Anda di halaman 1dari 15

BAB II

A. HUKUM ISLAM

1. Pengertian Hukum Islam

Secara timologi kata hukum berasal dari kha kaf mim yang berarti “menolak kezhaliman/
penganiayaan. Secara terminologi/ istilah ushul fiqh, hukum islam itu adalah titah Allah yang
berkenaan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, berupa tuntutan pilihan, atau menjadi sebab-
syarat, dan mani’ (penghalang). 1

2. Ruang Lingkup Hukum Islam

Secara umum ruang lingkup hukum islam hanya ada dua yaitu ibadah dan muamalat.
Ibadah segala aturan islam yang terkait langsung hubunganya dengan Allah SWT, misalnya salat,
haji, syahadat dan lain sebagainya. Sedang muamalat segala hal yang terkait dengan hubungan
manusia dengan manusia lainya dan lingkungan. Untuk muamalah ruang lingkupnya antara lain
1) munakahat, 2) wirasat, 3) muamalah dalam arti khusus, 4) jinayaat dan uqubat, 5) al-ahkam al-
shultaniyah (khilafah), 6) siyar, dan 7) mukhasamat.

Secara lebih rinci diulas oleh Zainuddin Ali, sebagai berikut: 2

1. Ibadah sebagai ruang lingkup hukum islam

Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (
ritual) yang terdiri atas:

a. Rukun Islam Yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat,


melaksanakan puasa di bulan ramadhan dan menunaikan haji bila mempunyai kemampuan (
mampu fisik dan non fisik).

b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainya, yaitu badani dan mali. Bdani
(bersifat fisik), yaitu bersuci, azan, iqamat, itikat, zakat, dan lain-lain. Mali (bersifat harta)
yaitu zakat, infak, sedekah, kurban dan lain-lain.

2. Muamalah sebagai ruang lingkup Hukum Islam

Muamalah adalah peraturan yangmengatur hubungan seseorang dengan orang lainya dalam hal
tukar menukar harta ( termasuk jual beli), di antaranya : dagang, pinjam meminjam, sewa
menyewa, kerja sama dagang, simpanan barang atau uang dan lain-lain.

3. Jinayah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana islam, di antaranya : qishash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zina dan lain-lain.

4. Siyasah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan, di antaranya : persaudaraan,


tanggung jawab sosial, kepemimpinan dan lain-lain

1
H.M. Rasyidi, Keutamaan Hukum Islam. (Jakarta; Bulan Bintang, 1971), h. 25
2
Zainuddin Ali, Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. (Jakarta; Penerbit Sinar Grafika, 2008),
h. 16-17.
5. Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, di antaranya : syukur, sabar, rendah hati,
pemaaf, tawakal dan lain-lain.

6. Peraturan lainya di antaranya : makanan, minuman, sembelihan, berbutu, nazar, dakwah


dan lain-lain.

Jika ruang lingkup hukum islam diatas dianalisis objek pembahasanya, maka akan mencerminkan
seperangkat norma ilahi yang mengatur tata hubungan yang terjadi antara manusia lain dalam
kehidupan sosial, hubungan manusia dan benda serta alam lingkungan hidupnya. Norma ilahi
sebagai pengatur tata hubungan yang dimaksud adalah (1) kaidah ibadah dalam arti khusus atau
yang disebut kaidah ibadah murni, mengatur cara dan upacara dalam hubungan langsung antara
manusia dengan tuhanya, dan (2) kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan makhluk lain dilingkunganya.

3. Tujuan Hukum Islam

Dalam konteks hukum Islam, tujuan hukum menurut para ulama yaitu diantaranya: Mendidik
jiwa, Mensucikan manusia, Menegakkan keadilan, Merealisir kemaslahatan, dan kebahagiaan di
dunia-akhirat. Tujuan ini sejalan dengan pemberian hukuman dalam Islam sesuai dengan konsep
tujuan umum disyaritkannya hukum, yaitu untuk merealisasi kemaslahatan umat dan sekaligus
menegakkan keadilan.

Bila dilihat tujuan hukum itu dari ketetapan hukum yang dibuat oleh Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW baik yang termuat dalam Al- Qur‟an atau Al-Hadis yaitu untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah serta menolak
segala yang tidak berguna bagi kehidupan manusia (kemaslahatan manusia).

4. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum pertama adalah al- Qur’an, yaitu wahyu atau kalamullah yang sudah dijamin
keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia. Sehingga dengan penyucian
tersebut meneguhkan posisi al-Qur’an sebagai sumber hukum yang utama.

Dalam eksistensinya, sumber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur’an saja, melainkan juga
Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai sumber skunder hukum-hukum Islam,
sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai penyempurna al-Qur’an melainkan sebagai
penyempurna pemahaman manusia akan maqasid al-syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna
sedangkan pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan penjelas (bayan)
sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum dipahami secara seksama.

5. Fatwa MUI

Mengenai keselamatan dan kesehatan seorang ibu ada Undang-


Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 75 ayat 1 bahwa
melakukan aborsi hukumnya haram, pada pasal 75 ayat 2 adanya pengecualian jika adanya
kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan. Dari isi Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa aborsi boleh
dilakukan jika mengancam keselamatan seorang ibu. Boleh mengorbankan janin demi
keselamatan ibu, akan tetapi di Undang-Undang tersebut tidak ada batasan usia janin yang
diperbolehkan untuk diaborsi.

