Disusun oleh:
1. Krisna Amanda
2. Arum Cholifatul Sa’diyah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas segala limpahan rahmat, nikmat, serta
karunia-Nya yang telah memeberi kemudahan bagi kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa juga kami ucapkan terima ksih kepada
Bapak Ahmad Suhaili yang telah memberikan tugas, sehingga kami dapat menguasai materi
dengan baik. Makalah ini berjudul “Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila” disusun
untuk memenuhi tugas harian dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini mengulas mengenai sistem dan perkembangan demokrasi yang digunakan
di Indonesia. Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat beberapa kesalahan. Semoga
dikemudian hari, makalah ini dapat mernjadi manfaat bagi semuanya.
PENYUSUN
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapakan sistem demokrasi
pelaksanaan demokrasi di Indonesia bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara
Indonesia, yaitu mewujudkan kepentingan nasional. Semua negara mengakui bahwa
demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah dasar utama
kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya sistem politik demokrasi. Demokrasi
meletakkan rakyat pada posisi penting selaku pemegang kedaulatan.
Dalam lingkup negara, apabila sebuah negara melaksanakan pemilihan umum secara
jujur dan adil negara tersebut telah menerapkan demokrasi.Salah satu pilar demokrasi adalah
prinsip trias politika yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang independen dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Penerapan demokrasi di Indonesia didasari oleh sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, serta sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa hakikat demokrasi?
2. Bagaimana dinamika penerapan demokrasi pancasila di Indonesia?
3. Bagaimana cara membangun kehidupan yang demokratis di Indonesia?
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Makna Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga demokrasi dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat. Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu kosa
kata dalam bahasa Inggris yaitu democracy. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar sebab demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi merupakan istilah politik yang
berarti pemerintahan rakyat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam sebuah negara
demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat
atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.
2. Klasifikasi Demokrasi
Berikut ini dipaparkan beberapa macam bentuk demokrasi.
1. Berdasarkan Titik Berat Perhatiannya,
a. Demokrasi formal, yaitu suatu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam
bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan
dalam bidang ekonomi. Bentuk demokrasi ini dianut oleh negara-negara liberal.
5
c. Demokrasi gabungan, yaitu bentuk demokrasi yang mengambil kebaikan serta
membuang keburukan dari bentuk demokrasi formal dan material. Bentuk demokrasi ini
dianut oleh negara-negara non-blok.
2. Berdasarkan Ideologi,
a. Demokrasi liberal (konstitusional), yaitu demokrasi yang didasarkan pada kebebasan
atau individualisme. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah kekuasaan
pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak melakukan campur tangan dan
bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh
konstitusi.
b. Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang
jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang
dihadapinya semakin rumit dan kompleks. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.
6
a. Kedaulatan rakyat.
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
c. Kekuasaan mayoritas.
d. Hak-hak minoritas.
e. Jaminan hak-hak asasi manusia.
f. Pemilihan yang bebas dan jujur.
g. Persamaan di depan hukum.
h. Proses hukum yang wajar.
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
k. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat
7
pemisahan kekuasaan (division and separation of power). dengan sistem pengawasan
dan perimbangan (check and balances).
8
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung dalam rentang waktu
antara tahun 1949 sampai 1959. Pada periode ini terjadi dua kali pergantian undang-undang
dasar. Pertama,bentuk negara kita berubah dari kesatuan menjadi serikat, sistem
pemerintahan juga berubah dari presidensil menjadi quasi parlementer.(1949-1950) Kedua,
bentuk negara kembali berubah menjadi negara kesatuan dan sistem pemerintahan
menganut sistem parlementer.(1950-1959).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pada periode 1949 sampai dengan 1959 negara kita menganut demokrasi parlementer.
c. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959 - 1965.
Kinerja Dewan Konstituante yang berlarut-larut membawa Indonesia ke dalam persoalan
politik pelik. Negara dilingkupi oleh kondisi yang serba tidak pasti, karena landasan
konstitusional tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena hanya bersifat
sementara. Selain itu, situasi seperti ini berpengaruh besar terhadap situasi keamanan
nasional yang membahayakan persatuan dan kesatuan nasional. Kemudian, era baru
demokrasi dan pemerintahan Indonesia mulai dimasuki, yaitu suatu konsep demokrasi yang
oleh Presiden Soekarno disebut sebagai demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin
merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan pada masa demokrasi
parlementer.
9
dari pengaruh pemerintahan yang berkuasa, dan berani menghukum siapa saja yang
bersalah.
10
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Artinya, rakyat dengan serta merta mempunyai
kebebasan untuk melakukan semua aktivitas kehidupan termasuk aktivitas politik tanpa
adanya tekanan dari pihak mana pun, karena pada hakikatnya yang berkuasa adalah rakyat
untuk kepentingan bersama.
Inti dari Demokrasi Pancasila adalah sila keempat, yaitu Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Jadi, Demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang dikendalikan oleh dua nilai yaitu nilai hikmat dan nilai bijak. Pada
hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yang demokratis apabila di dalam
pemerintahan tersebut rakyat memiliki persamaan di muka hukum, memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan memperoleh pendapatan yang layak
melalui distribusi pendapatan yang adil.
B. SARAN
Sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai ujung tombak dalam usaha menegakkan
nilai-nilai demokrasi, sudah semestinya mendemonstrasikan peran serta dalam usaha
mewujudkan kehidupan yang demokratis. Seperti dengan membiasakan hidup demokratis
di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat tempat tinggal, sehingga berkembang
menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
11