Anda di halaman 1dari 74

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN

Jalan Ranggagading No. 1 Bogor 16123


Telp. 0251-8337733, 8358787 Fax. 0251-831992
www.stiekesatuan.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas Keimanan dan Ketakwaan.Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai keimanan dan ketakwaan serta mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan khusus nya kepada para
maahasiswa di lingkungan STIE Kesatuan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Akhir kata, atas segala dkungan yang diberikan kami mengucapka
terima kasih kepada dosen pembimbing sehingga makalah ini disusun dengan baik

Bogor, September 2012

Penyusun

Kelompok 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan
sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh
lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi
itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan
dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan
mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena
itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi
kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang
kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman?
2. Bagaimana wujud iman?
3. Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
4. Apa pengertian takwa?

5. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?


1.3 Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan wujud iman
3. Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
4. Mendeskripsikan pengertian takwa
5. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
: melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian, rukun
iman adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :



Artinya :
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (AlImmaanu aqdun bil qalbi waigraarun billisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta
dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Definisi Iman Secara Istilah Syariy

1)

Al-Imaam Ismaaiil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :


Iman dalam pengertian syariy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :


Iman dalam istilah syariy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2)

Imaam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah berkata :


Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan.
Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat [At-Tamhiid, 9/238].
3)

Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :

: .
. : ..

Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu itiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat Abul-Jauzaa). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam
hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal.
35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
2.

Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim
yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau
amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1.
2.
3.
4.

Ilahiyah
Nubuwwah
Ruhaniyah
Samiyah

: Hubungan dengan Allah


: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami

3. Tanda Tanda Orang beriman


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari
syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk
segera melaksanakannya (al-Anfal: 2).
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran:
120
al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah
Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku
beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah

pinjaman yang baik {406} sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia
telah tersesat dari jalan yang lurus.
at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari
dua kebaikan {646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan
menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya
kami menunggu-nunggu bersamamu."
Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu
melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang
mukmin bertawakkal.
Mujadalah: 10
[58:10] Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang
yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat
sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya
orang-orang yang beriman bertawakkal.
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
al-Anfal: 3
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya
Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina
kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu alQuran menurut Sunnah Rasulullah.

6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.
4. Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang
apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak,
siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki
tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk perjalanan panjang, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang
diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti
kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
5. Koheresi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran
atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang

disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikanNya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan,
tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan seharihari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1)

Ilahiyah: Hubungan dengan Allah

2)

Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat

3)

Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh

4)

Samiyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami

Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:


1.

Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari
syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk segera
melaksanakannya.

2.

Senantiasa tawakal

3.

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga

4.

Menafkahkan rezki yang diterimanya

5.

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan

6.

Memelihara amanah dan menepati janji

7.

Berjihad di jalan Allah dan suka menolong

8.

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin


Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apaapa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat
tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar: TimDosen UNM
Abu AL- Jauzaa. Definisi Iman. http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/definisi-iman.html
Mariana Ramadhani. Konsep Ketuhanan dalam
Islam.http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalamislam/
Muchamad Syihabulhaq. Definisi
Takwa.http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/
Saepul Anwar. Keimanan dan
Keyakwaan.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll
%29/Pendidikan_Agama_Islam/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf

Makalah Keimanan dan Ketakwaan

Makalah
Pendidikan Agama Islam
KEIMANAN DAN KETAKWAAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
NUR ULIL AMRI (1129040053) JUMARDIN (1129040072) SUHRIYANA
(1129040064) AINUN SANI (1129040069)
ICP PTIK 04
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas
Keimanan
dan
Ketakwaan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai keimanan
dan ketakwaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi
dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada :
Drs. Mappasessu Barata, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Rekan-rekan kelompok 2 yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran sehingga makalah
ini
dapat
terselesaikan.
Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Makassar, 5 Oktober 2011


Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
ABSTRAK 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
BAB 2 PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Iman 4
B. Wujud Iman 6
C. Proses Terbentuknya Iman 7
D. Tanda-Tanda Orang Beriman 11
E. Pengertian Takwa 13
F. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan 14
BAB 3 PENUTUP 16
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
ABSTRAK
Pada setiap agama, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki
oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan
adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh
tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut..
Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Keimanan harus diwujudkan
dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita
anut. Keimanan baru sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan
dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari hari.Iman adalah percaya atau
yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman
adalah dasar, inti, atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam yakni percaya allah, percaya pada para Rasul, percaya pada
malaikakt dan kitab allah, percaya pada risalah hari bangkit , pokok agama serta rela
pada ketentuan allah. Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah,
yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna
etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten
( istiqomah ). Keimanan dan Ketakwaan sangat berperan dan berpengaruh penting
buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini dikarenakan keimanan dan

ketakwaan sebenarnya telah melekat pada manusia serta keimanan dan ketakwaan
jugalah yang membentuk kerakteristik dan sifat kebaikan manusia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan
manusia lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam
melakukan interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar
dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah
dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan
masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan
seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain
semakin baik keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula
akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya
potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya
saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah
terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin
muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang
biasa, oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali
arti yang sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan
manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan
itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti
bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu
dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar
belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang
keimanan dan ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah
kelompok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian iman?
2. Bagaimana wujud iman?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman?
4. Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?

5. Apa pengertian takwa?


6. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan wujud iman
3. Menjelaskan proses terbentuknya iman
4. Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
5. Mendeskripsikan pengertian takwa
6. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi penulis: melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketawaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Iman secara bahasa berarti at-tashdiiq (pembenaran), sebagaimana firman Allah taala :
Artinya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba
dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan
kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang
yang benar."
Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja aminayumanu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya
kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam
sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada
yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan
karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia
adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah).
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat
sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui

ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap
ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul. Hal itu karena apa yang
dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat
menimbulkan

tekad

untuk

mengorbankan

segalanya

dan

kalau

perlu

mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (Al-Immaanu aqdun bil qalbi waigraarun billisaani waamalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan,
dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup
atau gaya hidup.
Istilah iman dalam al-Quran selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam surat anNisa:51

yang

dikaitkan

dengan

jibti

(kebatinan/idealisme)

dan

thaghut

(realita/naturalisme).
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al
kitab ? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut , dan mengatakan kepada orang-orang Kafir
(musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu
walladziina aamanuu bil baathili. Bhatil berarti tidak benar menurut Allah.
Artinya:Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa
yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar
kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.
Sementara dalam al-Baqarah: 4, iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang
diturunkan Allah (yuminuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika).