Surat keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia juga membolehkan aborsi bagi korban akibat
perkosaan yang ditetapkan oleh tim berwenang yang didalamnya terdapat antara lain keluarga
korban, dokter dan ulama. Menentukan kasus perkosaan sama sulitnya dengan menentukan kasus
pembunuhan, yakni walaupun tim ahli yang menetapkan tetap saja yang lebih kuat adalah
pernyataan dari korban itu sendiri berumur 18 tahun dan masih dalam kandungan, ini terlindungi
oleh Negara, yang mana jika ada yang melukai atau membunuhnya akan dikenakan sanksi oleh
Negara. Selain itu hak asasi seorang bayi pun perlu diperjuangkan.

Pada dasarnya hukum aborsi yaitu Haram seperti dijelaskan dalam Surat Al-Israa ayat 33 yang
berbunyi:

ْ ‫ظلُ ْو ًما فَقَدْ َجعَ ْلنَا ل َِولِيِ ٖه س ُْل ٰطنًا ف َ ََل يُس ِْر‬
‫ف فِى ْالقَتْ ِل‬ ْ ‫ق َو َم ْن قُتِ َل َم‬
ِ ِّۗ ‫ّٰللاُ ا ََِّل بِ ْال َح‬
‫س الَّت ِْي َح َّر َم ه‬
َ ‫َو ََل ت َ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
ُ ‫ِّۗۗ اِنَّهٗ كَا َن َم ْن‬
‫ص ْو ًرا‬

Artinya:"Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),


melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan".3

َ َّ ‫اس َجمِ ْيعً ِّۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َما اَحْ يَا الن‬
‫اس‬ ِ ‫سا ٍد فِى ْاَلَ ْر‬
َ َّ‫ض فَ َكاَنَّ َما قَت َ َل الن‬ َ َ‫ع ٰلى بَن ِْي اِس َْر ۤاءِ ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت َ َل نَ ْفس ًۢا ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس ا َ ْو ف‬ َ ‫مِ ْن اَجْ ِل ٰذلِكَ ۛ َكت َ ْبنَا‬
‫ض ل َ ُمس ِْرفُ ْون‬ ِ ‫ت ث ُ َّم اِ َّن َكثِي ًْرا ِم ْن ُه ْم بَ ْعد َ ٰذلِكَ فِى ْاَلَ ْر‬ ُ ‫َجمِ ْيعًا َِّۗولَق َ ْد َج ۤا َءتْ ُه ْم ُر‬
ِ ‫سلُنَا بِ ْالبَيِ ٰن‬

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa barang siapa
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat
kerusakan di bumi, maka seakan akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan
sesama manusia. Sesungguhnya Rasul kami telah datang kepada mereka dengan membawa
keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak diantara mereka setelah itu
melampaui batas bumi.4

B. Aborsi

1) Pengertian Aborsi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa aborsi berasal dari


kata “abortus” yang dialih bahasakan sebagai pengguguran. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, arti aborsi adal ah : terpencarnya embrio yang tidak
mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke-4 dari kehamilan); keguguran;
keluron; keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (tentang mahluk hidup)
dan guguran (janin). 5

Sementara Abdul Mun’im Idries mendefinisikan secara medis “Aborsi adalah gugurnya
kandungan. Keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan sebelum fetus dapat hidup sendiri

3
Lajnah Pentashih Lajnah Al-Quran. Departement Agama. Al-Quran dan Terjemah.
hlm: 388.
4
Lajnah Pentashih Lajnah Al-Quran. Departement Agama. Al-Quran dan Terjemah.
hlm:149.
5
Muhamad Muhdar, Op.Cit. hlm. 20
di luar kandungan. Batas umur kehamilan 28 minggu dan berat badan fetus yang keluar kurang dari
1000 gram”.6

Definisi lainnya diutarakan Bambang Poernomo, bahwa “Menurut ilmu


hukum, pengertian Aborsi adalah lahirnya buah kandungan sebelum waktunya
oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai perbuatan pidana
kejahatan”.7

2) Pembagian Aborsi

Menurut CB. Kusmaryanto membagi aborsi menjadi tujuh macam yang menjelaskannya,
adapun penjelasannya8:

a) Aborsi miscarriage, yaitu berhentinya kehamilan sebelum bayi dapat hidup diluar dari
kandungan tanpa campur tangan manusia. Kalau berhentinya kehamilan ini terjadi sesudah janin
dapat hidup diluar dari kandungan yang bisa disebut pula dengan kelahiran yang premature.

b) Aborsi akibat kedaruratan medis, yaitu penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk
menyelamatkan nyawa si ibu atau untuk menghindarkan si ibu dari kerusakan yang fatal pada
tubuhnya yang tidak dapat dikembalikan lagi. Dalam hal ini terjadi adanya konflik yang
menyangkut hak dalam berbagai pihak, yaitu hak hidup dalam janin yang ada dalam kandungan,
hak hidup bagi si ibu, dan hak anak-anak yang lain untuk mempunyai ibu. Pelaksanaan aborsi ini
bersifat dilematis karena diharuskan untuk memilih.

