Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DEMOKRASI DAN BELA NEGARA

DISUSUN OLEH:
Yuliana Mose ( 09220000027)
Kelas : Reguler 1A
Dosen pengampu : Erwin Sujana, S.KOM.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Demokrasi dan
Bela Negara ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Dosen mata kuliah Pendidikan Kewarnegaraan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan tentang Demokrasi dan Bela Negara. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan Jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan dating,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Jakarta,Desember 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
1. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori Demokrasi…………………………………………….
2. Landasan Teori Bela Negara…………………………………………...
2.1 Konsep dasar Demokrasi……………………………………….
2.2 Prinsip-prinsip Demokrasi……………………………………...
2.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia………………………..
2.4 Makna Bela Negara…………………………………………….
2.5 Sumber kekuatan Bela Neagara………………………………..
2.6 Dasar Hukum Bela Negara…………………………………….
2.7 Implementasi Bela Negara……………………………………..

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi merupakan suatu sistem untuk mengatur tata tertib masyarakat dan
juga mengadakan perubahan masyarakat, menentukan corak kebudayaan sendiri,
kebebasan, berkumpul, menentukan kebebasan bergerak, menyatakan pendapat
dan tulisan, menganut agama dan kepercayaan dan keyakinan masing- masing.
Dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi;
pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik. Untuk pemahaman
yang terakhir ini disebut juga sebagai Procedural Democracy2.

Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang di


Republik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat,
tapi tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan merugikan bagi
keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana
keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari
segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari
ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik perhatian bangsa kita, khususnya
generasi muda, untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam upaya mencari
jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu oleh sistem
pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat
nasionalisme dan kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau
ketidaksetujuan dengan kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam
suatu sistem politik yang demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis, konflik
SARA dan separatisme yang sering terjadi dengan mengatas namakan demokrasi
menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi semangat kebersamaan sebagai suatu
bangsa. Kepentingan kelompok, bahkan kepentingan pribadi, telah menjadi tujuan
utama. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar.Bela Negara
biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban
dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional
Indonesia. Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya
setiap warga negara untuk mempertahankan RepublikIndonesia terhadap ancaman
baik dari luar maupun dalam negeri.
UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI mengatur tata cara
penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI) maupun oleh seluruh komponen bangsa. Upaya melibatkan
seluruh komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara itu
antaralain dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. Di dalam
masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi, tentu timbul
pertanyaan apakah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara masih relevan dan masih
dibutuhkan. Makalah ini akan mencoba membahas tentang relevansi Pendidikan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas terdapat permasalahan
sebagai berikut:
a. Apakah konsep dasar demokrasi ?
b. Apa yang dimaksud prinsip-prinsip demokrasi ?
c. Bagaimana perkembangan demokrasi di indonesia ?
d. Apa makna bela negara ?
e. Apa saja sumber kekuatan bela negara ?
f. Apa dasar hukum bela negara ?
g. Bagaimana implementasi bela negara ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas terdapat tujuan sebagai


berikut:
a. Konsep dasar demokrasi
b. Prinsip-prinsip demokrasi
c. Perkembangan demokrasi di Indonesia
d. Makna bela negara
e. Sumber kekuatan bela negara
f. Dasar hukum bela negara
g. Implementasi bela negara
BAB II PEMBAHASAN

1. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori Demokrasi
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica
yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif,
yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negaraDemokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negar yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain1 . Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan
di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya
dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari
istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern
telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara2 . Kata
“demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam
bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara.
Demokrasi juga membawa konsekwensi lebih jauh lagi yaitu
demokratisasi pribadi serta demokratisasi struktur kemasyarakatan
dan struktur politik. Sehubungan dengan hal ini sumbangan
pendidikan politik pada demokratisasi, prosesperubahan dan
pembangunan itu dilakukan atas azas-azas sebagai berikut :
1. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dan lembaga
kenegaraan yang memungkinkan individu untuk hidup bebas dan
bertanggung jawab.
2. Demokrasi tidak hanya menjamin hak-hak azasi manusia dan
kebebasan kehidupan pribadi saja, tetapi juga menjamin dimensi
publiknya yaitu dalam bentuk pertanggungjawaban moril terhadap
sesama manusia dan masyarakat, serta terhadap negara. Jadi baik
aspek privat maupun aspek publik dapat diungkapkan secara bebas.
3. Demokrasi tidak secara otomatis dapat menciptakan masyarakat
harmonis tanpa konflik, karena itu harus diperjuangkan dan
ditingkatkan. Demokrasi justru memungkinkan timbulnya banyak
perbedaan, konflik dan masyarakat majemuk yang dinamis
sifatnya, dengan banyak perubahan serba cepat. Namun semua itu
sudah diperhitungkan, bisa ditanggulangi dan harus bisa
dikendalikan. Karena itu diperlukan manajemen politik yang baik.
 Prinsip-prinsip Demokrasi di Indonesia
Untuk dapat melaksanakan demokrasi dengan baik, terlebih dahulu
rakyat, terutama pada pelaksana kekuasaan, harus mengetahui dan
memahami dengan baik prinsip-prinsip demokrasi yaitu sebagai
berikut:
1. Pemilik negara adalah rakyat, sehingga otoritas rakyatlah yang
memiliki kekuaasaan tertinggi. Oleh sebab itu, setiap warga negara
memiliki hak untuk turut serta memilih wakil-wakil rakyat yang
akan mewakilinya dalam memegang kekuasaan tertinggi, dan juga
memiliki hak untuk bisa dipilih bagi jabatan tersebut atau jabatan
dibidang kekuasaan lainnya.
2. Orang-orang yang mewakili rakyat untuk memegang kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara, dengan status suatu anggota suatu
lembaga kekuasaan tertinggi yang lajim disebut parlemen (lembaga
legislatif), haruslah dipilih melalui suatu pemilihan umum yang
diadakan setiap lima tahun sekali.
3. Tidak boleh ada pengistimewaan kepada seseorang ataupun
kepada golongan atau partai tertentu. Diantaranya tidak boleh ada
pemilikan istimewa pada jabatan apapun karena adanya ketetapan
UUD atau UU walau dengan lasan apapun.
4. Harus ada UU yang mengatur tentang struktur organisasi
kekuasan dalam negara dan mekanisme pelaksanaan kerjanya

