Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Integrasi antara Iman,
Islam, dan Ihsan” Kami mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Ahmad Zaldi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat membuat menambah ilmu pengetahuan
bagi kami. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini termasuk situs-situs internet yang
memberikan kami referensi yang tidak terbatas.
Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ………………………………………………………….. 3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.7 Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan Iman, Islam dan Ihsan…………...20
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga
dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya
predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan.
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya. Iman, Islam, dan Ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara sisi yang satu
dengan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi orang yang taqwa ibarat segitiga sama sisi, yang
sisi-sisinya adalah iman, islam, dan ihsan. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk jika ketiga
sisinya tidak saling mengait.
Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah
ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi,
hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika
ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin
ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh
Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.
Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah ini dibuat
untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan ihsan, mengetahui rukun-rukun
iman dan islam,
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna
apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab,
ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka Itulah orang-orang yang benar (QS. Al
Hujuraat: 15).”
Nabi Muhammad Saw jg pernah bertanya kepada Malaikat Jibril tentang Rukun Iman
dan beliau (Jibril) menjawab : “ Iman itu adlah kamu beriman kpd Allah Swt, Malaikat-
Malaikatnya, Kitab – Kitabnya, Rosul – Rosulnya, Hari akhir serta kamu beriman kpd Qodo dan
Qadar yg baik maupun yg buruk (HR. Muslim)”.
Adapun firman Allah SWT dlm Surat (QS. Ali-Imran : 190) yg berbunyi : “
Sesungguhnya dlm penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda2 bagi orang2 yg berakal”
Iman kepada Allah bermakna bahwa kita meyakini tentang penjelasan Allah dan
Rasulnya mengenai keberadaan Tuhan. Untuk lebih terperinci lagi, makna iman kepada Allah
dapat kita jabarkan dalam empat poin.
Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil, dan jaiz. Sifat wajib adalah sifat-sifat yang
pasti dimiliki oleh Allah SWTyang sesuai dengan keagungan-Nya sebagai pencipta alam dan
isinya. Sifat mustahil adalah sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki oleh Allah
SWT dan sifat jaiz adalah sifat yang mungkin boleh dimiliki dan boleh tidak dimiliki oleh
Allah SWT.
Malaikat ialah mahkuluk gaib yang diciptakan Allah dari cahaya, dengan ketaatan
selalu menjalankan perintah Allah dan kesanggupannya untuk beribadah kepada Allah. Malaikat
diciptakan tidak memiliki sikap ketuhanan dan hanya Allahlah Tuhan semesta alam. Jumlah
malaikat sangat banyak dan semuanya tunduk dan menjalankan perintah Alla swt. makna
beriman kepada malaikat dapat dijabarkan kedalam empat poin:
1. Malaikat Jibril : Menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rosul. Malaikat
Jibril adalah penghubung antara Allah SWT dengan nabi dan rosul-Nya.
2. Malaikat Mikail : Memberi rejeki kepada manusia
3. Malaikat Israfil : Meniup terompet sangkakala pada hari kiamat.
4. Malaikat Izrail : Pencabut nyawa
5. Malaikat Munkar : Menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur
tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup
6. Malaikat Nakir : Menyakan amal perbuatan manusia selama hidup di dunia
7. Malaikat Raqib : Mencatat segala amal baik yang dilakukan manusia
8. Malaikat Atid : Mencatat segala perbuatan buruk yang dilakukan manusia.
9. Malaikat Malik : Menjaga pintu neraka
10. Malaikat Ridwan : Menjaga pintu surga.
Beriman kepada Nabi dan Rasul, bermakna bahwa kita meyakini Nabi dan Rasul ialah
manusia utusan Allah yang diutus di muka bumi untuk menyampaikan kabar gembira dan
ancaman. Meyakini bahwa Nabi dan Rasul adalah mahkluk yang diutus Allah ke Bumi untuk
memberi petunjuk ke umat manusia hingga kembali ke jalan lurus. Beriman kepada Nabi dan
Rasul artinya ialah memercayai segala ajarannya baik dari lisan maupun sebagai sauri teladan.
