslah sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim
atas suatu tujuan yang baik haruslah diabsahkan ole kebaikan cara yang
ditempuh untuk meraihnya.
7) Sistem pendidikan yang menunjang
Pendidikan demokrasi selama ini pada umumnya masih terbatas pada usaha
indoktrinisasi dan penyuapan konsep-konsep secara verbalistik Terjadinya
diskrepansi (jurang pemisah) antara das sein dan das sollen dalam konteks
ini ialah akibat dari kuatnya budaya "menggurui" dalam masyarakat kita,
sehingga verbalisme yang dihasilkannya juga menghasilkan kepuasan
11
Mamantung, Y. Y., Rachman, I., & Sumampow, Penerapan Prinsip Demokrasi Dalam Pengelolaan
APBDES di Desa Tabang Kecamatan Rainis. GOVERNANCE, Volume 1 Nomor 2, (2021).
12
tersendiri dan membuat yang bersangkutan merasa telah berbuat sesuatu
dalam penegakan demokrasi hanya karena telah berbicara tapa perilaku.
12
Humaira, A. Konsep Negara Demokrasi, (2021).
13
Cherif B., David B., Justice M. Fathima., Abd-El Kader., Awad., Hieronim K., Victor M., Cyril R.,
Juwono S., Alain T., Luis V., et al. Democracy: Its Principles and Achievement. IV, (1998).
13
they work in equality and complementarity, drawing mutual enrichment
from their differences.
5. A state of democracy ensures that the processes by which power is
acceded to, wielded and alternates allow for free political competition
and are the product of open, free and non-discriminatory participation by
the people, exercised in accordance with the rule of law, in both letter
and spirit.
6. Democracy is inseparable from the rights set forth in the international
instruments recalled in the preamble. These rights must therefore be
applied effectively and their proper exercise must be matched with
individual and collective responsibilities.
7. Democracy is founded on the primacy of the law and the exercise
ofhuman rights. In a democratic State, no one is above the law and all are
equal before the law.
8. Peace and economic, social and cultural development are both conditions
for and fruits of democracy. There is thus interdependence between
peace, development, respect for and observance of the rule of law and
human rights.
14
hak-hak yang tercantum dalam instrumen internasional yang disebutkan dalam
pembukaan. Oleh karena itu, hak-hak ini harus diterapkan secara efektif dan
pelaksanaannya harus diimbangi dengan tanggung jawab individu dan kolektif,
(7) Demokrasi didasarkan pada keutamaan hukum dan pelaksanaan hak asasi
manusia. Dalam negara demokrasi, tidak ada seorangpun yang kebal hukum dan
semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, (8)
Perdamaian dan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya merupakan kondisi
dan buah dari demokrasi. Dengan demikian terdapat saling ketergantungan
antara perdamaian, pembangunan, penghormatan dan kepatuhan terhadap
supremasi hukum dan hak asasi manusia.
15
Muten Nuna, Kebebasan Hak Sosial - Politik dan Partisipasi Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi
Di Indonesia, Jurnal Ius Constituendum, Volume 4 Nomor 2, (Gorontalo, Tiara Wacana 2019)
15
memutuskan pergantian pemerintah dimana rakyat dapat menyalurkan
aspirasi politiknya secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pemilu harus
dilaksanakan secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederajat
diantara partai-partai politik.
2. Partai politik,selain sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya
bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik, partai
politik adalah sebuah wadah bagi penampungan aspirasi rakyat, peran
tersebut merupakan impelementasi nilai-nilai demokrasi, yaitu keterlibatan
masyarakat untuk melakukan control terhadap penyelenggaraannegara,
melalui partai politik itulah segala aspirasi rakyat yang beberaneka ragam
dapar disalurkan secara teratur
16
ini memerankan dirinya secara kritis, independen, dan konstitusional dalam
menyuarakan misi organisasi atas kepentingannya dalam membangun sistem
berdemokrasi. Dalam hal ini, agar tegaknya berdemokrasi, keberadaan kaum
cendikiawan baik, dari kalangan civitas akademika kampus dan kalangan pers
keberadaan bebas. Karena kelompok ini merupakan kelompok penekan yang signifikan
untuk mewujudkan sistem demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
akuntabel17.