2. Bela negara adalah cerminan dari sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) yang berlandaskan pancasila dan undang
undang dasar 1945 dalam pendidikan belanegara sangatlah penting
pendidikan bela negara dipandang releven dan strategis, di
samping untuk pembinaan pertahanan negara juga berguna untuk
meningkatkan pemahaman dan penanaman jiwa patriotisme dan
cinta terhadap tanah air, jadi sudah sepatutnya kesadaran berbangsa
dan bernegara sejogjanya di tumbuh
kembangkan kepada seluruh. Masyarakat Indonesia dalam
melaksanakan pembinaan kesadaran belanegara.
Bela negara merupakan tekad, sikap, dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang di
landasi oleh kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara indonesia serta kenyakinan akan pancasila sebagai
ideologi negara pembelajaran bela negara sebagai perekat karakter
siswa, maka dari itu kegiatan bela negara harus merupakan
kegiatan yang bagus dan harus selalu di terpakan oleh siswa supaya
mempunyai karakter baik.
Bela negara dapat dilakukan serta dilaksanakan pada diri setiap
warga negara Indonesia yaitu negara dengan adanya rasa cinta
tanah air kepada bangsa dan negara Indonesia, serta adanya
kesadaran serta rela berkorban akan bangsa dan negara Indonesia,
serta meyakini pancasila sebagai ideologi yang dianut oleh bangsa
Indonesia yang dipercayai sebagai pemersatu bangsa dan.
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak serta kewajiban
dalam melakukan kegiatan bela negara yang telah diatur dalam
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Iindoneisa
serta undang-undang. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 3
dan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002
Pasal 9 ayat 1 mengandung makna bahwa dari undang-undang
tersebut seluruh warga negara dapat dipaksakan oleh negara
dengan keadaan tertentu untuk dapat ikut serta dalam pembelaan
bangsa dan negara. Bela negara yang dijalankan oleh aparatur
negara seperti TNI hingga Polri merupakan kegiatan atau bentuk
bela negara yang nyata akan keberlangsungan kehidupan bangsa
dan negara dari ancaman dari dalam hingga luar. TNI
melaksanakan tugas sebagai aparatur negara yang melindungi
segenap bangsa dan negara dari luar, TNI melaksanakan kegiatan
tersebut demi melindungi kedaulatan dan wilayah bangsa dan
negara Indonesia. POLRI melaksanakan tugas sebagai aparatur
negara yang bertugas untuk menciptakan keamanan rakyat dari
dalam, yang dilakukan oleh POLRI merupakan aparatur negara
untuk mempertahankan ketertiban dan keamanan di dalam
lingkungan bermasyarakat.
Contoh-Contoh Bela Negara :
1. Melestarikan budaya
2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk-produk dalam negeri
5. Membayar Pajak
Penting-nya bela negara bagi masyarakat adalah untuk
Kemampuan berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
merupakan kemampuan yang harus semua orang miliki.
Pembahasan ini memiliki kedudukan yang amat penting dalam
upaya memberikan pengetahuan, pemahaman, dan menanamkan
kesadaran untuk berpartisipasi dalam usaha membela negara di
lingkungan masing-masing