Dengan mengetahui maka beriman kepada Nabi dan Rasul, Manusia sebagai hamba yang mulia
sudah sepantasnya meyakininya dan mengikuti jejak suri teladan Nabi dan Rasul
Terdapat 25 Nabi dan Rasul dalam Al-Qur’an dan Hadits yang wajib di Imani oleh setiap
Muslim, yaitu:
1. Adam AS 7. Luth AS
2. Idris AS 8. Ismail AS
3. Nuh AS 9. Ishak (Ishaq) AS
4. Hud AS 10. Yaqub (Yakub/Israil/Israel) AS
5. Saleh (Shalih/Shaleh/Sholeh) AS 11. Yusuf AS
6. Ibrahim AS 12. Syu’aib (Syuaib) AS
Beriman kepada hari akhir artinya kita meyakini tanda-tanda akan datangnya hari
kiamat, seperti lahirnya dajjal turunnya Isa as. Datangnya Ya'juj dan Ma'juj, terbitnya matahari
dari barat. Kemudiaan diangkatnya ilmu dari muka bumi yang ditandai dengan wafatnya para
ulama, semakin banyak terjadi perzinaan, amanah tidak lagi dijalankan, urusan diserahkan
kepada yang bukan ahlihnya, jumlah perempuan jauh melebihi jumlah lak-laki dan terjadi
kekacauan dan pembunuhan dimana-mana.
Selain itu Pula, makna beriman kepada hari akhir yaitu kita mengimani kejadian gaib
lainnya seperti dibangkitkannya manusia dari kubur, dikumpulkannya manusia di padang
mashar, adanya hari pembalasan, adanya siksa kubur dan nikmat kubur, dan meyakini adanya
surga dan neraka. Semua dilakukan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Makna beriman kepada qada dan qadar artinya ialah kita mengimani bahwa apapun
yang terjadi di muka bumi bahkan kepada diri kita sendiri sebagai manusia baik maupun buruk
merupakan kehendak dari Allah swt.
Namun keburukan tersebut tidak dinisbahkan kepada Allah, melainkan kepada manusia
sebagai mahkluk ciptaanNya, sedangkan jika keburukan tersebut dikaiitkan dengan Allah, maka
keburukan tersebut merupakan suatu bentuk keadilan terhadap sesuatu pihak yang tidak dapat
terduga oleh pengetahuan manusia. Allah menciptakan mudharat pastilah ada maslahat. Di
setiap keburukan terdapat makna yang mendalam, baik itu diketahui oleh manusia, maupun
tidak diketahui oleh manusia.
Islam merupakan agama yang Allah turunkan kepada semua Rasul-Nya dari sejak Rasul
pertama hingga yang terakhir, agar ia menjadi rahmat bagi seluruh makhluk alam ini. Islam
datang dalam bentuk konsep, aturan, undang-undang, prinsip serta ideologi yang harus
diberlakukan kepada setiap manusia agar manusia meraih kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat.
Secara Istilah pengertian islam lebih luas dari apa yang didefinisikan oleh para ulama.
Yang demikian itu karena adanya hadits Rasullah SAW yang menjelaskan makna Islam,
diantaranya adalah sebagai berikut ini :
Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan
bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan
zakat, melaksanakan shaum dibulan Ramadhan dan pergi Haji ke baitullah jika mampu.
