Prodi : PGSD
NIM : 858183367
Tugas 2
Pend.Agama Islam ( MKWU4101)
3.ُTujuhُmacamُprinsip-prinsipُhukumُislamُsebagaiُberikut:
ُُ1. PrinsipُTauhid
PrinsipُiniُmenegaskanُbahwaُseluruhُbangunanُhukumُIslamُadalahُbermuaraُpadaُmengesakanُ
Tuhan,ُ yaituُ Allahُ SWT.ُ Denganُ prinsipُ tauhid,ُ pelaksanaanُ suatuُ hukumُ akanُ bermakanaُ
sebagaiُibadah.
AllahُSwtُberfirman:
ُْ َۖ أ
ُن تَقُولُوا َي ْو َم ُ ى ُۖ َش ِهدْنَا ُٰ َى أَ ْنفُسِ ِه ُْم أَلَسْتُُ ِب َر ِبكُ ُْم ُۖ قَالُوُا َبل َ ور ِه ُْم ذُ ِريَّتَ ُه ُْم َوأَ ْش َه َدهُ ُْم
ُٰ َعل ِ مِن ظُ ُه ُْ ََُو ِإذُْ أَ َخذَُ َربُّك
ُْ مِن َبنِي آد ََُم
َُ ن هَذَا غَافِل
ِين ٰ ْ
َ ال ِقيَا َم ُِة إِنَّا كُنَُّا
ُْ ع
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku
ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), (QS. Al-A’raf:ُ172).
2.ُPrinsipُKeadilan
PrinsipُkeadilanُmemilikiُmaknaُbahwaُhukumُIslamُyangُmengaturُpersoalanُmanusiaُdariُ
berbagaiُaspekُharusُdilandaskanُpadaُkeadilanُyangُmeliputiُhubunganُantaraُdirinyaُsendiri,ُ
masyarakat,ُmaupunُdenganُAllahُSWT.
Allah Swt berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Maidah: 8).
ُُ3.ُPrinsipُAmarُMakrufُNahiُMunkar
Amarُ makrufُ nahiُ munkarُ memilikiُ artiُ hukumُ Islamُ yangُ ditegakkanُ untukُ
menjadikan manusia dapatُmelaksanakanُhal-halُsecaraُbaikُdanُbenarُsesuaiُyangُdikehendakiُ
Allahُ SWTُ sehinggaُ tidakُ terjadiُ keburukanُ dalamُ kehidupanُ bermasyarakat.ُ Allah Swt
berfirman :
ُب لَكَانَُ َخي ًْرا لَ ُه ْمُِ الِل ُۖ َولَ ُْو آ َمنَُ أَ ْه ُُل ْال ِكتَا
َُِّ ِن ْال ُم ْنك َُِر َوتُؤْ مِ نُونَُ ب َ َُاس تَأْ ُم ُرونَُ بِ ْال َم ْع ُروفُِ َوتَ ْن َه ْون
ُِ ع ُ ِ َُّۖ كُ ْنت ُ ُْم َخي َُْر أ ُ َّمةُ أ ُ ْخ ِر َجتُْ لِلن
َُ ُمِ ْن ُه ُُم ْال ُمؤْ مِ نُونَُ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُُم ْالفَاسِ ق
ون
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.
4. Prinsipُal-Hurriyahُ(KemerdekaanُdanُKebebasan)
Prinsipُiniُ mengandungُmaknaُbahwaُhukumُ Islamُtidakُadaُpaksaan.ُArtinya,ُ manusiaُdapatُ
menolakُdanُmenerimaُhukumُIslamُnamunُtetapُharusُbertanggungُjawabُakanُkeputusannya.
Allahُswtُbersabda:ُ
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah: 256).
5.ُPrinsipُMusawahُ(Persamaan)
Hukumُ dalamُ agamaُ Islamُ tidakُ membedakanُ derajat,ُ suku,ُ ataupunُ fisikُ denganُ manusiaُ
lainnya.ُ Semuaُ manusiaُ diُ hadapanُAllahُ SWTُ adalahُ sama.ُAdapunُ yangُ membedakannyaُ
adalahُketakwaan.
Sebagaimanaُyangُdijelaskanُdalamُsebuahُayatُyaitu:ُ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.
Al-Hujurat: 13).
6.PrinsipُAl-ُTa’awun(Tolongُmenolong)ُdanُ
ُُُُAl-shura(musyawarah)
Prisipُ iniُ menjelaskanُ dalamُ menjalaniُ hidupُ ini,ُ sesamaُ manusiaُ hendaknyaُ salingُ tolong-
menolong,ُsalingُbahu-membahuُbaikُdalamُranahُsosial,ُhukum,ُdanُlainnya.ُDalamُmelakukanُ
ijtihadُ(penggalianُhukumُIslam),ُsebaiknyaُdilakukanُsecaraُjama'iُ(kolektif)ُdenganُmelibatkanُ
setiapُpihakُyangُkompetenُdalamُbidangnya,ُsertaُbidang-bidangُyangُadaُketerkaitanُdenganُ
permasalhanُyangُakanُdikajiُstatusُhukumnya.
Allahُswtُbersabda:
7.ُPrinsipُAl-Tasamuhُ(Toleransi)
Prinsipُtoleransiُmenegaskanُbahwaُpebedaanُpandanganُdalamُmelihatُsebuahُhukum,ُkarenaُ
perbedaanُteori,ُmetodeُdanُpendekatanُyangُdipakaiُdalamُpenggalianُhukumُIslamُhendaknyaُ
masing-masingُberlapangُdadaُmenerimanyaُsebagaiُkeniscayaanُdalamُrealitasُkehidupanُyangُ
plural.
AllahُSwtُberfirman:ُ
َ مِن بَ ْع ُِد َما َجا َءهُ ُُم ْالبَيِنَاتُُُ َوأُو ٰلَئِكَُ لَ ُه ُْم
ُعذَابُ عَظِ يم ْ ل تَكُونُوا كَالَّذِينَُ تَف ََّرقُوا َو
ُْ اختَلَفُوا ُ َ َو
Artinya:Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa
yang berat. (QS. Ali Imran: 105).
a).Merincikan ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat umum,misal perintah sholat dalam Al-Qur'an
pada Surat Al-Baqarah ayat 110. Kemudian Nabi Saw menjelaskan terkait sholat, seperti
waktunya, tata cara, bacaan, yang dilarang, dan lain sebagainya.Demikian juga beliau menetapkan
status hukumnya dari ayat Al-Qur'an tersebut.
b).Menetapkan hukum yang belum tercantum dalam Al-Qur'an, Seperti sabda Rasulullah Saw
yang menentukan keharaman memakan hewan buruan bertaring dan burung bercakar. Hal tersebut
dijelaskan oleh beliau dalam hadits, yang mana tidak dapat ditemukan dalam ayat Al-Qur'an.
c).Membuat aturan tambahan yang pokok-pokoknya termaksuk dalam Al-Qur'an, misal saja
penjelasan tentang li'an (sumpah suami ketika menuduh istrinya berzina), yang Allah SWT uraikan
dalam Surat An-Nur ayat 6-9. Dalam ayat tersebut tidak dirincikan apakah hubungan antara
pasangan suami istri masih berlanjut atau tidak.Sementara Nabi SAW menerangkan lebih lajut
perihal li'an dalam sabdanya, yang menyatakan bahwa suami istri dalam kasus li'an maka keduanya
dipisahkan.