Artinya:dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat.
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Quran,
mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan
kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang
dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.
Definisi Iman Secara Istilah Syariy
1. Al-Imaam Ismaaiil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

Iman dalam pengertian syariy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan
lahir dan batin [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :

Iman dalam istilah syariy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2. Imaam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah berkata :

Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan
tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat [At-Tamhiid, 9/238].
3. Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
.. : .
. :

Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu
itiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat
Abul-Jauzaa). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan
perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan
bermanfaat tiga hal yang lainnya [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan

tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
B. Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena
itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan
seorang muslim yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan
yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Samiyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami
C. Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar
ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah

menginginkan

agar

makanan

yang

dimakan

berasal

dari

rezeki

yang

halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang sedang hamil
mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas dari
pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami
juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh
karena jika seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin,
maka isteri hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki
Allah.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan
yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan
yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan
benih

iman.

Berbagai

iman/kepribadian

pengaruh

seseorang,

baik

terhadap
yang

seseorang

datang

dari

akan

mengarahkan

lingkungan

keluarga,

masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti


cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan
contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk
akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang
tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda,
Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman
kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka
ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak

itu dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi
mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Quran.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi
senang.

Seorang

anak

harus

dibiasakan

untuk

melaksanakan

apa

yang

diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah
dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah
dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja.
Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi
kecuali secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga
dapat menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu
adakalanya cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini
dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai
hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting
dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat
dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi
terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan
mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus,
dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang
semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan
motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting
mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif
menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip internalisasi dan individuasi

Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya
melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari
sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu
penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan
amaliah, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk
utuh, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik
sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya
mempelajari

iman

sebagai

proses (internalisasi

dan

individuasi). Implikasi

metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang


mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam
bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup
tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat
kesempatan

sebaik-baiknya

mengalami

proses

tersebut

sebagai

peristiwa

pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi


nilai iman.
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru
teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya
ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya
tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan
memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu),
tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial
(proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses
sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman
yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu

tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya.
Implikasi

metodologinya

adalah

bahwa

usaha

yang

dikembangkan

untuk

mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya


selalu konsisten dan koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat
dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah
tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan
mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan
yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses
pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena
kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.
5. Prinsip integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang
pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan
menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula
dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah
laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin
integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula
hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang
dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari
seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah,
tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang
nyata.
D. Tanda-Tanda Orang Beriman
Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan
memahami ayat yang tidak dia pahami.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut
Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52,
Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun:13).
Artinya: Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya
tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya
Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal:


3 dan al-Muminun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu
shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
Artinya: Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika
kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan
Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan
antara yang kaya dengan yang miskin.
Artinya: dan orang-orang yang menunaikan zakat
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (alMukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
Artinya:dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna

6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
Artinya:kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki ; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan
harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka
memperoleh ampunan dan rezeki (ni'mat) yang mulia.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang
berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
Artinya: Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu'min ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama
Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak
meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orangorang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu
karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara
mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu Ala Maudadi menyebutkan tanda orang beriman
sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri

3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat


4. Senantiasa jujur dan adil
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan
situasi
6. Mempunyai pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.
E. Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa
itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak,
siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa
rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk perjalanan panjang, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang
diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti
kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

F. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan
Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan.

Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah
satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan
amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat
Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian
tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah.
Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah
hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala
gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan
dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara
sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan
tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara
murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya
kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan,
dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan
beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat
asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah),
kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan
segala larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Samiyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami
Prinsip-prinsip pembentukan iman adalah
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
3. Prinsip sosialisasi
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
5. Prinsip integrasi
Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya
2. Senantiasa tawakal
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin
Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa
yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan
menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah),
kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

B. Saran
Masyarakat seharusnya benar-benar memahami arti dari keimanan dan
ketakwaan serta memupuk keimanan dan ketakwaan tersebut di dalam diri mereka, sebab 2

hal tersebut sangat berperan dan berpengaruh penting terhadap diri manusia dalam
menjalani kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar: TimDosen
UNM
Abu AL- Jauzaa. Definisi Iman. http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/definisi-iman.html
diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.16
Mariana Ramadhani. Konsep Ketuhanan dalam Islam.
http://marianaramadhani.wordpress.com/coretan-kuliah/konsep-ketuhanan-dalam-islam/
diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.25
Muchamad Syihabulhaq. Definisi Takwa. http://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisitaqwa/ diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.35

Saepul Anwar. Keimanan dan Keyakwaan.


http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011SAEPUL_ANWAR/Bahan_Kuliah_%28Power_Point,_dll
%29/Pendidikan_Agama_Islam/BAB_03_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN.pdf
diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 19.45
http://www.indoquran.com diakses tanggal 4 Oktober 2011 pukul 20.00

Selasa, 23 Oktober 2012


TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM KEIMANAN DAN KETAQWAAN
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan tersusunnya makalah ini penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt, yang mana dengan taupiq dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat penyusun selesaikan. Shalawat dan salam teruntuk baginda Nabi Muhammad saw, beliulah panutan yang
paling hak di bumi ini.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen / pengajar, untuk mengembangkan pola fikir mahasiswa
tetang makalah dan tentang agama Islam masalah iman dan taqwa. Makalah ini berjudul :

KEIMANAN DAN KETAQWAAN

Mata pelajaran agama Islam sangat luas dan mengangkat beberapa tema utama diantaranya masalah iman dan taqwa. Dalam
mengangkat topik diatas, makalah ini tidak hanya menyampaikan konsep-konsep, tetapi juga mengajakmu aktif berdiskusi, melakukan
penelitian dan wawancara, membedah kasus dan sebagainya.

Makalah ini disusun dengan menyeimbangkan antara bahan bacaan sebagai wahana penyerapan ilmu pengetahuan dengan
kegiatan yang akan melatih kompetensimu. Selain itu, kamu juga diajak untuk lebih mengenali dirimu sendiri baik sebagai makhluk
Allah ataupun sebagai makhluk sosial yang memiliki iman dan taqwa.

Selanjutnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran sehingga tersusunnya makalah ini, penulis ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah yang maha besar selalu merahmati kita. Amin

ii
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, akhirnya tegur sapa dan saran-saran untuk kesempurnaan makalah ini sangat
diharapkan dan akan disambut dengan senang hati. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
pembaca dan penulis. Amin

Banjarmasin, Oktober 2010

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang .. 1

B.