1.2 Konsep Dasar Demokrasi


Demokrasi (democracy) berasal dari penggalan kata bahasa
Yunani yakni demos dan kratos/cratein. Demos berarti rakyat dan
cratein berarti pemerintahan. Jadi demokrasi berarti pemerintahan
rakyat. Salah satu pendapat terkenal dikemukakan oleh Abraham
Lincoln di tahun 1863 yang mengatakan demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
(government of the people, by the people and for the people).
Istilah demokratia sendiri dikemukakan oleh sejarawan
Herodotus (490-420 SM) untuk menyebut sistem kenegaraan hasil
pembeharuan Kleistenes tersebut. Sistem demokratia Athena
akhirnya diambil alih oleh banyak polis lain di Yunani. Demokrasi
di Athena ini bertahan sampai dihancurkan oleh Iskandar Agung
dari Romawi pada tahun322 SM. Sejak saat itu demokrasi Yunani
dianggap hilang dari muka bumi. Selanjutnya Eropa memasuki
abad kegelapan (Dark Age). Gagasan demokrasi mulai
berkembang lagi di Eropa terutama setelah kemunculan konsep
nation state pada abad 17.Gagasan ini disemai oleh pemikirpemikir
seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704),
Montesqiueu (1689- 1755), dan JJ Rousseau (1712-1778), yang
mendorong berkembangnya demokrasi dan konstitusionalisme di
Eropa dan Amerika Utara (Aidul Fitriciada Azhari, 2005: 2). Pada
kurun waktu itu berkembang ide sekulerisasi dan kedaulatan
rakyat. Berdasar sejarah singkat tersebut, kita bisa mengetahui
adanya demokrasi yang berkembang di Yunani yang disebut
demokrasi kuno dan demokrasi yang berkembang selanjutnya di
Eropa Barat yang dikenal sebagai demokrasi modern. Lalu apakah
demokrasi itu sesungguhnya? Memang tidak ada pengertian yang
cukup yang mewakili konsep demokrasi. Istilah itu tumbuh sejalan
dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat Semakin
tinggi kompleksitas kehidupan suatu masyarakat semakin sulit dan
tidak sederhana demokrasi didefinisikan (Eep Saefulloh Fatah,
1994: 5). Berdasar berbagai pengertian yang berkembang dalam
sejarah pemikiran tentang demokrasi, kita dapat mengkategorikan
ada 3 (tiga) makna demokrasi yakni demokrasi sebagai bentuk
pemerintahan, demokrasi sebagai sistem politik dan demokrasi
sebagai sikap hidup.
Pembahasan demokrasi menghadapkan kita pada kompleksitas
permasalahan yang klasik, fundamental, namun tetap actual.
Dikatakan klasik karena masalah demokrasi sudah menjadi focus
perhatian dalam wacana filsafat sejak jaman Yunani Kuno dan
telah diterapkan di Polish Athena sebagai Negara kota pada waktu
itu. Dikatakan fundamental karena hakikat demokrasi menyentuh
nilai-nilai dasar kehidupan tentang apa dan bagaiamana kehidupan
itu akan dipergunakan dimana manusia sebagai subjek sekaligus.
objeknya. Dikatakan actual karena demokrasi menjadi dambaan
setiap bangsa dan Negara untuk menerapkannya termasuk bangsa
Indonesia dalam era reformasi.

2.2 Prinsip-prinsip Demokrasi


Prinsip-prinsip demokrasi telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Jika kita
mengungkap kembali prinsip demokrasi sebagaimana dinyatakan Sukarna (1981)
di atas, menunjuk pada prinsip demokrasi 79 sebagai suatu sistem politik. Contoh
lain, misalnya Robert Dahl (Zamroni, 2011: 15) yang menyatakan terdapat dua
dimensi utama demokrasi, yakni:
a. Kompetisi yang bebas diantara para kandidat
b. Partisipasi bagi mereka yang telah dewasa memiliki hak politik.
Berkaitan dengan dua prinsip demokrasi tersebut, secara umum dapat dikatakan
bahwa demokrasi memiliki dua ciri utama yakni keadilan (equality) dan
kebebasan (freedom).Franz Magnis Suseno (1997: 58), menyatakan bahwa dari
berbagai ciri dan prinsip demokrasi yang dikemukakan oleh para pakar, ada 5
(lima) ciri atau gugus hakiki negara demokrasi, yakni: negara hukum, pemerintah
berada dibawah kontrol nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip
mayoritas dan adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Hendra Nurtjahyo (2006: 74-75) merangkum sejumlah prinsip demokrasi
yang dikemukakan para ahli dengan menyatakan adanya nilai-nilai yang
substansial dan nilainilai yang bersifat prosedural dari demokrasi. Pendapat yang
sejenis dikemukakan oleh Maswadi Rauf (1997: 14) bahwa demokrasi itu
memiliki dua prinsip utama demokrasi yakni kebebasan/persamaan
(freedom/equality) dan kedaulatan rakyat (people’s sovereignty).
a. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi. Kebebasan
dianggap sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil
maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari penguasa. Jadi
bagian tak terpisahkan dari ide kebebasan adalah pembatasan kekuasaan
kekuasaan penguasa politik. Dengan prinsip persamaan, setiap orang
dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan
kesempatan sama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya.
Demokrasi berasumsi bahwa semua orang sama derajat dan hak-haknya
sehingga harus diperlakukan sama pula dalam pemerintahan.

b. Kedaulatan rakyat (people’s sovereignty)