( Potongan hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Muslim)
Islam itu memiliki delapan saham; Islam itu sendiri merupakan saham, shalat juga
termasuk saham, zakat adalah saham, shaum adalah saham, Haji termasuk saham, amar
ma'ruf termasuk saham, nahi munkar termasuk saham, berjihad termasuk saham, maka
celakalah orang yangn tidak memiliki saham itu. (HR. Al Bazzar)
“Islam itu ialah engkau menyembah Allah (menghambakan diri kepada-Nya, Dia sendiri saja),
tiada engkau persekutukan Dia dengan suatu yang lain, engkau dirikan sembahyang, engkau
10 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
keluarkan zakat yang difardukan, engkau berpuasa dibulan Ramadhan, dan engkau tunaikan
ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitullah.” (H.R. Bukhari)
Ajaran islam memang harus diyakini kebenaranya. Allah swt. telah menjamin
kebenaran tersebut sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam……” (Q.S. Ali Imran : 19)
Jadi, segala sesuatu yang ada di dalam alam ini, tunduk kepada suatu peraturan tertentu
dan kepada undang-undang tertentu. Matahari, bulan dan bintang-bintang semua tunduk kepada
suatu peraturan yang tetap, tidak dapat bergeser atau menyeleweng dari padanya meskipun
seujung rambut.
Rukun Islam – Seorang muslim atau muslimah atau seseorang yg telah memeluk agama Islam
tentunya sudah mengetahui tentang makna Rukun Islam dan penjelasannya karena Rukun Islam
ini bisa dikatakan merupakan hal – hal wajib yang harus di lakukan oleh seseorang muslim atau
pemeluk agama Islam. Pengertian Rukun Islam sendiri secara bahasa adalah ta’at dan secara
hukum syar’a adalah ta’at kpd hukum – hukum Alloh S.W.T. Kemudian adapun Rukun Islam
yang wajib dan harus kita laksanakan sebagai seorang Muslim (Pemeluk Agama Islam) antara
lainn sebagai berikut :
Pengertian Syahadat sendiri ialah Dua Kalimat dalam Bahasa Arab yang terdiri dari
Syahadah At Tauhid (Asyhadu ‘Al Laa ilaaha il lallaah) dan Syahadah Ar Rasul (Wa Asyhadu
anna Muhammadar Rasulullah). Makna Kedua Kalimat Syahadat tersebut ialah sebagai sebuah
pernyataan kepercayaan dan pengakuan akan keesaan Allah SWT bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah SWT dan percaya bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT.
11 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Rukun Islam Yang Pertama Dua Kalimat Syahadat tersebut harus dibacakan oleh seseorang
yang akan masuk Islam karena Syarat (Pintu) seseorang Masuk kedalam Agama Islam ialah
dengan membaca 2 Kalimat Syahadat dan kita sebagai seorang Muslim Muslimah pun harus
selalu mengamalkan Dua Kalimat Syahadat melalui perbuatan di kehidupan sehari – hari karena
Syahadat sebagai Inti, Ruh dan Landasan seluruh Ajaran Islam.
Dalam kalimat syahadat ini menggambarkan bahwa kita sebagai hamba mesti melakukan
pernyataan atas dirinya sendiri bahwa secara totalitas kediriannya adalah untuk Allah dan
Rasullnya. Kata “Bersaksi” dalam kalimat tersebut menegaskan bahwa kita hammba Allah,
karena dalam surat Al-Araf 172 (Bukankah aku Tuhanmu, benar engkau Tuhan kami)
menjelaskan bahwa sebelum kita lahir kita sudah melakukan persaksian kepada Allah Swt,
sehingga ketika kita telah lahir maka kita mesti mengaktualkan kalimat syahadat tersebut.
Begitupun dengan kata “Muhammad” itu menjelaskan bahwa sebenarnya bukan Muhammad
secara khusus akan tetapi untuk seluruh pembawa kebenaran, yang terpuji.
Dari segi bahwa Shalat itu berarti “Doa”. Seperti firman Allah Swt :
“Dan menddoalah unttuk mereka. Sesungguhnya doa kammu itu (menjadi) ketentteraman jiwa
baggi mereka. Dan ALlah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah:103).
– Sholat ialah kewajiban yang paling utama sesudah dua kalimat syadat dan merupakan
menjadi salah satu rukun Islam.