Batasan / Rumusan Masalah . 1

C.

Tujuan Penulisan .. 1
BAB II IMAN DAN TAQWA

A.

Iman .. 2

B.

Taqwa ... 4

C.

Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan Moderen 5


BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan .. 7

B.

Saran 7
DAFTAR PUSTAKA . 9

iv
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Islam adalah agama yang paling benar, ajaran didalamnya mengandung banyak makna dan paidah-paidah untuk kesalamatan
dan kemaslahatan. Dalam islam kita diwajibkan untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah yang maha kuasa, di dalam Al-Quran
disebutkan : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs. Al-Imran (3) ayat (102).

Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai panduan bagi manusia diantaranya, untuk meraih iman dan taqwa yang sempurna, orang
perlu taat sebenar-benarnya mengikuti perintah-perintah Allah untuk meraih iman dan taqwa tersebut. Tapi pada jaman moderen
sekarang ini, banyak manusia yang salah dalam mengartikan iman dan taqwa, nah di Makalah ini penulis ingin mengungkap /
membedah apa itu Iman dan Taqwa.

B.

Batasan / Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dan disusun oleh penulis dalam makalah ini, hanya dibatasi / hanya merumuskan tentang masalah
Keimanan dan Ketaqwaan. Hal ini hanya mencakup tentang pengertian iman dan taqwa serta perkembangannya dalam kehidupan
moderen. Karena kurangnya pengalaman serta ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis dalam penulisan makalah ini.

C.

Tujuan Penulisan

1.

Memunuhi tugas dari Dosen / pengajar

2.

Mengetahui sampai mana pengetahuan penulis tentang iman dan taqwa

3.

Menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan agama.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Iman
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat
membuat orang untuk melakuakan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin,
keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti atau poko-pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu-amanan yang berarti percaya.

Selain itu, keimanan adalah suatu kepercayaan / keyakinan yang tertanam dalam hati yang dibuktikan melalui sikap / tindakan,
Setiap manusia yang sepenuh hati beriman kepada Allah swt memenuhi semua perintahNya dan menjahui segala apa yang
dilarangNya. Keimanan adalah perbuatan yang apa bila diibaratkan sebuah puhun mempunyai cabang-cabang, diantara cabangcabang iman yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah swt.

Iman bukan hanya percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dinyatakan
beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
keyakinan. Adapun orang yang beriman disebut mukmin.

1.

Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:

a.

Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan).

b.

Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran).

c.

Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul).

2
Proses terbentuknya iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pembinaan yang berkesinambungan. Pengaruh pendidikan keluarga
secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang.
2.

Tanda-tanda orang beriman :

a.

Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syraf memorinya.

b.

Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah atau mengharapkan keridhaan Allah semata.

c.

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintah-perintahnya serta menjahui segala apa yang dilarangnya.

d.

Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah.

e.

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.

f.

Memelihara amanah dan menepati janji.

3.

Manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia :

a.

Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.

b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.

c.

Iman memberikan ketentraman jiwa.

d.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik.

e.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.

f.

Iman memberikan keberuntungan.

3
B. TAQWA

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah. Yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna
tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memlihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh
dan konsisten (istiqomah). Karakteristik orang-orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau
indikator ketaqwaan.

1.

Memelihara fitrahnya iman.

2.

Mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.

3.

Mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

4.

Menepati janji, yang dalam pengertian lain memelihara kehormatan diri.

5.

Sabar disaat kepayahan atau mendapat cubaan.

Dalam aspeknya taqwa mempunyai hubungan-hubungan, diantaranya :

1.

Hubungan taqwa dengan Allah. Maksudnya: Seseorang yang bertaqwa (muttaqi) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada
Allah dan selalu menjaga hubunganNya setiap saat serta melaksanakan perintah dan menjahui larangannya.

2.

Hubungan taqwa dengan sesama manusia, maksudnya: hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia.
Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesediaan
untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan
menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam bentuk kebaikan dan kebajikan. Pada surat Al-Baqarah ayat 177,
menerangkan bahwa diantara ciri-ciri orang bertaqwa itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab Allah.

4
3.

Hubungan taqwa dengan diri sendiri, maksudnya : Dalam hubungan dengan diri sendiri ketaqwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain:

a.

Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya.

b.

Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar, dan usaha kepada Allah.

c.

Syukur, yaitu sikap berterimakasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama manusia.

d.

Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran.

4.

Hubungan taqwa dengan lingkungan hidup, maksudnya : Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memegang tugas
kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subyek yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam lingkungannya.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungannya dengan sebaik-sebaiknya. Bagi orang yang bertaqwa,
lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan
memelihara dengan sebaik-baiknya.

C. Iman dan Taqwa Dalam Kehidupan Moderen

Dalam kehidupan yang moderen saat ini telah banyak timbul kekacauan-kekacauan di bumi ini. Hal ini disebabkan oleh semakin
berkurangnya tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia kepada Allah SWT. Banyak sekali kejadian dan contoh-contoh akibat dari
semakin menipisnya iman dan ketaqwaan itu. Sebagai seorang muslim marilah kita terus meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada
Allah SWT, dengan mengerjakan perintahNya dan menjahui apa-apa yang dilarangNya.

5
Dengan semakin berkembangnya zaman, banyak dampak positif yang dapat kita ambil tetapi cukup banyak pula dampak negatif
yang ditimbulkan. Agar kita terjauh dari dampak nigatif pada perkembangan zaman yang moderen ini, seyugyanya kita harus menjaga
diri dari apa-apa yang dilarang Allah seperti berbuat maksyiat dan lain sebagainya. Dampak-dampak negatif itu dapat terjadi karena
landasan kehidupan atau iman dan taqwa manusia kepada Allah mulai goyah. Hal ini akan menyebabkan manusia bertindak dengan
hanya mengandalkan hawa nafsu tanpa melibatkan akal dan pikiran. Mereka akan bertindak semau mereka sendiri dan akan mengejar
nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma agama serta pendidikan.

Berikut ini ada beberapa permasalahan masyarakat kita dalam kehidupan moderen saat ini.
1.

Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan.

2.

Pola hidup masyarakat bergeser dari social-religius kearah masyarakat individual materialistis dan sekuler.

3.

Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah pola hidup mewah dan konsumtif.

4.

Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.

5.

Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern yang bercorak sekuler atau tidak
menujukkan akhlak keislamannya.

6.

Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.

7.

Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.

8.

Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh.

