PENDAHULUAN
i
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem
pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus menjaga,
memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada. Demi
tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya
akan mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.
1
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Demokrasi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani “demos” yang berarti
rakyat dan “kratos/cratein” yang berarti pemerintahan. Khususnya di Athena, kata “demos”
biasanya merujuk pada seluruh rakyat tetapi kadangkala juga berarti orang-orang pada
umumnya atau hanya rakyat miskin, kata demokrasi pada mulanya kadangkala digunakan
oleh kalangan aristokrat sebagai sindiran untuk merendahkan orang-orang
kebanyakan(Dahl,1998:11-12 dalam Yudi Latif,2011:395).
Dari pengertian mengenai demokrasi tersebut dapat ditarik bahwa substansi
demokrasi itu sendiri merupakan kekuasaan Yudikatif,Eksekutif dan Legislatif berasal dari
rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Substansi tersebut
membentuk struktur dalam demokrasi, yakni adanya infrastruktur dan suprastruktur yang
menghasilkan keputusan dan kapabilitas.
Demokrasi merupakan pemusatan kekuasaan ditangan rakyat. Menurut Cholisin
demokrasi di Indonesia memegang prinsip Teo-Demokratis dimana segala keputusan dan
kebijakkan diatur sepenuhnya untuk kepentingan rakyat namun tidak melanggar peraturan
Tuhan. Inilah perbedaan mendasar dari demokrasi yang khas di Indonesia dibandingkan
dengan demokrasi di negara lainnya. Prinsip Teo-demokratis merupakan hasil demokrasi
yang mendasarkan Pancasila terutama sila pertama yakni Ketuhanan yang maha Esa.
Demokrasi bukan hanya suatu sistem yang ada dalam suatu pemerintahan, namun
juga suatu proses yang dilakukan untuk menuju kepada kesejahteraan rakyat dalam
negara tersebut. Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi yang khas dari bangsa
Indonesia sendiri merupakan hasil dari pendiri negara ini yang memiliki keinginan mulia
untuk melepaskan segala kesulitan masyarakat Indonesia. Proses menuju kesejahteraan
tersebutlah yang kadang dalam perjalanannya ada beberapa negara yang mampu
melaksanakannya dengan baik namun tidak jarang juga banyak negara yang tidak mampu
untuk melakukannya.
Dengan adanya demokrasi ini, maka diharapkan akan terwujud pemerintahan yang
kuat mengingat karena pemerintahan ini diciptakan oleh rakyat itu sendiri. Pemerintahan
yang kuat bukanlah pemerintahan yang diciptakan dalam bentuk pemerintahan otoriter
3
yang mampu mengarahkan kehendaknya kepada rakyat, namun pemerintahan yang kuat
yang didukung sepenuhnya oleh rakyat dan tidak ditumpangi oleh kebutuhan pihak lain.
2. Urgensi demokrasi
Urgensi merupakan pentingnya Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
Indonesia. Pancasila sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan
yang ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata. Pentingnya
Demokrasi Pancasila sebagai sistem pemerintahan Indonesia bisa dilihat dari fungsi
Pancasila itu sendiri. Fungsi Pancasila sebagai sistem pemerintahan negara Indonesia
adalah sebagai sarana pemersatu masyarakat, sehingga dijadikan prosedur
konflik, dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri negara Indonesia tentang
pentingnya mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia. Pentingnya pancasila sebagai sistem
pemerintahan Indonesia, dikarenakan sistem demokrasi pancasila memiliki perinsip:
1) Kebebasan atau persamaan (Freedom/Equality).
Kebebasan/persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai
sarana mencapai kemajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha orang
tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang
dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dan memperoleh akses dan kesempatan
bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang
dikandung dalam demokrasi pancasila ini tidak berarti Free Fight Liberalism yang
tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak mengganggu hak dan kebebasan
orang lain.
2) Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty).
Dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan yang dibuat adalah kehendak
rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanismesemacam ini akan mencapai dua
hal; yaitu, kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan sangatlah kecil,
dan kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan lebih terjamin.
Perwujudan lain dari konsep kedaulatan adalah adanya pengawasan oleh rakyat.
Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati
penguasa.
4
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab yang memiliki prinsip-prinsip
g) Prinsip mayoritas.
5
raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan.Ada istilah yang
cukup tekenal pada masa itu bahwa “Rakyat ber-raja pada Penghulu, Penghulu
berraja pada Mufakat, dan Mufakat ber-raja pada alur dan patut”. Dengan demikian,
raja sejati di dalam kultur Minangkabau ada pada alur (logika) dan patut (keadilan).
Alur dan patutlah yang menjadi pemutus terakhir sehingga keputusan seorang raja
akan ditolak apabila bertentangan dengan akal sehat dan prinsip-prinsip keadilan
(Malaka, 2005).
Ada dua anasir lagi dari tradisi demokrasi desa yang asli nusantara, yaitu hak
untuk mengadakan protes bersama terhadap peraturan-peraturan raja yang dirasakan
tidak adil, dan hak rakyat untuk menyingkir dari daerah kekuasaan raja, apabila ia
merasa tidak senang lagi hidup di sana. Dalam melakukan protes, biasanya rakyat
secara bergerombol berkumpul di alun-alun dan duduk di situ beberapa lama tanpa
6
berbuat apa-apa, yang mengekspresikan suatu bentuk demonstrasi damai.Tidak
sering rakyat yang sabar melakukan itu.Namun, apabila hal itu dilakukan, pertanda
menggambarkan situasi kegentingan yang memaksa penguasa untuk
mempertimbangkan ulang peraturan yang dikeluarkannya.Adapun hak menyingkir,
dapat dianggap sebagai hak seseorang untuk menentukan nasib sendiri.Kesemua itu
menjadi bahan dasar yang dipertimbangkan oleh para pendiri bangsa untuk mencoba
membuat konsepsi demokrasi Indonesia yang modern, berdasarkan demokrasi desa
yang asli itu (Latif, 2011).
Hatta menjelaskan bahwa Kelima anasir demokrasi asli itu: rapat, mufakat,
gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan hak menyingkir dari daerah
kekuasaan raja, dipuja dalam lingkungan pergerakan nasional sebagai pokok yang
kuat bagi demokrasi sosial, yang akan dijadikan dasar pemerinahan Indonesia
merdeka di masa datang (Latif, 2011).
Nilai demokratis yang berasal dari Islam bersumber dari akar teologisnya.Inti
dari keyakinan Islam adalah pengakuan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid,
Monoteisme).Konsekuensinya, semua bentuk pengaturan hidup sosial manusia yang
melahirkan kekuasaan mutlak, dinilai bertentangan dengan jiwa Tauhid (Latif,
2011).Pengaturan hidup dengan menciptakan kekuasaan mutlak pada sesama
manusia merupakan hal yang tidak adil dan tidak beradab. Sikap pasrah kepada
Tuhan, yang memutlakkan Tuhan dan tidak pada sesuatu yang lain, menghendaki
tatanan sosial terbuka, adil, dan demokratis (Madjid, 1992).
7
didorong menjadi makhluk sosial yang menjalin kerjasama dan persaudaraan untuk
mengatasi kesenjangan dan meningkatkan mutu kehidupan bersama (Latif, 2011).
8
perkembangannya, Hatta juga memandang stimulus Islam sebagai salah satu sumber
yang menghidupkan cita-cita demokrasi sosial di kalbu para pemimpin pergerakan
kebangsaan.
9
mereka juga mendapatkan stimulus dari gagasan-gagasan humanisme-demokratis
Eropa (Latif, 2011).
Sumber inspirasi dari anasir demokrasi desa, ajaran Islam, dan sosiodemokrasi
Barat, memberikan landasan persatuan dari keragaman., Segala keragaman ideologi-
politik yang dikembangkan, yang bercorak keagamaan maupun sekuler, semuanya
memiliki titik-temu dalam gagasan-gagasan demokrasi sosialistik (kekeluargaan),
dan secara umum menolak individualisme.
10
4) Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) yaitu masa reformasi yang
menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik-
praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III.
1. Dinamika demokrasi
Sebagai contoh ialah jika ada seorang individu maupun sekelompok orang yang
melakukan kritik sosial terhadap pemerintah maka tidak lama kemudian pasti orang
itu akan hilang ataupun dipenjara. Hal tersebut sangat kontras dengan saat ini yang
memanjakan kebebasan pers. Malahan,sekarang ini kebebasan dalam demokrasi
pancasila ini menjadi tidak terbatas dan hampir mendekati liberal. Hal itu dapat kita
lihat semakin dalamnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Belum lagi
tentang campur tangan satu badan kekuasaan terhadap badan kekuasaan yang
lain,contohnya ialah: Presiden yang dalam konteks ini adalah badan eksekutif(karena
sebagai pemimpin dalam pelaksanaan pemerintahan) melakukan campur tangan
11
terhadap pengadilan tinggi dalam hal ini sebagai badan yudikatif dalam kasus yang
menimpa besannya yaitu Aulia pohan tersangka kasus BLBI yang mendapatkan
vonis bebas. Hal tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Maka dari itu diperlukan suatu perbaikan dalam sistem pemerintahan kita
agar tidak semakin banyaknya penyimpangan-penyimpangan dan tidak mengkaji
makna pancasila hanya pada satu sudut pandang saja.
2. Tantangan demokrasi
Konsep demokrasi pancasila digali dari nilai masyarakat asli Indonesia dengan
nilai-nilai yang melekat kepadanya, seperti desa demokrasi, rapat kolektivisme,
musyawarah mufakat, tolong-menolong dan istilah-istilah lain yang berkaitan dengan
itu. Tujuannya, memberikan pendasaran empiris sosiologis tentang konsep
demokrasi yang sesuai dengan sifat kehidupan masyarakat asli Indonesia, bukan
sesuatu yang asing yang berasal dari Barat dan dipaksakan pada realitas kehidupan
bangsa Indonesia. Namun, tantangan penggunaan sistem Demokrasi amatlah besar
seperti:
1) Melemahnya rasa Nasionalisme bangsa Indonesia dengan hasil karya, bahasa dan
budaya Indonesia sehingga mereka lebih memilih untuk mengikuti kebiasaan
warga negara lain agar disebut kekinian.
2) Kurangnya pemahaman akan Pancasila dan penerapannya dalam berdemokrasi.
3) Kemajuan teknologi yang pesat tanpa di imbangi pola pikir dan pemanfaatan yang
teknologi tersebut sehingga mengakibatkan kurangnya kualitas masyarakat.
4) Hilangnya budaya dan adab dalam bersosialisasi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian demokrasi yang sangat popular ialah pemerintahan dari
rakyat,untuk rakyat, dan oleh rakyat. Pemerintahan dari rakyat artinya presiden, gubernur,
bupati, kepala desa pemimpin politik telah dipilih dan mendapatkan mandat dari rakyat
sehingga mengemban kepentingan rakyat. Pemerintahan oleh rakyat artinya Negara
dijalankan oleh rakyat melalui mandat sehingga rakyat menjadi pengawas, yang dijalankan
oleh rakyat. Pemerintahan untuk rakyat artinya hasil dan kebijaksanaan diarahkan pada
kesejahteraan rakyat dan atas dasar aspirasi rakyat. Jadi demokrasi adalah pemerintahan
yang berdasarkan kedaulatan rakyat. (Minto rahayu,2009: 124)
Konsep demokrasi pancasila digali dari nilai masyarakat asli Indonesia dengan
nilai-nilai yang melekat kepadanya, seperti desa demokrasi, rapat kolektivisme,
musyawarah mufakat, tolong-menolong dan istilah-istilah lain yang berkaitan dengan
itu.
B. Saran
Sebagai warga negara yang baik, ketika telah mengetahui bahwa sistem
demokrasi diterapkan di negaranya, sudah seharusnya tindakan dan perilaku warga negara
mencerminkan demokrasi yang penuh tanggung jawab.Sistem demokrasi yang
dilaksanakan di Indonesia melalui lembaga-lembaga perwakilan.Lembaga-lembaga
perwakilan tersebut dipilih secara langsung oleh rakyat, sehingga sudah sepatutnya bahwa
anggota dari lembaga-lembaga perwakilan bercermin bahwa jabatan yang mereka emban
merupakan amanah dari rakyat untuk dijalankan sebaik mungkin dengan tujuan
kesejahteraan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa.Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Asdi, Endang Daruni. 2003. Manusia Seutuhnya dalam Moral Pancasila. Yogyakarta:
Pustaka Raja.
Delors, J. et al. 1996. Learning the Treasure Within, Education for the 21th Century. New
York: UNESCO.
Jimly Asshiddiqie., 2011. Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi . Jakarta: Sinar
Grafika
14