– Sholat itu merupakan pembeda antara kafir dan muslim
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda bahwa “Sesungguhnya battasan antara seseorang
denggan kekafiran dan kesyirrikan adlaah shalat. Barangsiapa menginggalkann shalat, maka ia
kaffir” (HR Muslim).
– Sholat merupakan tiang agama dan agama seseorrang tidak teggak kecuali dengan
menegakkan sholat.
– Amalan yang perttama kali akan dihissab pada hari kiammat.
Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa “Sesungguhnya amal hamba yang pertamma kali
akan dihisab padda hari kiammat adalah shallatnya. Jika shalatnya baik maka dia akan
memperoleh keselamatan dan keberuntungan. Jika sholatnya rusak maka dia akan merugi dan
menyesal. Kalau ada yang kurang darri shala wajibnya, Allah Swt mengatakan “lihatlah apakah
pada hamba tersebut mempunyai amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan bisa
menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu pun juga amalan lainnya seperti itu.”
12 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Dalam riwayat lainnya, “Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalann
lainnya akan dihissab seperti itu pula” (HR Abu Daud)
3. Membayar zakat
Jika kita melihat dari bahasanya, kata “zakat” itu berasal dari “zaka” yang berarti bentuk
mashdar yang memiliki arti: Tumbuh, suci, baik, bersih dan berkah. Zakat menurut dari istilah
(syara’) berarti sesuatu yang wajib hukumnya diberikan dari sekumpulan harta benda tertentu,
menurut ukuran dan sifat tertentu kepada golongan tertentu yang berhak untuk menerimanya
dengan memiliki syarat tertentu pula.
Allah sudah memerintahkan pada setiap muslim yang mempunya harta mencapai nisab
untuk bisa mengeluarkan zakat hartanya pada setiap tahun. Ia berikan kepada yang memang
berhak untuk menerimanya dari golongan fakir serta selain mereka yang zakat bisa diserahkan
untuk mereka sebagaiman firman Allah Swt:
“Dan dirrikanlah shalat, tunaikannlah zakat dan ruku’lah beserrta orang-orang yang ruku'”(QS.
Al Baqarah:43)
“Ambillah Zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka”(At. taubah: 103)
“Dan makan minummlah hingga terrang bagimu bennang putih dari bennang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakannlah puasa itu samppai (datang) mallam. (QS Al baqarah:187)
13 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata
barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan
munafik
Untuk rukun islam yang kelima ini, Allah telah mewajibkan pada setiap hambanya
untuk bisa berhaji ke Baitullah mekkah sekali dalam seumur hidupnya.
Adapun pengertian Haji ialah berkunjung ke Baitullah Mekkah untuk dapat melakukan
tawaf, Sa’i, wukuff di Araffah dan menjalankan amallan-amalan yang lainnya daam waktu
tertentu untuk bisa memperoleh keridaan Allah Swt.
Adapun untuk syarat-syarat Haji terdapat 5 perkara yakni Islam, Baligh, berakkal sehat
Merddeka dan Mammpu
14 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Hadist riwayat muslim”dari Umar bin Khatab ia berkata bahwa mengabdikan diri kepada
Allah hendaklah dengan perasaan seolah-olah anga melihat-Nya,maka hendaklah anda merasa
bahwa Allah melihatmu.”
Ihsan ( ناسحI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau “terbaik.”
Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia
melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan Ihsan. Oleh karenanya,
seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja,
melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya.
Lalu bagaimana caranya? Dalam mengejawantahkan ihsan bagi mahluk sosial seperti
manusia, khususnya kaum muslim ialah dengan cara berbuat baik. Karena dengan pemahaman
ihsan ini kita merasa selalu diawasi oleh Allah Yang Maha Melihat, dengan begitu kita tidak
akan mau melakukan perbuatan buruk, kalaupun sampai terbersit maka tetap saja kita tidak akan
mau mengerjakannya disebabkan Ihsan tadi. Selain berbuat baik Ihsan juga merupakan salah
satu cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita
melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu
melihat kita.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang
malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.” (QS.Qaaf : 16-18)
“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.”(QS.Al Fajr : 14)
Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat
senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu
yakin Allah melihat perbuatannya.
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa
yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah:284).
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya.
Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini,
hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Rasulullah pun sangat memberi
perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan
seorang hamba. Puncak semua pengajaran yang dilakukan Rasul pun mengarah kepada satu hal,
yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia. Bahkan, di antara hadist-hadist
mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama
ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat
Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan,
15 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
“Engkau menyembah Allah seakan- akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim )
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan
yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah swt.
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika
kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.”(HR. Muslim )
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat ihsan, serta memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”(An-Nahl: 90 )
Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan
akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis
ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat
ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi
dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah
senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya.
Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah
ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari
ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw
yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tak
dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas.
Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis
ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri,
meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena
itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu
senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36,
yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu.”
16 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan
sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat
kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam
bahasannya.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah.
Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah
seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan
ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya,
maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba,
maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi
akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan
terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang diperoleh dari hasil
maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya.
Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya, pekerjaannya,
keluarganya, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw.
mengatakan dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak yang
mulia.”
Ciri-ciri Kelebihan Ihsan :
- Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas
- Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji
- Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
- Mewujudkan keharmonisan masyarakat
- Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :
- Menyembah dan beribadah kepada Allah
- Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal
- Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat
- Hubungan baik dengan keluarga,tetangga dan masyarakat
17 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
- Melakukan perkara-perkara yang baik
- Mengamalkan sifat-sifat mahmudah
- Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak.
Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh
potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi
kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai hal
ini, sebelum Allah swt. mengambil ruh ini dari kita.
Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan
mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah manusia
sehari-hari adalah didasari/diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar
dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Iman yang tertanam di dada memberi inspirasi positif kepada seseorang untuk berlaku
dan beramal shaleh. Iman yang benar membawa pribadi ke arah perubahan jiwa dan cara
berpikir positif. Perubahan jiwa tersebut merupakan suatu revolusi dan pembeharuan tentang
tujuan hidup, pandangan hidup, cita-cita, keinginan-keinginan dan kebiasaan (Yusuf Qadlawi,
1977: 251).
Melakukan pembaruan jiwa, mengubah pandangan dan semangat adalah hal yang berat
dan sulit, karena di dalam diri manusia terdapat berbagai keadaan dan sifat. Nafsu dan syahwat
adalah dua kekuatan yang cendrung mendorong ke arah perbuatan negatif, menyimpang dari
akal sehat dan syari’at agama. Al-Qur’an membenarkan hal itu. [1]
[1]
18 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja atau semacam keyakinan
dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau
kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-
kesannya, seperti cahaya yang disorotkan oleh matahari.
Salah satu kesan dari iman ialah apabila Allah dan Rasul-Nya dirasakan lebih dicintai
olehnya dari segala sesuatu yang ada. Hal ini wajib ditampakkan, baik dalam ucapan, perbuatan
dan segala gerak-geriknya dalam pergaulan maupun sewaktu sendirian.
Dalam Al Qur’an, iman itu selalu dikaitkan dengan amal perbuatan baik sebagai syarat
bahwa iman yang disempurnakan dengan amal baik berupa pelaksanaan rukun-rukun Islam,
akan menyebabkan manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhiratnya. Di antaranya dalam
Al Qur’an Allah berfirman sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya
(QS. Al kahfi: 107-108)
Dari ayat ini nampak jelas bahwa iman yang dapat membawa ke arah kebahagian
adalah yang disertai dengan amal perbuatan yang baik. [2]
Iman adalah landasan tempat berpijak atau sebagai tali yang menjadi tempat
bergantungnya dalam kehidupan ini. Lebih jelas lagi adalah ibarat yang diberikan oleh S. Abul
‘Ala Al Maududi tentang iman, bahwa iman itu laksana/ibarat urat (akar) dalam kehidupan
tumbuh-tumbuhan. Dia menyatakan: “Hubungan antara Islam dengan iman adalah laksana
hubungan antara pohon dengan uratnya, demikian pulalah, mustahil seseorang bisa menjadi
muslim tanpa mempunyai iman.