6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Iman adalah rasa percaya yang dibenarkan oleh hati diucapkan lisan dan ditunjukan dalam perbuatan. Iman kepada Allah artinya
meyakini dan membenarkan adanya Allah, satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta dengan segala kesempurnaanya.

Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.

Dalam kehidupan zaman moderen saat ini, moto keimanan kita sering guyah karena banyaknya hal-hal atau tuntunan yang
mengarah kepada kemaksyiatan, sebagai muslim marilah kita menjaga diri dan hati dari segala perbuatan yang dilarang Allah, dan
selalu berusaha untuk lebih memperbaiki diri.

Sebagai umat islam yang baik, kita harus meningkatkan mutu iman dan ketaqwaan kepada Allah swt agar mendapatkan
ketentraman lahir dan batin.

B. Saran

1)
2)

Sebagai umat islam kita harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.


Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, kita harus melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjahui segala apa yang
dilarangNya.

3)

Marilah kita mengaflikasikan perintah Allah yang maknanya "... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan ke luar..(memudahkan jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. (QS.65:2-3).

7
4)

Dalam mengamalkan iman dan taqwa harus konsisten (istiqomah).

5)

Dalam kehidupan yang moderen saat ini, kita harus menjaga keimanan dan ketaqwaan, agar kita tidak terjerumus kedalam kesesatan.

6)

Dimuhun kepada pembaca apabila dalam penulisan makalah ini ada kejanggalan / kesalahan dalam penulisan maupun makna dalam
bacaan, untuk memberi masukan kepada kami sebagai penulis. Karena manusia tak ada yang sempurna dan kesempurnaan itu yang
milik Allah SWT.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta. Erlangga

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta. Depatemen Agama RI

Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Penddikan Agama Islam. Jakarta. Bumi Aksara

Darajat, Zakiah, dkk. 1986. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta. Departemen Agama RI

Senin, 08 April 2013


Makalah Agama Islam Keimanan dan Ketakwaan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia akan mulia dan bermartabat di sisi Allah jika ia bisa memperoleh derajat
keimanan dan ketaqwaan dengan amal ibadah dan tingkah laku yang dia
kerjakan.
Keimanan dan ketaqwaan adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Jika kita melihat dari definisi kedua istilah tersebut tentunya hubungan antara
kedua nya terlihat dengan jelas.Keimanan diambil dari kata iman yang secara

bahasa diartikan percaya. Namun, setelah mendapat imbuhan ke-an maka kata
tersebut bisa diartikan menjadi suatu nilai religius yang dimiliki oleh setiap
muslim untuk cenderung melakukan segala hal sesuai dengan aturan yang
diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga kehidupan yang dijalaninya teratur sedemikian rupa.
Dewasa ini, banyak orang yang mengaku beriman tetapi masih melanggar
ketentuan agama, hal ini berarti kebanyakan dari mereka belum mengerti dan
memahami hakikat keimanan dan ketakwaan itu sendiri. Hal ini yang
melatarbelakangi pembahasan materi keimanan dan ketakwaan dari kelompok
kami.
Rumusan Masalah
Apakah pengertian iman itu?
Bagaimana wujud iman yang sebenarnya?
Bagaimana proses terbentuknya iman?
Apakah tanda-tanda orang beriman?
Bagaimana kolerasi antara keimanan dan ketakwaan?
Tujuan
Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman.
Memiliki tanda-tanda orang beriman sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran.
Mengimplementasikan iman dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Menerangkan peranan iman dan takwa dalam menghadapi tantangan kehidupan
modern, sehingga meyakini benar perlunya
Mengetahui kolerasi antara keimanan dan ketakwaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian
iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benarbenar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan
secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang.
Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana
firman Allah yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya

(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Quran) yang diturunkan kepada RasulNya,
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian,
maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka
akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.
Kata Iman yang tidak dirangkai dengan kata lain dalam al-Quran mengandung
arti positif Dengan demikian, kata-kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata
Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang
dikaitkan dengan selainnya disebut iman bathil.
2.2 Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh
karena itu lapangan iman sangat luas.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam.
Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi
hati dan perbuatan disebut pandangan hidup. Sedangkan laku perbuatan yang
mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap
hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil, tergantung pada
pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidup
atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan yang
dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya bernilai bathil.
Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman
bathil
2.3 Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih
Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat,
pendidikan dll.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi
senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah
dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran
Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat

dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di
dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi
kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga
dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
2.4 Tanda-Tanda Orang Beriman
1. Taqwa
Taqwa adalah menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan
segala apa yang diperintah oleh Allah SWT dan juga meninggalkan apa yang
telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada Allah SWT belum sempurna jika
ia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan
beramal shaleh atau berbuat kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu bertaqwa dimana saja kita
berada. Jika kita berada di pasar maka kita harus menunjukkan ketaqwaan dalam
urusan kita di pasar, jika kita berada dalam klas yang sedang belajar kita juga
harus bertaqwa kepada Allah dalam urusan menuntut ilmu dan mengajarkannya
dan begitulah seterusnya dimana saja kita berada kita harus bertaqwa kepada
Allah SWT tanpa harus ragu-ragu untuk melakukannya.
Allah SWT sama sekali tidak membedakan derajat manusia berdasarkan suku,
bangsa, bahasa, dan budaya, akan tetapi Allah SWT membedakan perbedaan
antara seseorang dengan yang lainnya dengan taqwanya, barang siapa yang
paling bertaqwa, maka dialah yang derajatnya paling mulia di sisi Allah SWT.
2. Malu
Tanda keimanan yang amat penting dari seseorang yaitu al haya atau
mempunyai rasa malu. Maksud dari mempunyai rasa malu disini bukan kita
merasa malu berbicara di depan orang banyak sehingga merasakan panas
dingin jika berbicara di depan umum atau kita merasa malu dengan penampilan
yang kurang meyakinkan atau kurang keren di depan teman-teman kita dalam
suatu acara. Akan tetapi, rasa malu yang harus kita tanam sebagai orang yang
beriman yaitu malu jika kita tidak melakukan perbuatan atau hal-hal yang telah
dibenarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita mempunyai rasa malu seperti ini,
agar tentunya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.
Bahkan, keimanan dengan rasa malu menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan
dan tentunya tidak boleh juga kita pisah-pisahkan sendiri seperti dua sisi mata
uang yang tidak diakui dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang
sah.
Bila malu tidak ada pada jiwa seseorang yang mengaku beriman, pada
hakikatnya dia tidak beriman. Haya (rasa malu) terdapat dua macam yaitu:
Malu naluri (haya nafsaniy), yaitu rasa malu yang dikaruniakan Allah kepada
setiap diri manusia, seperti rasa malu kelihatan auratnya atau malu
bersenggama di depan orang lain. Dalam hal ini tentu kita harus selalu tunduk
dan patuh kepada Allah SWT dengan segala ketentuan-Nya dengan
mengkaruniakan kita malu naluri. Bila kita memiliki rasa malu terhadap diri
sendiri dan juga kepada orang lain pasti kita akan selalu menjaga aurat jangan
sampai kelihatan dihadapan orang lain. Oleh karena itu, orang yang tidak
memiliki rasa malu harus diwaspadai, sebab kalau dia telah merusak citra dirinya
sendiri, sangat mungkin baginya untuk merusak citra orang lain.