17
Ubaedillah&Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Bekerjasama dengan PT. Prenada Media Group,
2015)
17
2) Bentuk nyata ciri pemerintahan yang demokratis
Ciri-ciri suatu pemerintahan yang demokratis adalah sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) dalam pengambilan
keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan)
b. Adanya persamaan hak bagi selurih warga negara dalam segala bidang
c. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara
d. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat19
Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai atau mengandung makna suatu sistem
politik dimana rakyat memegang kekuasaan tertinggi, bukan kekuasaan oleh raja atau
kaum bangsawan. Meskipun konsep demokrasi telah lama diperdebatkan namun tetap
menjadi primadona bagi negara-negara untuk menganut dan mempraktekkannya. Tidak
terkecuali di negara kita Indonesia, maka kita juga menganutnya dan
mempraktekkannya meskipun bagi sebagian kalangan belum dilakukan sesuai dnegan
konsep dasar dari demokrasi itu. Akan tetapi yang perlu dicamkan adalah, bahwa
pelaksanaan konsep demokrasi itu terus mengalami proses perkembangan dan adaptasi
dari praktek yang prosedural menuju kepada yang substantif sifatnya. Dengan kata lain,
tidak lagi mementingkan kuantitas dari proses demokrasi itu, yakni dengan adanya
berbagai proses pemilihan yang dilakukan namun sudah mementingkan kualitas dari
proses demokrasi itu, yakni adanya keinginan untuk menghasilkan suatu pemilihan
yang jujur dan adil serta bebas dari tekanan atau paksaan dari siapapun20.
Lebih lanjut, berdasarkan International Conference Of fists, Bangkok, tahun 1965
setidaknya negara demokrasi harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Supremacy of Law (Hukum di atas segala hal)
b. Equality Before the Law ( Persamaan di hadapan hukum).
c. Constitutional Guarantee of Human Rights (Jaminan Konstitusional terhadap
HAM)
d. Impartial Tribune (Peradilan yang tidak memihak)
e. Civic Education (Pendidikan kewarganegaraan)
3) Hak asasi manusia sebagai patokan utama
Hal yang paling menandakan suatu pemerintah bisa dikatakan
pemerintahan yang demokratis adalah terpenuhinya Hak Asasi Manusia warga
18
Suharko. “Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang Demokratis.” Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 08, no. 3 (2005) : 264-265
19
Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani, logcit., 122.
20
Minuddin Ilmar, Membangun Negara Hukum Indonesia, Cetakan 1 (Makassar, Phinatama Media,
2014), 118-119
18
negaranya. Hak asasi manusia adalah jaminan hukum universal yang melindungi
kebebasan dasar dan martabat kemanusiaan setiap individu. Hak-hak ini
menegaskan bahwa setiap manusia berhak atas perlakuan dan kesempatan yang
sama, tanpa memandang gender, ekonomi status, etnis, dll. Hak asasi manusia
dapat bersifat sipil, budaya, sosial, ekonomi atau politik.Hak asasi manusia
bersifat universal, setara dan saling bergantung. Mereka melindungi individu
dan kelompok, mewajibkan negara dan seluruh lembaganya dan tidak dapat
dikesampingkan atau dihilangkan. Hak asasi manusia dan kebebasan mendasar
disebutkan dalam Universal. Deklarasi Hak Asasi Manusia dan dalam berbagai
perjanjian internasional dan regional seperti serta konstitusi nasional. Instrumen-
instrumen ini mewajibkan pemerintah untuk melakukan perlindungan warga
negara dari pelanggaran hak asasi manusia dan juga membatasi kemampuan
pemerintah untuk mengganggu hak-hak individu.
Sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia dan ditegaskan
kembali dalam Bab Empat Deklarasi Hak Asasi Manusia. Konstitusi Uganda 21, hak-hak
warga negara meliputi:
a. Kesetaraan dan kebebasan dari diskriminasi
b. Perlindungan hak untuk hidup
c. Perlindungan kebebasan pribadi
d. Penghormatan terhadap martabat manusia dan perlindungan dari perlakuan tidak
manusiawi
e. Perlindungan dari perbudakan, penghambaan dan kerja paksa
f. Perlindungan dari perampasan properti
g. Hak atas privasi seseorang dan properti lainnya
h. Perlindungan kebebasan hati nurani, berekspresi, bergerak, beragama,
i. Perakitan dan asosiasi
j. Hak atas pendidikan
k. Hak-hak perempuan
l. Hak-hak anak
m. Hak-hak penyandang disabilitas
n. Perlindungan terhadap kelompok minoritas
o. Hak atas kebudayaan
p. Hak dan aktivitas sipil
q. Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat
21
Konstitusi Republik Uganda, 1995
19
r. Hak akses terhadap informasi
s. Hak atas perlakuan yang adil dan adil dalam pengambilan keputusan
administrative
Human rights combine the two sides of positive and negative freedom. The
protection of negative freedom blocks certain actions which interfere with another
person’s rights. The protection of positive freedom, on the other hand, guarantees the
right to undertake actions as long as those do not interfere with another person’s rights.
