Indonesia
11NOV
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Demokrasi di Indonesia, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Demokrasi Di Indonesia” yang menjelaskan bagaimana system politik
ini lahir.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru pendidikan kewarga negaraan (PKN) yang
telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………………………………………………………………………
…i
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………………………………………………
… ii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………………………………………
… iii
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………………………………………………………………
…1
………………………………………………………………………………………………………………………
…1
………………………………………………………………………………………………………………………
…1
………………………………………………………………………………………………………………………
…1
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………………………………………………………………………
…2
………………………………………………………………………………………………………………………
…2
………………………………………………………………………………………………………………………
…2
………………………………………………………………………………………………………………………
…3
………………………………………………………………………………………………………………………
…3
………………………………………………………………………………………………………………………
…4
………………………………………………………………………………………………………………………
…9
3.1 Kesimpulan
………………………………………………………………………………………………………………………
…9
3.2 Saran
………………………………………………………………………………………………………………………
…9
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………………………………………………
… 10
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi adalah sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah segara tersebut. Salah satu pilar demokrrasi adalah
prinsip yang membagi ketiga kekuasaan negara (eksekutif, yudikatif, legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas dan berada dalam peringkat yang sejajar satu
sama lain.
Kesejajaran ketiga jenis lembaga negara inidiperlukan agar bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol. Ketiga jenis lembaga tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan rakyat memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. sistem ini keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat ata5u oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat dan yang memilihnya melalui
proses pemilihan umum legoslatif.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “demokrasi” berasal dari yunani kuno yang diutarakan di Athena Kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan
dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu,
dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos /cratein yang
berarti pemerintahan. Sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi
sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat
kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan
dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya
tanpa memperdulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntibilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini
mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.
Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi adalah
memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab.
Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang (people rule), dan di dalam sistem politik yang
demokratis warga mempunyai hak, kesempatan, dan suara yang sama di dalam mengatus
pemerintahan di dunia publik. Demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak. Di
Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokratis yang berwatak
anti-feodolisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat madani.
Masyarakat madani merupakan suatu bentuk hubungan negara dan warga masyarakat (sejumlah
kelompok sosial) yang dikembangkan atas dasar toleransi dan menghargai satu sama lainnya.
Landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya peluang kepada semua orang, dan
berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya,
sesuai dengan apa yang dia ingini. Maka dari itu terbentuklah otonomi daerah.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat.
Salah satu contoh tindakan yang menentang demokrasi di Indonesia adalah korupsi. Di dalam dunia
politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan cara menghancurkan
proses formal. Korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum. Korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Korupsi bisa
menyebabkan sulitnya legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan
toleransi.
Contoh lain tindakan yang menentang demokrasi adalah pemidanaan salah satu jurnalis Ambon,
Juhry Samanery yang dikeroyok oleh pegawai PN Ambon karena meliput persidangan mantan wakil
bupati Maluku Tenggara Barat, Lukas Uwuratuw dalam kasus korupsi. Padahal proses persidangan
dinyatakan terbuka namun pada saat pengadilan berlangsung, para pekerja media dihalang-halangi
masuk oleh pegawai PN. Sehingga terjadi perdebatan yang berakhir pemukulan. Pemidanaan juhry
bukan sekedar tindakan melawan hukum, lebih dari itu hal tersebut merupakan tindakan menentang
hak masyarakat atas kebebasan informasi, dan dengan demikian melawan demokrasi.
Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan masyarakat dalam
berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi
jalannya pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna.
Masih banyak persoalan yang muncul terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin
kebebasan warga negaranya. Seperti meningkatnya angka pengangguran, bertambahnya kemacetan
di jalan, semakin parahnya banjir, dan masalah korupsi.
Dalam kehidupan berpolitik di setiap negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik
namun tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pada
hakikatnya semua sistem politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Demokrasi
adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat dengan
perubahan. Jika suatu negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan dengan
sempurna, maka negara tersebut adalah negara yang sukses menjalankan sistem demokrasi.
Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, maka negara
itu tidak layak disebut sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus
menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi
tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan
mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.