Malu imani (hayaimaniy), ialah rasa ma!u yang bisa mencegah seseorang dari
melakukan perbuatan maksiat karena takut kepada Allah SWT. Setiap muslim
haruslah memiliki sifat malu kepada Allah yang sebenar-benarnya, malu yang
ditunjukkan dimana saja, kapan saja, dan dalam situasi serta kondisi yang
bagaimanapun juga. Bukan hanya malu untuk menyimpang ketika berada di
masjid dan sejenisnya, tapi tidak malu-malu untuk melakukan penyimpangan di
pasar, kantor, bahkan saat sendirian. Oleh karena itu, menjadi sangat penting
bagi kita untuk selalu memperkokoh rasa malu sehingga tidak ada kejelekan
sedikitpun dari sifat malu tersebut.
3. Syukur
Tanda keimanan seseorang yang amat penting adalah selalu bersyukur. Allah
SWT menganugerahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Setiap detik
dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya
nikmat Allah SWT.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia selalu bersyukur kepada Allah SWT.
Syukur berarti berterima kasih kepada Allah SWT. Dalam arti lain, syukur ialah
memanfaatkan nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita sesuai dengan
kehendak yang memberikannya.
Bersyukur mengandung banyak manfaat, diantaranya yaitu mengekalkan dan
menambah nikmat itu pula dengan nikmat yang lain yang berlimpah, Allah SWT
berfirman:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku
sangatlah pedih (QS Ibrahim [14]:7).
Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Allah SWT:
Bersyukur dengan hati, yakni mengakui dan menyadari bahwa nikmat yang
diperolehnya berasal dari Allah SWT.
Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah yang berarti
segala puji bagi Allah.
Bersyukur dengan perbuatan, seperti melakukan perbuatan yang baik, sesuai
dengan tuntutan agama.
Allah SWT melimpahkan nikmat yang banyak kepada manusia. Secara garis
besar nikmat Allah terbagi atas dua macam yaitu nikmat yang menjadi tujuan
dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri nikmat yang pertama adalah kekal, diliputi kebahagiaan dan kesenangan,
sesuatu yang mungkin dicapai, dan segala kebutuhan terpenuhi. Adapun nikmat
yang kedua meliputi kebersihan jiwa dalam bentuk iman dan akhlak yang mulia,
kelebihan tubuh seperti kesehatan dan kekuatan, hal-hal yang membawa
kesenangan jasmani, seperti harta dan kekuasaan, dan hal-hal yang membawa
sifat keutamaan seperti pertolongan dan lindungan dari Allah SWT.
4. Sabar
Yang terakhir atau yang Keempat dari tanda keimanan seseorang yaitu sabar.
Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya
menahan atau mengekang.
Secara istilah sabar yaitu menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah

laku yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT.


Sabar merupakan bagian yang penting dari iman. Dalam hadits yang
diriwayatkan oieh Abu Nuaim, Rasulullah SAW bersabda bahwa sabar adalah
sebagian dari iman. Kedudukan sabar bagi iman sangat penting, seperti
kedudukan hari Arafah dalam ibadah haji.
Nabi SAW melukiskan sabar sebagai barang yang sangat bernilai tinggi di surga.
la juga pemah berkata, sabar terhadap sesuatu yang engkau benci merupakan
kebajikan yang besar (HR. At-Tirmidzi).
5. Ridha dengan Keputusan Allah
Ridha berarti menerima keputusan kalah atau menang dengan hati yang lapang.
Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda
kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, maka terima dengan hati
yang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf,
Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan: Keridhaan adalah mengarahkan
perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan
ketidaksenangan. Seorang ulama yang lain, Ruwaim menyatakan: Keridhaan
adalah tenangnya hati dalam menjalani ketetapan Allah.
Pernah suatu hari khalifah Umar bin Khattab menulis surat kepada gubernur Abu
Musa al Asyari: Segala kebaikan terletak di dalam keridhaan. Malah jika engkau
mampu jadilah orang yang ridha; dan jika engkau tidak mampu, maka jadilah
orang yang sabar
Tanda Orang Beriman (Al Anfal 2-4)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia."
(QS.Al Anfal 2-4)
Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang
benar-benar beriman kepada Allah adalah:
Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya
Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya
Mereka selalu bertawakal Kepada Allah
Mendirikan Shalat
Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)
Itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain
yang Allah Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya.
Yang jadi renungan buat kita adalah sudahkah, pernahkah, kita ini bergetar atau
atau bahkan menangis ketika disebut ayat-ayat Al Quran? atau justru kita
tertawa terbahak-bahak padahal Al Quran menceritakan betapa pedihnya Azab
Allah itu? semua jawabanya kembali kepada diri kita masing-masing, marikita

introspeksi / muhasabah / evaluasi diri kita sebelum Allah yang turun tangan
untuk mengevaluasi kita di Yaumul Akhir nanti.
2.5 Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang
yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan
bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang
melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya
untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang
atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga
sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat
dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi
dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang
membahas tentang keesaan Zat, keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan
amal dan ibadah manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid
toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah , atau
yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat
tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah.
Dalam ajaran islam yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid
yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam menegakan tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep,
dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan
percaya kepada Allah melalui fikiran membenarkan dengan hati , mengucapkan
dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatannya. Oleh karena itu
seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan
kalimat tauhid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui
larangannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk
merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah
apabila memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan
tingkah laku.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah
iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,
yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari
rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman

dengan sebenarnya.
Mereka akan memperolah beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-Nya dan
ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari
diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang
berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.