Disamping adanya hubungan antara iman, islam, dan ihsan, juga terdapat perbedaan
antara ketiganya sekaligus merupakan ciri masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi
keyakinan didalam hati, islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal. Sedangka ihsan
merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Ihsan merupakan ukuran tipis tebalnya
iman dan islam seseorang.[3]
[2]
[3]
19 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
2.7 DALIL YANG BERKAITAN DENGAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN
Hadist 1
َكانَ النَّبِ ُّي:اعي ُل بْنُ إِ ْب َرا ِهي َم أَ ْخبَ َرنَا أَبُو َحيَّانَ التَّ ْي ِم ُّي ع َْن أَبِي ُزرْ َعةَ ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرةَ قَا َل ِ َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا إِ ْس َم
ُ هَّلل َ
ه َوكتُبِ ِه َوبِلِقَائِ ِهƒِ ِ َما ا ِإلي َمانُ قَا َل ا ِإلي َمانُ أ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِا ِ َو َمالئِ َكت:ال َ َاس فَأتَاهُ ِجب ِْري ُل فَق َ َّ
ِ ار ًزا يَوْ ًما لِلن ِ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ب َ
َي ال َّز َكاة َ ِّ
د َؤُ توَ َ ةَ ال َّ
ص ال م يقُ
َ ِ َ تو اً ئيْ َ
ش ه ب
ِِ ِك
َ ر ْ
ش ُ ت َ ال وَ َ هَّللا د
َ ُ بعْ َ ت نْ َ أ م
ُ َ ال ْ
س إلا :
ِ َ ُل اَ ق مَ ال ْ
س إل ا
ِ َ َ ا م :ل ا َ ق ،ث ْ ْ
ِ َ ِ ِ َ ِ ِ َو
ع ب ال ب َن م ْ
ؤ ُ ت و ه ل س
ُ ر
ُ
َمتَى:ال َ َّ َ ُ
َ ق،َك تَ َراهُ فإ ِ ْن ل ْم تَك ْن تَ َراهُ فإِنهُ يَ َراكَ َ َّ َ هَّللا َ َ
َ د َ َكأنƒَ ُ أ ْن تَ ْعب: قا َل، ُ َما ا ِإلحْ َسان: قا َل، َضان َ َ ضةَ َوتَصُو َم َر َم َ ْال َم ْفرُو
َُت األَ َمةُ َربَّهَا َوإِ َذا تَطَا َو َل ُرعَاة ْ إِ َذا َولَد:اطهَا ُ
ِ َما ْال َم ْسئُو ُل َع ْنهَا بِأ َ ْعلَ َم ِم ْن السَّائِ ِل َو َسأ ْخبِرُكَ ع َْن أَ ْش َر: قَا َل،ُالسَّا َعة
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم السَّا َع ِة اآليَةَ ث َّم َ س الَ يَ ْعلَ ُمه َُّن إِالَّ هَّللا ُ ثُ َّم تَالَ النَّبِ ُّي ٍ فِي َخ ْم،ا ِإلبِ ِل ْالبُ ْه ُم فِي ْالبُ ْنيَا ِن
اس ِدينَهُ ْم َ َّال هَ َذا ِجب ِْري ُل َجا َء يُ َعلِّ ُم الن َ َأَ ْدبَ َر فَقَا َل ُر ُّدوهُ فَلَ ْم يَ َروْ ا َش ْيئًا فَق
Artinya :
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah
menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah
menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata:
Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang
seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi saw.: “iman adalah
percaya Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan
Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu
bertanya lagi, “apakah Islam itu? Jawab Nabi saw., “Islam ialah menyembah kepada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat,
menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki
itu bertanya lagi: “apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau
20 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu
melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.
Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi saw. menjawab:
“orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya
memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat,
yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan
ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung megah. Termasuk
lima perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi saw.
membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui
hari kiamat… (ayat).
Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada para sahabat:
“antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak melihat sedikitpun bekas orang
itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk
mengajarkan agama kepada manusia.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-
Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).
Hadist 2
Hadist Arba’in An Nawawi
21 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Arti hadits / ترجمة الحديث:
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.
22 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika
engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang
tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika
engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu
dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Catatan :
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk
Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril)
dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan,
khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir
butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka
wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta
yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata:
“Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. Kemungkinan
malaikat tampil dalam wujud manusia. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya
pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua
orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya. Tidak disukainya
mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
23 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain
Allah ta’ala.mDidalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam
majlis ilmu.
Didalam Al Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan iman, islam dan
ihsan. Disini tidak disebutkan seluruhnya karena sudah dibagi sesuai dengan porsinya
masing-masing. Berikut adalah surat dari Al Qur’an yang kami bahas:
ُت األ ْع َرابُ آ َمنَّا قُلْ لَ ْم تُ ْؤ ِمنُوا َولَ ِك ْن قُولُوا أَ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل اإلي َمانُ فِي قُلُوبِ ُك ْم َوإِ ْن تُ ِطيعُوا هَّللا َ َو َرسُولَه
ِ َقَال
هَّللا َ
ال يَلِ ْت ُك ْم ِم ْن أ ْع َمالِ ُك ْم َش ْيئًا إِ َّن َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم
"Orang-orang Arab Badwi itu berkata: 'Kami telah beriman'. Katakanlah (kepada
mereka): 'Kamu belum beriman', tetapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena
iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu;
sesungguhnya, Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." – (QS.49:14)
2) Q. s Al-khujurat ayat 15
يل
ِ ِ سب
َ س ِه ْم فِي ِ ُسولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَ ْرتَابُوا َو َجا َهدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنف
ُ إِنَّ َما ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َر
َّ هَّللا ِ أُولَئِ َك ُه ُم ال
َصا ِدقُون
“Sesungguhnya orang-orang yang sebenarnya beriman hanyalah orang orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar.” – (QS.49:15)
24 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penegertian Iman, Islam dan Ihsan di atas, dapat dipahami bahwa ketiganya
merupakan pilar agama Islam yang memiliki hubungan kuat satu sama lain, kekuatan
hubungan ketiganya bagaikan segi tiga sama sisi. Ketiga sisinya saling menguatkan satu
sama lain, sehingga orang yang takwa ibaratnya berada di dalam lingkaran tiga sisi
tersebut, yaitu sisi pertama iman, sisi kedua Islam dan sisi ketiga Ihsan.
25 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n
DAFTAR PUSTAKA
http://mybooksanddreams.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-dan-macam-macam-berbuat-
ihsan.html
https://ibnaun.wordpress.com/2014/04/19/hubungan-antara-islam-iman-dan-ihsan/
http://terbaruj.blogspot.co.id/2014/07/rukun-iman-dan-contoh-nya.html
http://rukun-islam.com/penjelasan-6-rukun-iman/
http://rukun-islam.com/pengertian-rukun-islam/
http://indo-moeslim.blogspot.co.id/2010/08/pengertian-iman-dan-penjelasan-
arti.html
https://informasiana.com/6-rukun-iman-dan-5-rukun-islam-serta-penjelasannya/
http://itla4islam.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-ihsan_14.html
http://kapanpunbisa.blogspot.co.id/2012/01/hubungan-iman-islam-dan-ihsan.html
https://serambisan3dotcom.wordpress.com/2012/02/20/makalah-hadits-tentang-iman-islam-
dan-ihsan/
26 | I m a n , I s l a m , d a n I h s a n