Pada awalnya, pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya sentralisasi kekuasaan pada divi
presiden sehubungan belum terbentuknya lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya belum
terbentuknya MPR dan DPR. Hal ini termuat dalam pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi “Sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan
oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara absolut, pemerintah melakukan
serangkaian kebijakan untuk menciptakan pemerintahan demokratis. Kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi
Fungsi Parlemen.
2. Maklumat Pemerintah Tanggal 03 November 1945 mengenai pembentukan Partai Politik.
3. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari Kabinet
Presidensial ke Kabinet Parlementer.
Demikian kebijakan tersebut, terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sistem
pemerintahan berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer. Cita-cita dan proses demokrasi
masa itu terhambat oleh revolusi fisik menghadapi Belanda dan pemberontakan PKI Madiun Tahun
1948. pada masa-masa kritis tersebut, kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta berperan kembali
dalam pemerintahan nasional. Pada akhir tahun 1949, pemerintahan kembali ke sistem Presidensial.
Masa antara tahun 1950-1959 ditandai dengan suasana dan semangat yang ultra-demokratis.
Kabinet berubah ke sistem parlementer, sedangkan dwitunggal Soekarno-Hatta dijadikan simbol
dengan kedudukan sebagai kepala negara. Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer
atau demokrasi liberal. Masa demokrasi parlementer dapat dikatakan sebagai masa kejayaan
demokrasi karena hampir semua unsur-unsur demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudannya.
Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang sangat tinggi pada parlemen, akuntibilitas politis yang
tinggi, berkembangnya partai politik, pemilu yang bebas, dan terjaminnya hak politik rakyat.
Namun proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik, kelangsungan
pemerintahan, dan penciptaan kesejahteraan rakyat. Kegagalan praktik demokrasi liberal tersebut
disebabkan karena:
1. Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan partai politik sangat
mementingkan kelompok atau alirannya sendiri daripada mengutamakan kepentingan bangsa.
3. Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan dasar negara
sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
Hal ini menjadikan Presiden Soekarno segera mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 05 Juli 1959
yang isinya:
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara dan tidak berlakunya UUDS
1950
Masa antara tahun 1959-1965 adalah masa demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin berawal dari
ketidaksenangan Presiden Soekarno terhadap partai-partai politik yang dinilai lebih mengedepankan
kepentingan partai dan ideologinya masing-masing, serta kurang memperhatikan kepentingan yang
lebih luas.
Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3. Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia.
Demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Presiden Soekarno ternyata menyimpang dari prinsip-
prinsip negara demokrasi. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain:
Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan G30-S/PKI pada tanggal
30 September 1965. Demokrasi terpimpin berakhir karena kegagalan Presiden Soekarno dalam
mempertahankan keseimbangan antara kekuatan yang ada disisinya, yaitu PKI dan militer yang
sama-sama berpengaruh. Saat itu PKI ingin membentuk angkatan kelima, sedangkan militer tidak
menyetujui pembentukan tersebut. Akhir dari demokrasi terpimpin ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah tanggal 11 Maret 1966 dari Presiden Soekarno kepada Jendral Soeharto untuk mengatasi
keadaan.
Pemerintahan orde baru diawali dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret sampai tahun 1968
dengan pengangkatan Jendral Soeharto sebagai Presiden RI. Orde baru melanjutkan pembangunan
demokrasi berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Semua lembaga negara, seperti
MPR dan DPR dibentuk. Orde baru juga berhasil menyelenggarakan pemilihan umum secara
periodik, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi,
pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun yang merupakan
serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang dirancang secara periodik selama masa lima
tahun.
Dengan berjalannya mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun, pemerintahan orde baru berhasil
menciptakan stabilitas politik dan menyelenggarakan pembangunan nasional yang dimulai dengan
adanya pembangunan lima tahun (Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978 sampai Pelita VI tahun
1993-1998. Keberhasilan tersabut ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
meningkatnya tingkat pendidikan warga negara, pembangunan infrastruktur, berhasil menekan laju
pertumbuhan penduduk.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemerintahan Orde Baru mengarah pada pemerintahan
yang sentralistis. Demokrasi masa Orde Baru bercirikan pada kuatnya kekuasaan Presiden dalam
menopang dan mengatur seluruh proses politik yang terjadi. Lembaga kepresidenan telah menjadi
pusat dari seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan penentu agenda nasional, mengontrol
kegitan politik dan pemberi legacies bagi seluruh lembaga pemerintah dan negara. Akibatnya, secara
subtantif tidak ada perkembangan demokrasi justru penurunan derajat demokrasi. Sejumlah indikator
yang menyebabkan demokrasi tidak terjadi pada masa Orde Baru yaitu:
Orde Baru sesungguhnya telah mampu membangun stabilitas pemerintahan dan kemajuan ekonomi.