c) Aborsi kriminalis, yaitu penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
dengan alasan-alasan selain aborsi therapheutic dan dilarang oleh hukum. Hal ini tentu saja
tergantung dengan system hukum di suatu negera yang terkadang tidak sama dengan negara lain.
Dalam beberapa negara yang disebut aborsi dalam pelaksanaannya sebelum berumur tiga bulan
tidak dilarang. Sementara itu dalam negara Indonesia, semua bentuk aborsi terkecuali dengan
alasan indikasi medis.

d) Aborsi eugenetic, yaitu penghentian kehamilan untuk menghindari bayi yang cacat atau
mempunyai penyakit secara genetis.

e) Aborsi langsung dan tidak langsung, aborsi langsung adalah tindakan yang tujuannya membunuh
janin yang ada dalam pada rahimnya si ibu. Sementara itu, aborsi tak langsung adalah tindakan
yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsi itu sendiri tidak dimaksudkan dan tidak menjadikan
tujuan dalam tindakan tersebut.

f) Selective abortion, penghentian kehamilan karena terdapat janin yang dikandung tidak memenuhi
kriteria yang mereka inginkan. Aborsi jenis ini biasanya dilakukan oleh wanita yang mengadakan
prenatal diagnosis, yaitu diagnosis janin ketika masih terdapat dalam kandungan.

Partial birth abortion, dalam sebuah istilah hukum sendiri dapat dikenal dengan nama intact
dilaction and extreaction (D&X). Cara ini dilakukan dengan memberikan obat-obatan kepada wanita
yang hamil agar serviks terbuka secara premature. Selanjutnya tindakannya adalah dokter
menggunakan alat khusus untuk memutar posisi bayi sehingga yang keluar terlebih dahulu adalah

2 Abdul Mun’im Idries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1997),
hal 244
7
Bambang Poernomo, Abortus, Hukum Pidana: Kumpulan Karangan Ilmiah, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1982), hal. 137
8
Mahmud Syaltut, Al-Fatawa, (Cairo:Dar Qalam), H.289
kakinya. Selanjutnya, bayi ditarik keluar akan tetapi tidak seluruhya. Kepala dibiarkan tetap berada
pada dalam tubuh ibunya. ketika kepala janin masih terdapat didalam maka dokter menusuk kepala
dengan alat yang sangat tajam dan mengisap otak si janin sehingga bayi itu mengakibatkan meninggal.
Setelah bayi itu meninggal, baru dikeluarkan keseluruhan. Proses macam ini dilakukan untuk
menghindari masalah hukum yang berlaku, dan apabila bayi dibunuh setelah lahir maka pelakunya
akan dikenakan hukuman.

3. Faktor Pendorong Aborsi

Faktor-faktor yang mendorong aborsi adalah sebagai berikut: 9

a) Atas indikasi medis

1. Menyelamatkan ibu dikarenakan kelanjutan kehamilan yang dipertahankan akan mengancam


dan membahayakan jiwa si ibu. Aborsi ini dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis yang
menunjukkan bahwa jika tidak dilakukannya aborsi maka akan membahayakan jiwa si ibu.

2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kecacatan jasmani dan rohani apabila janin dilahirkan.

b) Aborsi atau indikasi sosial yang disebabkan hal-hal berikut:

1) Kegagalan menggunakan alat kontrasepsi atau dalam usaha mencegah dari kehamilan;

2) Ingin menutupi aib dirinya, seperti dilakukan oleh orang yang belum bersuami atau dilakukan
oleh wanita yang telah bersuami karena terdorong oleh godaan dan kenikmatan yang sekejap;

3) Kesulitan dalam faktor ekonomi sehingga kelahiran anak tidak diharapkan dan bahkan dianggap
menjadi belum hidup;

4) Kehamilan yang terjadi akibat dari pemerkosaan, tentu saja kehadiran anak yang dalam keadaan
demikian sangat tidak diharapkan walaupun anak tersebut tidak berdosa.

Dalam artian, bahwa aborsi yang dilakukan tanpa adanya alasan medis, seperti mengeluarkan janin
karena tidak ingin melanjutkan kehamilan atau tidak ingin mempunyai anak, atau akibat hubungan
seksual yang diluar dari pernikahan atau alasan lainnya.

4. Aborsi Membunuh Bayi

Hukuman bagi pelaku aborsi sendiri terkadang belum sepenuhnya ditegakkan dikarenakan
kurangnya ketegasan dari pemerintah. Padahal tindakan aborsi sendiri dengan tanpa alasan medis
adalah suatu tindakan kejahatan yang dilakukan dalam keadaan sadar. Tentunya hal ini pantas
mendapatkan hukuman. Akan tetapi permasalahannya adalah apakah si pelaku aborsi sendiri dapat
disamakan dengan pembunuhan terhadap orang yang hidup di alam nyata yang telah memiliki hak dan
kewahiban di hadapan hukum. Tampaknya menyamakan hukuman bagi pelaku aborsi sendiri dengan
jenis pembunuhan menurut penulis sendiri adalah suatu tindakan yang sangat tidaklah adil.