3.2 Saran
Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya
meningkat.
Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT.
Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
http://qodirjae.wordpress.com/2008/05/20/keimanan-dan-ketaqwaan/ (Di akses
24 September 2012 )
http://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/(Di akses 24
September 2012 )
http://seuntaikenanganquran.blogspot.com/2007/07/sesungguhnya-orang-orangyang-beriman.html (Di akses 24 September 2012 )
http://henygarlic.wordpress.com/2011/01/24/hubungan-antara-keimanan-danketakwaan/ (Di akses 24 September 2012 )
http://alpukatbiru.blogspot.com/2011/03/tanda-tanda-orang-beriman-kepadaallah.html (Di akses 24 September 2012 )

Rabu, 21 Agustus 2013


makalah agama nih sob KEIMANAN DAN KETAKWAAN

A. Pengertian Iman

Secara etimologis, iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang.


Sedangkan secara umum iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya yang
menunjukan sikap yang terdapat di dalam hati. Orang yang percaya kepada
Allah SWT dan lainnya yang tersebut di dalam rukun iman, walaupun dalam
sikap keseharian tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada
yang telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan orang yang beriman. Hal
ini disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui urusan

hatinya hanya Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting bagi
mereka, mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi
Islam.
Di dalam surat Al Baqoroh ayat165 dikatakan bahwa orang yang
beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah SWT beserta ajaran
Nya (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, orang yang beriman kepada Allah
SWT berarti orang yang sangat amat rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu
yang terdapat dalam Al Quran dan sunnah Rosul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah
Atthabrani, iman merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan
dilanjutkan dengan amal perbuatan (Al iimaanu aqdun bil qalbi waigraarun
bilisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
antara hati, ucapan, dan tingkah laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman haq dan iman bathil. Iman
haq merupakan iman yang dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.
Sedangkan iman bathil adlah iman yang berpandangan dan bersikap selain
dengan ajaran Allah

B. Pengertian Takwa
Takwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman,
yaitu orang yang berpandanagn dan bersikap hidup dengan ajaran Allah
menurut Sunnah Rosul, yakni orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya
pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran
Allah.

3
C. . Wujud Iman dan Takwa

Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan, dan
perbuatan. Dalam artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya
Allah SWT, diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan 2 kalimat
syahadat, dan dilakukan dengan perbuatan maksudnya menjalankan seluruh
perintah Nya dan menjauhi seluruh larangan Nya.
Seseorang yang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya

dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang
yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala suatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim itu bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia mengikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi
seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
alam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

D. Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan


yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan
yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan
benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman
atau kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat, pendidikan maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti
tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung,
baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan
contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk
akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berprilaku baik, apabila orang
tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi Muhammad
SAW bersabda, setiap anak lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

4
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Disamping
proses perkenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa
pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.

E . Tanda tanda Orang Beriman

Dalam Al Quran, orang orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai


berikut:
a.

Jika disebut nama Allah SWT (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan apabila
dibacakan Al Quran maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya (Al
Anfal : 2).

b.

Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, yang
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al anfal: 2, at Taubah: 52,
Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13)

c.

Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al Anfal : 3


dan Al Muminun : 2,7).

d.

Menafkahkan rizki yang diterima (Al Anfal : 3 dan Al Muminun :4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi.

e.

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al


Muminun : 3,5)

f.

Memelihara amanah dan menepati janji (Al Muminun : 6).

g.

Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al anfal : 74).

h.

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An Nur : 62).

F. Hubungan antara Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa


dipisahkan. Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang
berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul
yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan
menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah,
yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang
terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.

Wujud iman menurut tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan, dan laku
perbuatan. Isi hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan laku
perbuatan yang mewujudkan gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia
disebut sikap hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq bisa juga bernilai bathil,
tergantung pada pandangannya. Jika pandangannya adalah pandangan haq,
maka sikap hidup atau perilakunya bernilai haq. Demikian juga sebaliknya, jika
pandangan yang dimiiki pandangan bathil, maka sikap hidup atau perilakunya
bernilai bathil. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan
wujud iman bathil
Menurut pendapat jumhur ulama dan imam Syafii meriwayatkan ijma
para shohabat,tabiin dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan
beliau bahwa iman adalah :

Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan Membenarkan dengan hati maksudnya menerima
segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Mengikrarkan dengan lisan
maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat Asyhadu alla Ilaha illah wa
asyhadu anna Muhammadarrasulullah . Sedangkan mengamalkan dengan
anggota badan maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan sedang
anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan
fungsinya.
Allah telah begitu banyak menyebutkan dan menjelaskan ayat-ayatnya
yang tercantum di berbagai surat dalam Al-quran diantara salah satu firmannya
dalam surat al-Ashr :

Sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam kerugian kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholih
Senada dengan ayat diatas Allah berfirman dalam surat at-Tin :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih bagi
mereka pahala yang tak terhingga
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan rasulnya akan lahir
dari dirinya sifat-sifat luhur dan akhlak mulia sebagaimana disebutkan dalam
hadis-hadis Nabi saw yang mengatakan :

6
Dalam riwayat lain dikatakan :

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang
atau stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga
sifat-sifat luhur dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan
seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar
imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat
dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan ciri-ciri dari orang yang bertakwa.

G. Problema, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern

Diantara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosialbudaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini
karena diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran.
Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik diantara partai dan semakin
jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai Qurani, karena pragmatis dan
oportunis.
Dibidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal
sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu
merupakan roh yang menggerakkan dan mmewarnai budaya.Hal itu menjadi
tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan resiko yang besar.
Dalam kaitan ini, iman dan takwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

H. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan


kehidupan Modern
a.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

c.

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

d.

Iman memberikan ketentraman jiwa

e.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah)

f.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

g.

Iman memberikan keberuntungan

h.

Iman mencegah penyakit

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk
mencari nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian.
Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih
kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat
kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita
pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang
menyimpang seperti minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak
sedikit dari mereka yang melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi
persoalan kehidupan.
Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika
seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa
tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan
hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi
kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan
menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman dan
taqwa itu perlu untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1.

Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?

2.

Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?

3. Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan seharihari ?


4.

Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern ?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah
agama islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
penulisan dan pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara
mengimplementasikannya ke kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa
imtaq dapat menjawab problema kehidupan kita di masa yang modern ini

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.
Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai)
Allah dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasulrasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan
perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena
itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu AlQuran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat
an-Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar

menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan


kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita
jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap
ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat
membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara
cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah
SWT.
2.1.2 Pengertian Takwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut,
maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan
kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
B. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang
meminta minta dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
E. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

2.2 Wujud Iman dan Taqwa


Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat


dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam.
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang
dilarang agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang
bertaqwa. Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh dalam
mengarungi kehidupan dunia

2.3 TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN DAN


BERTAQWA
2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman
1.