Namun, makin lama jauh dari semangat demokrasi dan kontrol rakyat. Akibatnya, pemerintahan
menjadi korup, sewenang-wenang, dan akhirnya jatuh. Sebab-sebab kejatuhan Orde Baru adalah:
3. Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru (Menteri dan TNI)
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari
jabatannya.
Dengan demikian, maka berakhirlah pemerintaha masa Orde Baru dengan diumumkannya
pengunduran diri Presiden Soeharto dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998.
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998-sekarang)
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referendum.
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI.
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai aman demen I, II, III
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasiterdiri dari beberapa periodisasi pemerintaham, antara
lain:
Dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16 orang yang merupakan perwakilan
dari GOLKAR, PPP, PDI
Habiebie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan pemilu yang bebas, jujur, dan
adil, membebaskan tahanan politik, dan mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh Independen
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman pada aturan yang ada yaitu
UU No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparator penegak hukum, yang bersih dan berwibawa,
dan instansi peradilan yang independen.
Keanggotaan ABRI dalam DPR/ MPR dikurangi bahkan pada akhirnya ditiadakan.
6. Mengadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998 oleh MPR
7. Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, umum, bersih) dan JURDIL (jujur dan
adil)
3. Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam militer dengan mencopot Kapolri
yang tidak sejalan dengan keinginan Gusdur.
1. Meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan.
2. Membangun tatanan politik yang baru, diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu,
susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
3. Menjaga keutuhan NKRI, setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti
kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso
10. Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena Kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan
dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu
dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” dibanyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi
sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Negara Indonesia menunjukkan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi sebagai bukti yang
nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Selain itu bebas menyelenggarakan
kebebasan pers. Semua warga negara bebas berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan
mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat bahkan dalam memilih salah satu keyakinanpun dibebaskan.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang meliputi: pada masa orde lama, orde baru, masa reformasi
yang terdiri dari: Reformasi pada masa B.J. Habiebie, Megawati Soekarno Putri, Abdurrahman
Wahid/Gusdur, hingga presiden yang sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.
3.2 Saran
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis yang terkait erat
dengan perubahan. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem
pemerintahan demokrasi kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi
kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi terbentuknya suatu sistem demokrasi yang utuh di
dalam wadah pemerintahan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. PENGERTIAN DEMOKRASI
IstilahdemokrasimunculpadamasaYunanikuno,
yaituberasaldarikata demosdankratos. Katademosberartirakyatsedangkan
kata kratosberarti Negara demokrasiadalah Negara yang
rakyatnyamemerintah.
a. Abraham Lincoln
Demokrasiadalahpemerintahan yang
berasaldarirakyatolehrakyatdanuntukrakyat.
Dalamdemokrasi,
kekuasaanpemerintahharusbenardalampenggunaannyadandenganpersetujuan
rakyat.
b. Carold C. Gould
Demokrasiadalahsuatubentukpemerintahan yang
didalamnyarakyatmemerintahsendiri,
baikmelaluipartisipasilangsungdalammerumuskankeputusan-keputusan yang
mempengaruhimerekamaupundengancaramemilihwakil-wakilmereka.
c. Hans Kelsen
Demokrasipadahakikatnyaadalahpemerintahanolehrakyatdanuntukrakyat,
demokrasidapatdigambarkansebagaiberikut.
2. Segalakehendakdankepentinganrakyatakandiperhatikanolehwakilrakyatdalam
melaksanakankekuasaannegara.
Demokrasiadalahpemerintahanolehrakyatdimanakekuasaantertinggidita
nganrakyatdandijalankanlangsungolehmerekaatauwakil-wakil yang
merekapilihdibawahsistempemilihan yang bebas.
Demokrasiadalahsuatubentukpemerintahan yang
menjaminhakuntukmembuatkeputusanpolitik yang diselenggarakanolehwarga
Negara melaluiwakil yang
terpilihdanbertanggungjawabkepadamerekamelaluisuatupemilu yang bebas.
PadaConferensiInternational Commision of
Jurist(organisasiinternasionalparaahlihukum) di Bangkok tahun 1965
menyatakanbahwasyarat-syaratsuatu Negara danpemerintahan yang
demokratisdibawahrule of law sebagaiberikut.
a. Perlindungansecarakonstitusionalatashak-hakwarga Negara
b. Badankehakimanatauperadilan yang bebasdantidakmemihak
d. Kebebasanuntukmenyatakanpendapat
e. Kebebasanuntukberorganisasidanbereposisi
f. Pendidikankewarganegaraan.
Setelahberabad-abadtenggelam,
pahamdemokrasikembalimunculsebagaireaksipenentanganterhadapkekuasaan
raja yang absolut.Padaabad ke-19 hinggaawalabad ke-20, usaha-
usahauntukmembatasikekuasaanpenguasa agar
tidakmenjuruskearahkekuasaanabsoluttelahmenghasilkanajaranrule of
law (kekuasaanhukum). Ajaraninimenegaskanbahwa yang
berdaulatdalamsuatu Negara adalahhukum.Semua orang,
baikrakyatbiasamaupunpenguasawajibtundukpadahukum.Diberlakukannyaajar
aninigunamenghindarkantindakansewenang-
wenangpenguasaterhadaprakyat.Dengan kata lain, hak-
hakrakyatakanterlindungi.
a. PengakuanterhadapHakAsasiManusia (HAM)
Wujuddaripengakuanadanya HAM
dapatdilihatdaritindakanpemerintahdalammelindungi HAM
warganegaranyatanpamelupakankepentinganumumnya.
b. AdanyaPartisipasiAktifWargaNegaranya
Negara yang
melaksanakandemokrasiselaluterjadihubungantimbalbalikdankesinergianantar
apemerintahdanrakyat.
a. Menyelesaikanperselisihandengancaradamaidansecaramelembaga.
b. Menjaminterselenggaranyaperubahansecaradamaidalamsuatumasyarakat
yang sedangberubah.
c. Menyelenggarakanpergantianpimpinansecarateratur.
d. Membatasipemakaiankekerasansampaiseminimalmungkin.
e. Mengakuisertamenganggapwajaradanyakeanekaragaman.
f. Menjamintegaknyakeadilan.
Berdasarkanuraiandiatas, hakikatdemokrasiadalahadanyahak-
hakasasimanusiadanperansertarakyat.
a. Adanyajaminankebebasanindividu
b. AdanyajaminanHakAsasiManusia
c. Adanyapersbebasdanbertanggungjawab
d. Kesempatanmemperolehpendidikan
e. Negara berdasarkanatashukum
h. Prinsimayoritassuara
5. BENTUK-BENTUK DEMOKRASI
1. DemokrasiSistemParlementer
Ciri-ciridemokrasisistemparlementersebagaiberikut.
a. DPR lebihkuatdaripadapemerintah.
b. Kepalapemerintahan/
kepalaeksekutifdisebutperdanamenteridanmemimpinkabinetdengansejumlah
menteri yang bertanggungjawabkepada DPR.
c. Program kebijakankabinetdisesuaikandengantujuanpolitikanggotaparlemen.
d. Kedudukankepalanegaraterpisahdarikepalapemerintahan,
biasanyahanyaberfungsisebagai symbol negara.
2. DemokrasiSistemPresidensial
Ciri-ciridemokrasisistempresidensialsebagaiberikut.
a. Negara dikepalaipresiden.
c. Presidenmempunyaikekuasaanmengangkatdanmemberhentikanmenteri.
d. Menteritidakbertanggungjawabkepada DPR melainkankepadapresiden.
1. DemokrasiLangsung
2. DemokrasiTidakLangsung
2. Demokrasi Rakyat
Setelah masa orde lama usai maka lahirlah masa ordebaru (1966 –
1998). Masa ini dimulai ketika berhasilnya pemberontakan G30SPKI ditumpas
oleh Jendral Suharto. Yang kemudian menjadi presiden yang berikutnya. Pada
masa ini pelaksanaan demokrasi diindonesia itu murni dan konsekuen menurut
pancasila dan UUD ’45 tapi pelaksanaan demokrasi pada masa ini pada awalnya
berjalan mulus dan memberi harapan baru pada rakyat serta berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Namun seiring berjalannya waktu pelaksanaan demokrasi pada masa ini di
anggap gagal karena beberapa hal yaitu:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Hingga akhirnya runtuhnya masa demokrasi orde baru ini pada tahun 1998 yang
disebabkan oleh:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun
jadi Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Setelah itu adalah masa reformasi, masa inilah yang berlaku hingga sampasi
saat ini. Pada masa reformasi ini, pelaksanaan demokrasi yang dikembangkan pada
masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan mendasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan
peraturan-peraturan yang tidakdemokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-
lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata
hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR
hasil Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta
terbentuknya lembaga-lembaga tinggi yang lain. Selain itu juga lebih ditekankan
pada:
1. Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai
lembaga negara, lembaga politik, dan kemasyarakatan.
2. Pembagian secara tegas wewenang antara badan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
3. Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang
multipartai.
C. Kesimpulan
Jadi Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun waktu 60 tahun
terakhir telah banyak mengalami perubahan yang mencakup berbagai hal, yaitu
sebagai berikut :
1. Periode 1945-1949 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi Pancasila
namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberal
2. Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal.
3. Periode 1950-1959 dengan UUDS 1950 berlaku demokrasi liberal dengan
multipartai.
4. Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharus berlaku demokrasi Pancasila,
namun yang diterapkan demokrasi terpimpin (cebderung otoriter).
5. Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung
otoriter).
6. Periode 1998 sampai sekarang dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila
(cenderung ada perubahan menuju demokratisasi).
http://jazzygalih.blogspot.com/2012/03/pelaksaan-serta-sejarah-demokrasi-di.html
KONSEP DEMOKRASI.
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi
merupakan bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat.
Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, oleh, dan untuk rakyat (demos).
Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan
rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Demos menyiratkan makna
diskriminatif atau bukan rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang
berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber–sumber kekuasaan dan
bisa mengklaim kepemilikan atas hak–hak prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.
Jika dilihat dari keterkaitan antar badan atau organisasi di negara ini dalam berhubungan, Bentuk
Demokrasi dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu sebagai berikut:
Menurut sistem ini ada hubungan yang erat antara badan eksekutif (pemerintah) dan badan
legislative (badan perwakilan rakyat). Tugas atau kekkuasan eksekutif diserahkan kepada suatu
badan yang disebut kabinet atau dewan menteri. Menteri-menteri, baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama sebagai kabinet (dewan menteri), mempertanggungjawabkan segala
kebijaksanaan pemerintahannya kepada parlemen (badan perwakilan rakyat). Apabila
pertanggungjawaban menteri atau dewan menteri diterima oleh parlemen maka kebijaksanaan
tersebut dapat terus dilaksanakan dan dewan menteri tetap melaksanakan tugasnya sebagai
menteri. Akan tetapi, apabila pertanggungjawaban menteri atau dewan menteri ditolak parlemen
maka parlemen dapat mengeluarkan suatu keputusan yang menyatakan tidak percaya (mosi tidak
percaya) kepada menteri yang bersangkutan atau para menteri (kabinet). Jika itu terjadi, maka
menteri atau para menteri tersebut harus mengundurkan diri. Hal ini akan menyebabkan timbulnya
krisis kabinet. Sistem Parlemen ini memiliki kelebiahan dan kelemahan, kelebihannya, rakyat dapat
menjalankan fungsi pengewasan dan peranannya dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,
sedangkan kelemahannya, kedudukan badan eksekutif tidak stabil, selalu terancam adanya
penghentian ditengah jalan karena adanya mosi tidak percaya dari badan perwakilan rakyat sehingga
terjadi krisis kabinet. Akibatnya, pemerintah tidak dapat menyelesaikan program-program yang
telah direncanakan.
Dalam sistem ini, hubungan antara badan eksekutif dan badan legislative dapat dikatakan tidak ada.
Pemisahan yang tegas antara kekuasaan eksekutif (pemerintah) dan legislative (badan perwakilan
rakyat) ini mengingatkan kita pada ajaran dari Montesquie yang dikenal dengan ajaranTrias
Politika. Menurut ajaran Trias Politika, kekeuasaan negra dibagi menjadi tiga kekuasaan yang satu
sama lainnya terpisah dengan tegas. Ketika kekuasaan tersebut ialah sebagai berikut:
Dalam system pemisahan kekuasaan, badan eksekutif atau pemerintah terdiri dari presiden sebagai
kepala pemarintahan dan dibantu oleh para menteri-menteri. Sebagai salah satu sistem dalam
demokrasi, sistem pemisahan kekuasaan juga memiliki kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya,
ada kestabilan pemerintah karena mereka tidak dapat dijatuhkan dan dibubarkan oleh badan
perwakilan rakyat (parlemen) sehingga pemerintah dapat melaksanakan program-programnya
dengan baik, sedangkan Kelemahannya, dapat mendorong timbulnya pemusatan kekuasaan di
tangan presiden serta lemahnnya pengawasan dari rakyat.
Dalam sistem refendum (pengawasa langsung oeh rakyat) ini badan tugas legilatif (badan perwakilan
rakyat) selalu berada dalam pengawasan rakyat. Dalam hal inipengawasannya dilaksanakan dalam
bentuk refendum, yaitu pemungutan suara langsung oleh rakyat tanpa melalui badan legilatif.
Sistem ini di bagi dalam dua kelompok, yaitu referendum obligatoire dan referendum fakultatif.
Referendum fakultatif adalah refendum yang menentukan apakah suatu undang-undang yang
sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak, atau perlu ada tidaknya perubahan-perubahan.
Demokrasi dengan sistem pengawasan oleh rakyat ini berlaku dalam sistem pemerintahan
negara Swiss. Seperti kedua sistem sebelumnya , sistem referendum pun memiliki kelebihan dan
kelemahan.
Kelemahannya, tidak semua rakyat memiliki pengetahuan yang cukup terhadap undang-undang yang
baik dan pembuatan undang-undang menjadi lebih lambat.
http://widayaka84.blogspot.com/2013/05/konsep-demokrasi-dan-bentuk-demokrasi.html
Aspek Demokrasi Pancasila – Ada beberapa aspek yang terkandung dalam demokrasi
Pancasila, yaitu:
Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila lainnya. Maka dari itu,
pengertian demokrasi Pancasila tidak hanya merupakan demokrasi politik saja, tetapi juga
demokrasi ekonomi dan sosial.
Demokrasi Pancasila merupakan bentuk atau cara pengambilan keputusan (demokrasi politik)
yang dicerminkan oleh sila keempat.
Menurut Prof. S. Pamudji, Demokrasi Pancasila mengandung aspek sebagai berikut:
Dalam aspek ini, demokrasi Pancasila membahas persoalan dan cara rakyat menunjuk wakil-
wakil dalam badan-badan perwakilan rakyat dalam pemerintahan dan bagaimana mengatur
permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai
kesepakatan bersama.
Dalam aspek ini, demokrasi Pancasila mengemukakan gambaran manusia dan mengakui harkat
serta martabat manusia, menjamin terwujudnya masyarakat Indonesia sesuai dengan gambaran,
harkat dan martabat tersebut.
Dalam aspek ini, demokrasi Pancasila mengungkap seperangkat norma atau kaidah yang
mengatur dan membimbing manusia dalam rangka mencapai tujuan bersama. Norma-normra
yang terkandung dalam demokrasi Pancasila antara lain norma agama, norma hukum, norma
persatuan dan kesatuan, dan norma keadilan.
Mengandung arti bahwa demokrasi Pancasila mempunyai tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai
oleh bangsa Indonesia. Tujuan dan cita-cita tersebut, tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea ke IV.
Dalam aspek ini, organisasi sebagai wadah pelaksanaan demokrasi Pancasila untuk
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Aspek kejiwaan mengandung arti bahwa demokrasi Pancasila memberi motivasi dan semangat
para penyelenggara negara dan para pemimpin pemerintahan.
Selain itu, demokrasi Pancasila juga mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. lembaga-lembaga negara,
b. partai politik dan golongan karya,
c. otonomi daerah,
d. pola pengambilan keputusan/tata cara musyawarah,
e. pemilihan umum,
f. peraturan perundangan/sumber tertib hukum,
g. pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia,
h. sistem pembagian kekuasaan.
http://hidupsehati.com/aspek-demokrasi-pancasila.html