Hukuman yang lebih adil adalah orang yang melakukan aborsi secara sengaja tanpa adanya
alasan yang jelas dari medis baik pada kandungan sebelum empat bulan harus dikenakan hukuman
denda. Menurut Yusuf Qardhawi berpendapat, bahwa pelaku diharuskan dikenakan hukum diyat jika
bayi itu lahir kemudian meninggal. Dan denda harta yang lebih ringan dari diyat jika bayi itu lahir

9
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah.... H. 78-79.
dalam keadaan meninggal. Denda itu wajib untuk dibayar oleh si pelaku yang
terlibat dalam tindakan aborsi tersebut, bisa dokter, dukun, ataupun perempuan itu sendiri.10

Namun untuk lebih menyadarkan bagi si pelaku,


hukuman denda saja masih dianggap terlalu ringan, maka pelaku diharuskan juga dikenakan hukuman
badan. Terdapat pasal-pasal dalam KUHP yang menjelaskan bahwa dapat menjerat bagi pelaku aborsi
yang lebih berat lagi yang harus diterapkan. Pasal-pasal tersebut berbunyi:

1. Pasal 299: Empat tahun penjara atau denda paling banyak empat ribu rupiah, diancam bagi yang
dengan sengaja mengobati seorang wanita dan menyuruhnya supaya di obati dengan maksud untuk
pengguguran kehamilan.

2. Pasal 346: Empat tahun penjara bagi wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu.

3. Pasal 348: Lima tahun enam bulan penjara bagi mereka yang dengan sengaja menggugurkan
kandungan atau mematikan seseorang wanita atas persetujuannya.

4. Pasal 347 ayat 1: Dua belas tahun penjara bagi siapa yang dengan sengaja menggugurkan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya. Sedangkan pasal 347 ayat 2: Bila perbuatan itu
dapat mengakibatkan matinya wanita tersebut, maka ancaman hukumannya adalah lima belas tahun
dipenjara.

Dalam kode etik kedokteran Indonesia tahun 1983 pasal 10 dinyatakan bahwa larangan
pengguguran kandungan tidak mutlak sifatnya, dan dapat dibenarkan sebagai tindakan pengobatan,
yaitu sebagai satu-satunya solusi jalan untuk menolong si ibu. Andi Hamzah menyatakan agar dibuat
pengecualian dalam KUHP sehingga pengguguran kandungan yang dilakukan dokter atas
pertimbangan kesehatan dapat dibenarkan dan bukan perbuatan yang melawan hukum. 11

Aborsi ini dapat dilakukan yang benar-benar darurat keadaannya, tidak ada lagi
jalan keluar kecuali melakukannya dan apabila tidak dilakukan maka akan
mengakibatkan kematian pada si ibu, hal ini menurut pendapat para ulama
diperbolehkan. 12

5.Pemerkosaan

Kekerasan seksual pemerkosaan sendiri merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang
telah dijamin didalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 dimana hak asasi manusia sendiri
merpakan suatu hak yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang merupakan
anugrah yang harus dihormati, dijunjung dan harus dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah serta
semua orang untuk menjaga kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Dimana
banyak sekali pelanggaran hak asasi manusia khususnya perkosaan yang dilakukan seseorang maupun
sekelompok orang yang sangat

10
Yusuf Qardhawi, Al-Halal Wa Al-Haram, (Beirut:Maktabah Al-Islamy,1994), Cet. 15

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah:Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta:Toko Agung,1997),


11

H. 80-81.
12
Musdah Mulia, Mengupas Seksualitas, (Jakarta:Opus Press,2015), H.144-145.
merugikan pihak korban, karena akibat hal tersebut terlihat bahwa hak-hak si korban telah direrngut untuk
kepuasan seksual semata.13

Menurut Pasal 1 angka 6 UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM menjelaskan bahwa “Pelanggaran
Hak Asasi Manusia merupakan setiap perbuatan seseorang atau sekelompokorang termasuk aparat Negara
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang – undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.
Ada banyak contoh hak korban yang di rengut si pelaku kejahatan seperti yang ada di pasal 27 ayat (1),
28 A ayat (1), 28 D ayat (1), 28 G ayat (1) dan (2), serta 28 H ayat (1) UUD 1945. Sehingga banyak
sekali pelangaran HAM yang dilakukan oleh pelaku pemerkosaan yang mana memiliki motif yang
berbeda-beda. Kareana melihat motif sipelaku melakuan pemerkosaan terbagi menjadi 5 kategori yaitu :
14

“1. Seductive Rape, merupakan perkosaan yang terjadi karena pelaku terangsah secara nafsu
birahi dan bersifat suvyektif;
2. Sadistic Rape, merupakan perkosaan yang dilakukan secara sadis;
3. Anger Rape, merupakan perkosaan yang dilakukan sebagai ungkapan kemarahan pelaku;
4. Domination Rape, merupakan perkosaan yang menunjukan dominasinya terhadap korban ; dan
5. Exploitasion Rape. merupakan perkosaan yang terjadi karena ketergantungan korban terhadap pelaku.”