Konsep kedaulatan rakyat pada hakekatnya kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini
akan mencapai dua hal. Pertama, kecil kemungkinan terjadi
penyalahgunaan kekuasaan dan kedua, terjaminnya kepentingan rakyat
dalam tugas tugas pemerintahan. Perwujudan lain konsep kedaulatan
adalah pengawasan oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi
tidak mempercayai kebaikan hati penguasa.
Ada lima indicator untuk melihat apakah suatu Negara betul-betul demokratis apa
tidak yang meliputi :
a. Akuntabilitas
Dalam demokrasi setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat
harus mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah
ditempuhnya,ucapannyadan yang tidak kalah pentingnya adalah
perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang bahkan akan
dijalaninnya.
b. Rotasi kekuasaan
Dalam demokrasi peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada,
dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi tidak hanya satu orang
yang selalu memegang jabatan, sementara peluang orang lain tertutup
sama sekali.
c. Rekruitmen politik yang terbuka
Untuk memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu
system rekruitmen politik yang terbuka. Artinya setiap orang yang
memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh
rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi
untuk mengisi jabatan tersebut.
d. Pemilihan Umum
Dalam suatu Negara demokrasi, pemilu dilakukan secara teratur.
Setiap warga Negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk
memilih dan dipilih serta bebas menggunakan haknya tersebut sesuai
dengan kehendak nuraninya.
e. Menikmati Hak-hak Dasar
Dalam suatu Negara demokratis, setiap warga Negara dapat menikmati
hak-hak dasar mereka secara bebas termasuk didalamnya adalah hak
untuk menyatakan pendapat, hak untuk berkumpul dan berserikat, dan
hak untuk menikmati pers bebas.

2.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia


a. Ide Demokrasi Pendiri Negara
Apakah ide atau gagasan demokrasi ada pada benak para pendiri negara
saat membicarakan dasar-dasar bernegara di sidang BPUPKI tahun 1945?
Para pendiri negara (The Founding Fathers) kita umumnya 96 menyetujui
bahwa negara Indonesia yang akan didirikan hendaknya negara demokrasi.
Ada kesamaan pandangan dan konsensus politik dari para pendiri negara
bahwa kenegaraan Indonesia harus berdasar kerakyatan/ kedaulatan rakyat
atau demokrasi. Jadi cita cita atau ide demokrasi itu ada pada para the
founding fathers bangsa ( Franz Magnis Suseno, 1997: 9-10).
Menurut Mohammad Hatta (1953:39-41), demokrasi telah berurat
akar dalam pergaulan hidup kita. Bangsa Indonesia sejak dahulu
sesungguhnya telah mempraktekkan ide tentang demokrasi meskipun
masih sederhana dan bukan dalam tingkat kenegaraan. Dikatakan bahwa
desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan
pemilihan kepada desa dan adanya rembug desa. Itulah yang disebut
"demokrasi asli". Demokrasi asli itu memiliki 5 unsur atau anasir yaitu;
rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan hak
menyingkir dari kekuasaan raja absolut. Saat itu, Mohammad Hatta lebih
suka mengganakan istilah kerakyatan, untuk membedakannya dengan
demokrasi Barat yang cenderung individualistik. Namun demikian,
demokrasi desa tidak bisa dijadikan pola demokrasi untuk Indonesia
modern. Kelima unsur demokrasi desa tersebut perlu dikembangkan dan
diperbaharui menjadi konsep demokrasi Indonesia yang modern.
Demokrasi Indonesia modern, menurut Mohammad Hatta harus meliputi 3
hal yaitu; demokrasi di bidang politik, demokrasi di bidang ekonomi,
demokrasi di bidang sosial.
Demokrasi Indonesia tidak berbeda dengan demokrasi di Barat dalam
bidang politik. Hanya saja demokrasi di Indonesia perlu mencakup
demokrasi ekonomi dan sosial, sesuatu yang tidak terdapat dalam
masyarakat Barat. Saat ini, ide demokrasi tersebut terungkap dalam sila
keempat Pancasila yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan dan pasal 1 ayat 2 UUD
1945 yakni kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang- Undang Dasar 1945. Oleh karena UUD 1945 merupakan derivasi
dari Pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka secara normatif
demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang bersumberkan nilai Pancasila
khususnya sila keempat.
Oleh karena itu demokrasi Indonesia dikatakan Demokrasi Pancasila,
dimana prinsip-prinsip demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas maupun
sempit, sebagai berikut:
 Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilainilai Pancasila baik sebagai pedoman
penyelenggaraan maupun sebagai cita-cita.
 Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi
ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
. Nilai-nilai Pancasila menentang sistem otoriter atau kediktatoran. Pelaksanaan
demokrasi Pancasila agar tegak dan berkembang dipusatkan pada 10 (sepuluh)
pilar demokrasi (Achmad Sanusi, 2006: 193- 205), yaitu:
 Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa Para pemeran politik dan
pemimpin negara dan semua warga negara dalam menerapkan demokrasi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ia dituntut agar mempertanggungjawabkan
segala tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Demokrasi yang Menjunjung Hak Asasi manusia Demokrasi mengharuskan
adanya penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dalam bentuk jaminan
dan perlindungan hak-hak asasi manusia demi terwujudnya keadilan dalam
masyarakat.
 Demokrasi yang mengutamakan Kedaulatan Rakyat Rakyat adalah pemegang
kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi. Pelaksanaan kedaulatan melalui
sistem perwakilan. Untuk mengisi lembaga perwakilan perlu dilaksanakan pemilu
secara periodik.
 Demokrasi yang didukung kecerdasan Warga negara yang cerdas dan terdidik
secara politik merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan demokrasi. Oleh
karena itu, pendidikan kewarganegaraan atau pendidikan politik amat penting
dalam negara demokrasi untuk membekali warga negara kesadaran hak dan
kewajibannya.
 Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan Suatu negara yang
demokratis harus ada pembagian kekuasaan. Hal ini untuk menghindari terjadinya
pemusatan kekuasaan kepada satu orang. Dan memberikan kesempatan kepada
lembaga lain untuk melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban
jalannya pemerintahan.
 Demokrasi yang menerapkan konsep Negara Hukum Hukum melandasi
pelaksanaan demokrasi. Untuk mengembangkan kebebasan yang demokratis tidak
bisa dengan meninggalkan hukum. Tanpa hukum kebebasan akan mengarah
perbuatan yang anarkis. Pada akhirnya perbuatan itu meninggalkan nilai-nilai
demokrasi. Untuk mewujudkan demokrasi yang berdasarkan hukum tidak dapat
lepas dari perlidungan konstitusinal, badan peradilan yang bebas, kebebasan
berpendapat, berserikat, dan kesadaran kewarganegaraan.
 Demokrasi yang menjamin otonomi daerah Pelaksanaan demokrasi harus tetap
menjamin tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan dilaksanakan otonomi
daerah yang semakin nyata dan bertanggung jawab mengindakasikan paham
demokrasi juga semakin berkembang. Sebagai wujud prinsip demokrasi
kekuasaan negara tidak dipusatkan pemerintah pusat saja namun sebagian
diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah itu sendiri.
 Demokrasi yang berkeadilan sosial Pelaksanaan demokrasi diarahkan untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi bukan
hanya politik saja melainkan juga demokrasi sosial dan ekonomi. Demokrasi
sosial artinya demokrasi yang ditemukan dalam hubungan antar warga masyarakat
dan atau warga negara. Juga harus dilandasi oleh penghormatan terhadap
kemerdekaan, persamaan dan solidaritas antar manusia.
 Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat Demokrasi juga mencakup dalam
bidang ekonomi. Demokrasi ekonomi adalah sistem pengelolaan perekonomian
negara berdasarkan prinsip ekonomi. Perekonomian harus dijaga dari persaingan
bebas tanpa batas melalui peraturan perundang- undangan. Negara juga
mengambil peran yang cukup dalam usaha mewujudkan kesejahteraan rakyat.
 Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka Sistem pengadilan yang merdeka
memberi peluang seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk
mencari dan menemukan hukum yang seadil-adilnya. Pengadilan yang merdeka
dan otonom tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, namun hakim wajib
mempertimbangkan keadilan yang berkembang di masyarakat.
Demokrasi Pancasila dalam arti sempit adalah berdasar pada sila keempat
Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dengan demikian, demokrasi Pancasila dalam arti
sempit adalah masalah pengambilan keputusan yaitu pengambilan keputusan yang
dipimpin oleh hitmat kebijaksanaan. Wujud dari pengambilan keputusan yang
dipimpin oleh hidmat kebijaksanaan adalah dengan musyawarah mufakat.
b . Praktik Demokrasi Indonesia
Praktik demokrasi Indonesia berhubungan dengan periodisasi demokrasi yang
pernah dan berlaku dan sejarah Indonesia. Mirriam Budiardjo (2008:127-128)
menyatakan bahwa dipandang dari sudut perkembangan sejarah demokrasi
Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi dalam 4 (empat) masa, yaitu:
1. Masa pertama Republik Indonesia (1945-1959) yang dinamakan masa
demokrasi konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen dan partai-partai
dan karena itu dinamakan Demokrasi Parlementer.
2. Masa kedua Republik Indonesia (1959-1965) yaitu masa Demokrasi Terpimpin
yang banyak aspek menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formal
merupakan landasannya dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
3. Masa ketiga Republik Indonesia (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila
yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil.
4. Masa keempat Republik Indonesia (1998-sekarang) yaitu masa reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap
praktikpraktik politik yang terjadi pada masa ketiga Republik Indonesia.
Afan Gaffar (1999: 10) membagi alur demokrasi Indonesia terdiri atas:
1. Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), implementasi demokrasi baru
terbatas pada interaksi politik di parlemen dan pers berfungsi sebagai pendukung
revolusi kemerdekaan. Elemen-elemen demokrasi yang lain belum sepenuhnya
terwujud, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Pada masa itu
pemerintah masih disibukkan untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan yang
baru saja diproklamasikan.
2. Demokrasi parlementer (1950-1959) merupakan masa kejayaan demokrasi di
Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan dalam
perwujudannya pada kehidupan politik di Indonesia yang ditandai dengan
karakter utama:
a. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan.
b. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisasi pada umumnya sangat tinggi;
c. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-
besarnya untuk berkembang secara maksimal. Hal itu dibuktikan dengan sistem
banyak partai (multy party sistem) sehingga pada saat itu ada sekitar 40 partai
yang terbentuk.
d. Pemilu tahun 1955 dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
e. Hak-hak dasar masyarakat umum terlindungi.
3. Masa demokrasi terpimpin (1960-1965) merupakan masa dimana demokrasi
dipahami dan dijalankan berdasar kebijakan pemimpin besar revolusi dalam hal
ini presiden Soekarno. Belajar dari kegagalan demokrasi parlementer yang
dianggap liberal maka presiden Soekarno mengajukan gagasan demokrasi yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Ciri yang muncul pada masa itu antara lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian
b. Peranan DPR-GR sebagai lembaga legislatif dalam sistem politik nasional
menjadi sedemikian lemah
c. Basic human right sangat lemah, dimana Soekarno dengan mudah
menyingkirkan lawan-lawan politiknya yang tidak sesuai dengan
kebijaksanaannya atau yang mempunyai keberanian untuk menentangnya
d. Masa puncak dari semangat anti kebebasan pers, dibuktikan dengan
pemberangusan harian Abdi dari Masyumi dan harian Pedoman dari PSIN
e. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan pemerintah
pusat dan daerah.
4. Demokrasi masa pemerintahan presiden Soeharto (1966-1998) dikenal dengan
demokrasi Pancasila. Namun demikian pada masa itu, pelaksanaan demokrasi
memberi gejala-gejala antara lain:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif tidak pernah ada kecuali di tingkat daerah
b. Rekrutmen politik tertutup
c. Pemilu masih jauh dari semangat demokrasi
d. Basic human right sangat lemah.
5. Perkembangan akhir menunjukkan bahwa setelah berakhirnya pemerintahan
Soeharto atau masa Orde Baru, Indonesia memasuki Orde Reformasi (sejak 1998
sampai sekarang). Gambaran mengenai pelaksanaan demokrasi di masa Reformasi
dapat kita ketahui dari naskah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
2005-2025. Dalam naskah tersebut dinyatakan tentang kondisi pembangunan
demokrasi, sebagai berikut:
a. Perkembangan demokratisasi sejak tahun 1998 sampai dengan proses
penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 telah memberikan peluang untuk mengakhiri
masa transisi demokrasi menuju arah proses konsolidasi demokrasi.
b. Adanya pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, pemilihan langsung
anggota DPR, DPD dan DPRD, serta pemilihan langsung kepala daerah
merupakan modal awal yang penting bagi lebih berkembangnya demokrasi pada
masa selanjutnya.
c. Perkembangan demokrasi selama ini ditandai pula dengan terumuskannya
format hubungan pusat-daerah yang baru yaitu penguatan desentralisasi dan
otonomi daerah.
d. Perkembangan demokrasi ditandai pula dengan adanya konsensus mengenai
format baru hubungan sipil-militer yang menjunjung tinggi supremasi sipil dan
hubungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepolisian Republik
Indonesia (Polri) terkait dengan kewenangan dalam melaksanakan sistem
pertahanan dan keamanan.
e. Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah berkembangnya kesadaran-
kesadaran terhadap hak-hak masyarakat dalam kehidupan politik, yang dalam
jangka panjang diharapkan mampu menstimulasi masyarakat lebih jauh untuk
makin aktif berpartisipasi dalam mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-
urusan publik.

2.4 Makna Bela Negara


Di Indonesia, makna bela negara sendiri di artikan sebagai suatu hal yang
memiliki arti penting dalam suatu negara. Ini tidak hanya ditunjukan melalui
kekuatan fisik seperti senjata, militer atau peperangan, tetapi juga bisa ditunjukan
melalui beragam upaya.
Banyak devisi yang membuat pengertian tentang arti bela Negara namun
penertian yang pasti Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Arti dari bela negara itu
sendiri adalah Warga Negara Indonesia (WNI)yang memiliki tekad, sikap dan
perilaku yang dijiwai cinta NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang rela
berkorban demi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Adapun kriteria warga
negara yg memiliki kesadaran bela negara adalah mereka yg bersikap dan
bertindak senantiasa berorientasi pada nilai-nilai bela negara:
a. Nilai-nilai bela negara yang dikembangkan adalah Cinta Tanah air, yaitu
mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga tanah dan
pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia, melestarikan dan mencintai
lingkungan hidup, memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara,
menjaga nama baik bangsa dan negara serta bangga sebagai bangsa indonesia
dengan cara waspada dan siap membela tanah air terhadap ancaman tantangan,
hambatan dan gangguan yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta
negara dari manapun dan siapapun.
b. Sadar akan berbangsa dan bernegara, yaitu dengan membina kerukunan
menjaga persatuan dan kesatuan dari lingkungan terkecil atau keluarga,
lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja, mencintai
budaya bangsa dan produksi dalam negeri, mengakui, menghargai dan
menghormati bendera merah putih, lambang negara dan lagu kebangsaan
indonesia raya, menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi, keluarga dan golongan.
c. Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu memahami hakekat atau
nilai dalam Pancasila, melaksanakan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara serta yakin pada
kebenaran Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, yaitu bersedia mengorbankan waktu,
tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara, siap mengorbankan jiwa
dan raga demi membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman, berpastisipasi
aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, gemar membantu
sesama warga negara yg mengalami kesulitan dan yakin dan percaya bahwa
pengorbanan untuk bangsa dan negara tidak sia-sia.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara secara psikis dan fisik. Secara psikis,
yaitu memiliki kecerdasan emosional, spiritual serta intelegensia, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya serta memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras
dan tahan uji. Sedangkan secara fisik yaitu memiliki kondisi kesehatan,
ketrampilan jasmani untuk mendukung kemampuan awal bina secara psikis
dengan cara gemar berolahraga dan senantiasa menjaga kesehatan.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan nyata, yakni siskamling, menjaga
kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian antar perorangan
sampai dengan antar kelompok, meningkatkan hasil pertanian sehingga dapat
mencukupi ketersediaan pangan daerah dan nasional, cinta produksi dalam negeri
agar dapat meningkatkan hasil eksport, melestarikan budaya Indonesia dan tampil
sebagai anak bangsa yang berprestasi baik nasional maupun internasional.

2.5 Sumber kekuatan Bela Negara


Sumber kekuatan bela negara apabila kita melihat dalam Undang Undang N0.
20 Tahun 1982. Pokok-pokok Pertahanan dan Keamanan Negara Republik
Indonesia adalah semua warga negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah sumber
kekuatan bangsa yang menjadi kekuatan dasar upaya pertahanan keamanan negara
(Pasal 2 UU N0. 20 Th.1982). Sedangkan dalam Undang Undang N0. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal 9 ayat 1 disebutkan pula bahwa
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Sesuai dengan
Sishankamrata maka beberapa potensi harus dibina untuk mewujudkan daya dan
kekuatan tangkal dengan membangun, memelihara, dan mengembangkan segenap
komponen kekuatan pertahanan negara yang terdiri dari :
a. Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar
b. Angkatan bersenjata (ABRI) besertya cadangan Tentara Indonesia (Cad.TNI)
sebagai komponen utama.
c. Perlindungan masarakat (Linmas) sebagai komponen khusus
d. Sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan prasarana nasional sebagai
kmponen pendukung
Selanjutnya perwujudan penyelenggaraan pertahanan keamanan rakyat semesta
itu dilakukan melalui :
a. Memasarakatkan upaya pertahanan keamanan negara
b. Menegakkan Hak dan Kewajiban warga negara dalam bela negara menurut
jalur / wadah yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan
c. Mengamankan dan mendayagunakan sumber daya nasional dan prasarana
nasional untuk kepentingan pertahanan keamanan negara.
Hakekat sistem Pertahanan Keamanan negara Indonesia adalah Perlawanan
Rakyat Semesta yang memiliki sifat-sifat :
 Kerakyatan, yaitu keikutsertaan seluruh rakyat warga negara sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya dalam komponen kekuatan pertahanan keamanan
negara.
 Kesemestaan, yaitu seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasikan
diri guna menanggulangi setiap bentuk ancaman baik dari luar negeri maupun dari
dalam negeri
 Kewilayahan, yaitu seluruh wilayah negara merupakan tumpuhan perlawanan
dan segenap lingkungan didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk
perlawanan secara berlanjut.

2.6 Dasar Hukum Bela Negara


Konsepsi pertahanan keamanan negara RI menurut UU N0. 20 Tahun 1982
yang dengan adanya amandemen didalamnya ditegaskan bahwa sistem yang
dipakai adalah Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sihankamrata)
dengan adanya amandemen UUD 1945 pada pasal 27 dan pada pasal 30 serta
dengan diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM) maka panggilan tentang partisipasi, implementasi serrta realisasi
pembelaan warga negara Indonesia terhadap kedaulatan dan keuutuhan bangsa
nampak lebih eksplisit, lebih lebih setelah diundangkannya UU No. 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara.Dalam pasal 27 UUD 1945 ( Amandemen) ayat 3
tersurat kata “wajib“ iktu serta dalam upaya pembelaan negara . Hal ini
merupakan implementasi dari “right of equality“ Jadi tidak ada nilai diskriminatif.
Pada pasal 30 UUD 1945 (Amandemen) tentang pembelaan negara dan
pertahanan keamanan dimunculkan lagi (ayat 1 dan ayat 2) dan bahkan dalam ayat
2 juga dipertegas lagi oleh UU N0. 20 Tahun 1982 dimana pertahanan dan
keamanan dilaksanakan menlalui Sishankamrata.
Selanjutnya dalam pasal 68 UU N0. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memberikan penegasan bahwa upaya pembelaan negara itu wajib bagi setiap
warga negara ,tetapi ada ketentuan menurut Undang-Undang.
Demikian pula yang diatur dalam UU N0. 3 Tahun 2002 dalam pasal 9 ayat 1
disebutkan pula bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara “.
Menurut penjelasan UU N0. 3 Tahun 2002 dinyatakan bahwa upaya bela negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Selanjutnya bela negara
itu dalam era sekarang ini dapat dipahami baik secaca fisik maupun secara non
fisik.
Bela negara fisik adalah bagi warga negara yang langsung maju perang dengan
memanggul senjata , sedang bela negara non fisik adalah bela negara yang
dilakukan oleh warga negara yang tidak langsung maju perang dengan angkat
senjata , tetapi dilaksanakan melalui Pendidikan Kewarganegaraandan pengabdian
sesuai dengan profesinya masing- masing.
Beberapa contoh bentuk bela negara non fisik adalah :
 Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara ,taat, patuh terhadap
peraturan perundangan dan demokratis.
 Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus
kepada masarakat.
 Beerperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara
 Sadar mmembayar pajak untuk kepentingan bangsa dan negara.

2.7 Implementasi Bela Negara


Dalam upaya bela Negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap
warganegara, implementasinya dapat ditempuh melalui:
a. Lingkungan Pendidikan
Melalui pendidikan bela Negara (PPBN). PPBN merupakan proses
mempersenjatai rakyat secara praktis/mental dengan ideology Pancasila,
kecintaan tanah air, kerelaan berkorban untuk bangsa, Negara serta kesadran
akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang bertanggung jawab.
PPBN dilakukan secara bertahap yaitu;

a. Tahap awal pada pendidikan dasar sampai dengan menengah dan


pendidikan luar sekolah
termasuk kepramukaan.
b. Tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan pada tingkat
pendidikan tinggi.

Secara khusus sasaran yang dicapai adalah membentuk peserta didik agar sadar
akan perannya sebagai tunas bangsa dan kader bangsa dimasa mendatang,
mengenal, dan mencintai tanah air, rela membela kehormatan martabat bangsa
dan Negara, memiliki watak dan sikap kejuangan dan kesatria.
c. Lingkungan pekerjaan Sasaran yang dicapai adalah membentuk karyawan yang
selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja
yang tinggi, memiliki disiplin dan produktivitas yang tinggi pula sesuai dengan
profesinya masing-masing.
d. Lingkungan pemukiman Sasaran yang dicapai adalah membentuk masyarakat
yang dapat memahami nilai-nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela
berkorban serta mempunyai kemampuan awal bela Negara, memilik persatuan
dan kesatuan bangsa yang mewujudkan dalam kehidupan secara gotong royong,
sehat, bersih, tertib dan aman, pelestarian lingkungan disetiap pemukiman.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana


menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan
negara. Baik dalam artian demokratis, yaitu warga negara yang cerdas,
berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara
Indonesia. Nantinya diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi menjadi
ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya
saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Sehubungan bela negara, konstitusi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3
mengatur bahwa; “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara”. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib
ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30
Ayat 1 bahwa; “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.” Selanjutnya, UU No.3 Tahun
2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara,
selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
B. Saran

Belum ada perundang-undangan yang mengatur mengenai Pendidikan


Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-
undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan
semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan
negara.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Muhammad. 2001. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam


Konstitusi Madinah dan UUD 1945. Yogyakarta: UII Pres.
Alam, Wawan Tunggul. 2003. Demi Bangsaku Pertentangan Bung Karno
vs Bung Hatta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
138 Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara
Indonesia Pasca Reformasi. Jakarta:BIP.
Atmaja, I Dewa Gede. 2011. Konsepsi Demokrasi dalam Bingkai
Konstitusi, Malang: Setara Press.
Budisetyowati, Dwi Andayani. 2013. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia sebagai Dasar Pelindung Hak –Hak Warga Negara.
Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara.
Bodin, Jean. 1995. Six Books Of Commonwealth Blackwell’s political
texts. Michingan University : B. Blackwell.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Kamus Bahasa
Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Boyle, Kevin. 2000. Demokrasi: 80 Tanya Jawab.Yogyakarta: Kanisius.
Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Deni JA. 2006. Catatan Politik. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Dantes, Nyoman. 2012. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka
Setia.
Eamage, E Douglas. 2002. Percaturan Politik di Indonesia: Demokrasi,
Islam dan Ideologi Toleransi. Jogjakarta: Mata Bangsa
Effendi, Bahtiar. 2001. Teologi Baru Agama Islam: Pertautan Agama,
Negara dan Demokrasi. Yogyakarta: Galang Printika.
Fukuyama, Francis. 1992. The End of History and the Last Man. New
York: Avon Books.
Firmansyah. 2008. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning

Anda mungkin juga menyukai