Al-qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

2. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
3. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali
imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
4. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (alanfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
5.
7)

Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2,

6. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.


(Al-mukminun: 3, 5)
7.

Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)

8.

Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)

9.

Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

2.3.1 ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada swt :


1.

Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya

2. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran


dan kejujuran
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan
kemampuannya
4.

Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin

5. selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun


kaya
6.

Murah hati dan murah tangan

7.

Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat

8.

Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah

9.

Disiplin dalam tugasnya

10. Tinggi dedikasinya


11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada
terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang
lain
13. Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau
makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau
teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.

2.4 KETERKAITAN IMAN DAN TAQWA


Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.
Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga
demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari
puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa
merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan
kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan
pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri

tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas
menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa,
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula
kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini
tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk
menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturanaturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis
karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu,
maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu
wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya
upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu
sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika
masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang
yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk
menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri
menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu
sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng
untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam
kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan
ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman
agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah
278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan alHasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai
kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka
orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk
dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan
kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk
memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah

2.5 Pengertian dan Rukun Iman


2.5.1 Pengertian & Rukun Iman
Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di
yakini dengan sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan
anggota badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu
1. Iman kepada Allah

Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam,
Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita wajib
beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat
selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun
membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat dilihat
dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan percaya kepadanya.
Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang mengetahui jumlahnya,
kecuali Allah. Diantara nama - nama malikat yang disebut dalam Al-Qur'an
adalah :
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman
umat manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab
yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
b.
c.
d.
e.

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S


Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS
Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah


Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri,
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama
Allah kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan
Rasul yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu :
Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul
Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah, namun
mereka tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah NUH,
IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.
5.Iman kepada Hari akhir
Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak ada
satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu kapan
akan terjadinya kiamat.
Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau
tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat yang
mendahului terjadinya kimat.

Di antara tanda-tadanya adalah :


a.

Banyak orang minum-minum keras

b.

Banyak terjadi perzinahan

c.

Banyak gedung-gedung tinggi

d.

Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur

e.

Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz

f.

Keluarnya Dajjal

g.

Dll.

6.Iman kepada Qodho dan Qodhar


Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia.
Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka
seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun
buruknya.
Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di
mana kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu
Abbas pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang
mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan
barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya
merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar,
terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada
menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan
menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.
Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan
pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki arti
yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha kembali
kepada makna kesempurnaan." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir).
Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti
penentuan.
Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah
terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha). Sedangkan
arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar
dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi

makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan
rancangan tersebut."
Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah
yang telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah
ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula
dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar
adalah ukuran. Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar atau
takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau norma
tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36,
yaitu :
Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman
kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :

Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang
merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui segala sesuatu.
Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia
ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia
juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun yang akan
terjadi di masa yang akan datang.

Penulisan Takdir

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di
masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah
dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan olehNya.

Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani
masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun yang
Dia kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu
pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi
meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan
Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.

Pencipta Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani
bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan tidak
ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap
muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan atau
didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang keimanan
yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak
bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman itu rusak,
maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada bangunan tauhid itu
sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
1. Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit,
bumi, dan seluruh isinya.
1. Takdir Umuri
Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
1. Takdir Samawi
Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.
1. Takdir Yaumi
Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu
hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa,
menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang
terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam
dalam mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat
mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa,
mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen serta
dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

2.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam


Kehidupan Sehari-Hari
Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah
yang dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai
kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang
artinya
"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan
terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya


haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal,
misalnya disamping
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah
sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai


berikut:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B.

Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah

C.

Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)

D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.


E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist
yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F.
Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa
haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah
untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga
waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya.
Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya
dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari sholat, yaitu dengan
benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang telah dibaca dalam
melaksanakan sholat.

H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah


dilakukan oleh sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang
sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
masalah yang muncul akibat kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri
masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah
berkurangnya kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat
kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam
itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan
syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.
C. Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan
tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta
kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan menjadi
sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar, jauh lebih
parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia terjerembab dalam dosa
kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan membunuh tentu lebih besar
daripada akibat mengambil harta orang. Sebagaimana iman akan lebih
banyak berkurang dan lebih lemah karena dua buah maksiat daripada akibat
melakukan satu maksiat. Demikianlah seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin
yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada dosa
orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal itu
sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak
akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat.Dan di antara mereka itu adalah
orang tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.
D. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang
ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting
dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan
penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan mengerikan. Bahkan

terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman


secara total, sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Perlu
diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua.
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak untuk
meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman dan
siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan kewajiban karena udzur
syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang
terindera), atau tidak melakukan amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh
untuk orang yang meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah
perempuan yang tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang
meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan
shalat Dhuha

BAB III
PERMASALAHAN
Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat
tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia
bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan
ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh
problem dalam kehidupan modern di antara :
1.

perekonomian

2.

Putus asa

3.

Kegelisahan atau bimbang

4.

kekecewaan

5.

dll

Permasalah di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis


faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1. Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah
sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana
dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan
2. Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat
ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
berdampak negatif seperti narkoba.

3. Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan


meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya di
jiwa mereka.

PEMBAHASAN
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:
a.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana,
maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada
khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7
b.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena
takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan
mati adalah firman Allah:

Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu


kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
c.

Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak


orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan
prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:
Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud)
(Hud, 11:6)
d.

Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan ,
hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan
firman Allah:
..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram
(Ar-Ra'd,13:28)
e.

Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu


melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah :
Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.
(An Nahl, 16:97)
f.

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas,


tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)
g.

Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan

demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
h.

Iman mencegah penyakit

Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas
moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan
dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan
kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon
dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme
zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa
sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh
kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia
bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera

BAB IV

KESIMPULAN
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan
iptek tapi justru agama islam bisa lebih mengembangkan dan
memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama islam
permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan.
Dengan cara tetap menerapkan konsep iman dan taqwa
tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu kemajuan iptek
tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama
dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk
menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan
modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan
melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang
penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan.
Dengan demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern
ini tidak lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman
Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur
pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah
sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk
manusia yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya
menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran
agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB V

SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai
manusia tidak bisa terlepas dari iman dan taqwa. Karena
dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan
menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari
segala sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat
menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai
suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak,
diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

DAFTAR PUSTAKA
Tim dosen PAI UB. 2010. Pendidikan Agama islam. Percetakan Citra Mentari :
Malang
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta

http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/16/pengertian-akidah-serta-imankepada-qada-dan-qadar/
http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/21/pengertian-dan-rukun-iman/
http://gustiprabangasta.blogspot.com/2010/09/masalah-masalah-sosial-yangterjadi-di.html

PERTANYAAN
1.

