Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN IMAN, WUJUD IMAN, PROSES

TERBENTUKNYA IMAN

Dr.H.M.Rifa’I. M.Pd.I

Annisa Ayu Ramadany


1703101003

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
A. PENGERTIAN IMAN
Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hari. Sedangkan,
menurut istilah, iman artinya membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota
badan.
Secara umum, iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya
yang menunjukkan sikap yang terdapat di dalam hati. Orang yang
percaya kepada Allah swt.
Di dalam surah Al-baqarah (2) ayat 165 dikatakan bahwa
orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada
Allah Swt, benerta ajaran-nya (asyuddu hubban lillah).
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy
1. Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah
berkata :
‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang
mencakup makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii
Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق] بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan
perbuatan dengan anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2. Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu
perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali
dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].
3. Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
‫ وقول‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
‫ وعمل‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫ وهو التكلّم بكلمة اإلسالم‬،‫اللسان‬
‫ لم تنفع بقية‬،‫ وإذا زال تصديق] القلب‬،‫ زال اإليمان بكماله‬،‫ فإذا زالت هذه األربعة‬.‫الجوارح‬
‫األجزاء‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada
dua : perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu
perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’).
Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang
keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya.
Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan
bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu
Taarikihaa, hal. 35].

Ahlus-Sunnah berpendapat bahwa iman itu adalah perkataan dan


perbuatan. Yang mereka maksudkan dengan perkataan adalah
perkataan lisan dengan adanya pengikraran, dan perkataan hati
dengan i’tiqaad. Adapun yang mereka maksudkan dengan perbuatan
adalah perbuatan hati yaitu niat dan ikhlash, serta perbuatan anggota
tubuh dengan melakukan berbagai kewajiban dan meninggalkan
berbagai keharaman.

Di dalam islam, kita mengenal enam rukun iman, di


antaranya sebagai berikut.
1. Iman kepada Allah swt
Iman kepada Allah berarti percaya dan yakin bahwa
Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan
mahasuci dari segala sifat kekurangan. Iman kepada
Allah memiliki kosekuensi tunduk dan patuh kepada-
Nya.
2. Iman kepada malaikat
Secara umum kata malaikat (dalam bahasa indonesia
yaitu malaikat) adalah bentuk jamak dari malak berasal
dari kata masdah al-malukah (misi atau pesan). Yang
membawa misi atau pesan tersebut adalah ar-rasul
(utusan).
3. Iman kepada kitap-kitap Allah
Secara umum kata kitab adalah bentuk masdar dari kata
ka-ta-ba yang berarti menulis atau yang ditulis. Bahasa
indonesianya sering tersebut ungkapan dengan buku.
Sedangkan kata Al-kutub adalah bentuk jamaknya yang
berarti sesuatu yang ditulis
4. Iman kepada rasul Allah
Ar-rasul berasar dari kata rasul yang berarti orang yang
diutus untuk menyampaikan sesuatu. Namun yang
disebut rasul di sini adalah orang yang diberi wahyu
syara’ untuk disampaikan kepada umat.
5. Iman kepada hari akhir

6. Iman qadha dan qadar

B. WUJUD IMAN
Wujud iman termuat dalam tiga unsur, yaitu isi hati, ucapan,
dan perbuatan. Diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan
adanya Allah Swt, diucapan dengan lisan adalah dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat dan dilakukan dengan
perbuatan adalah menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya.
Wujud dari iman adalah sebuah pekerjaan di dalam hati dan angan-
angan kitahanya tertuju kepada Allah (bertauhid kepada Allah).
Bila kerjaan tersebut belum selesai, hati dan angan-angan tidak
berhenti bekerja mewujudkan benda atau gambar tersebut.
Demikian juga dengan iman sebelum kita bertemu dengan Allah di
hari kiamat, hati dan angan-angan kita tidak berhenti untuk
beriman. Bila jasad kita telah mati, ruh kita yang melanjutkan
pekerjaan iman kita tersebut sampai dengan hari akhir (kiamat).
Dari hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa sewaktu-
waktu di kala kita sedang bekerja, sedang tidur bahkan sedang
buang hajat pun hati dan angan-angan kita tetap hanya tertuju
kepada Allah Swt, semata. Sebab, beriman yang seperti itu
merupakan kunci dari semua urusan pribadahan yang kita lakukan
terutama pada saat kita shalat.
Pada umumnya, bila kita shalat mulut kita menyebut asma Allah,
tapi angan-angan dan pikiran kita lari ke pasar, memikirkan utang,
memikirkan pekerjaan kantor dan sebagainya, sebenernya hal yang
seperti itu disebut orang munafik, fasik, atau kafir hatinya. Hal
tersebut yang sebenernya disebut menyekutukan kepada Allah Swt.
Hal tersebut seperti dalam firman Allah dalam QS Al Baqarah (2)
ayat 162 menyatakan bahwa:
“dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan seklin Allah; mereka mencintainya
sebagaimna mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman zmat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa ( pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksaannya-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
(QS Al-Baqarah [2]: 165)

Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan


hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong
seseorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan
seorang muslim yang disebut amal shaleh. Seseorang dinyatakan
iman bukan hanya percaya terhadap segala seseuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seeorang
yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama


Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala
sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim
atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan
bernilai sebagai amaliah seseorang muslim atau amal saleh.
Apabila tidak berakidah maka segala amalnya tidak memiliki arti
apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam
pendengaran manusia.

Akidah Islam atau Iman mengikat seeorang muslim,


sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari
Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini
dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN


Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan
pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai
pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah.
Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap
seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari
lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah.
Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak
mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses
pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang
bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus
dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan
Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat
sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak
saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu
mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan
atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental
tersebut). Terdapat 5 prinsip dalam proses penanaman iman, yaitu :

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan


Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus
menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap
selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan
berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan
proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif
menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang
seharusnya ditolak.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi


Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma
dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi
kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu
peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian
dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai
serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan
pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai
dalam diri manusia secara lebih wajar dan “amaliah”, dibandingkan
bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk “utuh”, yakni
bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik
sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan
pentingnya mempelajari iman sebagai proses (internalisasi dan
individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk
membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak
dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi
juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup
tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik
mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut
sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-
pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti
apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu
bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah
diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha
pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak
diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya
dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya
sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan
kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada
tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai
kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan
ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.

4. Prinsip konsistensi dan koherensi


Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula
ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta
secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai
yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah
bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya
tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten
dan koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati
dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-
ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah
yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah
berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah
tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah
laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka
pola tingkah laku sudah tercipta.

5. Prinsip integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan
setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan
yang luas dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang
berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang
berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan
dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral
pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula
hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai
iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman
hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan
keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui
pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang
nyata.
KESIMPULAN

Iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang. Sedangkan secara


umum, iman dikatakan percaya. Maksudnya, percya yang menunjukkan sikap
yang terdapat di dalam hati. Orang yang percaya kepada Allah Swt, dan lainya
yang tersebut di dalam rukun iman.
Rukun iman ada 6 yang harus diketahui oleh umat Muslim yang sudah
mukallaf. Di antaranya, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitap-Nya, rusul-
Nya, hari kiamat, dan yang keenam pada qada dan qadar.
DAFTAR PUSTAKA
 Sumanti,solihah titin.2015.Dasar-dasar Materi Pendidikan Agama Islam.Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada
 Mukni’ah.2011.Materi Pendidikan Agama Islam.Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA
 http://klikjendeladunia.blogspot.co.id/2012/05/proses-terbentuknya-iman.html
 http://alifinnissanugraheni.blogspot.co.id/2016/12/pengertian-dan-wujud-iman.html

Anda mungkin juga menyukai