13
Amrullah, S. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan. Jurnal Andi
Djemma, 3(1), 59-65.
14
Appludnopsanji, Disemadi, H. S., & Jaya, N. S. P. (2021). Reformasi Sistem Peradilan Pidana
Indonesia Berwawasan Pancasila. KERTHA WICAKSANA, 15(1), 1-10
BAB III
ABORSI DALAM ISLAM

A. Aborsi Menurut Hukum Islam


Dalam bahasa Arab istilah aborsi sebagaimana yang dikutip dalam kitab Al-Ashri bahwa
aborsi disebut dengan Isqatu Al-Khamli atau Al-Ijhad. Janin yang sudah berusia 16 minggu dapat
disamakan dengan manusia, karena peredaran darahnya yang merupakan tanda dari kehidupan,
telah berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pengertian nyawa ditafsirkan sebagai tanda mulai
berfungsi kehidupan ini, maka kesimpulan tersebut menjadi amat beralasan, sebagaimana sabda
Nabi SAW yang artinya : "Dari Zaid bin Wahab dari Abdillah meriwayatkan : Rasulullah SAW
menjelaskan kepada kami (Beliau adalah benar dan dapat dipercaya), bahwa sesungguhnya
seseorang diantara kalian dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai
nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqoh (segumpal darah) dengan waktu yang sama,
kemudian diutus seorang malaikat meniupkan ruh kepadanya" (HR. Muslim)16.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa janin yang dikeluarkan sebelum
mencapai 16 minggu dan sebelum mencapai berat 1.000 gram, dipandang sebagai abortus, baik
karena alasan medis maupun karena didorong oleh alasan-alasan lain yang tidak sah menurut
hukum. Adapun pengguguran janin yang sudah berusia 16 minggu ke atas, harus dimasukkan ke
dalam pengertian pembunuhan, karena sudah bernyawa 16. Semua alasan yang ada untuk aborsi,
tidak dapat diterima dari sisi pandang Islam. Dua alasan pertama, mencerminkan watak keakuan
(egoisme) dari masyarakat yang materialistis. Allah berfirman dalam Surat Al-Isra' ayat 31 : "Dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh (mereka)
merupakan dosa besar."

Alasan ketiga adalah, dari hubungan seks gelap yang dikutuk Islam dengan keras. Alasan
keempat, tidak kurang buruk dan kejamnya dari adat masyarakat Arab Jahiliyah yang
menguburkan bayi wanita hidup-hidup. Sedang alasan kelima, dalam kasus semacam itu
(perkosaan), Islam mengatakan mengapa menggugurkan anak karena kejahatan ayahnya (tidak
sah) ? Mengenai nama baik si wanita, Islam mengutuk orang yang melecehkan korban perkosaan.
Bagi si wanita tersebut, kejadian itu jangan di pandang sebagai aib, karena ia sendiri tidak
menghendakinya.15

Menurut pandangan Islam, apabila abortus dilakukan sesudah janin bernyawa atau
berumur empat bulan, maka telah ada kesepakatan ulama tentang keharaman abortus itu, karena
dipandang sebagai pembunuhan terhadap manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan sebelum
diberi roh/nyawa pada janin itu, yaitu berumur empat bulan ada beberapa pendapat, yaitu :
a. Muhammad Ramli dalam kitab An-Nihayah, membolehkan abortus dengan alasan belum
bernyawa.
b. Ada pula ulama yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan.
c. Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.

15
Iman, Jauhari. (2020). Aborsi Menurut Pandangan Hukum Islam. Majalah Hukum Dan Dinamika
Kemasyarakatan. Volume 21 No. 1, FEBRUARI 2020
16.
Adinda, dkk. (2020) Perbandingan Hukum Tindakan Aborsi Terhadap Wanita Korban Perkosaan Menurut
Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
d. Mahmud Syaltut mengatakan, bahwa sejak bertemu sel sperma dengan ovum (sel telur),
maka pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram hukumnya, sekalipun si janin belum
diberi nyawa, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami
pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi manusia. Tetapi abortus dilakukan karena benar-
benar terpaksa demi menyelamatkan si ibu, maka Islam membolehkan,karena Islam
mempunyai prinsip : menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang
berbahaya, itu wajib (hukumnya).

Ketegasan Mahmud Syaltut menghantarkan pengertian bahwa Allah SWT mempunyai


maksud tertentu penciptaan manusia, melalui proses persempurnaan sari pati pihak laki-laki
dengan perempuan, dalam rahim perempuan. Sunnatullah seperti ini tentu saja tidak berarti Allah
tidak dapat menciptakan manusia melalui proses dengan cara lain. Justru karena kebodohan
manusialah, lalu mereka mengatakan adanya kekhawatiran-kekhawatiran baik kemiskinan
maupun alasan-alasan lainnya. mengharamkan abortus pada tahap ini (belum bernyawa). Agama
Islam melarang ber-KB dengan menstrual regulation karena pada hakikatnya sama dengan
abortus, merusak/menghancurkan janin, calon manusia yang dimuliakan Allah, sedangkan janin
itu berhak tetap survive dan lahir dalam keadaan hidup sekalipun eksistensinya hasil dari
hubungan yang tidak sah. 16

Aborsi adalah pengguguran seorang janin baik dilakukan sendiri ataupun orang lain oleh
seorang perempuan atau seorang ibu. Dalam dunia kedokteran aborsi dibagi menjadi dua macam
aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi buatan (sengaja dan medis). Pandangan Syariat Islam
secara umum mengharamkan praktik aborsi. Hal itu tidak diperbolehkan karena beberapa sebab,
yaitu Syariat Islam datang dalam rangka menjaga Adhdharuriyyaat al-khams, aborsi sangat
bertentangan sekali dengan tujuan utama pernikahan dan tindakan aborsi merupakan sikap buruk
sangka terhadap Allah SWT. Tindakan aborsi merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah.
Seseorang akan menjumpai banyak diantara manusia yang melakukan aborsi karena didorong
rasa takut akan ketidakmampuan untuk mengemban beban kehidupan, biaya pendidikan dan
segala hal yang berkaitan dengan konseling dan pengurusan anak. Ini semua merupakan sikap
buruk sangka terhadap Allah. Padahal Allah telah berfirman: “Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang member rezekinya” Maka, Syariat Islam
memandang bahwa hukum aborsi adalah haram kecuali beberapa kasus tertentu. Dalam kalangan
Ulama terdapat perbedaan pendapat tentang praktik aborsi tersebut, dan mereka memiliki dalil-
dalil yang sama kuat, yaitu sebagai berikut:1)Dalil- dalil yang melarang dilakukannya aborsi
sebelum Islam datang, pada masa jahilliyah, kaum Arab mempunyai tradisi mengubur hidup-
hidup bayi yang baru dilahirkan. Allah SWT berfirman :“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang
dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa Apakah Dia dibunuh”17. (At Takwir 8-9)Islam
membawa ajaran yang menentang dan mengutuk tradisi jahiliyyah ini. Allah SWT berfirman :
ُ ‫س‬
‫ط َربكَ ن‬ ِّ ‫یر خَبی ًرا بعبَاده كَانَ إن ُھ ۚ َویَقْد ُر یَشَا ُء ل َم ْن َق‬
ُ ‫الر ْز یَ ْب‬ ً ‫بَص‬
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-
Nya.” (QS. Al-Isra:30)

16.
Adinda, dkk. (2020) Perbandingan Hukum Tindakan Aborsi Terhadap Wanita Korban Perkosaan Menurut
Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Amrullah, S. (2020).
Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Pemerkosaan. Jurnal Andi Djemma, 3(1), 59-65.
17.
Nining. 2018. Hukum Aborsi Dalam Perspektif Islam. Jurnal Hukum Replik Volume 6 No. 2, September 2018 P-
Issn: 2337-9251, E-Issn: 2597-9094
B. Faktor-Faktor Pendorong Aborsi
Kendatipun ada larangan abortus yang diancam dengan pidana, karena merupakan
kejahatan, tetapi hal itu tidak membuat para wanita, merasa gentar untuk melakukan abortus,
apakah yang melakukannya itu para ibu ataupun para remaja putri. Faktor-faktor yang mendorong
mereka melakukan abortus ini ditulis dalam koran Sinar Harapan 4 bahwa : "Aneka ragam faktor
yang mendorong dilakukan abortus, di antaranya banyak para ibu yang memang tidak
menginginkan lagi untuk melahirkan bagi kaum remaja putri abortus dilakukan karena terlanjut
hamil sedang perkawinan belum dilaluinya, akibat pergaulan bebas tanpa kendali. Dan juga
sementara wanita yang hanya karena iseng gemar kenikmatan sekejap kadang-kadang kibat
tekanan ekonomi sehingga mengandung adalah di luar kehendaknya". 17

Dalam garis besarnya ada dua macam alasan orang melakukan abortus :
1. Atas dasar indikasi medis, seperti :
a. Untuk menyelamatkan ibu, karena apabila kelanjutan kehamilan dipertahankan, dapat
mengancam dan membahayakan jiwa si ibu.
b. Untuk menghindarkan kemungkinan terjadi cacat jasmani atau rohani, apabila janin
dilahirkan.
2. Atas dasar indikasi sosial, seperti :
a. Karena kegagalan mereka dalam menggunakan alat kontrasepsi atau dalam usaha
mencegah terjadi kehamilan.
b. Karena mereka sudah menemukan dokter yang bersedia membantu melakukan
pengguguran, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Toto, bahwa : Klinik-klinik aborsi
muncul secara diam-diam walaupun tidak berarti praktek gelap. Tempat itu (di rumah
bersalin, medical centre, RSU atau tempat sendiri), biasanya diketahui secara berantai
dari pembicaraan antara pasien, antara wanita ataupun antara para dokter (lihat Majalah
Forum Keadilan No. 31 Tahun 2002).
c. Karena kehamilan yang terjadi akibat hubungan gelap dan ingin menutup aib, seperti
yang dilakukan oleh wanita yang belum bersuami (gadis atau janda), atau dilakukan oleh
wanita yang bersuami, karena terdorong oleh godaan dan kenikmatan sesaat.
d. Karena kesulitan ekonomi yang membelit bagi sebagian orang, sedangkan kehamilan itu
tidak diinginkan, yang terjadi di luar dugaan.
e. Karena kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Kendatipun kejadian itu di luar
kehendaknya dan dia tidak dapat dipersalahkan, tetapi rasa malu tetap ada apabila terjadi
kehamilan18.

Menurut studi yang dilakukan pada remaja yang melakukan aborsi menyatakan salah satu
faktor yang mendukung remaja memilih aborsi adalah karena tidak mau menjadi orangtua
tunggal (singleparenthood). Ketika remaja mengalami KTD mereka dihadapkan pada pilihan
yang sangat sulit karena mereka masih muda untuk menjadi orangtua dan mempunyai risiko
tinggi melahirkan anak di luar nikah, sehingga 37% tidak menginginkan kelahiran bayinya atau
35% melakukan aborsi dan hanya 14% yang mau meneruskan kehamilannya. Faktor yang sangat
penting dan mempengaruhi remaja dalam mengambil keputusan melakukan aborsi adalah

17
Nining. 2018. Hukum Aborsi Dalam Perspektif Islam. Jurnal Hukum Replik Volume 6 No. 2, September 2018 P-
Issn: 2337-9251, E-Issn: 2597-9094
18.
Faisol, A. 2020. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Orang Yang Membantu Aborsi. Al-Jinâyah: Jurnal
Hukum Pidana Islam Vol. 6, No. 1, Juni 2020; P-Issn 2460-5565; E-Issn 2503-1058
orangtua, khususnya ibu dan pasangannya, latar belakang sosial ekonomi tinggi dan keinginan
melanjutkan studi18

C. Dampak Aborsi Pada Kandungan


Sebenarnya abortus itu, tidak terlepas dari resiko atau bahaya besar atau kecil diantaranya 20:
1. Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ di
dekatnya seperti kandungan kencing atau usus.
2. Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi karena mulut
rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh, maka
is menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya dengan 5 Majalah Matahari No. 2
Tahun 1978, Komoditi Mahal, Hal 39. kekerasan, maka otot tersebut akan menjadi robek.
3. Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim itu. Berkenaan
dengan hal ini Nur Kusumo menulis pada harian Berita Buana 1984, tentang Infeksi &
PendarahanAkibatAbortus Provocatus, adalah bahaya kemungkinan terjadinya infeksi besar
sekali, terutama jika abortus tersebut dibuat dengan cara yang tidak steril. Ini biasa dilakukan
oleh dukun dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, misalnya dengan memasukkan
benda-benda asing kedalam saluran leher rahim (canalis cervicalis) dan kadang-kadang
masuk sampai ke dalam rongga rahim, sehingga terjadi infeksi yang disebut infectiosus.
4. Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa hari
kemudian atau beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa
produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.

Aborsi dapat beresiko terhadap segi kesehatan dan keselamatan wanita baik secara fisik
dan psikologis. Gangguan kesehatan secara fisik seorang wanita melakukan aborsi antara lain
kematian mendadak akibat pendarahan hebat, kematian mendadak karena pembiusan yang gagal,
kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan, rahim yang sobek, kerusakan
leher rahim, kanker payudara, mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi, kanker leher rahim,
kelainan plasenta/ari-ari. Seorang wanita yang melakukan aborsi juga dapat mengalami gangguan
kesehatan mental antara lain kehilangan harga diri, berteriak – teriak histeris, mimpi buruk
berkali – kali mengenai bayinya, ingin melakukan bunuh diri, mulai menggunakan obat- obatan
terlarang dan tidak bisa menikmati hubungan seksual21.

Dalam Pedoman Etik Obsetri dan Ginekologi (POGI) juga disebutkan. “Safe abortion
dilakukan hanya sebagai exit emergency atau pintu keluar darurat,” dimana aborsi yang
dimaksudkan adalah aborsi yang memang dilakukan sebagai upaya dan jalan terakhir demi
keselamatan nyawa ibu dan janin. Keadaan darurat yang diperbolehkan adalah kegagalan
kontrasepsi, korban perkosaan, korban incest, gangguan jiwa berat, gangguan pada janin (down
syndrome) atau cacat bawaan, terinfeksi HIV/AIDS, atau tidak sehat secara fisik, mental, dan
ekonomi. Meskipun aborsi diperbolehkan karena indikasi medis tetapi terdapat syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh pasien yang akan melakukan aborsi yang termuat dalam Pasal 76 yaitu:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
kecuali hal kedaruratan medis.

18.
Faisol, A. 2020. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Orang Yang Membantu Aborsi. Al-Jinâyah: Jurnal
Hukum Pidana Islam Vol. 6, No. 1, Juni 2020; P-Issn 2460-5565; E-Issn 2503-1058
20
Siti & Ani. 2020. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Resiko Tindakan Aborsi Terhadap Kesehatan Dan Hukum.
Stikes Mamba’ul Ulum Surakarta
21
Mimatun. 2019. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi. Program Studi Diploma Iii
Kebidanan Universitas Islam Lamongan
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh menteri.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri19.

Dalam dunia kedokteran aborsi provocatus medicalis dapat dilakukan jika nyawa si ibu
terancam bahaya maut dan juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir diperkirakan
mengalami cacat berat dan diindikasikan tidak dapat hidup diluar kandungan, misalnya janin
menderita kelainan ectopia kordalis (janin yang akan dilahirkan tanpa dinding dada sehingga
terlihat jantungnya), rakiskisis (janin yang akan lahir dengan tulang punggung terbuka tanpa
ditutupi kulit) maupun anensefalus (janin akan dilahirkan tanpa otak besar)22.