Apakah iman itu hanya diukur lewat sholat, dzikir, puasa dll ?

2.

Bagaimana iman kepada Qada

3.

Apa maksud iman mencegah penyakit

4. Bagaiman islam memandang budaya indonesia yang tidak sesuai dengan


iman dan taqwa

JAWABAN
1.
iman tu tidak diukur hanya dengan hubungan kita dengan allah, tetapi
dengan sesama manusia dan hubungan kita dengan alam
2. Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia.
Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk. Maka
seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik maupun
buruknya.
3. Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral
dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak
pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai
oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi
tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat
dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih,
dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
4. Budaya bukan menciptakan islam tetapi islam yang menciptakan budya dan
memelihara budaya agar tidak menyimpang dari ajaran islam., maka dari itu
budaya yang tidak sesuai dengan ajaran islam lebih baik kita tinggalkan., atau
apabila kita bisa memperbaikinya lebih baik kita memperbaikinya

PENDIDIKAN AGAMA
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1) M Dwi Marta Sadewo (2012 133 069)
2) Riska Pratiwi (2012 133 059)
3) Dwi Respita Sari (2012 133 084)
4) Tri Andriani (2012 133 060)
KELAS : 1B
PRODY : Pend. Geografi
MATA KULIAH : Pendidikan Agama
DOSEN PEMBIMBING : Drs. M. Arifin M. S. Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt,karna atas berkat rahmat dan
khidayahnyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul KEIMANAN
DAN KETAKWAAN tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. M.
Arifin. M. S.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah pendidikan agama.
Keimanan dan ketakwaan Merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap
penganutnya. Jika di ibaratkan sebuah bangunan keimanan dan ketakwaan adalah pondasi
yang menopang segala sesuatu yang ada di atasnya, serta kokoh atau tidaknya sebuah
bangunan itu tergantung dari kuat atau tidaknya pondasi tersebut.
Maka dari itu kami mengangkat permasalahan ini sebagai bahasan dalam makalah kami ,agar
kita mahasiswa khususnya dapat mengerti, mengetahui serta memahami arti dari keimanan
dan ketakwaan itu sendiri serta kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua,amin.
Namun seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan makalah ini,
karna kesempurnaan hanya milik Allah dan kekhilafan adalah milik manusia.Maka dari itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membanggun dari sauda-saudara demi
kebaikan bersama
Palembang, september 2012
Penulis: kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR

DAFTAR
ISI
.
BAB I
PENDAHULUAN
.
I.1 Latar
Belakang
.
I.2 Rumusan
Masalah.
I.3
Tujuan

..
I.4 Manfaat

..
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Iman


..
II.2 Proses Terbentuknya Iman

II.3 Pengertian Takwa

II.4 Korelasi Keimanan Dan


Ketakwaan
BAB III PENUTUP
..
III.1 Kesimpulan

III.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan
sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh
lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi
itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan
dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan

mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya
dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu dari
persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi kelompok
kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami
bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman ?
2. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
3. Apa pengertian takwa?
4. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?
I.3 Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Menjelaskan proses terbentuknya iman
3. Mendeskripsikan pengertian takwa
4. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan
I.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis: melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketawaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau
keyakinan. Dengan demikian rukun iman merupakan dasar, inti, atau pokok-pokok
kepercayaan yang harus di yakini oleh setiap pemeluk agama islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu-amanan yang berarti percaya. Oleh
karna itu iman berarti percaya menunjukan sikap batin yang terletak di dalam hati. Dalam
surat Al-Baqarah 165 yang dikatakan orang berimanan adalah orang yang amat sangat cinta
kepada Allah. Oleh karna itu beriman kepada Alah berarti amat sangat cinta / rindu terhadap
ajaran Allah.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu
aqdun bil qalbi waigraarun billisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian, iman
merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat
juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Definisi Iman Secara Istilah Syariy
1. Al-Imaam Ismaaiil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

Iman dalam pengertian syariy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan
lahir dan batin.
2. Imaam Ibnu Abdil-Barr rahimahullah berkata:
Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan
tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat.
3. Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu
itiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat
Abul-Jauzaa). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan
perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan
kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan
bermanfaat tiga hal yang lainnya.
II.2 Proses Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua
dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku
yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku
baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda, Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang
tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah
harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal
sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi mukmin, jika kepada mereka
tidak diperkenalkan al-Quran.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa
pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus
dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang
dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Allah.
II.3 Pengertian Takwa
Takwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqaya, yang berarti takut , menjaga memelihara dan
melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan sikap
memelihara keimanan yang di wujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam secara utuh

dan konsisiten (istiqomah).


Sedangkan menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. taqwa adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang
banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit..? Yang perlu disedari adalah
bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk perjalanan panjang, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
II.4 Korelasi Keimanan Dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu
tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran
atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah
(Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah).
Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikanNya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan seharihari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Iman adalah rasa percaya yang di benarkan oleh hati di ucapkan lisan dan di tunjukan dalam
perbuatan. Iman kepada allah artinya meyakini dan membenarkan adanya Allah, satu-satunya
pencipta dan pemelihara alam semesta dengan segala kesempurnaan-nya.
Takwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka dapat di artikan sikap
memelihara keimanan yang di wujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam secarah utuh
dan konsisiten.
Kita sebagai umat islam, harus meningkatkan mutu keimanan dan ketakwaan kita kepada
Allah SWT agar mendapatkan ketentraman lahir dan batin.
III.2 Saran
Mahasiswa seharusnya benar-benar memahami arti dari keimanan dan ketakwaan serta
memupuk keimanan dan ketakwaan tersebut di dalam diri mereka, sebab dua hal tersebut
sangat berperan dan berpengaruh penting terhadap diri manusia dalam menjalani kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Dkk. 1991 Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi
Aksara.
Barata, Mappasessu, Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam.
Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung 2003
Hasan, Ali H. M. Agama Islam. Jakarta Direktorat Jendral Pembinaan.
Yunus, Mohamad. 1997. Pendidikan Agama Islam Untuk SLTP. Jakarta. Erlanga.
www.google.com
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai