Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU DAN

SIKAP ANTI KORUPSI


MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Hadits
DosenPengampu :H.Fakrur Rozi, M.Ag.

Disusun oleh :

Utlatun Nisa’ (133611022)


Ika Krisna Nandani (133611023)
Wahyu Bunga Sari (133611024)
Dzakki Robbani (133611025)
Muhammad Fatikhul Alam Bima Sakti (133611026)

JURUSAN TADRIS (PENDIDIKAN) FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2014

0
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Penegakan hukum yang terjadi di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup baik. Tingginya angka kejahatan membuat pihak pemerintah bekerja keras
untuk dapat menangani atau setidaknya mencegah terjadinya kejahatan. Kejahatan
yang “hampir” menjadi budaya adalah korupsi, yang dalam bentuknya memiliki
banyak macam dan jenis. Ironis memang, di negeri yang “katanya” mayaoritas
beragama Islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual ini pernah meraih
peringkat pertama sebagai Negara terkorup di Asia dan Negara paling lamban yang
keluar dari krisis dibandingkan ngara-negara tetangganya. Sebagai umat Islam sudah
selayaknya kita menangani permasalahan tersebut dilihat dari sudut pandang
Islam.Adalah suatu hal yang naif apabila kenyataan ironis di atas ditimpakan kepada
Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Yang perlu dikritisi di
sini ialah orientasi keberagamaan kita yang menekankan kesalehan ritual-formal
dengan mengabaikan kesalehan moral-individual dan sosial. Model beragama seperti
ini memang sulit untuk dapat mencegah pemeluknya dari perilaku-perilaku buruk,
seperti korupsi. Padahal dalam perspektif ajaran Islam, korupsi merupakan perbuatan
terkutuk, karena dampak buruk yang ditimbulkannya bagi suatu masyarakat dan
bangsa sangatlah serius. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai apa
itu korupsi, bagaimana Islam melihat korupsi, dan apa sanksi Islam mengenai
kejahatan korupsi.

II.RUMUSAN MASALAH

A. Mengapa penegakan hukum harus tanpa tebang pilih ?


B. Mengapa shadaqah hasil korupsi sia-sia ?
C. Mengapa Nabi tidak bersedia menshalati jenazah koruptor ?
D. Mengapa pelaku korupsi dilaknat Allah ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum tanpa Tebang Pilih


Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol, hukum adalah aspek
terpenting  dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan,  Hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.1
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.2
Tindak pidana korupsi telah menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga memerlukan penanganan yang
luar biasa. Selain itu, upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan serta perlu di dukung
oleh berbagai sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya
seperti peningkatan kapasitas kelembagaan serta peningkatan penegakan hukum
guna menumbuh kesadaran dan sikap tindak masyarakat anti korupsi.
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang dibentuk berdasarkan ketentuan pasal
53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
012-016-019/PUU-IV/2006 tanggal 19 Desember 2006 dinyatakan bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesian Tahun 1945. Putusan
Mahkamah Konstitusi tersebut pada dasarnya sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menentukan bahwa
pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dengan Undang-Undang tersendiri.
Berdasarkan hal tersebut perlu peraturan mengenai Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi dalam suatu undang-undang tersendiri.3
Sejak Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) diundangkan,
terdapat berbagai interpretasi atau penafsiran yang berkembang di masyarakat
khususnya mengenai penerapan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
diundangkan. Hal ini disebabkan Pasal 44 Undang-undang tersebut menyatakan
1
. http://newcyber18.blogspot.com/2012/05/pengertian-hukum.html(diunduh senin, 19/05/14 Pukul 09.00 WIB)
2
. http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi(diunduh Senin, 19/05/14 Pukul 09.07 WIB).
3
. Pemerintah Indonesia., Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-undang Pengadilan
tindak pidana korupsi, Bina Pustaka, Jakarta, 2013. Hlm. 22-23

2
bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasa Tindak Pidana
Korupsi dinyatakan tidak berlaku sejak Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
diundangkan, sehingga timbul suatu anggapan adanya kekosongan hukum untuk
memproses tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999.
Disamping hal tersebut, mengingat korupsi di Indonesia terjadi secara
sistematik dan meluas sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga
telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, maka
pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan cara luar biasa. Dengan demikian,
pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan dengan cara yang khusus,
antara lain penerapan sistem pembuktian terbalik yakni pembuktian yang
dibebankan kepada terdakwa.
Untuk mencapai kepastian hukum, menghilangkan keragaman penafsiran, dan
perlakuan adil dalam memberantas tindak pidana korupsi, perlu diadakan perubahan
atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.4
Dalam hal ini di Indonesia banyak penegakan hukum yang tebang pilih yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat hukum yang seenaknya sendiri dalam memberikan
hukuman tanpa adanya kejelasan dasar atau Undang-undang yang jelas, dan hal itu
sering terjadi di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya kriteria dalam memilih
hakim atau mengangkat hakim untuk dijadikan sebagai pengadil di sebuah forum
pengadilan, agar kejadian yang seperti ini tidak terjadi lagi juga adanya pengawasan
hakim dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang hakim.
Dalam sebuah Hadits yang disabdakan oleh Rasulullah kepada Istrinya Aisyah
R.a adalah sebagai berikut:

‫ت َف َق الُوا َو َم ْن يُ َكلِّ ُم فِ َيه ا‬ ِِ ِ َّ ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َر ِضي اللَّه َعْن َها‬
ْ َ‫َأن ُقَريْ ًش ا َأمَهَّ ُه ْم َش ْأ ُن الْ َم ْرَأة الْ َم ْخُزوميَّة الَّيِت َس َرق‬
‫ص لَّى اللَّه‬ ِ ِ
َ ‫ب َر ُس ول اللَّه‬ ُّ ‫ُأس َامةُ بْ ُن َزيْ ٍد ِح‬ ‫ِ ِإ‬ ِ
َ ‫صلَّى اللَّه َعلَْيه َو َسلَّ َم َف َق الُوا َو َم ْن جَيْرَتِ ُئ َعلَْي ه ال‬
ِ َ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
ِ ‫ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم َأتَ ْش َفع يِف ح ٍّد ِمن ح ُد‬
‫ود اللَّ ِه مُثَّ قَ َام‬ ِ
ُ ْ َ ُ َ َ َ َْ َ ُ ‫ُأس َامةُ َف َق َال َر ُس‬َ ُ‫َعلَْي ه َو َس لَّ َم فَ َكلَّ َم ه‬
‫يف َتَر ُك وهُ َوِإذَا َس َر َق فِي ِه ُم‬ ُ ‫الش ِر‬َّ ‫ين َقْبلَ ُك ْم َأن َُّه ْم َك انُوا ِإذَا َس َر َق فِي ِه ُم‬ ِ َّ َ‫فَ اختطَب مُثَّ قَ َال ِإمَّنَا َأهل‬
َ ‫ك الذ‬ َ ْ َ َْ
ٍ ِ َّ ‫الضَّعِيف َأقَاموا علَي ِه احْل َّد وامْي اللَّ ِه لَو‬
‫ت يَ َد َها (رواه البخاري‬ ُ ‫ت لََقطَ ْع‬ْ َ‫ت حُمَ َّمد َسَرق‬ َ ‫َأن فَاط َمةَ بِْن‬ ْ ُ َ َ َْ ُ ُ
Artinya:

“Orang-orang Quraisy sangat gelisah lantaran seorang perempuan


Makhzumiyah melaakukan pencurian. Seorang diantara mereka berkata: siapakah
gerangan yang akan berbicara dengan Rasulullah tentang hal perempuan ini.
Teman-temannya menjawab: Tidak ada yang berani berbicara dengan Rasulullah
selain Usamah bin Zaid, yang disayangi Rasulullah saw. Kemudian Usamah pun
4
. Ibid., Hlm. 47-48.

3
berbicara dengan Rasulullah tentang hal perempuan itu. Maka Rasulullah berkata:
Apakah engkau meminta syafaat mengenai hukuman dari hukuman-hukuman Allah?
Sesudah itu Nabi bangun lalu berkhutbah dan berkata: Bahwasanya orang-orang
yang sebelum kamu dibinasakan oleh karena apabila orang-orang yang terpandang
mencuri, mereka tidak menjalankan hukuman terhadapnya. Dan apabila rakyat
kecil mencuri mereka dijatuhkan hukuman atasnya. Demi Allah, sekiranya Fatimah
bin Muhammad, mencuri pastilah aku memotongtangannya.” (Al-Bukhary 60:54;
Muslim 29:2; Al Lu’lu-u wal MARJAN 2:214).5

Seorang perempuan golongan Bani Makhzum, yang bernama Fatimah binti Al


Aswad, mencuri sepotong perhiasan emas. Kasus itu terjadi dalam peperangan
penaklukan Mekkah. Orang Quraisy ingin perbuatan perempuan itu dimaafkan
(diampuni).
Seorang diantara mereka, yaitu Mas’ud ibn Al-Aswad mengemukakan
pendapatnya, bahwa tidak ada seorang pun yang berani menemui Rasulullah untuk
mengampuni kesalahan Fatimah itu, Selain Usamah ibn Zaid, seorang sahabat yang
disayangi Rasul. Mereka tahu, bahwa Rasulullah sangat tegas dan keras dalam
melaksanakan hukum Allah. Rasul dengan tegas menolak permohonan itu, bahkan
Nabi menjadikan Fatimah putrinya sebagai contoh, karena Fatimah orang yang
paling dicintai dan disayangi Nabi saw. diantara anggota keluarganya.
Kata An Nawawy: “Muslim menyebut hadits ini dalam bab larangan memberi
syafa’at dalam urusan hukuman had. Para ulama sependapat menetapkan, bahwa
memberi syafa’at dalam urusan had, sesudah kasusnya diajukan kepada yang
berwajib, tidak dibenarkan.”
Adapun sebelum disampaikan kepada yang berwajib, maka kebanyakan ulama
membolehkannya, asal saja yang mendapat syafaat itu bukan seorang yang sudah
terkenal jahat. Mengenai kejahatan yang hanya dikenakan takzir, kita boleh memberi
syafaat kepadanya, baik telah samapai kepada yang berwajib ataupun belum.
Ada ulama yang berpendapat, bahwa karena dalam rangkaian larangan hadits
ini terdapat perkataan “meminjam”, kemudian mengingkarinya. Mengingkari ariyah
itu hukumnya potong tangan. Sebenarnya perkataan “meminjam” yang terdapat
dalam salah satu lafal hadits ini harus diatikan “mencuri” karena itulah yang banyak
lafalnya.
Jumhur ulama tidak mewajibkan potong tangan atas orang yang mengingkari
ariyah, Ahmad dan Ishak mewajibkannya.
Kesimpulan dari Hadits ini menerangkan keutamaan Usamah, sebagaimana
menerangkan bahwa kita boleh bersumpah tanpa diminta.
Hadits ini menyatakan, bahwa pencuri baik dia dari orang rendahan ataupun
terpandang, hukumnya sama, dan menyatakan pula, bahwa syara’ tidak
membenarkan kita memberi syafaat untuk membebaskan seseorang dari hukuman
had.6

5
.Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy., Mutiara Hadits 5, PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2003.
Hlm. 436.
6
. Ibid., Hlm. 437.

4
B. Shadaqah hasil korupsi sia-sia
Apapun yang diamalkan seseorang kepada saudara, anak istri, ataupun kepada
orang lain jika hasil yang diamalkannnya didapat melalui perbuatan yang
bertentangan dengan hukum syara maka akan sia-sia saja perbuatannya dan tidak
akan mendapat apa-apa. Sepertinya halnya pencuri yang mencuri uang dan uang
tersebut diamalkan untuk masjid atau madrasah atau pun pada sanak saudaranya
maka perbuatan yang dilakukan tersebut sia-sia saja dan tidak ada pengaruhnya
sama sekali terhadap amal ibadahnya dirinya.
Di Indonesia banyak koruptor, maling, pencuri, garong yang mencuri demi
menafkahi keluarga mereka atau mengamalkan uang yang mereka dapatkan kepada
seseorang atau untuk memperkaya diri mereka sendiri. Dalam hal ini apapun yang
disedekahkan oleh pencuri atau koruptor dan lain sebagainya, amal yang mereka
berikan mungkin bisa membuat diri mereka keren terkenal disegani berbagai
kalangan, tapi Tuhan tidak pernah buta, Dia selalu melihat apa yang dilakukan
makhluknya. Dan sedekah apapun yang mereka kerjakan tidak akan ada
pengaruhnya pada catatan malaikat rokib, dan sia-sia saja mereka menghabiskan
waktu mereka untuk melakukan perbuatan yang tidak ada gunanya sama sekali.
Sedekah adalah amal mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan
sedekah, dalam keadaan lapang maupun sempit, merupakan salah satu karakter
orang-orang yang disukai oleh Allah azza wa jalla, seperti firman Allah QS.Ali
Imran 134 :

Artinya :
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah Subhanahu WaTa’ala menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(QS.Ali Imran 134)

Hanya saja, bagaimana apabila sedekah yang dikeluarkan berasal dari harta
haram atau dari hasil korupsi.
Prinsipnya Islam sangat menghargai motivasi yang bersih, maksud baik, dan
niat yang tulus ikhlas. Perbuatan yang mubah (boleh) atau adat kebiasaan yang tidak
secara langsung memiliki dimensi ibadah, dapat bernilai ibadah bila dibarengi
dengan motivasi yang baik.
Adapun perkara haram tetap saja haram. Betapa pun dibarengi dengan niat,
maksud, dan tujuan yang baik dari pelaku. Perkara haram bisa dilihat dari dua sisi,
yaitu dari sisi dzatnya yang memang sudah terkategori haram seperti babi, khamr
(minuman memabukkan), dan sebagainya, dan dari sisi cara perolehannya, seperti
dari korupsi, mencuri, menipu, dan sebagainya.

5
Islam mengajarkan pentingnya kemuliaan niat dan kebersihan sarana
sekaligus. Syariat Islam tidak bisa menerima jika perkara haram dijadikan sarana
untuk mencapai tujuan mulia. Tujuan mulia harus diraih melalui proses dan sarana
yang baik dan bersih. Karena itulah bersedekah dengan harta haram tidak bisa
dibenarkan dan Allah hanya menerima sedekah dari usaha yang baik.7
Abu Hurairah ra. Berkata:

َّ‫اهلل اِال‬
ِ ‫ص َّع ُد اِىَل‬ َّ َ‫ب َوالَي‬ ٍ ِّ‫ب طَي‬ ٍ ‫َّق بِ َع ْد ِل مَتْر ٍة َم ْن َكس‬
ْ َ َ ‫صد‬ ِ
َ َ‫ َم ْن ت‬: ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ ْم‬
ِ
َ ‫قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬
ِ ‫ فَاِ َّن اهلل يَت َقَّبلُها بِي ِمينِ ِه مُثَّ يربِّيها لِص‬.‫الطَّيِّب‬
.‫ َحىَّت يَ ُك ْو َن ِمثْ َل اجْلَبَ ِل‬،ُ‫احبِ َها َك َمايَُرىِّب اَ َح ُد ُك ْم َفلَُّوه‬ َ َ ْ َُ ْ َ َ َ َ ُ
Artinya:

“Rasulullah saw. Bersabda: Barangsiapa bersedekah seberat biji kurma dari usaha
yang baik dan tidak naik kepada Allah selain yang baik, maka sesungguhnya Allah
menyambutnya dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Allah memelihara sedekah itu
untuk pemiliknya, sebagaimana seorang kamu memelihara anak-anak kudanya
sehingga menjadilah sedekah itu semisal gunung.”(Al Bukhary 97: 23; Muslim 12:
19; Al Lu’lu-u wal Marjan 1: 237).

Hadits ini adalah salah satu hadits yang menjadi kaidah Islam dan dasar
hukum. Salah satu dari 40 buah hadits yang telah dikumpulkan oleh An Nawawy
dalam kitab yang terkenal dengan nama Matan Arba’in.8

Dalam hadis lain Nabi Bersabda :

‫ص اَل ةً بِغَرْيِ طُ ُه و ٍر‬ ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق‬ ِ َ ‫ك قَالَس ِمعت رس‬ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬
َ ُ‫ول اَل َي ْقبَ ُل اللَّه‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ ْ َ َ ْ ِ َ‫َع ْن َأن‬
ٍ ُ‫واَل ص َدقَةً ِمن غُل‬
)‫ول (رواه ابن ماج‬ ْ َ َ
Artinya:

“Dari Anas bin Malik berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Allah
Tidak Menerima Sholat tanpa bersuci (sebelumnya) dan Dia tidak menerima sedekah
dari hasil korupsi”. (H.R. Ibnu Majah).

C. Nabi tidak bersedia Menshalati Jenazah Koruptor


Dalam perspektif islam, korupsi jelas dianggap perbuatan terkutuk. Selain
statusnya yang serupa dengan pencurian besar-besaran, dampak buruk yang
ditimbulkan bagi suatu masyarakat sangatlah besar. Suatu Negara bisa saja lenyap
jika tidak mampu mencegah maraknya korupsi. Kemakmuran suatu bangsa yang
7
. http://infokorupsi.com/id/pembacamenulis.php?ac=9&l=bersedekah-dengan-harta-korupsi(diunduh Selasa
25/03/2014 pukul 15:06).
8
. TeungkuMuhammad Hasbi Ash Shiddieqy., Mutiara Hadits 4, PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2003. Hlm.
121-122.

6
seharusnya mudah diciptakan, juga bisa menjadi harapan kosong bagi rakyat, karena
kekayaan negara lebih banyak masuk ke kantong pribadi segelintir orang.
Syari’at Islam (maqâ shid asy-syari’ah) memiliki tujuan untuk menjaga dan
melindungi kemanusian. Para ulama merumuskan (maqâ shid asy-syari’ah) itu dalam
5 hal (al- maqâ shid al-khamsah), yakni perlindungan terhadap agama (hifzh ad-din),
perlindungan terhadap jiwa (hifzh an-nafs), pelindungan terhadap akal (hifzh
al-‘aql), perlindungan terhadap keturunan (hifzh an-nasl) dan perlindungan terhadap
harta (hifzh al-,mal).9
Tindakan korupsi merupakan perlawanan terhadap tujuan agama, yaitu
perlindungan terhadap harta (hifzh al-mal). Karena korupsi merupakan kejahatan
mencuri harta milik bangsa dan Negara.
Korupsi tampaknya paling mirip substansinya dengan kejahatan ghulul, yaitu
pengkianatan terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang. Ghulul
diharamkan dengan tegas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an mengancam, pelaku Ghulul
akan membawa serta barang yang dikorupsinya sebagai pertanggungjawaban kelak
dihari kiamat. Penegasan yang sama juga terdapat dalam salah satu hadis Nabi yang
menyatakan bahwa Nabi SAW menolak menshalati jenazah pelaku Ghulul, meski
beliau tetap menyuruh para sahabatnya untuk menshalati demi melakukan fardhu kif
â yah.
Dengan memahami kedudukan harta rampasan perang (ghanimah) sebagai
sumber yang sangat penting bagi kekayaan negara (al-mawarid al-maliyyah li ad-
daulah) pada waktu itu, maka pengkhianatan terhadap pengelolaan ghanimah
(ghulul) secara substansial sama dengan penyalahgunaan keuangan negara yang
sekarang disebut dengan istilah korupsi. Adapun yang membedakan ghulul pada
masa dahulu dengan korupsi pada masa kini ialah modus operandinya saja. Bahkan,
jika dilihat dari skala kerugian negara dengan segala akibatnya, kejahatan korupsi
kadarnya lebih berat dari ghulul. Korupsi merupakan ghulul dalam bentuk yang
sangat khusus sehingga memerlukan perhatian dan penanganan sangat khusus pula.10

Adapun hadis yang menyatakan bahwa nabi enggan menshalati jenazah


koruptor sebagai berikut:

ِ ‫َأن َزي َد بن خالِ ٍد اجْل هيِن َّ قَ الَُتويِّف رج ل ي وم حَننْي ٍ وِإنَّهم ذَ َك روه لِرس‬ ِ
‫ول‬ ُ َ ُ ُ ُْ َ ُ ََْ ٌ ُ َ َ ُ َُ َ َ ْ ْ َّ ‫َع ْن حُمَ َّمد بْ ِن حَيْىَي بْ ِن َحبَّا َن‬
ِ ‫ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم قَ َال ص لُّوا علَى ص‬
‫احبِ ُك ْم‬ َّ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َف َز َع َم َزيْ ٌد‬ ِ
َ َ َ َ َ َ َْ ُ َ َ ‫َأن َر ُس‬ َ ‫اللَّه‬
ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم قَ َال ِإ َّن ص‬
‫احبَ ُك ْم قَ ْد َغ َّل‬ َّ ‫ك َفَز َع َم َزيْ ٌد‬
َ ‫َأن َر ُس‬ ِ ِ ِ ‫َفتغََّيرت وجوه الن‬
َ َ َ َ َْ ُ َ َ ‫َّاس ل َذل‬ ُ ُُ ْ َ َ
)‫ين ِد ْرمَهَنْي ِ (رواه مالك‬ ِ ٍ ِ
َ َ‫يِف َسبِ ِيل اللَّه قَ َال َف َفتَ ْحنَا َمت‬
َ ‫اعهُ َف َو َج ْدنَا َخَر َزات م ْن َخَر ِز َي ُه‬
َ ‫ود َما تُ َسا ِو‬
Artinya:
“Bahwa suatu ketika Nabi memerintahkan agar para sahabat menshalatkan
jenazah seorang sahabat yang meninggal dalam perang Khaibar, namun Nabi tidak
9
.A.Malik Masaniy, Politik Berpayung Fiqh, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren),2010, hlm.124
10
.Ibid., Hlm. 126

7
ikut menshalatkannya. Para ahabat kemudian bertanya “mengapa nabi tidak ikut
menshalatkan jenazah tersebut?” Nabi besabda “Sesungguhnya sahabatmu ini telah
memakan korupsi dijalan Allah.” Setela sahabat memeriksa, ternyata ditemukan
sahabat yang meningal itu telah mengambil dan menyembunyikan harta rampasan
perang (ghonimah) senilai 2 dirham sebelum harta-harta ghonomah itu dibagi.”
(H.R.Malik).

D. Pelaku Korupsi dilaknat Allah

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang, korupsi


bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu
kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia
selalu menempati posisi paling rendah. Namun hingga kini pemberantasan korupsi
di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam
perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari
banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. Dan Allah sangat melaknat orang yang
mengambil hak milik orang lain.

Dalam sebuah Hadits Nabi mengatakan:

‫الر ِاش َي َوالْ ُم ْرتَ ِش َي يِف احْلُ ْك ِم(رواه‬


َّ ُ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ َع َن اللَّه‬ ِ ُ ‫عن َأيِب هريرةَ قَ َال قَ َال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َْ َ ُ ْ َ
)‫امحد‬

“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rosulullah saw berkata : Allah swt melaknat orang
yang menyuap dan yang menerima suap dalam hukum.” (HR. Ahmad).

Dalam hadits diatas disebut la’nat yang berarti kutukan laknat. Kutukan
merupakan kata yang dapat menimbulkan kepedihan kepada seseorang atau orang
banyak. Kutukan muncul karena seseorang telah melakukan suatu kesalahan besar
(berbuat kejahatan ). Dalam hadits tersebut kutukan ditunjukan kepada orang yang
memberi suap dan yang menerima suap. Suap dalam hadits diatas dari kata risywah.
Ditinjau dari segi bahasa risywah adalah sesuatu yang dapat menghantarkan tujuan
dengan segala cara agar tujuan tersebut dapat tercapai. Sedang Ar-Raasyi adalah
orang yang memberikan sesuatu kepada pihak kedua yang siap mendukung
perbuatan batil. Di dalam kamus muhith risywah adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada hakim atua yang lain untuk memutar balikan fakta yakni untuk
menyalahkan kebenaran atau membenarkan kebatilan.

Menurut Ibrahim An Nakha’i dalam Mausu’ah Fiqhiyayah risywah adalah


sesuatu yang diberikan kepada seseorang untuk menghidupkan kebatilan atau
menghancurkan kebenaran. Sementara Syaikh Muhammad bin Abdul wahab
memberikan definisi sebagai imbalan yang diambil seseorang atau perbuatan yang
mengaburkan kebenaran dan mengedepankan kebatilan, dan kompensasi
yangdinikmati seseorang atas usaha untuk menyampaikan hak orang lain kepada
yang berkompeten. Artinya hakim tidak memberikan kebenaran (hak) kepada yang

8
berhak, akan tetapi dia diam seribu bahasa dan tidak berusaha menyelesaikan
sehingga diberi suap. 11

Jika dianalisis deari definisi definisi risywah diatas maka sebenarnya


berputar pada masalah peradilan, pengadilan, dan kehakiman. Realitas pada zaman
sekarang risywah telah merebak dan menjamur dalm segal aspek kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. Risywah juga merupakan salah satu perbuatan
kejahatan yangserumpun dengan korupsi. Oleh karen itu risywah termasuk
perbuatan haram. Dan pelaku tersebut dilaknat Allah swt.

BAB III
PENUTUP

. Abu fida, abdul rafi, terapi penyakit korupsi dengan tazkiyah nafs( penyucian jiwa), Jakarta:Republika ,
11

2006. Hlm. 3.

9
A. Kesimpulan
 Penegakan Hukum tanpa Tebang Pilih sangat dilarang, penegakkan hukum harus
tegas dan tidak pandang bulu dalam menghakimi koruptor dalam kasus korupsi
atau pun kasus lain. Dizaman Rasulullah pun ada seorang sahabat yang meminta
remisi hukum dan sontak Rasulullah pun menolaknya.
 Shadaqah hasil korupsi sia-sia, apapun shadaqah yang diberikan pada orang lain
jika hasilnya dari hal yang dilarang oleh Allah SWT maka shadaqah itupun sia-sia,
dan tidak ada nilai serta tidak akan merubah catatan pahala amal ibadahnya.
 Nabi tidak bersedia menshalati jenazah koruptor, dalam hadis nabi dijelakan:
“Bahwa suatu ketika Nabi memerintahkan agar para sahabat menshalatkan jenazah
seroang sahabat yang meninggal dalam perang Khaibar, namun Nabi tidak ikut
menshalatkannya. Para ahabat kemudian bertanya “mengapa nabi tidak ikut
menshalatkan jenazah tersebut?” Nabi besabda “Sesungguhnya sahabatmu ini telah
memakan korupsi dijalan Allah.” Setela sahabat memeriksa, ternyata ditemukan
sahabat yang meningal itu telah mengambil dan menyembunyikan harta rampasan
perang (ghonimah) senilai 2 dirham sebelum harta-harta ghonomah itu dibagi.”
(H.R.Malik).
 Pelaku korupsi dilaknat Allah, apapun hal yang dilarang oleh Allah tetapi
dikerjakan maka Allah akan membalasnya di akhirat nanti, salah satunya korupsi,
termasuk dalam kategori mencuri, juga membuat sengsara orang lain dan itu di
larang oleh Allah SWT.

B. Kritik dan Saran

Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi masukan dan
sumber pengetahuan bagi semua orang dan semoga bermanfaat. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa, oleh
sebab itu kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
sangat harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama dari dosen
yang bersangkutan, agar kedepannya dapat membuat yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

10
Abu fida, abdul rafi, terapi penyakit korupsi dengan tazkiyah nafs( penyucian jiwa) ,
Jakarta:Republika , 2006.

Madaniy, A.Malik., Politik Berpayung Fiqh, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2010.

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku., Mutiara Hadits 5, PT.Pustaka Rizki


Putra, Semarang, 2003.

Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku., Mutiara Hadits 4, PT.Pustaka Rizki


Putra, Semarang, 2003.

Pemerintah Indonesia., Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-


undang Pengadilan tindak pidana korupsi, Bina Pustaka, Jakarta, 2013.

http://infokorupsi.com/id/pembacamenulis.php?ac=9&l=bersedekah-dengan-harta-
korupsi(diunduh Selasa 25/03/2014 pukul 15:06).

http://newcyber18.blogspot.com/2012/05/pengertian-hukum.html(diunduh senin,
19/05/14 Pukul 09.00 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi(diunduh Senin, 19/05/14 Pukul 09.07 WIB).

11

Anda mungkin juga menyukai