The fundamental freedoms, such as freedom of conscience, freedom of expression or
freedom of speech, freedom of information, freedom of the press, freedom of assembly
and freedom of association, are crucial for any democracy. It is on the basis of these
freedoms that people can be active citizens who get involved in political matters and are
able to express their concerns and promote their interests. (Hak asasi manusia
menggabungkan dua sisi kebebasan positif dan negatif. Perlindungan kebebasan negatif
menghalangi tindakan tertentu yang mengganggu tindakan lain hak seseorang.
Sebaliknya, perlindungan terhadap kebebasan positif memberikan jaminan hak untuk
melakukan tindakan sepanjang tindakan tersebut tidak mengganggu tindakan orang lain.
Hak kebebasan mendasar, seperti kebebasan hati nurani, kebebasan berekspresi atau
kebebasan berpendapat, kebebasan informasi, kebebasan pers, kebebasan berkumpul
dan kebebasan berserikat, sangat penting bagi demokrasi mana pun. Itu ada di
kebebasan ini, orang dapat menjadi warga negara aktif yang terlibat di dalamnya
masalah politik dan mampu mengungkapkan keprihatinan mereka dan mempromosikan
kepentingan mereka.)22
4) Good governance dan akuntabilitas
Tata kelola pemerintahan secara sederhana, adalah proses pengambilan keputusan
dan proses yang melaluinya keputusan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan 23. Karena
keputusan yang diambil bisa saja baik atau buruknya, analisis proses yang kita gunakan
untuk mengambil keputusan adalah hal yang penting di pemerintahan. Hal ini juga
mengharuskan kita memahami siapa saja aktor-aktor dalam pemerintahan. Aktor-aktor
ini mencakup pemerintah dan, tergantung pada tingkat pemerintahan di bawah diskusi,
aktor lain seperti: LSM, partai politik, militer, polisi,organisasi petani, pemimpin
agama, media, perusahaan multinasional, pelobi dan banyak lainnya. Semua aktor
lainnya, selain pemerintah dan pemerintah militer disebut masyarakat sipil. Oleh karena
itu, tata kelola yang baik adalah tata kelola yang menganut karakteristik berikut ini:
a. Bersifat partisipatif dengan membiarkan massa menjadi bagian dalam
pengambilan keputusan
22
Ughanda Office of the Konrad-Adenauer-Stiftung, Concepts and Principles of Democratic Governance
and Accuntability, (Kampala, Konrad-Adenauer-Stifung, 2011), 22-23
23
UNESCAP, What is Good Governance?
http://www.unescap.org/pdd/prs/ProjectActivities/Ongoing/gg/governance.asp.
20
b. Berorientasi pada konsensus karena lebih mencari konsensus luas dalam
masyarakat daripada membiarkan pandangan minoritas mengesampingkan
semua pandangan lainnya;
c. Hal ini bertanggung jawab sejak kepemimpinan di tingkat pemerintah pusat atau
daerah serta di ranah privat dan publik, mereka harus bertanggung jawab kepada
masyarakat luas;
d. Transparan dalam hal keputusan diambil dan ditegakkan dengan cara yang
sesuai, mematuhi peraturan dan ketentuan komunitas tertentu;
e. Pendekatan ini responsif karena institusi dan proses berupaya melayani seluruh
pemangku kepentingan dalam jangka waktu yang wajar;
f. Efektif dan efisien jika proses dan institusi membuahkan hasil yang memenuhi
kebutuhan masyarakat sambil memanfaatkan sumber daya sebaik-baiknya yang
mereka miliki, yaitu penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dan
perlindungan terhadap lingkungan;
g. Bersifat adil dan inklusif karena semua anggota merasa mempunyai kepentingan
dalam apa yang sedang dilakukan dan tidak merasa dikucilkan dari arus utama
masyarakat; dan
h. Menaati supremasi hukum untuk keadilan dan ketidakberpihakan.
Karena alasan inilah demokrasi dan pemerintahan yang baik sering digunakan
bergantian ketika yang satu tampak memuji kebaikan yang lain.
Government accountability requires that public officials, elected or unelected, have
an obligation to explain their decisions and actions to the citizens. Government
accountability can be achieved through a number of mechanisms. These can be political,
legal or administrative mechanisms designed to fight corruption and to ensure that
public officials remain answerable and accessible to the people they serve. Government
accountability can be achieved through the following ways: (a) Conducting free and fair
elections. Fixed terms of office and elections for elected officials to account for their
performance and provide opportunities for their political opponents to give the citizens
alternative policy choices. (b) If voters are not satisfied with the performance of a
political leader, they may vote him/her out of office when their term expires. (c)
Political accountability of public officials is determined by whether the officials occupy
an elected versus appointed position, how often they are subjected to re-election and the
number of terms they can serve in a political office. (d) The legal accountability
mechanisms include instruments like the constitution, legal acts, decrees, rules and
regulations that prescribe actions that such public officials can and cannot take and how
citizens may take action against those officials whose conduct is considered
unsatisfactory.
Akuntabilitas pemerintah mengharuskan pejabat publik, baik yang dipilih maupun
tidak,mempunyai kewajiban untuk menjelaskan keputusan dan tindakannya kepada
warga negara. Pemerintah akuntabilitas dapat dicapai melalui sejumlah mekanisme. Ini
bisa jadi mekanisme politik, hukum atau administratif yang dirancang untuk memerangi
korupsi dan memastikan bahwa pejabat publik tetap bertanggung jawab dan dapat
21
diakses oleh masyarakatnya. Akuntabilitas pemerintah dapat dicapai melalui cara-cara
berikut:
a. Menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil. Masa jabatan dan pemilihan
yang tetap pejabat terpilih untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya dan
memberikan kesempatan bagi lawan politik mereka untuk memberikan pilihan
kebijakan alternatif kepada warga negara.
b. Jika pemilih tidak puas dengan kinerja seorang pemimpin politik, mereka akan
merasa puas dapat memilihnya keluar dari jabatannya ketika masa jabatannya
berakhir.
c. Akuntabilitas politik pejabat publik ditentukan oleh apakah pejabat menduduki
posisi yang dipilih versus ditunjuk, seberapa sering mereka menduduki posisi
tersebut dapat dipilih kembali dan jumlah masa jabatan yang dapat mereka jalani
dalam kantor politik.
d. Mekanisme akuntabilitas hukum mencakup instrumen seperti konstitusi,
perbuatan hukum, keputusan, peraturan dan ketentuan yang menentukan
tindakan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh pejabat publik tersebut
dan bagaimana warga negara dapat mengambil tindakan tersebut jika tindakan
pejabat dianggap tidak memuaskan24.
24
Ughanda Office of the Konrad-Adenauer-Stiftung, Concepts and Principles of Democratic Governance
and Accuntability, (Kampala, Konrad-Adenauer-Stifung, 2011), 24-25
22
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
23
pemerintahan yang demokratis bukan hanya tugas pemerintah pusat, tetapi juga
pemerintah daerah. Kita sebagai Warga Negara Indonesia, juga harus menjaga dan
mempertahankan hak demokratis kita agar terciptanya keseimbangan dan menjaga
kekuasaan negara yang semena-mena terhadap rakyatnya. Karena sejatinya, di negara
kita ini rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi.
Indonesia adalah salah satu negara yang menganut bentuk pemerintahan yang
demokratis. Oleh karena itu segala unsur dalam pemerintahan dan politik harus
berpegang kepada konsep negara demokratis. Mulai dari penerapan hukum yang
mengatur, sampai asas yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan roda
pemerintahan. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dan tujuan agar
kita bisa memahami lebih dalam tentang apa itu demokrasi, sehingga dengan
pemahaman tersebut kita bisa memberikan kontribusi dalam penerapannya di Indonesia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Dhani Kurniawan, Demokrasi Indonesia Dalam Lintas Sejarah yang Nyata dan
Seharusnya, (Bandung: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 97-98.
Cherif B., David B., Justice M. Fathima., Abd-El Kader., Awad., Hieronim K.,
Victor M., Cyril R., Juwono S., Alain T., Luis V., et al. Democracy: Its Principles and
Achievement. IV, (1998).
25
Muten Nuna, Kebebasan Hak Sosial - Politik dan Partisipasi Warga Negara
Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia, Jurnal Ius Constituendum, Volume 4 Nomor 2,
(Gorontalo, Tiara Wacana 2019)
26