Komplikasi yang berbahaya pada abortus antara lain perdarahan yang dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus dan biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik) 24.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014


Aborsi merupakan bentuk kejahatan terhadap nyawa jabang bayi hal ini dilakukan karena
terdapat dua hal yaitu keinginan dari pihak siibu yang mengandung karena permasalahan yang
indikasinya daruat medis atau karena memang keinginan dari pihak tertentu akibat menanggung
aib karena kehamilan yang tidak diinginkan (kehamilan diluar nikah atau pergaulan bebas).
Kehamilan akibat perkosaan ataupun mengalami permasalahan kesehatan komplikasi serius pada
saat kehamilan, hal ini menyebabkan suatu tindakan yang diizinkan secara resmi (Legal) didalam
dunia medis, dan apabila tidak dilakukan tindakan tersebut akan mengakibatkan kematian ibu
yang sedang hamil, ataupun gangguan mental, fisik, dan sosial bagi yang (diakibatkan
perkosaan). Hal tersebut telah diatur didalam Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2014 tentang Kesehatan reproduksi. Namun sejatinya hal ini dilarang oleh negara karena tindakan
tersebut merupakan bentuk tindakan kejahatan terhadap nyawa yang termasuk kategori kejahatan
menggugurkan kandungan atau menghilangkan nyawa jabang bayi, sebagaimana yang diatur
didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan Pasal 346-349 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana23.
Tujuan Penyelenggaraan Aborsi Peratuan Pemerintah No. 61 Tahun 2014, tentang
Kesehatan Reproduksi, merupakan tujuan pemerintah untuk menjamin kesehatan organ

19.
Faisol, A. 2020. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Orang Yang Membantu Aborsi. Al-Jinâyah: Jurnal
Hukum Pidana Islam Vol. 6, No. 1, Juni 2020; P-Issn 2460-5565; E-Issn 2503-1058
22
Lily. Aborsi Dalam Perspektif Medis Dan Yuridis. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan, Vol.5, No.1 2 Juli-Desember
2018 Issn: 2407-0874
23
Wisastra, Dkk. 2018. Kajian Yuridis Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi,
Mengenai Penyelenggaraan Aborsi Yang Legal Secara Hukum. Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum,
Universitas Udayana
24
Ida. 2018. Hubungan Kehamilan Remaja Dengan Kejadian Abortus Di Rsud Wonosari Gunungkidul. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta
reproduksi yang sehat. Aborsi merupakan salah satu bagian tindakan medis yang mengarah
mengenai tujuan dari kesehatan reproduksi. Hal ini telah diatur tata cara penyelenggaraan aborsi,
yang tertuang didalam Pasal 35, Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
reproduksi, tindakan aborsi hanya dapat dilakukan apabila terjadi kedaruratan medis seperti
halnya letak jabang bayi yang tidak di rahim sehingga mengakibatkan pendarahan, dan kehamilan
akibat perkosaan, tindakan aborsi ini bukan karena motifnya melakukan sex diluar dari
pernikahan sehingga ingin menutupi aib akibat kecerobohannya ingin menghilangkan jejak akibat
dari perbuatanya 20.
Pada tahun 2009 silam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mensahkan undang-
undang tentang kesehatan yang di dalamnya terdapat tiga pasal yang memberikan pengecualian
terhadap aborsi, yaitu karena adanya indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan.
Lima tahun setelah undang-undang tersebut disahkan dan diundangkan, dibentuklah aturan teknis
berupa Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi yang
didalamnya terdapat sembilan pasal yang mengatur tentang aborsi. Hal ini tentu menuai banyak
kritik dari berbagai kalangan, karena kekhawatiran aturan tersebut akan diselewengkan dan
disalahgunakan oleh masyarakat. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan juncto
pasal 31 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Reproduksi, maka tidaklah menjadi persoalan demi menyelamatkan kehidupan dan nyawa wanita
hamil. Permasalahan baru yang muncul adalah dengan diberikannya pengecualian aborsi untuk
kehamilan akibat perkosaan, yang mana akan berbenturan dengan nilai-nilai pancasila maupun
dengan norma agama25.
Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi sebagai
turunan/aturan pelaksana bagi Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Yang
menarik dilihat melalui kacamata hukum ialah pasal-pasal yang memberikan pengecualian
terhadap aborsi, yang mana sebelumnya aborsi merupakan perbuatan illegal yang sama sekali
tidak diberikan ruang dalam aturan perundang-undangan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memuat 4 pasal tentang larangan aborsi,
diantaranya pasal 346, 347, 348 dan pasal 349 pada Bab XIX tentang Kejahatan terhadap nyawa.
Dalam pasal-pasal tersebut, yang menjadi objek kejahatan adalah kandungan, baik sudah
berbentuk makhluk yakni manusia, berkaki dan bertangan dan berkepala (voldragen vrucht) dan
dapat juga belum berbentuk manusia (onvoldragen vrucht)25.
Adapun yang menjadi subjek hukum dari pasal-pasal tersebut di atas dapat dibedakan
menjadi; 1). Yang dilakukannya sendiri (346), 2). Yang dilakukan oleh orang lain, yang dalam
hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu; a). Atas persetujuannya (347), dan b). Tanpa persetujuannya
(348). Adapun pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain, baik
atas persetujuannya maupun tidak, dan orang lain itu adalah orang yang mempunyai kualitas
pribadi tertentu, yaitu dokter, bidan dan juru obat (349). Ancaman hukumannya pun juga
bervariasi, dari yang terendah empat tahun penjara sampai dengan maksimal lima belas tahun
penjara25.

19.
Faisol, A. 2020. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Orang Yang Membantu Aborsi. Al-Jinâyah: Jurnal
Hukum Pidana Islam Vol. 6, No. 1, Juni 2020; P-Issn 2460-5565; E-Issn 2503-1058
25
Pagar, Ansari Yamamah, Mulkan Nasution. 2017. Aborsi Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif Di
Indonesia: Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. At-Tafahum: Journal Of
Islamic Law, Vol. 1 No. 2 Juli-Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai