Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fitria Rihadatul Aisy

Prodi : PGSD
NIM : 858183367

Tugas 3
Pend.Agama Islam ( MKWU4101)

1. Struktur iman terdiri dari pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian
melalui perbuatan mencerminkan pendekatan holistik terhadap kehidupan beriman dalam
Islam.
Tiga aspek ini saling terkait dan melengkapi satu sama lain, menciptakan fondasi yang kokoh
untuk ekspresi iman dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.
1. Pembenaran dalam hati:
Pembenaran dalam hati merujuk pada keyakinan yang mendalam dan tulus dalam hati seorang
muslim.Ini melibatkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip iman dalam agama
Islam.Dalam konteks ini, hati dianggap sebagai pusat spiritualitas dan keimanan.Pemahaman
yang benar dan kuat tentang konsep-konsep fundamental Islam, seperti keesaan Allah, risalah
(kenabian), malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, dan takdir, menjadi landasan dari
pembenaran dalam hati.Pembenaran dalam hati juga mencakup rasa takut dan cinta kepada
Allah, serta kesadaran akan kebesaran-Nya.Ini adalah dasar dari hubungan pribadi seorang
muslim dengan Tuhannya.Pemahaman dan penerimaan sepenuh hati terhadap kebenaran-
kebenaran agama membentuk fondasi utama bagi iman seorang muslim.
2. Ikrar dengan lisan:
Ikrar dengan lisan mencerminkan langkah berikutnya dalam ekspresi iman.Setelah pembenaran
dalam hati terbentuk, seorang muslim diharapkan untuk mengungkapkan iman mereka dengan
lisan. Ikrar ini umumnya dikenal sebagai dua syahadat, yaitu Syahadat Tauhid dan Syahadat
Rasulullah. Dua syahadat ini merupakan inti dari ikrar seorang muslim terhadap prinsip-prinsip
dasar agama Islam. Syahadat Tauhid menyatakan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah, yang Maha Esa.Ini mencerminkan pemahaman bahwa keesaan Allah adalah
dasar dari keimanan.Sementara Syahadat Rasulullah menyatakan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah, menegaskan bahwa petunjuk hidup harus diambil dari wahyu yang diterima oleh
Rasulullah.Ikrar dengan lisan bukan hanya merupakan pernyataan verbal belaka; itu juga
menunjukkan komitmen seorang muslim untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang
diikrarkan.Ikrar ini berfungsi sebagai pengikat antara hati yang telah diyakinkan dengan lisan
yang menyampaikan kesediaan untuk mengikuti ajaran Allah.
3. Pembuktian melalui perbuatan:
Pembuktian melalui perbuatan adalah langkah konkrit dalam mewujudkan iman dalam
kehidupan sehari-hari.Sekali seorang muslim telah membenarkan iman dalam hati dan
mengikrarkannya dengan lisan, tindakan nyata harus mengikuti sebagai bukti autentik dari
keimanan tersebut. Perbuatan seorang muslim seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip
agama Islam dalam setiap aspek kehidupannya.
Perbuatan seorang muslim mencakup berbagai aspek, seperti ketaatan kepada perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, menjalankan kewajiban ibadah, berinteraksi dengan sesama
manusia dengan adil dan penuh kasih sayang, serta berkontribusi positif pada masyarakat.
Ketaatan seorang muslim terhadap ajaran Islam tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi
juga mencakup etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, terdapat konsep
bahwa iman yang sejati akan tercermin dalam perbuatan sehari-hari seseorang.
Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa Iman itu terdiri dari enam puluh atau lebih cabang,
dan setinggi-tingginya adalah ucapan La ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah), dan paling
rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah sebahagian dari iman.Oleh
karena itu, iman yang sejati akan tercermin dalam sikap dan tindakan nyata seorang muslim
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, terdapat konsep bahwa iman yang sejati akan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari seseorang. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa
Iman itu terdiri dari enam puluh atau lebih cabang, dan setinggi-tingginya adalah ucapan La
ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah), dan paling rendah adalah menyingkirkan gangguan
dari jalan, dan malu adalah sebahagian dari iman. Oleh karena itu, iman yang sejati akan
tercermin dalam sikap dan tindakan nyata seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.
Keterkaitan Antara Ketiga Aspek Ini:
• Siklus Berkesinambungan:
Pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan membentuk
suatu siklus berkesinambungan.Pembenaran dalam hati memberikan dasar bagi ikrar dengan
lisan, dan ikrar tersebut mengarah pada pembuktian melalui perbuatan.Setiap langkah saling
mendukung dan melengkapi satu sama lain.
• Integral dalam Kesatuan Iman:
Ketiga aspek ini merupakan bagian integral dari kesatuan iman seorang muslim. Pemisahan
satu aspek dari yang lain dapat merugikan keutuhan iman. Sebagai contoh, ikrar lisan yang
tidak didasarkan pada pembenaran dalam hati mungkin menjadi hampa makna, dan
pembuktian melalui perbuatan yang tidak diikrarkan dengan lisan dapat kehilangan arah
spiritual.
• Ujian dan Penguatan:
Keterkaitan antara pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui
perbuatan menciptakan dinamika ujian dan penguatan iman. Ujian datang dalam bentuk cobaan
dan godaan yang dapat menguji kekuatan iman. Sebaliknya, setiap ujian yang diatasi dengan
pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan dapat
memperkuat dan mendalamkan iman seseorang.
• Relevansi dalam Konteks Kehidupan Sehari-hari:
Keterkaitan ini juga menciptakan relevansi yang kuat dalam konteks kehidupan sehari-
hari.Seorang muslim tidak hanya diberikan panduan untuk memiliki keyakinan dalam hati dan
mengucapkan ikrar dengan lisan, tetapi juga diberi landasan untuk menerapkannya dalam
tindakan sehari-hari. Dalam kesimpulan, pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
pembuktian melalui perbuatan merupakan tiga aspek yang saling terkait dalam struktur iman
seorang muslim. Bersama-sama, mereka membentuk landasan kokoh untuk kehidupan beriman
yang otentik dan menyeluruh.
Iman yang melewati siklus ini menjadi lebih kuat, lebih dalam, dan lebih relevan dalam
menghadapi tantangan dan tugas kehidupan sehari-hari seorang muslim.

2. Berikut ini beberapa ciri-ciri orang yang beriman yaitu:


a). Iman kepada Allah: Orang yang beriman memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
b). Ketaatan kepada perintah Allah: Orang yang beriman taat dalam menjalankan perintah-
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
c). Ketakwaan: Orang yang beriman memiliki rasa takut dan cinta kepada Allah, serta
berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
d). Keadilan: Orang yang beriman adil dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungan
dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
e). Kesabaran: Orang yang beriman memiliki kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian
hidup.
f). Kehidupan yang bermanfaat: Orang yang beriman berusaha untuk hidup dengan
memberikan manfaat kepada orang lain dan masyarakat.
g). Kesederhanaan: Orang yang beriman hidup dengan sederhana dan tidak terlalu terikat pada
dunia materi.
h). Kepedulian sosial: Orang yang beriman peduli terhadap keadaan sosial dan berusaha untuk
membantu orang yang membutuhkan.

3. Di dalam agama Islam, kewajiban menuntut ilmu sangatlah ditekankan, meski tidak ada ayat
Al-Quran yang secara eksplisit menyebutkan "kewajiban menuntut ilmu."Namun, terdapat
ayat-ayat yang secara tidak langsung menunjukkan pentingnya ilmu dan pengetahuan dalam
Islam. Salah satunya adalah Surah Al-Mujadilah (58:11):
َ‫ٱّلل ٱلَّذِين‬ َٰٓ
ُ َّ ‫ٱّلل لَكُم ۖ َو ِإذَا قِي َل ٱنش ُُزوا فَٱنش ُُزوا يَرف َِع‬ ِ ‫يَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن َُٰٓوا ِإذَا قِي َل لَكُم تَفَ َّسحُوا فِى ٱل َم َجل ِِس فَٱف َسحُوا يَف َس‬
ُ َّ ‫ح‬
ُ َّ ‫َءا َمنُوا مِ نكُم َوٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلعِل َم د ََر َجت ۚ َو‬
‫ٱّلل ِب َما تَع َملُونَ َخ ِبير‬
Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu dikatakan: 'Berilah tempat dalam
majelis (perkumpulan) untuk [yang diberi tanda] oleh Allah', maka berilah tempat, niscaya
Allah akan memberi ruang untukmu. Dan jika dikatakan: 'Berdirilah', maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberi keutamaan kepada orang-orang yang beriman
dan memiliki pengetahuan. Ini menegaskan bahwa memiliki ilmu pengetahuan dapat
meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah. Dengan demikian, ayat ini secara tidak langsung
menekankan pentingnya menuntut ilmu agar mendapatkan keberkahan dan keutamaan di sisi-
Nya.
Tafsir atau syarah dari ayat ini adalah bahwa Allah SWT memberikan keutamaan dan
kehormatan kepada orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan. Dengan
menuntut ilmu, seseorang dapat meningkatkan derajatnya di hadapan Allah dan di mata
manusia.

4.Dalam Al-Qur'an, terdapat berbagai kata yang memiliki kesamaan makna dengan "ilmu" atau
turunannya. Sebagai contoh, kata-kata tersebut meliputi:
- Ilm (‫)علم‬
Secara harfiah, "ilm" berarti "pengetahuan" dan seringkali digunakan dalam Al-Qur'an untuk
merujuk pada pengetahuan yang Allah berikan.
Salah satu contohnya terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 31, di mana Allah memberikan
pengetahuan kepada Nabi Adam mengenai nama-nama segala sesuatu.
-Ma'rifah (‫)معرفة‬
"Ma'rifah" mengandung arti "pengetahuan" atau "pengenalan." Dalam Al-Qur'an, istilah ini
digunakan untuk merujuk pada pengetahuan tentang Allah dan agama-Nya.
Contohnya dapat ditemukan dalam Surah Al-Baqarah ayat 31, di mana Allah mengajarkan
Nabi Adam nama-nama segala sesuatu untuk meningkatkan ma'rifahnya terhadap ciptaan-Nya.
-Hikmah (‫)حكمة‬
Hikmah" berarti "kebijaksanaan" atau "pengetahuan yang mendalam." Dalam Al-Qur'an, kata
ini dipergunakan untuk merujuk pada pengetahuan yang Allah berikan kepada para nabi dan
orang-orang yang bertaqwa. Contohnya terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 269, di mana
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.
-Ulum (‫)علوم‬
Bentuk jamak dari "ilm," "'ulum" digunakan dalam Al-Qur'an untuk merujuk pada berbagai
jenis pengetahuan atau ilmu. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar
mengutus seorang nabi yang dapat mengajarkan 'ulum kepada umatnya, seperti yang
disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 129.
Penggunaan kata-kata ini dalam Al-Qur'an menyoroti betapa pentingnya pengetahuan dan ilmu
dalam kehidupan manusia serta merupakan bentuk penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.

5. Ayat yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat atau buruk dari hewan ternak
terdapat dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 179. Berikut adalah ayat tersebut beserta
tafsirnya:
ِ ‫نس ۖ لَ ُهم قُلُوب َّّل يَفقَ ُهونَ بِ َها َولَ ُهم أَعيُن َّّل يُب‬
َٰٓ ‫ص ُرونَ بِ َها َولَ ُهم َءاذَان َّّل يَس َمعُونَ بِ َها‬ ِ ‫ٱْل‬
ِ ‫ِيرا مِنَ ٱل ِج ِن َو‬ ً ‫ۚ َولَقَد ذَ َرأنَا ِل َج َهنَّ َم َكث‬
َ‫ض ُّل ۚ أُولََٰٓئِكَ هُ ُم ٱلغَ ِفلُون‬ َٰٓ
َ َ‫أُولَئِكَ كَٱْلَن َع ِم َبل هُم أ‬
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan
manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.
(QS. Al-A'raf: 179).

1 Tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan banyak jin dan manusia yang akan
masuk ke dalam neraka Jahannam.Mereka memiliki hati, mata, dan telinga, tetapi tidak
memanfaatkannya dengan baik. Mereka tidak menggunakan hati mereka untuk memahami
ayat-ayat Allah, tidak menggunakan mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah,
dan tidak menggunakan telinga mereka untuk mendengar ayat-ayat Allah.Dalam hal ini,
mereka lebih buruk daripada binatang ternak, karena binatang ternak tidak memiliki akal dan
kemampuan untuk memahami ayat-ayat Allah.Oleh karena itu, mereka yang lalai dan tidak
memanfaatkan akal dan indera yang diberikan oleh Allah akan menjadi lebih sesat dan buruk
daripada binatang ternak.
2.Tafsir pada ayat ini dijelaskan mengapa seseorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa
pula yang lain disesatkan. Dan demi keagungan dan kekuasaan kami, sungguh, akan kami isi
neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia karena kesesatan mereka.Hal itu karena
mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan
mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan
Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-
ayat Allah.Mereka layaknya seperti hewan ternak yang tidak menggunakan akal yang diberikan
Allah untuk berpikir, bahkan mereka sebenarnya lebih sesat lagi dari binatang, sebab, binatang
itu'dengan instinknya' akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara
mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itulah orang-orang yang
lengah.

Anda mungkin juga menyukai