Anda di halaman 1dari 63

SERI AQIDAH

AL IMAN
DEFINISI IMAN

a. Secara Bahasa
Dikatakan ‫ ﻦﻣﺍ ﻖﻳﺪﺼﺘﻟﺍﻯﺍ‬- ‫ ﻦﻣﺆﻳ‬- ‫ ﻧﺎﻤﻳﺍ‬Iman berarti pembenaran

b. Secara Istilah
Secara istilah Ahlus Sunnah wal Jama`ah berpendapat bahwa iman adalah: "Perkataan
dan perbuatan, perkataan dalam hati dan lisan serta perbuatan hati dan anggota badan." Atau yang
biasa diartikan dengan: "Membenarkan dengan hati, mengi-krarkan dengan lisan dan mengamal-kan
dengan anggota badan, akan bertambah dengan keta`atan dan berkurang dengan kema`siatan".
Pendapat salaf dalam masalah iman
Berikut beberapa pendapat ulama salaf dalam memaknai iman:
1. Imam Al Baghawi berkata: "Para sahabat, tabi`in dan ulama-ulama sunnah setelah mereka
sepakat bahwa amal dengan anggota badan adalah bagian dari iman. Mereka berkata: iman
adalah ucapan, perbuatan dan aqidah (keyakinan)." 1
2. Imam Asy Syafi`i dalam "Al Umm" berkata: "Ijma` para sahabat, tabi`in dan ulama-ulama
setelah mereka yang kami ketahui bahwa iman adalah ucapan, perbuatan, dan niat, tidak sah
salah satu darinya melainkan berkaitan dengan lainnya."2
3. Imam Al Lalika'i meriwayatkan dari Imam Bukhari beliau berkata: "Aku bertemu lebih dari
seribu ulama dari seluruh penjuru kota, dan aku tidak mendapatkan diantara mereka yang
menyelisihi bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang."3
4. Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqolaniy berkata, Iman menurut pengertian syar’i adalah
membenarkan apa-apa yang datang dari Allah, yang dibawa oleh Rosulullah Shalallaahu
'Alaihi Wa sallam.
Pada intinya tidak ada perbedaan antara pendapat ulama. Mereka sepakat bahwa iman
adalah ucapan dan perbuatan atau ucapan, perbuatan dan niat, atau ucapan, perbuatan dan
keyakinan. Mereka yang menambah bahwa makna iman dengan i`tiqad (keyaki-nan) memandang
bahwa ucapan tidak mencakup makna keyakinan (ucapan hati) tetapi hanya makna zhahir yaitu
ucapan lisan. Yang berkata bahwa makna iman adalah ucapan, perbuatan dan niat, maksudnya
adalah ucapan mencakup ucapan hati dan lisan, sedangkan perbuatan tidak bisa dipahami kecuali
didahului dengan amalan hati (niat).
Kesimpulannya bahwa makna iman secara syar`i tersusun dari dua pengertian mendasar
yaitu ucapan dan perbuatan. Ucapan mencakup ucapan hati yaitu keyakinan, dan ucapan lisan yaitu
mengucapkan kalimat syahadat. Adapun perbuatan mencakup perbuatan hati yaitu niatnya dan
keikhlasannya, dan perbuatan anggota badan. Jika hilang keempat-empatnya maka hilanglah
seluruh imannya, jika hilang keyakinan didalam hati maka tidak bermanfaat yang lainnya karena
pembenaran didalam hati adalah syarat sah keyakinannya dan bermanfaat perbuatannya4.")
Perincian
"Membenarkan dengan hati" maksudnya adalah: menerima segala apa yang dibawa oleh
Rasulullah.

1
Syarhus Sunnah: 1/ 38-39
2
(Nawaqidhul Iman Al I`tiqadiyah: 1/ 35)
3
(Nawaqidhul Iman Al I`tiqadiyah: 1/ 36)
4
(Nawaqidhul Im5an Al I`tiqadiyah: 1/ 35-36

1
SERI AQIDAH
"Ikrar dengan lisan" maksudnya adalah: mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu: "Aku
bersaksi bahwa tiada ilah -yang berhak disembah- selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah."
"Mengamalkan dengan anggota badan" maksudnya adalah: Hati mengamalkan dalam
bentuk keyaki-nan, sedang anggota badan menga-malkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai
dengan fungsinya."
Inilah pengertian iman menurut Ahlu as Sunah. Dengan demikian, amalan seseorang dapat
berpengaruh pada keimanannya. Sehingga iman dapat bertambah dan berkurang dengan seiring
bertambah dan berkurangnya amal shalih5.

Syubhat Yang Berpendapat Bahwa Amal Perbuatan Bukan Bagian Dari Iman
Pendapat yang mengatakan bahwa amal bukan termasuk dari iman adalah pendapat
kelompok Murji'ah pengikut Jahm bin Shafwan. Firqah ini muncul sejak abad pertama hijriyah,
mereka berpendapat bahwa iman adalah amalan hati saja atau amalan lisan saja, iman itu tidak
bertambah dan tidak pula berkurang, bahkan menurut kelompok murjiah perbuatan kafir dan zindik
tidak membahayakan keimanan seorang mukmin. Hal ini telah dibantah oleh ulama'-ulama' ahlus
sunnah wal jama'ah, karena bertenta-ngan dengan dalil-dalil qath'i, baik dari al-Qur'an maupun as
sunnah serta ijma'.
Dalil-dalil tentang hakekat iman.
1. Yang menunjukkan bahwa iman adalah penetapan dalam hati, firman allah ta'ala: "Allah telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka."6
2. Dalil-dalil yang menunjukkan iman adalah perkataan lisan. Alloh berfirman: “Katakanlah (hai
orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan
apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang
telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-
nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya".7
3. Dalil yang menunjukkan bahwa iman adalah perbuatan anggota badan. Alloh berfirman :"Iman
itu ada 70 cabang lebih atau 60 cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan 'laa ilaha
illallahu' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (gangguan) dari tengah jalan,
sedang rasa malu itu (juga) salah satu dari cabang iman." 8
Dalil-dalil diatas secara tekstual menunjukkan bahwa iman itu ada didalam hati, lisan dan
anggota badan.
Dampak yang ditimbulkan dari anggapan bahwa amal tidak termasuk iman
Orang yang tidak menjadikan amal sebagai bagian dari iman akan menganggap orang yang
melakukan berbagai kemaksiatan dan dosa besar tetap sebagai seorang mukmin yang sempurna
imannya (mukmin kamilul iman), kemaksiatan dan dosa yang ia lakukan tidak berpengaruh pada
keimanannya. Al Qodhi Abu Ya'la berkata, "Jikalau iman itu hanya sebatas pembenaran dengan
lisan, atau dengan hati saja (tanpa diiringi dengan amal), maka seseo-rang yang hanya melakukan
hal itu, ia tidak menambah dengan melaku-kan berbagai kewajiban-kewajiban dien yang lain, atau
bahkan ia juga melakukan berbagai dosa, ia tetap dikatakan sebagai seseorang yang sempurna
imannya."

5
Kitab Tauhid: 2/ 2-3)
6
QS. Al Mujadillah: 22
7
QS. Al Baqarah:136
8
HR. Muslim, shahih muslim, kitab : al-iman, bab : bayanu adad syuabil iman wa afdholuha wa adnaha, No : 152

2
SERI AQIDAH
Bahkan golongan murji'ah yang ekstrim mengatakan bahwa orang yang telah melakukan
perbuatan-perbuatan kekafiran tetap dikatakan sebagai seorang yang sempurna keimanannya,
kecuali jika kekafiran itu timbul dari dalam hati, maka jika demikian ia dianggap sebagai orang
kafir.

II. DISYAREATKANNYA IMAN

Dalam alquran Alloh berfirman :Katakalah : Hai manusia sesungguhnya aku utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Dia. Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rosul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-
Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk 9
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman:Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rosul-Nya serta kitan
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-juahnya. 10
Dalam sebuah hadis disebutkan Rosulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam, “Aku perintahkan
kalian untuk beriman kepada Allah wahdah.”11

HAKEKAT IMAN

Iman adalah asas diterimanya segala amal


Maka barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka tidak ada
pengingkaran terhadap amalan-amalan itu, dan sesungguhnya kami menulis amalan itu
untuknya.12
Dari Barro’ Radliyallaahu 'anhu telah datang kepada Rosulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa
sallam seseorang dengan perlengkapan perang yang lengkap, bekata, “Wahai Rasulullah, apakah
aku harus maju perang atau harus masuk Islam?” Rasul menjawab, “Islamlah dulu lalu
berperanglah.” Maka ia masuk Islam kemudian berperang dan lalu terbunuh. Rosulullah
Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam berkata, “Ia sedikit beramal tetapi diberi pahala banyak.”13

Iman bukan hanya sekedar keyakinan


Iman bukan hanya i’tiqod karena iblis juga yakin akan adanya Allah, namun Allah
mensifatinya dengan kekafiran. Sebab ia engan untuk beramal, melaksanakan perintah Allah…
kecuali iblis, ia engan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir.14
Maka iman yang benar adalah mencakup.I’tiqod yang tidak tercampur keraguan dan amalan
sebagai pembenaran I’tiqod. Hasan Al-Bashriy berkata :Iman bukan sekedar angan-angan dan
omong kosong, tetapi ia adalah yang mantap di dalam hati dan dibenarkan dengan amal.
Ibnu Al-Qoyyim menulis, “Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan
ada dua: perkataan hati yaitu I’tiqod dan perkataan lisan yaitu pengucapan kalimat Islam. Perbuatan
(amal) juga terdiri dari dua : amal hati yaitu niat dan ikhlasnya dan amalan jawahir. Apabila
keempat hal ini hilang, maka hilang iman keseluruhannya, apabila pembenaran hati hilang, maka
yang lain tidak lagi bermanfaat. Apabila amal hati tidak ada, sedangkan I’tiqod masih ada, maka
ahlus sunnah besepakat akan hilangnya iman. Dan jika iman hilang dengan tiadanya amal hati,

9
QS. Al Aa'raf : 158
10
QS. An Nisaa’ : 136
11
HR. Bukhori Muslim
12
QS. Al Anbiyaa’ : 94
13
HR. Bukhori Muslim
14
QS. Al Baqarah : 34

3
SERI AQIDAH
maka tidak dipungkiri lagi ia juga hilang dengan hilangnya amal jawahir yang terbesar (yaitu
sholat), apalagi jika hal ini merupakan buah dari kosongnya kecintaan hati dan ketundukannya.?

 Iman haruslah utuh, Iman yang sepotong-potong tidak diterima oleh Allah Azza wa
Jalla.

Alloh berfirman: Sesungguhnya orang yang kafir kepada Allah dan rosulNya dan
bermaksud membedakan (antara keimanan kepada) Allah dan Rosul-rosulNya, dengan
mengatakan, “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)”,
serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman
atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan.15
Dalam ayat lain Alloh menegaskan : "Apakah kamu beriman kepada sebagian kita dan
ingkar terhadap sebagian yang lain, Tiadakah balasan bagi yang berbuat demikian kecuali
kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang
sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.16

 Iman bertambah dan berkurang


Bertambah dengan mengerjakan perintah Allah dan berkurang dengan kemaksiatan, ini
sesuai dengan firman Alloh dalam alquran:… dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Robb-nyalah mereka bertawakal. 17
Di tempat lain Alloh berfirman: "Dan apabila diturunkan sesuatu surat (yang
memerintahkan kepada orang munafiqun), “Berimanlah kamu kepada Allah dan berjihadlah
beserta rasul-Nya”, niscaya orang-orang yang sanggup diantara mereka meminta izin kepadamu
(untuk tidak berjihad) dan mereka berkata, “biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang
tunduk
Dari Ibnu Mas’ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam bersabda,
“Tidak ada seorang nabipun yang diutus oleh Allah kepada suatu umat sebelumku kecuali ia
mempunyai pengikut atau sahabat dari umatnya yang mengambil sunnahnya dan mengikuti
perintahnya. Lalu berlalulah setelah mereka generasi-generasi yang mengatakan apa yang tidak
mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka, barangsiapa berjihad
melawan mereka dengan tangannya maka ia adalah seorang yang beriman, barangsiapa berjihad
melawan mereka dengan lisannya, dia adalah seorang yang beriman, barangsiapa yang berjihad
melawan mereka dengan hatinya, maka dia adalah seorang yang beriman dan setelah itu tidak ada
Iman walaupun sebiji sawi.18

III. PEMBAGIAN IMAN

Iman dibagi menjadi tiga tingkatan, dimana masing-masing tingkatan mengandung bagian
dari cabang-cabang iman.

1. Tingkatan pertama: Ashlul Iman (pokok dasar iman)


Iman dianggap tidak ada tanpa adanya aslul iman (dasar iman), dan apabila seseorang tidak
memilikinya, otomatis masuk kedalam golongan kafir. Tingkatan ini memiliki beberapa cabang,
dimana iman dianggap tidak sah kecuali dengan menyempurnakannya.
 Terhadap hati: Dengan mengetahui apa yang ajarkan Rasulullah Shalallllahu ‘alaihi wa
sallam secara global dan membenarkannya serta patuh kepadanya. Termasuk juga dalam

15
QS. An Nisaa’ : 150-151
16
QS.Al Baqarah : 85
17
QS.Al-Anfaal : 2
18
HR. Muslim

4
SERI AQIDAH
dasar iman adalah bagian amalan-amalan hati yang lain seperti; cinta, takut (khasyyah),
ridha dan taslim (pasrah) kepad Allah Ta’ala.
 Terhadap lisan: Ikrar dengan kalimat syahadatain.
 Terhadap anggota badan: Yaitu perbuatan-perbuatan anggota badan yang mengkufurkan
pelakunya apabila ia meninggalkannya, seperti; sholat, dan rukun Islam yang lain menurut
sebagian ulama.
Pada kesimpulannnya bahwa setiap amalan yang menyebabkan pelakunya kafir apabila
meninggalkannya, maka amal tersebut termasuk daripada dasar iman, seperti tashdiq
(membenarkan), inqiyad qalbi (patuh secara hati), dan ikrar dengan lisan dan sholat. Sebaliknya,
setiap amalan yang menyebabkan kafir apabila seseorang melakukannya, termasuk dari dasar iman,
(seperti; mengolok-olok terhadap agama dan berdo’a kepada selain Allah. Yang demikian itu
karena sesungguhnya lawan dari dasar iman adalah kufur. Karena kufur merupakan lawan terhadap
dasar iman, maka sesungguhnya setiap dosa mukaffir (yang mengkufurkan) – baik berupa
meninggalkan yang wajib atau melakukan yang haram - maka ia merusakkan dasar iman. Dan
kaidahnya, kategori dosa yang mengkufurkan adalah jika terdapat dalil syar’i yang menyatakan
bahwa orang yang melakukan amalan tersebut ia jatuh kedalam kufur akbar.
Dan barang siapa memiliki dasar iman serta tidak merusaknya, dia telah selamat dari
kekufuran dan pasti masuk surga. Namun apabila ia seorang fasik yang banyak melakukan dosa
besar, maka di akherat keputusannya sesuai dengan kehendak Alloh, kadangkala Ia
mengampuninya atau mengadzabnya. Sebagaimana sabda Rasulallah Shalallahu ’alaihi wa sallam:
Sungguh benar-benar akan menimpa terhadap beberapa kaum, pukulan siksa dari neraka karena
dosa-dosa yang mereka lakukan sebagai hukuman, kemudian Allah akan memasukkan mereka ke
dalam surga dengan karunia rahmat-Nya, mereka dipanggil ”Al jahannamiyyin”19
Mereka pada akhirnya masuk surga karena dalam diri mereka terdapat dasar iman sebagai
lawan kekufuran. Sebagaimana sabda Rasulallah Shalallahu ’alaihi wa sallam: Sehingga apabila
Allah telah selesai dari mengadili diantara hamba-hamba dan berkehendak dengan rahmat-Nya
mengeluarkan siapa yang ia kehendaki dari penghuni neraka. Ia memerintahkan kepada para
malaikat agar mengeluarkan mereka dari neraka siapa saja yang tidak menyekutukan sesuatupun
dengan Allah dari orang yang Ia hendak merahmatinya dari orang yang bersaksi , ”bahwasannya
tiada Illah (Tuhan) selain Allah , maka para malaikat mengenali mereka dalam api neraka dengn
bekas sujud.20.
Maka mereka dikeluarkan dari api neraka dengan dasar iman yang ada pada diri mereka.
Sebaliknya, barang siapa tidak menunaikan dasar iman atau merusak dasar imannya, maka dia telah
kafir termasuk penghuni neraka dan tidak akan dikeluarkan darinya, sebagaimana firman Allah
Ta’ala21

2. Tingkatan kedua: Iman yang wajib.


Iman yang wajib merupakan sesuatu yang lebih dari dasar iman, yang mencakup segala
amalan yang wajib dan segala hal yang haram. Kaidahnya, Bahwas setiap perbuatan yang
pelakunya akan mendapatkan ancaman siksa atau mendapatkan laknat bila meninggalkan sebuah
amalan, tetapi tidak sampai dihukumi kufur jika meninggalkannya, berarti amalan itu termasuk dari
iman yang wajib {seperti; shidiq (jujur/benar), amanah, birrul walidain. Sebaliknya, setiap amal
yang apabila dikerjakan akan mendapatkan ancaman siksa, namun jika melakukannya ia tidak
dikufurkan, maka dalam hal ini meninggalkannya termasuk dari iman yang wajib {seperti; zina,
riba, mencuri, minum khamr, dusta, ghibah dan adu domba.

Manusia dalam iman yang wajib ada dua derajat:

19
Al Bukhari dari Anas radliallhu ’anhu no. 7450
20
H.S.R. Al Bukhari dari Abu Hurairah radliallahu ’anhu no. 7437
21
QS Al Maidah: 36-37

5
SERI AQIDAH
a. Derajat pertama: Meremehkan iman yang wajib, dengan meninggalkan kewajiban syar’i
atau melakukan yang haram -tetapi tidak merusak aslul imannya.
– maka mereka termasuk ashhabul kabair dari ahlu tauhid karena mencampur antara amalan shalih
dan buruk atau disebut dengan ashaatul muwahhidin (Para pelaku maksiat dari kalangan ahli
tauhid). Atau disebut juga fasiq milli (fasiq yang tidak keluar dari millah). Hal ini sesuai dengan
firman Alloh dalam surat Fathir: 32 “Kemudian kami wariskan alkitab kepada hamba-hamba yang
kami pilih, maka ada di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
Maka jika seseorang seperti ini keadaannya, ia termasuk ahlul wa’id (orang yang terkena
ancaman siksa) jika dia mati sebelum bertaubat. Adapun perkaranya di akherat tahta masyiatillah
(kedudukannya tergantung kehendak Allah), jika Allah menghendaki, Ia akan mengampuninya, dan
memasukkannya ke dalam surga karena ia masih memiliki dasar iman, dan sebaliknya.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwasanya orang yang berbuat dosa besar namun tidak
rusak aslul imannya berada dalam masyiah (kehendak Allah), adalah firman Allah Ta’ala22
Maka para pelaku dosa dari ahlu tauhid, pengampunan dosa mereka tergantung di atas
kehendak Dzat Yang Maha Pengasih. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadis, bahwa Rosululloh
saw bersabda: Berbai’atlah kamu kepadaku bahwa kamu tidak akan menyekutukan Allah dengan
suatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak akan berbuat dusta
yang kamu ada-adakan antara tangan dan kaki kamu, dan kamu tidak akan durhaka dalam urusan
yang baik. Maka barang siapa yang memenuhi janjinya di antara kamu, maka pahalanya atas
Allah, dan barang siapa yang melanggar sesuatu dari itu lalu dihukum di dunia maka, maka
hukuman itu sebagai kifarat (penghapus dosa) baginya, dan barang siapa yang melanggar sesuatu
dari perjanjian tersebut, kemudian Allah menutup atasnya, maka urusannya diserahkan kepada
Allah, jika Allah menghendaki akan memaafkannya dan jika Ia menghendaki maka akan
menyiksanya.23
Dan ada golongan yang dikecualikan dari pengampunan dosa (dengan siksaan dan
keadaannya dibawah kehendak Alloh) yaitu orang yang mati dalam kondisi murtad. Maka apabila
seseorang dibunuh karena murtad, hukuman itu tidak menjadi kifarat baginya, dan jika dia mati
dalam keadaan murtad, dia tidak dalam masyiah berdasarkan firman Allah Ta’ala (QS An Nisa: 48)
baik dia dihukum di dunia atas murtadnya atau tidak dihukum.24

b. Derajat kedua: adalah orang-orang yang menunaikan iman yang wajib dengan
sempurna, tidak mengurang-ngurangkan dan tidak menambah atasnya- sesudah menunaikan aslul
iman -, maka golongan ini adalah mukmin yang berhak mendapat surga dan selamat dari neraka.
Artinya orang tersebut berhak masuk surga sejak awal tanpa didahului siksa dengan karunia Allah,
sesuai dengan janji-Nya yang benar. Tingkatan atau derajat ini disebut derajat al muqtashidin. (QS
Fathir: 32). ”.. Dan diantara mereka ada yang pertengahan.”.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada seorang yang bertanya tentang syari’at-syari’at
Islam, lalu Rasulallah Shalallahu ’alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya, kemudian orang
tersebut berkata: “Demi dzat yang memuliakanmu dengan kebenaran, saya tidak akan melakukan
amalan sunnah apapun, dan saya tidak akan meninggalkan satupun dari amalan yang Allah
fardhukan ke atasku”. Maka Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Dia beruntung, dia
akan masuk surga jika dia benar”25

3. Iman mustahab (kamalul iman)

22
QS An Nisa: 48
23
Muttafaq’alaihg
24
(lihat Fathul Bari 1/64-68 dan 12/112).
25
muttafaq’alaih dan lafadz al bukhari no. 1891

6
SERI AQIDAH
Iman mustahab yaitu sesuatu yang lebih dari iman yang wajib. Bagian ini terdiri dari
perkara-perkara yang sunah dan meninggalkan hal-hal yang makruh dan syubhat ( tidak jelas antara
halal dan haramnya). Maka barangsiapa yang menunaikan perkara-perkara tersebut-beserta dasar
iman dan iman yang wajib-, dia termasuk golongan yeng telah berbuat kebaikan (sabiqun bil
khoiroot). Ia berhak langsung masuk surga sejak awal dalam tingkatan yang lebih tinggi daripada
golongan muqtasidin. Hal ini sesuai dengan firman Alloh surat fathir: 32 ” .....dan di antara mereka
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar."
Demikian pembagian tingkatan iman. Syaikhul islam Ibnu taimiyah mengatakan: Iman
tersusun dari yang ashal (dasar), ia tidak sempurna tanpa dengannya. Dan dari yang wajib, iman
akan berkurang dengan sesuatu yang pelakunya berhak mendapatkan hukuman (dosa besar). Dan
dari yang mustahab. Ia akan hilang dengan hilangnya ketinggian derajatnya. 26

V.RUKUN IMAN

Rukun iman terdiri dari enam perkara sesuai dengan hadis shohih yang diriwayatkan oleh
imam muslim.
Dari Umar bin Khaththab Radliyallaahu 'anhu telah berkata: “Ketika kami duduk bersama
Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam pada suatu hari maka terlihat oleh kami seorang laki-
laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tak tampak padanya tanda-tanda
habis pergi jauh dari safar dan tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk
dihadapan Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam, lalu ia sandarkan lututnya pada lutut Nabi dan ia
letakan tangannya di atas paha Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam dan berkata, “Wahai
Muhammad beritahu padaku tentang Islam?”. Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam
menjawab., “Islam adalah bersyahadat bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, engkau dirikan sholat, engkau tunaikan zakat, engkau shoum di bulan Ramadhon,
serta engkau berhaji ke baitullah jika engkau mampu menjalaninya”. Ia berkata, “Engkau benar”.
Kami heran ia bertanya dan ia juga membenarkannya. Lalu Ia bertanya lagi, “Beritahu padaku
tentang Iman”. Rasulullah menjawab, “Yaitu engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya dan hari qiamat serta Iman kepada qodar yang baik maupun yang
buruk”. Ia berkata, “Engkau benar”. Ia bertanya kembali, “Beritahu tentang Ihsan”. Rasulullah
menjawab. “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu”. Ia bertanya kembali, “Beritahu kepadaku
tentang (kapan) hari kiamat”. Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih
tahu dari si penannya sendiri”. Ia berkata, “Beritahu aku akan tanda-tandanya”. Rasulullah
menjawab, “(Diantaranya) jika seorang hamba sahaya melahirkan (anak) tuannya, dan jika
engkau melihat orang yang tadinya miskin, papa, berbaju compang-camping sebagai penggembala
kambing sedah mampu bermegah-megahan dalam mendirikan bangunan”. Kemudian dia pergi.
Aku terdiam sejenak. Kemudian Rasulullah bertanya, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang
bertanya tadi ?”. aku menjawab. “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. “Rasulullah
menjawab, ‘Ia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarakan kepada kalian tentang dien
kalian”27

Perincian:

1. Iman Kepada Allah


Yaitu membenarkan dan meyakini wujudullah, Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, meng-
itsbat-kan Al Asmaul Husna dan sifat-sifat yang termaktub dalam Al Qur’an dan As Sunnah tanpa
menafyikan, menta’wilkan, mentasybihkan dan tidak menanyakan kaifiyatnya.

26
Majmu’ Fatawa juz 7/637)
27
HR. Muslim

7
SERI AQIDAH
Hal ini ditegaskan Alloh dalam beberapa ayat berikut: "
A. Firman Alloh : "Sesungguhnya Robb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy.28
B. Firman Alloh: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak disembah)
selainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.29
C. Firman Alloh :" Katakanlah, “Serulah Allah atau serulah Ar Rohman. Dengan nama yang
mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).30

2. Iman Kepada Malaikat


Malaikat adalah salah satu jenis makhluk Allah yang diciptakan khusus untuk taat dan
beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugas-Nya.
Cara beriman kepada Malaikat adalah sebagaimana di jelaskan oleh imam As-Suyuthi
menukil dari Al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman, beriman kepada malaikat itu memiliki
beberapa makna:
1. Membenarkan dan meyakini keberadaan mereka.
2. Memposisikan mereka sesuai perannya.
Meyakini bahwa para malaikat memiliki tugas-tugas tertentu, seperti: ada yang menjaga
neraka, ada yang mencatat amal, dsb. Semua itu telah dijelaskan di dalam nash-nash Al-Qur`an. 31
Dunia malaikat
1). Penciptaan Malaikat
Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Dalam hadits Muslim dari ‘Âisyah radliyallahu
`anha dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Malaikat
diciptakan (oleh Allah) dari cahaya, jin diciptakan-Nya dari percikan api, dan Adam diciptakan-
Nya sebagaimana yang telah dijelaskan kepada kamu.”32
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjelaskan kepada kita dari jenis cahaya apa
mereka itu diciptakan, sehingga kita tidak dapat mengetahui lebih dalam dan lebih pasti tentang
masalah tersebut, karena hal itu termasuk masalah ghaib dan tidak ada keterangan yang lebih jelas
selain dari hadits tersebut.
2). Ibadahnya Para Malaikat
Para malaikat tidak merasa bosan, jenuh dan capek ketika beribadah kepada Allah dan
mereka selalu taat dalam melaksanakan semua perintah-Nya. Hal ini berbeda sekali dengan sifat
dan perilaku yang dimiliki oleh manusia.
Allah berfirman:
َ ‫س ِّب ُحونَ الَّ ْي َل َوالنَّ َه‬
َ‫ار الَيَ ْفت ُ ُرون‬ َ ُ‫ي‬
“Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” 33
3). Tempat Tinggal Malaikat
Tempat tinggal para malaikat adalah di langit, sebagaimana firman Allah:

28
QS. Al A’raaf : 54
29
QS. Ali ‘Imraan : 18
30
QS. Al Israa’ : 110
31
[Al-Habaik fi Akbari Al-Malaik, As-Suyuthi, hal. 10. Lihat ringkasan kitab Syu’abul Iman, vol. 1, hal. 405-406
32
HR. Muslim
33
QS. al-Anbiya`: 20

8
SERI AQIDAH

َ ُ‫ط ْرنَ ِّمن فَ ْوقِّ ِّه َّن َو ْال َمالَ ِّئ َكةُ ي‬
ِّ ‫س ِّب ُحونَ ِّب َح ْم ِّد َر ِّب ِّه ْم َو َي ْست َ ْغ ِّف ُرونَ ِّل َمن فِّي اْل َ ْر‬
‫ض‬ َّ ‫س َم َاواتُ َيت َ َف‬
َّ ‫ت َ َكاد ُ ال‬
‫الر ِّحي ُم‬
َّ ‫ور‬ ُ ُ‫أَآل ِّإ َّن هللاَ ُه َو ْالغَف‬
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Rabb) dan malaikat-
malaikat bertasbih serta memuji Rabbnya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di
bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.34
Para malaikat baru turun ke bumi kalau diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan suatu
tugas, sebagaimana firman-Nya;
‫َو َما َنتَـنَز ُل ِّإالَّ ِّبأ َ ْم ِّر َرب َك َلهُ َما َبيْنَ أ َ ْي ِّديْنا َ َو َماخ َْلفَنا َ َو َما َبيْنَ ذَا ِّل َك َو َما َكانَ َرب َُّك نَسِّيا‬
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Rabbmu. Kepunyaaan-Nya-lah
apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara
keduanya, dan tidaklah Rabbmu lupa.35
4). Jumlah Malaikat
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah yang
telah menciptakannya, sebagaimana firman-Nya :
‫َو َما يَ ْعلَ ُم ُجنُ ْود َرب َك إِّالَّ ُه َو‬
“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri.”36
Ketika perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad bertanya kepada malaikat Jibril tentang
al-Bait al-Ma’mûr. Jibril berkata: “Inilah al-Bait al-Ma’mûr, setiap hari yang datang untuk shalat
disana sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, dan mereka tidak bisa kembali lagi ke tempat itu”.
Maksudnya yang masuk ke al-Bait al-Ma’mûr itu setiap harinya sebanyak 70.000 malaikat, mereka
datang secara bergantian.

5. Nama-nama malaikat
Masing-masing malaikat memiliki nama, namun dari nama-nama tersebut yang dapat kita
ketahui hanya sedikit. Berikut ini adalah nama-nama malaikat yang dijelaskan oleh ayat-ayat al-
Qur`an atau hadits.
1. Jibrîl
2. Mikâîl
Nama keduanya dikaitkan dengan ayat berikut ini;
‫صدِّقا ِّل َما َبيْنَ َيدَ ْي ِّه َو ُهدى َوبُ ْش َرى‬ َّ ‫ع َلى قَ ْل ِّب َك ِّبإِّ ْذ ِّن‬
َ ‫ّللاِّ ُم‬ َ ُ‫عد ُوا ِّل ِّجب ِّْري َل فَإِّنَّهُ ن ََّزلَه‬َ َ‫قُ ْل َمن َكان‬
َ‫عد ٌُّو ِّل ْل َكافِّ ِّرين‬ َ َ‫ِّل ْل ُمؤْ ِّمنِّينَ * َم ْن َكان‬
ُ ‫عدُوا ِّ َّلِّلِّ َو َمالَئِّ َكتِّ ِّه َو ُر‬
َ َّ ‫س ِّل ِّه َو ِّجب ِّْري َل َو ِّمي َكا َل فَإ ِّ َّن‬
َ ‫ّللا‬
Katakanlah: "Barang siapa menjadi musuh Jibrîl, maka Jibrîl itu telah menurunkan (al-
Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman". Barang siapa yang
menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibrîl dan Mikâîl, maka
sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang yang kafir.37
Jibrîl itu adalah ar-Rûh al-Amîn (ruh yang dipercaya) sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah;
َ‫علَى قَ ْلبِّ َك ِّلتَ ُكونَ ِّمنَ ْال ُمنذ ِِّّرين‬ ُ ‫الرو ُح اْل َ ِّم‬
َ * ‫ين‬ ُّ ‫نَزَ َل بِّ ِّه‬
34
QS. ِِّ ِِّ ِِّ ِِّ ِasy-Syura
ِّ :5
35
QS. Maryam : 64
36
Al Muddatstsir : 31
37
QS. al-Baqarah : 97-98

9
SERI AQIDAH
Dia dibawa turun oleh ar-Rûh al-Amîn (Jibrîl), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,38
Sedangkan Mikâîl adalah malaikat yang bertugas membagikan rizki kepada makhluq.
3.Isrâfîl
Isrâfîl adalah malaikat yang bertugas meniup sangkakala. Dengan izin Allah, ia akan meniup
sangkakala dua kali, pada tiupan pertama semua yang ada di langit dan di bumi akan hancur –
kecuali yang dikehendaki Allah–, dan tiupan kedua dibunyikan untuk kebangkitan.
Allah berfirman;

ِّ ‫ت َو َمن ِّفي اْل َ ْر‬


‫ض ِّإالَّ َمن شَآ َء هللاُ ث ُ َّم نُ ِّف َخ ِّفي ِّه‬ ِّ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫ور ف‬
َّ ‫ص ِّعقَ َمن ِّفي ال‬ ِّ ‫ص‬ ُّ ‫َونُ ِّف َخ ِّفي ال‬
ُ ‫أ ُ ْخ َرى فَإِّذَا ُه ْم ِّقيَا ُمُِ يَن‬
َ‫ظ ُرون‬
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa
yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannnyamasing-masing).39
4. Mâlik
Malaikat Mâlik adalah penjaga neraka, sebagaimana firman Allah;
َ‫ض َعلَ ْينَا َرب َُّك قَا َل ِّإنَّ ُكم َّما ِّكثُون‬
ِّ ‫و َِنَادَ ْوا يَا َما ِّلكُ ِّليَ ْق‬
Mereka berseru:"Hai Mâlik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja".Dia menjawab: "Kamu
akan tetap tinggal (di neraka ini)".40
5.Ridwan
Ibnu Katsîr menyebutkan, “Yang menjaga surga itu adalah malaikat yang bernama Ridwan,
hal itu dijelaskan dalam beberapa hadits”.
6.Munkar
7.Nakîr
Diantara nama malaikat yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. adalah Munkar dan Nakîr.
Dalam banyak hadits disebutkan bahwa kedua malaikat tersebut mengurusi masalah fitnah di dalam
kubur.
8. Hârût
9. Mârût
Hârût dan Mârût adalah nama dua malaikat, sebagaimana firman-Nya;
َ‫اطينَ َكفَ ُروا يُعَ ِّل ُمون‬ َّ ‫ان َولَ ِّك َّن ال‬
ِّ َ‫شي‬ ُ ‫سلَ ْي َم‬ ُ ‫علَى ُم ْل ِّك‬
ُ ‫سلَ ْي َمانَ َو َما َكفَ َر‬ ُ ‫اط‬
َ ‫ين‬ ِّ َ‫شي‬ َّ ‫َوات َّ َبعُوا َما تَتْلُوا ال‬
‫ان ِّم ْن أ َ َح ٍد َحتَّى َيقُوآل‬ِّ ‫وت َو َما يُ َع ِّل َم‬
َ ‫ار‬ ُ ‫ت َو َم‬ َ ‫َارو‬ُ ‫نز َل َعلَى ْال َملَ َكي ِّْن ِّب َبا ِّب َل ه‬ ِّ ُ ‫ِّح َر َو َمآأ‬
ْ ‫اس الس‬ َ َّ‫الن‬
‫ِّإنَّ َما ن َْح ُن ِّفتْنَةٌ فَالَ تَ ْكفُ ْر‬
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri
Babil yaiu Hârût dan Mârût, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir".41

38
QS. asy-Syu’ara’ : 193-194
39
QS. az Zumar : 68
40
QS. az-Zukhruf : 77
41
QS. al-Baqarah : 102

10
SERI AQIDAH
Dari redaksi ayat tersebut dijelaskan bahwa tujuan Allah mengutus dua malaikat itu adalah
untuk menguji keimanan manusia. Dalam kitab-kitab tafsir dan tarikh diceritakan tentang perjalanan
keduanya yang dipenuhi dengan cerita-cerita janggal, padahal cerita-cerita semacam itu tidak ada
rujukannya dalam al-qur’an atau sunnah. Maka untuk mengetahui kedua malaikat itu cukup hanya
menggunakan redaksi ayat di atas.
10. Izrâîl
Dia adalah pemimpinnya malaikat maut. [Abdurrahman Hasan Habanakah, al Aqidah Al
Islamiyah, hal.243]. Nama Izrail terdapat dalam beberapa atsar, namun nama tersebut tidak terdapat
dalam nash al-Qur`an dan hadits yang shahîh.
11. Râqîb
12. Atîd
Sebagian ulama menyebutkan bahwa diantara malaikat itu ada yang bernama Râqîb dan
Atîd. Pendapat mereka berlandaskan pada firman Allah;
ٌ‫يب َعتِّيد‬ ُ ‫الش َما ِّل قَ ِّعيد ٌ * َّما َي ْل ِّف‬
ٌ ِّ‫ظ ِّمن قَ ْو ٍل ِّإالَّ لَدَ ْي ِّه َرق‬ ِّ ‫ع ِّن‬ ِّ ‫ع ِّن ْال َي ِّم‬
َ ‫ين َو‬ ِّ ‫ِّإ ْذ َيتَلَقَّى ْال ُمتَلَ ِّق َي‬
َ ‫ان‬
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.42
Pendapat sebagian ulama tersebut tidak sepenuhnya benar, karena kalimat Râqîb dan Atîd
dalam ayat tersebut bukan nama malaikat, tetapi dua sifat bagi dua malaikat yang bertugas mencatat
amal manusia. Adapun arti dari Râqîb dan Atîd adalah, “Kedua malaikat yang selalu hadir,
menyaksikan amal manusia dan tidak pernah jauh dari manusia.” Maksud ayat tersebut bukan nama
bagi kedua malaikat.

3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah


Yaitu beriman kepada seluruh kitab dan shuhuf yang Allah turunkan kepada para Rosul-
Nya. Yang kesemuanya adalah kalamullah agar mereka sampaikan kepada umatnya sebagai syariat
bagi mereka. Alloh berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rosul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rosul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya.43
Semua kitab Allah saling membenarkan dan Al Qur’an yang diturunkan kepada Rosulullah
Shalallaahu 'Alaihi Wa sallam adalah nasikh (penghapus) bagi syariat dari kitab-kitab sebelumnya.
Alloh berfirman :"Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenar-benarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan taurot dan injil.44
Dalam ayat lain Alloh berfirman : "Yaitu orang-orang yang mengikuti rosul, Nabi yang
ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala yang buruk
dan membuang dari beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-
orang yang beriman kepadanya, memuliakannya menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.45

Wajib beriman kepada kitab-kitab secara rinci


Kita wajib mengimani secara rinci kitab-kitab yang sudah disebutkan namanya oleh Allah,
yakni al-Qur’an dan kitab-kitab yang lain. Berikut suhuf dan kitab yang harus kita yakini
kebenarannya.

42
QS. Qaf : 17-18
43
QS. An Nisaa’ : 136
44
Qs. Ali ‘Imraan : 3
45
Qs. Al A’raaf : 157

11
SERI AQIDAH

a. Shuhuf lbrahim dan Musa a.s..


Allah berfirman dalam surat an najm :36-37, “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa
yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji?” .
Dan dalam surat al A’la: 18-19, Alloh berfirman “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat
dalam shuhuf (lembaran-lembaran) yang dahulu, (yaitu) shuhuf Ibrahim dan Musa.” 46.

b. Taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.


Hal ini sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat
yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) “.47

c. Zabur, yaitu kitab yang Allah turunkan kepada Nabi Daud a.s. Allah berfirman,“...dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.”48

d. Injil, yaitu kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Allah berfirman “Dan Kami
iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Irail) dengan ‘Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang
sebelumnya, iaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, iaitu kitab
Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.”. 49

e. Al-Qur’anul Karim
Al-Quran adalah Kalam Allah yang mu‘jiz (yang melemahkan dan menundukkan orang-
orang yang menentangnya) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, dalam bentuk wahyu,
yang ditulis di dalam mushhaf dan dihafal di dalam dada, yang dibaca dengan lisan dan didengar
oleh telinga, yang dinukil kepada kita secara mutawatir, tanpa ada keraguan, dan membacanya
dinilai ibadah. Al-Quran yang diturunkan kepada Rosululloh adalah Kitab Allah yang paling akhir
diturunkan kepada manusia. Ia menghapus berlakunya syariat-syariat sebelumnya. Karena itu ia
datang dengan lengkap, mencakup semua yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan dunia hingga
Hari Kiamat, serta membawa mereka ke taman kebahagiaan di akhirat, manakala mereka mengikuti
ajaran-ajarannya dan berjalan di atas manhajnya. Allah menjamin memeliharanya agar senantiasa
menjadi hujjah atas umat manusia. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-
Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”50

Iman kepada Al Qur’an tidaklah sama dengan iman kepada kitab-kitab sebelumnya. Iman
kepada Al Qur’an menuntut pengamalan isinya, sedangkan beriman kepada shuhuf-shuhuf tidak
demikian (tidak ada tuntutan bagi kita untuk mengamalkan isinya, cukup dengan mengamalkan Al
Qur’an).

Kitab Taurat Dan Injil Terkontaminasi Oleh Penyimpangan Sedangkan Al-Qur'an Selamat
Dari Hal Itu

Ahlu kitab telah merubah Kalam Allah, dan perubahan ini dengan cara menambah atau
mengurangi:

46
. AlAla: 18-19.
47
surat Al Maidah: 44
48
surat An nisa: 8
49
surat Al Maidah:46
50
Al-Hijr: 9

12
SERI AQIDAH
1. Tentang Yahudi, QS. al-Baqarah: 75, "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan
percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka
mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?"
Dan QS. An-Nisa': 46, "Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-
tempatnya."
2. Tentang Nashrani, QS. al-Maidah: 15, " Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,
dan Kitab yang menerangkan."
3. Perubahan dengan penambahan, QS. al-Baqarah: 79, " Maka kecelakaan bagi orang-orang
yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah",
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan."
4. Perubahan dengan pengurangan, QS. al-An'am: 91, "Katakanlah: " Siapakah yang menurunkan
kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan
(sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya."
QS. al-Maidah: 15, "Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula
yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menerangkan."

Perubahan Yang Terjadi Pada Taurat Dan Injil

1. Perubahan pada Taurat, QS. al-An'am: 91, maksudnya; "Kalian jadikan kitab yang diturunkan
kepada Musa dalam kertas-kertas yang kalian palsukan di dalamnya supaya terpenuhi apa
yang kalian inginkan berupa penyimpangan dan perubahan, dan kalian tutup-tutupi sifat-sifat
Nabi Muhammad saw yang disebutkan di dalamnya."
QS. al-Baqarah: 75, Menurut AS-Sudiy; (yang dimaksud kalam Allah) adalah Taurat yang telah
kalian rubah (simpangkan)." Ibnu Zaid berkata, "Yaitu Taurat yang diturunkan kepada mereka,
lalu mereka merubahnya dan menjadikan yang halal menjadi haram, yang haram menjadi halal,
yang hak menjadi batil dan yang batil menjadi hak."
2. Perubahan pada Injil, QS. al-Maidah: 15, Sebagian ahli tafsir mengatakan; "Maksudnya Dia
(Muhammad) menjelaskan apa yang telah mereka rubah, simpangkan dan takwilkan serta yang
mereka ada-adakan atas nama Allah di dalamnya. Dan dia juga mendiamkan sebagian yang
telah mereka rubah karena tidak ada manfaatnya."

Al-Qur'an Selamat Dari Perubahan Dan Penjagaan Allah Atasnya

Al-Qur'an terbebas dari perubahan dan penyimpangan yang terjadi pada kitab-kitab
terdahulu dengan penjagaan Allah. Allah berfirman; "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-
Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."51
Imam ath-Thabari berkata; "Dan kami benar-benar menjaganya dari penambahan yang
berasal bukan darinya dan dari pengurangan yang aslinya menjadi bagian darinya berupa berbagai
hukum-hukum, had dan kewajiban-kewajibannya." Sebagaimana firman Allah, "Yang tidak datang
kepadanya (a- Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari
Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji."52
Al-Quran terjaga secara lafadz dan makna. Penjagaan Allah terhadapnya dengan beberapa
cara, di antaranya;

51
QS. Al-Hijr : 9
52
QS. Fushilat: 42

13
SERI AQIDAH
- Dia mengajarkan kepada Nabi-Nya, lalu mengumpulkannya di dalam dadanya dan
mengumpulkan penjelasan dan tafsirnya di dalam Sunnah Nabi-Nya.
- Lalu Allah memilih beberapa orang yang adil dalam setiap generasi dan abad untuk
menghafalnya di dalam dada dan tulisan. Dengan begini maka al-Qur'an akan tetap terjaga dan
selamat dari berbagai kebatilan.

Bagaimana kita menyikapi syareat sebelum kita. Apakah boleh mengamalkannya?

Syar’u man qoblana ( Syareat nabi sebelum Muhammad saw )

Yang dimaksud dengan syar'un man qablana, ialah syari'at yang dibawa para rasul dahulu,
sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Syareat itu menjadi petunjuk bagi kaum para rosul
tersebut, seperti syari'at Nabi Ibrahim AS, syari'at Nabi Musa AS, syari'at Nabi Daud AS, syari'at
Nabi Isa AS dan sebagainya.

Pada dasarnya, asas syari'at yang diperuntukkan Allah SWT bagi umat-umat dahulu
mempunyai asas yang sama dengan syari'at yang diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana dinyatakan pada firman Allah SWT: "Dia (Allah) telah menerangkan kepadamu
sebagian (urusan) agama, apa yang Ia wajibkan kepada Nuh dan yang Kami wajibkan kepadamu
dan apa yang Kami wajibkan kepada Ibrahim, Musa dan lsa, (yaitu) hendaklah kamu tetap
menegakkan (urusan) agama itu dan janganlah kamu bercerai berai padanya..."53 Diantara asas
yang sama itu ialah hal yang berhubungan dengan konsepsi ketuhanan, tentang hari akhirat, tentang
qadla dan qadar, tentang janji dan ancaman Allah dan sebagainya. Mengenai perinciannya atau
detailnya ada yang sama dan ada yang berbeda, hal ini disesuaikan dengan keadaan, masa dan
tempat.

Para ulama menjelaskan, bahwa syari'at umat yang dahulu terkadang memiliki nama yang
sama dengan syareat islam, meskipun berbeda pelaksanaannya, seperti puasa (lihat surat al-
Baqarah: 183), hukuman qishash (lihat surat al-Mâidah: 32) dan sebagainya.

Macam-macam syar'u man qablana

Sesuai dengan ayat di atas, kemudian dihubungkan antara syari'at Nabi Muhammad SAW
dengan syari'at umat-umat sebelum kita, maka ada tiga macam bentuknya, yaitu:

a. Syari'at yang diperuntukkan bagi umat-umat yang sebelum kita; tetapi aI-Qur'an dan
Hadits tidak menyinggungnya, baik membatalkannya atau menyatakan berlaku pula bagi
umat Nabi Muhammad SAW.
b. Syari'at yang diperuntukkan bagi umat-umat yang sebelum kita, kemudian dinyatakan
tidak berlaku bagi umat Nabi Muhammad SAW.
c. Syari'at yang diperuntukkan bagi umat-umat yang sebelum kita, kemudian al-Qur'an dan
Hadits menerangkannya kepada kita.

Mengenai bentuk ketiga, yaitu syari'at yang diperuntukkan bagi umat-umat sebelum kita,
kemudian diterangkan kepada kita melalui al-Qur'an dan Hadits, para ulama berbeda pendapat.
Sebagian ulama Hanafiyah, sebagian ulama Malikiyah, sebagian ulama Syafi'iyah dan sebagian
ulama Hanabilah berpendapat bahwa syari'at itu berlaku pula bagi umat Nabi Muhammad SAW.
Golongan lain berpendapat bahwa dengan adanya syari'at Nabi Muhammad SAW, maka syari'at

53
asy-Syûra: 13

14
SERI AQIDAH
yang sebelumnya dinyatakan mansukh/tidak berlaku lagi hukumnya. Mengenai bentuk kedua, para
ulama tidak menjadikannya sebagai dasar hujjah, sedang bentuk pertama ada ulama yang
menjadikannya sebagai dasar hujjah, selama tidak bertentangan dengan syari'at Nabi Muhammad
saw.

4. Iman Kepada Rosul-rosul Allah


Yaitu beriman kepada para nabi dan rosul yang Allah sebutkan namanya di dalam Al Qur’an
dan beriman bahwa Allah juga mengutus nabi rosul selain mereka, tidak ada yang mengetahui
jumlah mereka secara pasti kecuali Allah.
Iman kepada para Rasul (utusan) Allah adalah salah satu dari rukun Islam berdasarkan dalil-
dali berikut ini:
1. QS. al-Baqarah: 285. "Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
2. QS. an-Nisa': 150-151, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-
Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah)
di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-
benarnya."
Kekafiran ditetapkan bagi orang yang mendustakan para rasul dan membedakan di antara
mereka dengan mengimani sebagian mereka dan mengafiri sebagian yang lainnya.
3. Hadits Jibril kepada Rasulullah saw tentang iman lalu beliau menjawab dengan
menyebutkan rukun Iman yang enam yang salah satunya beriman kepada para rasul.
.
Perbedaan Antara Nabi Dan Rasul
Nabi berasal dari kata naba', yaitu berita yang bermanfaat. Dan seorang nabi disebut dengan
nabi karena dia mendapatkan berita dari Allah dan menyampaikan berita dari Allah.
Dan pendapat yang lain bahwa nabi berasal dari kata nabawah, artinya sesuatu yang tinggi.
Dan dalam hal ini seorang nabi disebut dengan nabi karena tempatnya (kedudukan) yang tinggi atas
seluruh manusia. Adapun rasul berasal dari irsal, yaitu pengarahan.

Perbedaan antara keduanya yang paling rajih adalah:


 Nabi adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah untuk dia laksanakan, sebagaimana
perintah kepada kaum mukminin.
 Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah dan Allah mengutusnya kepada orang
yang menyelisihi perintah Allah untuk menyampaikan risalah-Nya.
 Nabi adalah orang yang Allah berikan berita tentang perintah dan larangan-Nya supaya dia
menyampaikan kepada kaum mukminin dan memerintahkan kepada mereka dengan semua
itu. Tapi dia tidak (diperintahkan) untuk menyampaikan kepada orang-orang kafir dan tidak
pula diutus untuk mereka.
 Adapun rasul adalah orang yang diutus oleh Allah kepada orang-orang beriman dan orang-
orang kafir guna menyampaikan risalah Allah kepada mereka dan menyeru mereka untuk
beribadah kepada-Nya. Dan bukan-lah salah satu syarat rasul, dia harus membawa syariat
baru seperti Yusuf yang berada di atas syariat nabi Ibrahim, Dawud dan Sulaiman berada di
atas syariat Taurat.

Cara Beriman Kepada Rasul Ada Dua Macam;

15
SERI AQIDAH
Pertama, iman secara mujmal (umum); membenarkan dengan sungguh-sungguh bahwa
Allah telah mengutus seorang rasul pada setiap umat yang menyeru mereka untuk beribadah kepada
Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya dan mengufuri setiap yang diibadahi selain Allah.
Inti dakwah mereka satu yaitu tauhid, sedangkan syariat mereka berbeda-beda. Dan juga
harus diyakini bahwa mereka hanya-lah manusia biasa, tidak memiliki kekhususan Rububiyyah
(ketuhanan), mereka hanyalah hamba Allah yang dimuliakan-Nya dengan risalah. Allah berfirman,
"Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-
Nya."54. Mereka mendapatkan hak kerasulan berupa pertolongan Allah dan kesudahan yang baik
hanya bagi mereka dan para pengikut mereka.
Kedua, iman secara rinci; beriman terhadap nama-nama meraka yang Allah sebutkan di
dalam kitab-Nya dan yang Rasulullah saw sebutkan di dalam sunnahnya dengan keimanan yang
rinci tentang nama-nama, berita-berita, keutamaan dan keistimewaan mereka sebagaimana yang
dijelaskan oleh nash.
Nabi dan rasul yang disebutkan di dalam al-Qur'an ada dua puluh lima, yaitu di dalam QS.
al-An'am: 83-86 sebanyak delapan belas dan yang sisanya berada di beberapa ayat, QS. al-A'raf: 65,
73, 85 QS. Ali Imran: 33, QS. al-Anbiya': 85, QS. al-Fath: 29.
Berikut nama nabi dan Rosul yang termaktub dalam alquran: Adam, Ibrahim, Ishaq, Ya'kub,
Nuh, Dawud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya Isa, Ilyas, Ismail, Alyasa',
Yunus, Luth, Hud, Shalih, Syu'aib, Isma'il, Idris, Dzul Kifli, Muhammad.

Kewajiban Kita Terhadap Rasul:

1. Membenarkan keseluruhan mereka terhadap apa yang mereka bawa. Mereka diutus oleh Allah
untuk menyampaikan risalah Alloh kepada kaum mereka. Kita juga wajib meyakini bahwa tidak
boleh bagi seorang-pun dari golongan jin atau manusia untuk mengikuti salah satu dari mereka
setelah diutusnya nabi Muhammad saw. Karena beliau diutus untuk seluruh manusia dan
syariatnya menghapus syariat-syariat terdahulu.
2. Loyal dan cinta kepada mereka semua serta tidak membenci dan memusuhi mereka.
3. Meyakini keutamaan mereka atas manusia selain mereka. Tak seorang pun bisa mencapai
derajat mereka walau setakwa dan seshalih apapun mereka, karena risalah adalah pilihan Allah
bagi orang yang dikehendaki-Nya dan tidak akan diperoleh lewat usaha dan bekerja.
4. Meyakini perbedaan keutamaan derajat mereka. Karena Allah mengutamakan sebagian mereka
atas sebagian yang lain.
5. Bershalawat dan salam atas mereka. Allah telah memerintahkan semua itu dan mengabarkan
bahwa Dia akan senantiasa memuji rasul-Nya dan umat sesudah-nya akan senantiasa
menyampaikan salam atas mereka.

Rasul Ulul Azmi

Ulul azmi adalah para rasul yang memiliki semangat dan kesabaran yang luar biasa. "Maka
bersabarlah kalian sebagaimana sebarnya para rasul ulul azmi."55 Maksud Ulul Azmi ada dua
macam:
Pertama, Pendapat Ibnu Zaid: seluruh rasul, kata menunjukkan jenis bukan sebagian.
Kedua, Pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Atha' al-Khuraasani dan ulama muta'akhirin: yaitu
Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad saw. Dasarnya adalah penyebutan mereka secara khusus
dalam QS. al-Ahzab: 7 & QS. asy-Syura: 13. dan karena mereka memiliki syari'at yang masyhur.
Rasulullah saw bersabda, "Manusia (anak Adam) pilihan ada lima; Nuh, Ibrahim, Isa, Musa
dan Muhammad. Dan sebaik-sebaik mereka adalah Muhammad saw dan Shalawat dan Salam Allah
atas mereka semua."56

54
QS. Ibrahim: 11
55
QS. al-Ahqaf: 35

16
SERI AQIDAH

Keistimewaan Rasulullah Saw dibandingkan rosul selainnnya.

1. Risalahnya umum bagi seluruh jin dan manusia. Maka tidak boleh seorangpun dari mereka
kecuali harus mengikutinya dan mengimani risalahnya.
2. Beliau adalah penutup kenabian dan kerasulan.
3. Allah memberikan kepada beliau mukjizat yang paling agung yaitu al-Qur'an al-Adzim.
Sebuah mukjizat yang akan terus dijaga Alloh kebenaranya sepanjang masa.
4. Umat beliau adalah sebaik-baik umat dan yang paling banyak akan masuk Surga.
5. Beliau menjadi sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat.
6. Beliau memiliki hak syafaat 'udzma. Inilah maksud dari Maqam Mahmud yang Allah
sebutkan dalam QS. al-Isra': 79.

5. Iman Kepada hari Akhir

Iman kepada hari akhir meliputi :

1. Iman kepada maut (kematian), yaitu bahwa semua makhluq yang diberi kehidupan
oleh Allah akan merasakannya dan masing-masing telah tetulis ajalnya.
Alloh menggambarkan ketentuan taqdirnya dalam banyak ayat di alquran. Diantaranya
firman Alloh dalam alquran: Katakanlah, “… Sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-
orang telah ditaqdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke luar ke tempat mereka terbunuh
…”57

Hakikat ruh

Berdasarkan al qur`an dan as sunnah, serta ijma` sahabat dan dalil-dalil akal menunjukkan
bahwa ruh adalah jasad yang substansinya berbeda dengan badan kasar. Yaitu suatu tubuh yang
berisi cahaya yang tinggi, ringan, hidup dan bergerak. Ia menembus materi tubuh kasar. Selama
anggota tubuh kasar tersebut itu masih bisa menerima reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh substansi
(ruh ) ini, ruh itu pun akan tetap mengalir di dalamnya, dan dapat memberikan reaksi-reaksi berupa
indra dan gerakan yang terkontrol. Kalau anggota tubuh itu sudah rusak karena termasuki
campuran-campuran yang berbahaya baginya, maka ia tidak akan lagi bisa menerima reaksi-reaksi
tersebut. Dan ruh pun akan meninggalkan tubuh kasar tersebut alias mati. Firman Allah :“Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya..”58

Apakah ruh mengalami kematian?


Para ulama` tampaknya masih berselisih dalam hal ini. Di antara mereka ada yang
mengatakan bahwa ruh, sebagaimana jasad, juga mengalami kematian. Sedangkan pendapat yang
lain mengatakan bahwa ruh itu tidak mati.
Bagi mereka yang berpendapat bahwa itu mengalami kematian berpegangan dengan firman
Allah :
‫ان َو َي ْبقَى َو ْجهُ َر ِّب َك ذُو ْال َجالَ ِّل َواْ ِّإل ْك َرام‬
ٍ َ‫علَ ْي َها ف‬
َ ‫ُك ُّل َم ْن‬
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan59
Juga dengan firman Allah : Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.Bagi-Nyalah
segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan60

56
Hadits Shahih riwayat imam Hakim dari Abu Hurairah
57
Qs. Ali ‘Imraan : 154
58
Qs. Az Zumar: 42
59
QS. 55:27
60
QS. 28:88

17
SERI AQIDAH
Mereka berpendapat, kalau malaikat saja mati, maka ruh manusia lebih layak lagi untuk
mati. Dan bagi mereka yang berpendapat bahwa ruh itu tidaklah mati mereka mengatakan; ruh itu
dicipta untuk menjadi kekal. Adapun yang mati itu hanyalah badannya saja. Mereka juga
menyatakan bahwa ada beberapa hadits Nabi SAW yang menunjukkan kenikmatan yang dirasakan
oleh ruh, atau azab yang diterimanya setelah kematian di dunia. Yaitu sampai Allah mengembalikan
ruh tersebut ketubuhnya.
Namun yang benar adalah pendapat bahwa kematian ruh, adalah dengan berpisahnya ia dari
jasad. Kalau yang dimaksud dengan kematiannya tersebut hanya sebatas ini saja, maka ruh itu mati.
Tapi jika yang dimaksud dengan kematian itu adalah dengan hilangnya ( ruh ) tanpa adanya bekas
sama sekali, maka dengan pengertian tersebut ruh itu tidaklah mati. 61
Mereka ( ahlu sunnah ) menyakini bahwa orang-orang yang beriman ditempatkan di dalam
surga, baik mereka sebagai syuhada` atau bukan selama tidak ada hal yang menahan mereka berupa
dosa besar dan hutang, Allah akan menjumpai mereka dengan membawa ampunan. Ini adalah
pendapat ibnu umar, dan inilah pendapat yang benar.
Imam Malik meriwayatkan di dalam kitab Al Muwatho` dari hadits Ka`ab Ibnu Malik ra
secara marfu`; “Sesungguhnya ruh orang mukmin adalah seekor burung yang menggantung
disebuah pohon di dalam surga sehingga Allah mengembalikannya ke jasad pada
harikebangkitan”.62
Di dalam hadits ini di ungkapkan bahwa ruh orang-orang yang beriman dalam bentuk
burung di dakam surga. Sedangkan ruh-ruh orang yang mati syahid di dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa mereka ada dalam tenggorokan burung yang berwarna hijau ,ia bagaikan bintang
bila diandingan dengan ruh orang mukmin yag lainnya. Karena ia terbang dengan sendirinya. 63
Adapun arwah orang-orang kafir berada di dalam neraka.

2. Iman kepada apa yang terjadi di alam kubur, pertanyaan malaikat, adzab dan nikmat.

Ahlu Sunnah wal Jama’ah beriman dan percaya dengan adanya siksaan dan nikmat yang
akan terjadi di dalam kubur sebagaimana ditunjukkan oleh nash-nash shahih yang ada. Yang
dimaksud dengan adzab dan nikmat kubur adalah adzab dan nikmat barzakh. Barzakh adalah nama
tempat diantara dunia dan Akhirat. Allah berfirman: "Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan."64

Dalil dari Al Qur`an

Ibnu Qayyim berkata, "Nikmat dan adzab alam Barzakh tersebut di dalam Al Qur`an lebih
dari satu tempat."
Allah berfirman: "Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada
pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah
Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".65

Dalil dari As Sunnah


Dari Bara` bin ‘Azib ra, ia berkata, “Pada suatu saat aku pergi bersama Rasulullah saw
mengantarkan jenazah seorang sahabat dari kalangan Anshar. Ketika jenazah tiba di kuburan,
ternyata kuburannya belum dibuatkan liang lahad. Kemudian Rasulullah saw duduk menghadap

61
Tahdzib syarah Ath Thohawiyah, Abdul akhir hammad al ghunaimi, hal : 235-236.
62
Hr. Shohih, Ibnu Katsir berkata : “sanad ini bagus.” Hadits ini juga disahihkanoleh Ibnu Rojab dalam kitab Ahwalul
Qubur, hal : 95
63
lihat fatawa Ibnu taimiah ( XXIV/365) Ahwalul qubur ( 95: 126)
64
Qs. Al Mukminun: 100
65
Qs. Al Mukmin (Ghafir): 45-46

18
SERI AQIDAH
kiblat dan kami pun duduk di sampingnya, seakan-akan di atas kepala kami ada seekor burung dan
di tangan beliau tergenggam tongkat yang menancap ke tanah. Rasulullah saw mengarahkan
pandangannya ke langit dan menundukkannya lagi ke tanah. Rasulullah saw melakukannya sampai
tiga kali, seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah swt dari adzab kubur.”
Rasulullah saw menyerukannya dua kali atau tiga kali. Kemudian Rasulullah saw berdo`a:
‫اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” Beliau membacakannya tiga kali.

Adzab kubur menimpa ruh ataukah jasad?

Perlu dipahami bahwa kembalinya ruh ke dalam jasad di alam kubur, tidak sebagaimana
kembalinya ruh di dunia (sesudah tidur). Ruh itu kembali dengan cara kembali yang tidak dikenal di
dunia ini.
Ruh memiliki lima hubungan dengan jasad:
 Berhubungannya ruh dalam perut ibunya dalam bentuk janin.
 Berhubungannya ruh dengan tubuh setelah dikeluarkan ke alam dunia.
 Berhubungannya ruh dengan tubuh di kala tidur. Saat itu, disatu sisi ia berpisah dari tubuh,
disisi lain ia masih bergantung padanya.
 Berhubungannya ruh dengan tubuh di Alam Barzakh. Sesungguhnya meskipun ia meninggalkan
tubuh dan berpisah darinya, namun tidak meninggalkannya secara totall karena ia masih
mendengar detak suara terompah manusia (di atas kubur) sampai menjauh.
 Berhubungannya ruh dengan tubuhnya pada hari Kebangkitan, ini merupakan hubungan yang
paling sempurna dengan tubuhnya. Karena, dalam hal ini ruhu dan jasad tidak tidur, mati
ataupun rusak. Sebab hekekatnya tidur adalah saudara kematian.
Kesimpulannya bahwa alam itu ada tiga: Alam dunia, Alam Barzakh dan Alam Akhirat.
Dan Alloh telah menetapkan kekhususan tersendiri kepada masing-masing alam. Allah menciptakan
tubuh manusia dari tubuh kasar dan jiwa. Hukum-hukum dunia ini Allah berikan kepada tubuh,
sedangkan ruh hanya mengikut saja. Sementara hukum-hukum di barzakh diberikan kepada ruh,
sedangkan tubuh hanya mengikut saja. Apabila tiba Hari Kebangkitan dan keluarnya manusia dari
kubur-kubur mereka, maka hukum, kenikmatan dan adzab akan diberikan kepada ruh dan jasad
sekalian.

Aqidah salaf tentang adzab kubur

Imam Al Qurthubi menulis di dalam At Tadzkirah nya, "Beriman kepada adzab kubur dan
fitnah yang ada di dalamnya, hukumnya wajib. Kewajiban mempercayainya telah dijelaskan oleh
Ash Shadiq (Rasulullah SAW). Allah akan menghidupkan kembali seorang hamba di kubur,
membekalinya dengan akal sebagaimana sebelumnya, agar ia dapat mengerti pertanyaan yang
diberikan kepadanya, dapat menjawab serta memahami apa yang datang dari Rabb-nya dan apa
yang telah ia persiapkan menghadapi alam kubur, baik berupa persiapan yang baik maupun yang
buruk. Inilah keterangan yang telah dijelaskan oleh Nabi SAW. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal
Jama'ah. Para sahabat –yang Al Qur`an diturunkan dengan lisan dan bahasa mereka melalui Nabi
SAW- dan tabi'in sesudahnya tidak mempunyai keyakinan (dalam masalah kubur) selain yang telah
kami sebutkan di atas."66

Orang-orang yang akan mendapatkan Adzab Kubur


Banyak hadits yang menerangkan tentang orang-orang yang akan mendapatkan adzab
kubur, diantaranya:

66
( Dari buku Malam Pertama di Alam Kubur, Muhammad bin Husain Ya'qub, hlm. 93).

19
SERI AQIDAH
1. Mereka yang tidak bersuci setelah buang air kecil, sehingga ia masih bernajis. Sebagaimana
hadits Ibnu ‘Abbas berkata Rasulullah SAW lewat dua kuburan kemudian beliau bersabda:
"Kedua penghuni kuburan ini sedang disiksa. Mereka disiksa (menurut pandangan mereka)
bukan karena suatu dosa besar. Yang seorang suka mengadu domba kesana kemari,
sedangkan yang satunya lagi ia kurang seksama ketika bersuci dari air kencing." Maka
beliau memerintahkan untuk diambilkan pelepah kurma yang basah. Lalu beliau belah
menjadi dua (dan beliau tancapkan di kuburan itu) seraya bersabda: "Semoga siksa kubur
keduanya diringankan hingga kedua pelepah ini kering." HR. Bukhari (216), Muslim (439),
Abu Dawud (20), At Tirmidzi (70), An Nasa`i (31) dan Ibnu Majah (347).
2. Mereka yang suka mengadu domba (mengadu dua orang dengan kebohongan). Sebagaimana
yang telah disebutkan di dalam hadits di atas.
3. Mereka yang suka berbuat ghulul (mengambil ghanimah yang bukan haknya).
4. Mereka yang membaca Al Qur`an akan tetapi tidak melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan Allah dan yang dilarang di dalam Al Qur`an.
5. Mereka yang memakan riba.
6. Mereka yang suka berhutang.

Orang-orang yang terbebas dari adzab kubur:

1. Orang yang mati syahid di jalan Allah.


Dari Rasyid bin Sa'ad, dari beberapa sahabat Nabi SAW, disebutkan bahwa seseorang
bertanya kepada Nabi SAW,
‫علَى َرأْ ِّس ِّه‬
َ ‫ف‬ ُّ ‫ارقَ ِّة ال‬
ِّ ‫سي ُْو‬ َّ ‫ َما َبا َل ال ُمؤْ ِّمنِّيْنَ يُ ْفتَنُ ْونَ فِّ ْي قُب ُْو ِّر ِّه ْم ِّإ َّال ال‬,ِّ‫س ْو ُل هللا‬
ِّ ‫ َكفَى ِّب َب‬:‫ش ِّه ْيدُ؟ قَا َل‬ ُ ‫يا َ َر‬
.‫فِّتْنَة‬
"Wahai Rasulullah SAW, mengapa orang-orang beriman akan diuji dalam kubur, kecuali
para syuhada`?" Beliau menjawab, "Kilatan pedang yang berkelebat di atas kepala mereka (para
syuhada`) sudah cukup menjadi ujian bagi mereka."
2. Orang yang ribath.
Salman berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
‫ع َل ْي ِّه َع َملُهُ الَّذِّي َكانَ يَ ْع َملُهُ َو‬ َ ‫ام ِّه َو ِّإ ْن َما‬
َ ‫ت َج َرى‬ ِّ َ‫ش ْه ٍر َو قِّي‬
َ ‫صيَ ِّام‬ ِّ ‫ط يَ ْو ٍم َو لَ ْيلَ ٍة َخي ٌْر ِّم ْن‬ ُ َ ‫ِّربا‬
ِّ َ ‫علَ ْي ِّه ِّر ْزقُهُ َو أ َ ِّمنَ ْال ِّفت‬
.‫ان‬ َ ‫أ َ ْج َري‬
"Ribath sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam sebulan. Kalau seseorang
mati (dalam kondisi ini), amalannya akan mengalir dan dicurahkan rizqi atasnya serta dijamin bebas
dari ujian kubur."67

3. Orang yang meninggal pada hari Jum’at atau malamnya.


Rasulullah SAW bersabda,
.‫َما ِّم ْن ُم ْس ِّل ٍم َي ُم ْوتُ يَ ْو َم ال ُج ُمعَ ِّة أ َ ْو لَ ْيلَةَ ال ُج ُمعَ ِّة إِّالَّ َوقَاهُ هللاُ تَعَالَى فِّتْنَةَ ْالقَب ِّْر‬
"Tidaklah seorang Muslim yang meninggal pada hari Jum'at atau malam jum'at, kecuali
Allah pasti akan menjaganya dari fitnah kubur."68

4. Orang yang meninggal karena sakit perut.


Abu Ishaq Asy Syu'aibi berkata, "Sulaiman bin Shord berkata kepada Khalid bin Urfathah –
atau sebaliknya, Khalid berkata kepada Sulaiman,
.‫ نَ َع ْم‬:‫اح ِّب ِّه‬
ِّ ‫ص‬ ْ ‫ َم ْن َقتَلَهُ َب‬:ُ‫س ْو ِّل هللاِّ يَقُ ْول‬
َ ‫طنُهُ لَ ْم يُ َعذَّبْ فِّي َقب ِّْرهِّ؟ فَقَا َل أ َ َحدُ ُه َما ِّل‬ ُ ‫ت ِّم ْن َر‬ َ ‫أ َ َما‬
َ ‫س ِّم ْع‬
67
HR. Muslim (1913) bab Fadhl Ribath Fii Sabilillah
68
HR. At Turmudzi dalam kitab Al Jana`iz 'An Rasulillah SAW, bab MA Ja`a Fiiman Mata Yaumul Jum'ah. Ia berkata,
"Hadits Gharib". Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/169, 172), Abu Ya'la dalam Musnadnya (7/146) no. 4113 dan Abd
bin Hamin dalam Musnadnya, hlm. 132 no. 323. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albany dalam Shahih jami'
(5773)

20
SERI AQIDAH
"Apakah kamu mendengar rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa meninggal karena sakit
perut, tidak akan diadzab dalam kuburnya". Salah seorang dari mereka menjawab, "Ya".69

3. Iman kepada hari akhir (kiamat dan tanda-tanda baik yang besar seperti datangnya
dajjal, ya’juj, turunnya nabi Isa, terbitnya matahari dar barat atau yang kecil seperti:
pemimpin Al Mahdi, munculnya nabi palsu, pengkhususan salam dan lain sebagainya.

Dari Hudzaifah bin Usaid al Ghiffarie berkata: Nabi Muhammad Shallalaahu 'alayhi wa
sallam memperhatikan kami ketika kami sedang mengingatkan. Maka beliau bertanya, “Apa yang
saling kalian ingatkan” Kami menjawab, “Kami mengingat tentang hari akhir (kiamat). “Beliau
bersabda, “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi kecuali setelah sebelumnya kalian melihat
sepuluh tanda. Lalu beliau menyebutkan : Kabut, Dajjal, (keluarnya) binatang, terbitnya matahari
dari arah terbenamnya, turunnya Isa bin Maryam ‘alayhi salam, Ya’juj dan ma’juj, tiga gerhanan
matahari; satu di timur, satu di barat, satu di jaziroh ‘Arobiyah dan terakhir adalah keluarnya apai
dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat mereka kumpulkan.70

a. Iman kepada sangkakala (‫)ﺭﻮﺼﻟﺍ‬, kebangkitan (‫)ﺚﻌﺒﻟﺍ‬, pengumpulan (‫)ﺍﳊﺮﺸ‬, pertemuan


dengan Allah (‫)ﺀﺎﻘﻠﻟﺍ‬, perhitungan (‫)ﺍﳊﺏﺎﺴ‬, perhitungan (‫)ﺍﻭﺽﺮﻌﻟﺍﳊﺏﺎﺴ‬, persaksian anggota
badan (‫)ﺀﺎﻀﻋﻻﺍﺓﺩﺎﻬﺷ‬, timbangan (‫)ﺍﳌﻥﺍﺰﻴ‬, titian (‫)ﻁﺍﺮﺼﻟﺍ‬, qishash dari orang-orang yang
didhalimi terhadap orang-orang yang mendzalimi (‫ )ﺹﺎﺼﺘﻗﻻﺍ ﻢﻮﻠﻆﻤﻠﻟﻢﻟﺎﻆﻟﺍﻦﻣ‬surga (‫)ﺍﳉﺔﻨ‬,
neraka (‫)ﺭﺎﻨﻟﺍ‬, kautsar dan telaga nabi Muhammad Shallalaahu 'alayhi wa sallam
(‫ )ﺍﻭﺮﺛﻮﻜﻟﺍﳊﻰﺒﻨﻠﻟﺽﻮ‬dan syafa’at (‫)ﺔﻋﺎﻔﺸﻟﺍ‬

Sangkakala (‫)ﺍﻟﺼﻮﺭ‬
Peniupan terompet merupakan perkara yang telah diketahui. Adapun terompetnya adalah
tanduk besar yang siap ditiup oleh malaikat israfil yang selalu siaga menunggu perintah .Alloh
berfirman : Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah, siapa yang dilangit dan siapa yang dibumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba
mereka berdiri menunggu (putusan masing-masing)71
Dari Abdillah bin Amru bin Ash Radliyallaahu'anhu berkata, “Telah datang seorang arab
badui kepada Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bertanya “Apakah sangkakala itu?” Rasul
menjawab, “yaitu tanduk yang ditiup”72
Jumlah tiupan.
Ada dua jenis tiupan :

1. Tiupan yang mengejutkan. Manusia akan terkejut hingga mereka semua mati kecuali yang
di kehendaki Alloh. Alloh berfirman : Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang
dilangit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alloh”73
2. Tiupan untuk kebangkitan. Maka pada tiupan kedua ini semua manusia akan bangkit dari
kuburnya. Alloh berfirman:” Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar
dengan segera dari kuburnya menuju Rabb mereka” 74

Jarak anta kedua tiupan


69
HR At Tirmidzi (1064) Kitab Al Jana`iz 'An Rasulillah, bab Ma Ja`a Fi Asy Syuhada` Minal Hammi. Ia berkata,
"Hadits Hasan Gharib"; An Nasa`i, (2052) kitab Jana`iz bab Mana Qatalahu Bathnuhu. Oleh Imam Ahmad dalam
Musnadnya (4/262), (5/292) dan Ibn Hibban dalam Shahihnya (7/195) no. 2933 dengan sanad yang shahih sebagaimana
dikatakan Syaikh Syu'aib Al Arnauth, dan Ath Thbrani dalam Al Kabir (4/189-190) no. 4101, 4102, 4109 (7/98) no.
6486, dan dalam Ash Shaghir (188/1) no. 298, dan dishahihkan oleh Al Albany dalam Shahih Jami' (6461
70
HR. Muslim
71
Qs. Az Zumar : 68
72
HR. Ahmad. Syekh Al Banie menyatakan sebagai hadist shohih
73
Az zumar : 68
74
Yaasiin: 51

21
SERI AQIDAH

Dari Abu Hurairoh, dari Nabi saw bersabda: ”Diantara dua tiupan itu ada jarak selama 40.
Para sahabat bertanya: Wahai Abu Hurairoh 40 harikah?, beliau menjawab:”Saya tidak tahu.
Mereka berkata:”40 bulankah?, beliau menjawab:” 40 tahunkah?, beliau berkata :” saya tidak
tahu”75

Kebangkitan (‫ﻟﺒﻌﺚ‬
Alloh berfirman :”Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-
Nya kepada mereka apa yang Telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal
perbuatan itu, padahal mereka Telah melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala
sesuatu.76
Rosululloh saw bersabda:” Setiap hamba akan dihidupkan kembali sebagaimana keadaan
waktu ia mati”77
Manusia bangkit dari kubur mereka masing-masing dalam keadaan tidak dikhitan. Alloh
berfirman :...Sebagaimana Kami telah mulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati78
Maka orang yang mati sedang berihrom akan dibangkitkan dengan bertalbiah dan orang
yang mati syahid dibangkitkan dengan lukanya yang berlumuran darah yang warnanya warna darah
akan tetapi baunya wangi seperti bau misk.
Orang yang pertama kalai dibangkitkan
Rosululloh saw bersabda :” Saya adalah penghulu anak adam pada hari kiamat dan orang
yang pertama kali dibangkitkan dari kubur79

Pengumpulan (‫ﺍ(ﳊﺮﺸ‬

Alloh berfirman menggambarkan padang mahsyar: “(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar)
berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.80
Rosululloh saw mengabarkan tentang bentuk bumi pada hari mahsyar. Beliau bersabda :
“Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di padang pasir yang putih seperti tepung yang bersih yang
tidak diketahui oleh seorangpun (yaitu tanda seperti gunung atau padang pasir.81
Alloh berfirman: Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas
muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka
Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahahanam itu pada, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.82
Dari Aisyah Radliyallaahu'anhu bahwa Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda,
kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan”. ‘Aisyah
bertanya, “Wahai Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam, laki-laki dan perempuan saling
melihat”. Rosul menjawab, “Urusan di hari itu lebih besar dari pada hal itu sehingga mereka tidak
memperhatikannya”.83

Panjangnya waktu di padang mahsyar

Waktu di padang mahsyar sangat panjang dan jauh lebih panjang dari waktu di dunia.
Bahkan karena terlalu panajangnya hari itu, manusia menyangka bahwa hidup mereka di dunia

75
HR al-Bukhori
76
QS: Al Mujadilah 6
77
HR Muslim
78
QS Al Anbiya”: 104
79
HR Muslim
80
Ibrahim : 48
81
HR Bukhori
82
Qs. Al Israa’ : 97
83
HR. Bukhori Muslim

22
SERI AQIDAH
hanya seperti satu jam saja. Alloh berfirman :. Dan (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah
mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) Hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya Rugilah
orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat
petunjuk84

Pertemuan dengan Allah (‫)ﺍﻟﻠﻘﺎﺀ‬,

Alloh berfirman : ".. agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Robb-Nya
(Qs.Al A’aam : 154)
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu'anhu berkata Rasululah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah mencintai pertemuan dengan-
Nya”.85

Perhitungan (‫ﺍ(ﳊﺴﺎﺏ‬

Hari hisab adalah hari dimana Alloh menampakkan kepada hamba-hambaNya amal-amal
yang telah mereka perbuat. Alloh berfirman “Sesungguhnya kepada kami mereka kembali,
kemudian kepada Kamilah mereka mendapat hisab”86
Peristiwa ini terjadi setelah peristiwa pemberian syafaat. Yang dimaksud dengan hisab
adalah bahwa Alloh berdiri dihadapan hambaNya dan menampakkan amalan yang merek
aperbuatserta segala hal yang terjadi dalam kehidupan dunia. Setiap umat berlutut diatas lutut
mereka ketika manusia dipanggil untuk dihidupkan . Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat
berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi
balasan terhadap apa yang Telah kamu kerjakan.87
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammmad saw. Pada saat itu orang-orang
beriman akan bertemu Alloh sendirian, mereka mengakui dosa-dosanya, sehingga ketika seorang
mukmin tersebut ketakutan, Alloh berfirman kepadanya :” Aku telah menutupinya bagimu di dunia
dan Aku mengampuninya hari ini. Adapun orang-orang kafir dan munafik, maka Alloh akan
memanggil mereka dihadapan para mahluknya dan di hisab di depan umum.
Hisab secara umum berlaku bagi seluruh manusia selain mereka yang dikecualikan oleh
Nabi yang berjumlah 70.000 orang diantaranya Ukasyah bin Mihshon.
Dihari hisab juga dibagikan alkitab kepada manusia. Al kitab adalah lembaran yang
mencakup didalamnya amalan-dmalan yang di tulis Malaikat.

Cara penerimaan kitab:


1. Orang beriman:
Diberikan kitabnya dengan tangan kananNya dari arah depan. Dan apabila ia melihat
kitabnya, ia merasa bahagia. Alloh berfirman menggambarkan keadaan orang mukmin :” Adapun
orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya[1508] dari sebelah kanannya, Maka dia berkata:
"Ambillah, Bacalah kitabku (ini)".. Sesungguhnya Aku yakin, bahwa Sesungguhnya Aku akan
menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, Dalam
syurga yang tinggi, Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah
dengan sedap disebabkan amal yang Telah kamu kerjakan pada hari-hari yang Telah lalu"88
2. Orang kafir dan munafik.
Mereka menerima kitab dengan tangan kirinya dari arah punggung, mereka kemudian diseru
dengan kecelakaan dan kebinasaan. Alloh berfirman menggambarkan keadaan mereka :”. Adapun

84
QS Yunus : 45
85
HR. Bukhori
86
QS Al Ghosyiah: 25-26
87
QS Al Jastiyah :28
88
QS Al Haqqoh: 19-24

23
SERI AQIDAH
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, Maka dia berkata: "Wahai
alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan Aku tidak mengetahui apa
hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian Itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku." (Allah
berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia
ke dalam api neraka yang menyala-nyala.89

Siapa dihisab, maka akan diadzab.

Dari ‘Aisyah Radliyallaahu'anhu bahwa Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda,


“Tidak seorangpun dihisab di hari kiamat kecuali ia celaka.” Maka bertanya, “Wahai Rasulullah,
bukankah Allah telah berfirman, (yang artinya) Adapun siapa yang diberi kitabnya dengan tangan
kanannya, maka ia akan dihisab dengan ringan?”. Rosulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam
bersabda, “Hanyasanya itu adalah memperhatikan (amal) dan tidak seorangpun menghadapi hisab
pada hari kiamat keucali ia akan diadzab.90

Persaksian anggota badan (‫)ﺀﺎﻀﻋﻻﺍﺓﺩﺎﻬﺷ‬

Alloh menceritakan hal ini dalam alquran: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang
dahulu mereka usahakan91
Dalam ayat lain Alloh berfirman: "Dan (Ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di
giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke
neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa
yang Telah mereka kerjakan. Dan mereka Berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi
saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai
Berkata Telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada
kali pertama dan Hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". Kamu sekali-sekali tidak dapat
bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu
mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan92

Mizan (‫ﺍ(ﳌﻴﺰﺍﻥ‬

Alloh berfirman : "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun
pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.93
Mizan adalah sesuatu yang diletakkan oleh Alloh pada hari kiamat untuk menimbang amalan-
amalan para hamba. Yang demikian terjadi setelah adanya hisab. Dan mizan tersebut mempunyai
dua neraca, bahkan seandainya langit dan bumi di timbang di dalamnya, niscaya mizan tersebut
akan tetap lapang dan ia merupakan timbangan yang sangat detail. Alloh mensifati mizan “ Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang
barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan
(pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.94

Surga (‫ )ﺭﺎﻨﻟﺍ(ﳉﻨﺔ‬akaren nad (‫ﺍ‬

89
Qs Al Haaqoh: 25-31
90
HR. Bukhori
91
Qs. Yaasin : 65
92
Qs. Fushshilat. : 19-22
93
Qs. Al Anbiyaa:47
94
QS Al Anbiya: 47

24
SERI AQIDAH
Orang-orang kafir akan dimasukkan kedalam neraka, adapun orang-orang mukmin dan
munafikmenuju shirath (jembatan diatas neraka).

SURGA

Nama-nama surga
Surga memiliki nama-nama yang disebutkan dalam al Qur'an dan sunnah. Diantaranya
:Jannatul Firdaus yang merupakan tertinggi derajatnya, ia terletak di bawah 'Arsy Ar Rahman.
Kemudian Jannatun Na'im, Jannatu 'and, Darus Salam, Jannatul Ma'wa dan Darul Khuldi.

Bangunan surga dan pintu-pintunya.


Bangunannya terbuat dari batu bata emas dan perak, adukannya beraroma kesturi yang
sangat harum, kerikilnnya terbuat dari mutiara lu'lu dan yaquth dan tanahnya terbuat dari za'faran,
seperti tepung putih yang beraroma kesturi. Diantara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah
indah yang terbuat dari mutiara. Rasulullah n menjanjikan, barang siapa yang sholat sunnah 12
rakaat sehari semalam, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di surga.
Di dalam surga terdapat delapan pintu, diantaranya adalah pintu Ar Rayyan yang
diperuntukkan bagi orang yang shaum. Seorang yang rajin sholat lima waktu dan shaum, lalu
meninggal sedangkan suaminya ridha, maka ia akan dipersilahkan untuk masuk surga dari pintu
manapun yang ia sukai. Pintu-pintu surga senantiasa terbuka, orang yang sholat akan masuk pintu
shalat, yang berjihad akan dipanggil dari pintu jihad, dan yang bersodakoh akan masuk dari pintu
shodakoh95. Luas dan lebar pintu surga seperti jarak pengendara tercepat selama tiga hari. Jarak
antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti antara makkah dan Bashrah96

Sungai-sungai surga
Sungai di surga adalah sesuatu yang pasti, ia terus mengalir dan tidak pernah berhenti,
terletak dibawah ghuraf (Mahligai), istana-istana dan taman-taman. Sungai-sungai tersebut berupa
sungai madu, sungai khomer yang tidak memabukkan, sungai susu dan sungai air jernih yang tidak
pernah berubah rasanya. Sungai-sungai surga memancar dari bagian atas surga, kemudian mengalir
turun ke bawah menuju ke semua tingkatan-tingkatan surga, sebagaimana dalam hadits shahih.
"Sesungguhnya Firdaus adalah tempat terbaik dan tertinggi derajatnya. Di atas Firdaus terdapat
'arsy Allah, dan dari situ mengalir sungai-sungai surga (HR Bukhari). Mata air surga ada yang
bernama salsabila, yang akan diberikan kepada orang-orang mendekatkan diri kepada Allah
( Muqorrobin ), sedangkan para Abrar ( orang yang berbuat baik ), maka Allah memberi mereka air
yang diberi campuran kafur (air dingin yang aromanya wangi) dan zanzabiila/jahe (air hangat yang
beraroma segar97

Bidadari surga
Bidadari surga adalah makhluk berkelamin wanita yang diciptakan Allah untuk penghuni
surga. Al Qur'an dan sunnah menggambarkan tentang keindahan dan kesempurnaan penciptaan
mereka. Digambarkan bahwa mereka adalah bidadari yang cantik jelita, putih bersih dipingit di
dalam kemah, senantiasa menundukan pandangan. Allah mennyebut mereka dengan khairatun hisan
( bidadari yang baik dan cantik ), mereka perawan, penuh cinta dan sebaya, payudaranya montok
dan kulitnya mulus. Dalam hadits Bukhari disebutkan, kalau sekiranya seseorang bidadari surga
datang ke dunia, ia pasti menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan
aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga lebih baik dari pada
dunia dan isinya"
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa bidadari tersebut diciptakan Allah dari za'faran
surga. Maka Ibnu Qoyyim berkomentar, "Jika penciptaan manusia yang tergolong makhluk yang

95
HR Bukhari dan Muslim
96
Muttafaqun 'Alihi
97
Qs Al Insan : 5,17

25
SERI AQIDAH
paling sempurna diciptakan dari bahan baku berupa tanah, kemudian berubah menjadi sosok yang
bagus. Maka bagaimana sosok yang diciptakan dari za'faran yang ada di surga ?

Jimak di surga
Dalam menafsirkan firman Allah yang berbunyi "Sesungguhnya penghuni surga itu
bersenang-senang dalam kesibukan"98, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Al Auza'I dan Muqotil berkata
"Kesibukan mereka adalah memecahkan keprawanan istri-istrinya" Rasulullah n bersabda tentang
hubungan jimak para penghuni surga, "Di surga, seorang mukmin diberi kekuatan sekian banyak
menggauli wanita"99. Abu Umamah berkata, "Rasulullah n pernah ditanya "Apakah penghuni surga
melakukan hubungan suami istri? Beliau saw menjawab, "Penis yang tidak pernah lemas, syahwat
yang tidak pernah padam dan jimak demi jimak." Sa'id bin Jubai pernah berkata, "Sesungguhnya
nafsu syahwat (penduduk surga) mengalir dalam tubuhnya selama 70 tahun. Selama waktu itu ia
merasakan kenikmatan yang tiada taranya dan tidak terkena kewajiban mandi jenabat. Mereka tidak
merasakan loyo atau kekuatannya menurun. Justru hubungan seksual mereka mencapai kenikmatan
dan kepuasan"

Yang terakhir masuk surga


Hamba yang terakhir kali masuk surga adalah orang yang melintasi titian, terkadang jalan
dan terkadang merangkak dan terkadang dilalap api hingga hangus. Allah memerintahkannya
masuk surga, namun ia melihat seakan surga telah penuh sesak. Allah berkata kepadanya bahwa ia
akan diberi kenikmatan sepuluh kali dunia dan isinya, hingga ia merasa dipermainkan Allah.
Namun Allah berfirman, "Itulah derajat penghuni surga yang paling rendah kelasnya" (sebagaimana
diriwayatkan Bukhari dan Muslim)

Pemandangan lain disurga


Para penghuni surga akan dihisi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau
dari sutera halus dan sutra tebal, mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah.
Lihat surat Al Kahfi : 30-31. Kasur surga adalah kasur tebal lagi empuk. Mereka bertelekan di atas
permadani yang sebelah dalamnya ada sutera. (Qs. Ar Rahman 54, al Ghasyiyah 13-16.100

NERAKA

Lokasi neraka
Jika surga terletak di langit ke tujuh, maka sebagian salaf berkata bahwa neraka terletak di
dasar bumi yang ke tujuh (Ibnu Mas'ud dan lainnya). Namun jumhur ulama tawakuf (berdiam diri)
dalam masalah ini, dan inilah pendapat yang dipilih oleh As Suyuthi dan Waliyullah Ad Dahlawi.

Pintu-pintu neraka
Jahannam memiliki 7 pintu yang tiap-tiap pintu telah ditetapkan golongan yang akan
memasukinya. Allah berfirman : "Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah
diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh
pintu. tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.101
Ibnu Juraij berkata tentang ayat tersebut, "Yang pertama adalah Jahanam kemudian Ladza,
Huthomah, Sa'ir, Saqar, Jahim dan Hawiyah."

Luas jahannam.

98
Yaa siin : 55
99
HR. Tirmidzi, Shohih
100
(Refrensi :Al Yaum Al Akhir, juz 1,2,3 Dr. Umar Sulaiaman Al Asyqor)
101
QS. Al-Hijr: 43-44

26
SERI AQIDAH
Jahannam itu memiliki 70.000 tali kekang dan setiap tali kekang dipegang oleh 70.000
Malaikat (Shahihul Jami' 7878). Gigi geraham ahli neraka sebesar gunung uhud, jarak antara kedua
pundaknya sama dengan perjalanan 3 hari, tempat duduknya sejauh Mekkah dan Madinah, bahkan
seandainya seorang penduduk Neraka menangis maka air matanya yang menetes dapat menjadikan
sebuah perahu berlayar diatasnya.

Kadar panas neraka

Rasulullah saw bersabda : "Api kalian yang ada sekarang ini yang digunakan bani Adam
untuk membakar hanyalah 1/70 dari api neraka Jahannam"102

Para penjaga neraka


Dalam alquran Alloh kabarkan sifat-sifat malaikat penjaga neraka. Mereka adalah malaikat-
malaikat yang kejam dan sangat keras. Alloh berfirman: "Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.103

Makanan dan minuman di neraka


Makanan penghuni neraka adalah pohon Zaqqum, mayangnya seperti kepala setan, tumbuh
di bawah dasar neraka Jahim, setiap yang memakannya, maka ususnya akan terburai (Ash Shofat :
62-68)
Pohon Dhori' yaitu pohon duri yang sangat keras, tidak dapat menggemukkan dan tidak
dapat menghilangakan lapar, karena ia menyumbat tenggorokan, tidak keluar dan tidak juga masuk
ke dalam perut, demikian menurut Ibnu abbas) Al Ghosyiyah : 6 )-
Ghislin, yaitu nanah bercampur darah yang keluar dari penduduk neraka (Al Haqqoh : 35-
37)
Al Hamim, yaitu air yang sangat panas yang akan disuguhkan dengan besi panas yang
ujungnya dibengkokkan ( An Naba : 24-25 )
Al Ghossaq, air yang sangat dingin. Menurut ibnu Umar ia adalah nanah kental yang jika
setetesnya ditumpahkan di barat bumi, niscaya penduduk timur akan mencium baunya yang sangat
busuk.-
Ash Shodid (Qs. Ibrahim : 16), yaitu air nanah bercampur darah. Ibnu Rajab berkata, "Air
shodid akan membuat wajah hangus sekaligus membuat seluruh kulit kepala dan rambutnya
mengelupas".

Bahan bakar neraka


Berkenaan dengan bahan bakar neraka, Alloh berfirman, "Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.104.
Sebagian mufassirin mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu korek atau belerang, ada
yang mengatakan batu berhala yang dahulu disembah orang musyrik, mereka menjadi bahan bakar
neraka sebagai penghinaan atas sesembahan mereka, begitu pula para penyembahnya.105

Kondisi penghuni neraka

102
HR al-Bukhari Muslim
103
QS.At-Tahrim: 6
104
At Tahrim : 6
105
Al An biya : 98-99

27
SERI AQIDAH
Kondisi para penghuni jahannam amat mengenaskan dikarenakan siksaan bertubi-tubi tiada
henti. Dalam alquran digambarkan bahwa wajah mereka cacat dan terbakar (Al Mukminun : 104 ).
Wajah yang hangus menghitam, karena kepala mereka akan disematkan mahkota api. Setiap kulit
mereka matang karena terbakar, maka Allah akan mengganti kulit yang baru, begitulah seterusnya
(An Nisa : 56). Penduduk neraka akan mengeluarkan bau yang sangat busuk dari tubuh mereka.

Bentuk siksaan di neraka


Dalam banyak tempat dalam alquran, Alloh telah menggambarkan kengerian adzab yang
akan ditimpakan kepada penduduk neraka. Disebutkan bahwa seringan ringan siksa adalah
seseorang yang memakai terompah dari bara api, sehingga menyebabkan otaknya mendidih (HR.
Bukhari Muslim). Kepala mereka akan disiram dengan air panas sehingga melelehkan otak mereka,
begitu pula isi perut dan kulit meraka (Al Hajj : 19-21). Wajah meraka akan diseret di atas bara api,
juga dibolak – balik seperti daging bakar (Al Ahzab : 66 ). Wajahnya akan dihitamkan seperti
tertutup kepingan malam yang gelap gulita (Yunus:27). Dikepung api dari segala penjuru ( Al
Ankabut : 55, Az Zunar : 16 )
Api neraka akan mampu membakar penghuninya hingga hatinya terbakar, sehingga dari hati
mereka keluar api. Isi perut manusia akan terburai (menimpa kepada Amru bin Luhay, orang yang
pertama kali merubah ajaran tauhid nabi Ibrahim menjadi penyembahan terhadap berhala )
Para penghuni neraka tidak akan pernah mati selamanya (Ibrahim : 17 ). Dan siksaan yang
mereka terima tidak akan pernah berhenti. (AL Mukmin : 49-50)

Golongan penghuni neraka.

Dari al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih disimpulkan bahwa, penduduk Neraka adalah
orang yang musyrik, kafir dan munafiq, orang-orang sombong dan pemimipin yang dzolim, para
pezina dan homosex, peminum khamr, pemakan riba dan harta anak yatim tanpa alasan yang benar,
pembunuh orang mu'min tanpa haq, pelaku bunuh diri, orang yang meninggalkan shalat, zakat dan
shoum, para dayyuts dan orang yang durhaka kepada orang tua.

Kegeraman suara neraka

Orang-orang yang kafir dapat mendengar suara neraka yang penuh dengan kegeraman dari
jarak yang jauh. Allah berfirman (Al-Furqan: 11, Al-Mulk : 7)
Ka'ab pernah berkata kepada Umar bin Khathab, "Demi Allah Neraka Jahannam akan
mengeluarkan gaung suaranya. Tidak ada satu Malaikat yang dekat dengan Allah atau makhluk lain
kecuali akan terjatuh diatas kedua lututnya sambil berkata: "Ya Allah pada hari ini hendaknya
manusia mengurus diri sendiri".

Pemandangan lain di neraka

Alquran menjelaskan dengan detail, letak-letak siksa neraka. Diantaranya ada sebuah
gunung api 'Shu'uda' dimana Allah memerintahkan orang kafir (Al Walid Bin Mughirah) untuk
mendakinya (AL Mudtsir: 17). Menurut riwayat Imam Ahmad: “Setiap kali dia meletakkan
tangannya di atas gunung tersebut, maka tangannya langsung meleleh, dan ketika diangkat akan
kembali seperti semula. Dia akan menghabiskan waktu selama 70 tahun untuk mendakinya dan
menuruninya selama 70 tahun juga.
Didalam neraka ada lembah Al Ghayy yaitu lembah di dasar Jahannam yang dialiri nanah
bercampur darah dari para penghuni neraka. Lembah ini disediakan Allah bagi mereka yang
meremehkan shalat dan mengikuti syahwatnya (Qs Maryam : 59).

28
SERI AQIDAH
Ada lembah Atsam yang berisi ular dan kalajenking, adzab di dalamnya berlipat-lipat.
Lembah ini diperuntukkan bagi mereka yang berbuat syirik, berzina, dan membunuh jiwa tanpa hak
( Qs. Al Furqan : 68 ).
Ada lembah 'Maubiqa' yang berisi nanah di dalam neraka Jahannam. Allah menyiapkannya
untuk para penyambah berhala ( Qs. Al Kahfi : 51 – 52 ).
Ada Rumah bernama Al Falaq. Ibnu Rajab mengatakan : "Jika pintunya dibuka, maka
seluruh penduduk neraka akan menjerit karena tidak mampu menahan panasnya.
Terdapat penjara 'bulas', dimana orang-orang yang menyombongkan diri akan digiring
seperti semut kecil berbentuk manusia, mereka diselimuti dengan kobaran api dan terbenam dalam
keringat dan nanah yang bercampur darah penduduk neraka ( HR Ahmad, Hasan ).

Belenggu Jahannam.
Di Jahannam ada tiga belenggu: Al Aghlal, yaitu belenggu dari besi membara yang
dipasang di leher penduduk neraka (Qs Saba' : 33). Al Ashfad, yaitu tali api yang sangat kuat
sehingga membuat seseorang tak berdaya (Qs Ibrahim : 49) dan As Salasil, yaitu rantai besi yang
panjangnya 70 hasta. (Qs Al Haqqah : 32).
Selain itu ada cambuk jahannam. Allah berfirman: "Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari
besi ( Qs Al Haajj : 21 )106.

Kautsar (telaga) nabi Muhammad Shallalaahu 'alayhi wa sallam (‫ﺍﻭﺮﺛﻮﻜﻟﺍ(ﳊﻮﺽﻟﻠﻨﺒﻰ‬

Berkenaan dengan haudl ini rosulullloh saw bersabda: ”Sesungguhnya setiap nabi mempunyai
telaga dan mereka saling membanggakan diri siapa diantara mereka yang telaganya paling banyak
pengunjungnya. Dan saya berharap menjadi orang yang telaganya paling banyak
pengunjungnya107

Sifat haudl ( telaga)


Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Baunya lebih harum dibandingkan
minyak misk. Jumlah gelasnya seperti jumlah bintang-binntang dilangit. Telaga ini bersumber dari
sungai al kautsar yang Alloh berikan kepada Rosullloh saw di surga.
Umat Muhammad akan mendatanginya dan barangsipa yang minum darinya satu teguk, maka
tidak akan merasa haus selama-selamnya. Panjang telaga itu sejauh perjalanan satu bulan dan
lebarnya juga sejauh perjalanan satu bulan, demikian juga pojok-pojoknya. Setiap Nabi memiliki
telaga, tetapi telaga Nabi Muhammad lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari lainnya
sebagaimana hadis terdahulu.
Pada saat itu ada sebagian umat Muhammad saw akan mendatangi telaga tersebut, namun
mereka terhalangi hingga Rosululloh saw bersabda :” Ya Alloh mereka sahabatku. Maka dikatakan
:”Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu”.108

Syafa’at (‫)ﺍﻟﺸﻔﺎﻋﺔ‬

Syafaat adalah menengahi perkara orang lain dengan memberi manfaat atau menolak
madlorot. Sebuah hadis menyebutkan. Dari Abu Huroiroh Radliyallaahu'anhu berkata, Rasulullah
Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda, “Tiap-tiap nabi mempunyai do’a, sedangkan aku ingin
insya Allah menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi ummatku dihari nkiamat”.109

106
RAl Yaum Al Akhir, juz 1,2,3 Dr. Umar Sulaiaman Al Asyqor
( Ensiklopedi Kiamat)
107
HR Bukhori Muslim
108
HR Bukhori dan Muslim
109
HR. Bukhori Muslim

29
SERI AQIDAH
Ada beberapa jenis syafaat yang telah di jelaskan oleh para ulama:
a. Syafaat khusus yang dimiliki Nabi Muhammad yakni syafaat udlma ( syafaat agung) bagi
para penduduk mahsyar, hingga nantinya Alloh mencabut adzab dari umat manusia dan
menghisab mereka.
b. Syafaat umum: yaitu bagi kaum mukminin yang masuk neraka agar mereka dapat keluar
darinya, dan ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan para Nabi selain beliau, juga dimiliki
oelh para malaikat dan kaum mukminin. Namun disana ada dua syarat yang ahrus
dipenuhi:
 Mendapat izin dari Alloh untuk memberikan syafaat. Alloh berfirman :”Siapakah yang
dapat memberi syafaatdisisi Alloh tanpa seizain dariNya?” 110
 Adanya ridlo Alloh bagi si pemberi syafaat dan bagi yang akan menerima syafaat.
Alloh berfirman :” Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang
diridloi Alloh “111

6. Iman kepada takdir, yang baik dan yang buruk

Ibnul Qoyyim menulis beriman kepada taqdir haruslah memenuhi empat hal :

a. Beriman bahwa Allah Maha Mengetahui segala seuatu, yang berkenaan dengan perbuatan-
Nya dan perbuatan semua makhluq-Nya, yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, baik
secara global majupun terperinci.
Alloh berfirman : "Dialah Allah yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selian Dia. Yang
Mengetahui yang ghoib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.112
Dan robb-mu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilikinya. Sekali-kali tidak ada
pilihan lain bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan
(dengan Dia).113
Disisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghoib; tak satupun yang mengetahui kecuali Dia
sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan apa yang ada di lautan, dan tiada sehelai
daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebiji butirpun dalam
kegelapan malam bumi dan tidak sesuatu yang basah dan yang kering melainkan tertulis dalam
kitab nyata (Lauh Mahfudz) 114
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan hari Kiamat, dan Dialah
Yang menurunakan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahuinya (dengan pasti) apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada seorangpun yang
mengetahui dibumi mana ia akan mati. Sesungguh-Nya Allah Maha Mengerahui lagi Maha
Mengenal.115
Dari Imron bin Husain Radliyallaahu'anhu berkata, seseorang bertanya, “Wahai Rosulullah
apakah penghuni surga telah diketahui dari penghuni neraka ?. Rasul menjawab, “Ya”. Lalu
bertanya lagi. Kalau begitu dalam rangka apa mereka beramal?. Rasul menjawab, ‘Tiap-tiap
orang dimudahkan untuk apa yang ia ciptakan untuknya.116 dan dalam riwayat Bukhori. Tiap-tiap
orang beramal untuk apa yang ia diciptakan untuknya atau dimudahkan untuknya.
Dari Abu Huroiroh Radliyallaahu'anhu dari nabi Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda,
“Tidak seorangpun dilahirkan kecuali diatas fitroh. Lalu kedua orang tuanya lah yang menjadikan
Yahudi, Nashrani dan Majusi seperti dihasilkan seluruh bintang. Apakah kalian mendapati
diantara mereka yang tercocok hidungnya kecuali setelah kalian mencocoknya?”. Mereka

110
QS Al Baqoroh: 255
111
QS Al Anbiya”:28
112
Qs. Al Hasyr : 22
113
Qs. Al Qashash : 68
114
Qs. Al An’aam : 59
115
Qs. Luqman : 34
116
HR. Bukhori Muslim

30
SERI AQIDAH
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan yang mati diantara mereka sedangkan mereka
masih kecil ?”. Rosul menjawab “Allah lebih mengetahui apa yang mereka lakukan (seandainya
mereka terus hidup)”117

b. Beriman kepada penulisan takdir

Ada lima bentuk penulisan takdir

a. Penulisan takdir di Lauhul Mahfudz sebelum diciptakannya langit dan bumi.

Berkenaan dengan hal ini Alloh berfirman: "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 118
Dalam hadis disebutkan, dari Abdulah bin ‘Amru bin Ash Radliyallaahu'anhu berkata aku
mendengar Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda “Allah menulis takdir-takdir seluruh
makhluq sejak lima puluh tahun sebelum diciptakan langit dan bumi.”

b. Penulisan pada saat perjanjian

Alloh berfirman : "Dan (ingatlah) ketika Robb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman).
“Bukankah Aku ini Robb-mu”? Mereka menjawab, “Betul Engkau Robb-kami, kami jadi saksi”?
(Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat nanti kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Allah), atau
agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Allah
sejak dulu sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka
apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu119
Dalam hadis disebutkan, dari ‘Abdurrohman bin Qotadah As Salimy Radliyallaahu'anhu –
hadist maru’; Sesungguhnya Allah azza wa Jalla menciptakan Adam, kemudian mengambil
penciptaan (manusia lain) dari punggungnya dan berfirman, “Mereka ke surga dan aku tidak
peduli, sedangkan mereka di neraka dan Aku tidak peduli. “Kemudian seseorang bertanya, “Wahai
Rasulullah, lalu atas dasar apakah mereka beramal?” Rasul menjawab, “Atas tempat-tempat
taqdir.”120

c. Penulisan dikala penciptaan mudlghah di dalam rahim

Dari Abdullah bin Mas’ud Radliyallaahu'anhu berkata, Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa


sallam dia yang benar dan dibenarkan bersabda, “Sesungguhnya setiap orang diantara kalian
dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya 40 hari berbentuk nuthfah (cairan). Kemudian
‘alaqoh (gumpalan darah yang menggantung) selama itu juga, kemudian menjadi mudlghoh
(potongan daging) selama itu juga, kemudian diutuslah kepadanya malaikat, lalu ia meniupkan ruh
kepadanya diperintahkan kepadanya untuk menulis empat perkara: menulis rizkinya, ajalnya,
amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaan baginya. Maka, demi yang tiada Ilah selain Dia,
sesungguhnya salah seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga,
sehingga tidak ada jarak antara dia dengan surga kecuali sehasta, dan dia telah didahului oleh
kitab (tulisan) sehingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka dan masuklah dia ke neraka.
Dan sesungguhnya seseorang diantara kalian ada yang selalu beramal dengan amalan penghuni
neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dan neraka kecuali sehasta, dan dia telah didahului

117
HR. Bukhori
118
Qs. Al Hadid : 22
119
Qs. Al A’raaf : 172-173
120
HR.Ahmad dan dinyatakan shohih oleh Al Hakim dan Adz Dzahabiy

31
SERI AQIDAH
oleh kitab (tulisan), sehingga ia beramal dengan amalan penghuni surga dan masuklah ia ke
surga”.121

d. Penulisan di malam Lailatul Qodar, yaitu apa-apa yang akan terjadi selama satu tahun.

Alloh berfirman : "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kamilah yang memberikan peringatan, pada malam itu dijelaskan seluruh
urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah
yang mengutus rosul-rosul.122
Ibnu Katsir berkata (‫“)ﻟﻒﻴﻬﺎﻳﻔﺮﻕﻛﻞﺃﻣﺮﺣﻜﻴﻡ‬maksudnya, di amalam lailatul Qodar itu ditulislah
urusan-urusan yang akan terjadi selama satu tahun seperri ajal, rezki dan lain sebagainya, diambil
dari Lauhul Mahfudz. Demikian diriwayatkan dari bnu Umar, Mujahid, Abu Malik dan tidak sedikit
dari pada salaf:.
Ibnu ‘Abbas Radliyallaahu'anhu berkata, “akan ditulis dari ummul kitab (Lauhul Mahfudz)
pada malam lailatul Qodar apa yang akan terjadi selama setahun; kematian, kehidupan, rizqi, hujan
dan bahkan penunai ‘ibadah haji, dikatakan; si fulan menunaikan ibadah haji, si fulan menunaikan
ibadah haji.

e. Penulisan setiap hari

Alloh berfirman : "Semua yang ada di langit dan yang ada di bumi selalu minta kepada-
Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.123
Dalam hadis disebutkan, dari Munib Al Azadiy berkata, Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa
sallam membaca ayat (‫ ﻦﺄﺷﻰﻓﻮﻫﻢﻮﻳﻞﻛ‬lalu kami bertanya, “Apakah urusan itu wahai Rasulullah?”,
Rasul menjawab, “Mengampuni dosa, memberi jalan keluar atas satu kesulitan, mengangkat suatu
kaum dan merendahkan (menghinakan) yang lain.” (Dikelaurkan secara marfu’ oleh Ibnu Jarir
dan diriwayatkan oleh Bukhori secara mauquf dari Abu Darda Radliyallaahu'anhu)
Ibnu Abbas Radliyallaahu'anhu berkata, “Sesungguhnya diantara yang diciptakan Allah
adalah Lauhul Mahfudz dari mutiara putih, kedua sampulnya dari permata yakut merah, penanya
cahaya, tulisannya cahaya, ukurannya antara langit dan bumi, Dia melihatnya 360 kali setiap hari
dan setiap kali melihat Dia menciptakan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan,
mengerjakan apa yang Ia kehendaki.”.
Ibnu Mas’ud Radliyallaahu'anhu berkata, “Tiap-tiap (penulisan) taqdir dari seluruh taqdir ini
merupakan perincian (turunan) dari (penulisan) taqdir sebelumnya. Hal ini menunjukkan
kesempurnaan Ilmu, Qudrah dan Hikmah Rabb.

c. Beriman kepada kehendak Allah; apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan
kekuasaan Allah atas segala sesuatu.

Alloh berfirman : "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah


berkata kepadanya: “Jadilah” maka jadilah ia.(Qs. Yaasin : 82)
Dalam ayat lain disebutkan: 'Dan jikalau Robb-mu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi beriman semuanya. (Qs. Yuunus : 99)
Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan tiap-tiap jiwa petunjuk (baginya)
akan tetapi telah tetap (ketetapan) daripadaKu, “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahanam
itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (Qs. As Sajdah : 13)

121
HR. Bukhori Muslim
122
Qs.Ad Dukhaan : 3-5
123
Qs. Ar Rahmaan : 29

32
SERI AQIDAH
d. Beriman bahwa Allahlah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan makhluq dan
menciptakan perbuatan, sifat serta aktifitasnya.

Alloh menegaskan ini dalam beberapa ayat alquran. “ Allah yang menciptakan segala
sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” 124
Dari Hudzaifah Radliyallaahu'anhu berkata, Nabi Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah menciptakan semua pelaku dan apa yang dilakukannya. “Dan disaat itulah
sebagian para sahabat membaca ayat (‫)ﻥﻮﻠﻤﻌﺗﺎﻣﻭﻢﻜﻘﻠﺧﷲﺍﻭ‬125
Dari abdullah bin Umar Radliyallaahu'anhu berkata, Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa
sallam bersabda, ‘segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai sifat malas dan optimis atau sikap
optimis dan sifat malas.126
Keempat urutan ini meliputi apa yang terjadi pada Allah dan makhluq-Nya. Maka segala
yang diperbuat / muncul dari hamba-hamba Allah, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun
ketidakadaan suatu amalan telah diketahui. Hal ini Alloh tegaskan dalam bebrapa ayat berikut:
(yaitu) barangsiapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus, Dan kamu tidak dapat
menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki. 127
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidak bunuh-bunuhan orang-orang (yang datang)
sesudah rosul-rosul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi
mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir, seandainya
Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.128
Dan demikianlah pimimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-
orang musrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka membinasahkan mereka dan
untuk mengaburkan bagi mereka diennya, Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.129
Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.130
Tetapi bersamaan dengan itu kita wajib beriman bahwa Allah telah menjadikan ikhtiyar
(kebebasan memilih perbuatan) dan qudroh (kemampuan melakukan suaru perbuatan) bagi hamba-
Nya yang dengan keduanya terjadilah suatu perbuatan.Bukti yang menunjukkan bahwa perbuatan
hamba itu dengan ikhtiyar dan qudrahnya. Firman Allah : Istri-istrimu adalah seperti) tanah tempat
kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana kamu
kehendaki.131

Dan jikalau mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk
berangkat itu,132
Dengan ini Allah menetapkan bagi hamba-Nya untuk mendatangi istrinya dengan masyi’ah-
nya dan mempersiapkan (jihad) dengan qudroh-nya. Adanya perintah dan larangan kepada hamba.
Seandainya apa yang mereka perbuat itu tidak didasari dengan ikhtiyar adan qudrohnya, maka
perintah dan larangan dari Allah ini hanyalah perintah pada seuatu yang tidak dimampui oleh
manusia. Allah berfirman: Allah tidak membebani seseoang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (kebajikannya) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang mereka kerjakan. 133

124
Qs. Az Zumar : 62
125
HR. Bukhori dalam kitab Khalqi Af ‘aailil ‘Ibad
126
HR. Bukhori Muslim
127
Qs. At Takwiir : 28-29
128
Qs. Al Baqarah : 203
129
Qs. Al A’aam : 137
130
Qs. Ash Shaaffat : 96
131
Qs. Al Baqarah : 223
132
Qs. At Taubah : 46
133
Qs. Al Baqarah : 286

33
SERI AQIDAH
e. Pujian bagi orang yang berbuat kebaikan dan celaan bagi yang berbuat jahat serta
pemberian balasan bagi keduannya karena perbuatan mereka. Kalaulah ikhtiyar
dan qudroh manusia tidak ada, maka pujian dan celaan adalah perbatan yang sia-
sia dan balasan bagi yang berbuat jahat adalah suatu kedhaliman.

Firman Allah :Mereka kami utus selaku rosul-rosul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah utusan rsoul-
rosul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.134
Kalau ikhtiyar dan qudroh di-nafyi-kan, tentu tidaklah batal hujjah manusia dengan
diutusnya para rasul. Bahwa masing-masing mengerjakan suatu amalan merasa dirinya telah
memperingatkan para shahabatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam membicarakan masalah
taqdir. Beliau bersabda : ‫ﺍﺬﻬﺑﻢﻜﻠﺒﻗﻥﺎﻛﻦﻣﻚﻠﻫﺎﻤﻧﺍ‬
Karena urusan inilah hancur orang-orang sebelum kalian.135

VI. Jalan Menuju Iman

Setiap orang yang berjalan menuju Iman, harus mendayagunakan potensi yang ada pada
dirinya, potensi akal dan hati. Ia harus berusaha untuk mendapatkan ilmu yang benar dan
mempunyai kemauan yang keras untuk beriman. Alloh berfirman :
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya yang diturunkan kepadamu dari Robbmu ini
benar sama dengan orang yang buta. Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran.136
Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka adalah orang yang
beruntung.137

VII. Cabang – cabang Iman

Dari Abu Huroiroh Radliyallaahu'anhu, dari Nabi Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda,
“Iman itu ada enam puluh cabang dan malu adalah bagian dari iman”.138.
Dalam hadis lain disebutkan : "Iman itu ada tujuh puluh tingkatan, tingkatan paling tinggi
yaitu kalimah laa ilaha illallah dan yang terendah menyingkirkan ganguan dari jalan (duri, batu
dan lain sebagainya).139
Al Khaththabiy berkata, “Iman adalah istilah untuk satu makna yang mempunyai cabang dan
bagian, ada yang rendah dan ada yang tinggi.”
Imam Nawawi berkata, “Rasulullah telah menunjukkan cabang iman yang paling tinggi fan
yangpaling rendah, seperti termuat dalam hadist shahih yaitu

‫ﻖﻳﺮﻄﻟﺍﻦﻋﻯﺫﻷﺍﺔﻃﺎﻣﺇﺎﻫﺎﻧﺩﺍﻭﷲﺍﻻﺍﻪﻟﺍﻻﻝﻮﻗﺎﻫﻼﻋﺍ‬
Yang paling tinggi adalah perkataan Laa ilaha illallah dan yang paling rendah adalah
mengambil sesuatu yang merintangi di jalan.
Beliau menunjukkan, yang paling tinggi adalah tauhid merupakan kewajiban bagi tiap
mukallaf, yang tidak satu cabangpun mempunyai nilai kecuali jika cabang ini telah terpenuhi. Yang
paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang dimungkinkan karenanya akan datang

134
Qs. An Nisaa’ : 165
135
Imam Ahmad bin Hambal, HR. Bukhori dalam kitab Khalqi Af’alil Ibad, Abdurrozaq dalam kitab Al Mushonaf dan
Al Baghowiy dalam kitab Syarhus –Sunnah
136
Qs. Ar Ra’d : 19
137
Qs. Al A’raaf : 157
138
HR. Bukhori Muslim
139
HR. Bukhori Muslim

34
SERI AQIDAH
kemadlorotan bagi seseorang atau kaum muslimin. Dan diantara keduanya terdapat keseluruhan
jumlah. Maka wajib bagi kita mengimaninya, walaupun kita tidak tahu satu-persatunya seperti
halnya kita beriman kepada para malaikat, padahal kita tidak tahu jumlah dan nama-nama mereka
keseluruhanya.
Fudlail bin ‘Iyadl bekata, “ketidaktahuan tentang (cabang-cabang iman) ini secara mendetail
tidak merusak iman, sebab pokok-pokok ajaran dien dan cabang-cabangnya telah diketahui.”
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya cabang-cabang ini meliputi amalan-amalan
hati, lisan dan badan. Amalan hati mencakup I’tiqod dan niat, seperti ; iman kepada Allah, cinta
kepada-Nya, sabar, ridlo dll. Amalan lisan; seperti membaca Al Quran, mengar dll. Amalan badan
seperti; sholat, thawaf, jihad dll.

HAL-HAL YANG MENYUBURKAN IMAN

1. Mengetahui dan memahami Asma’wa Sifat Allah ta’ala


Keimanan, kecintaan dan pengagungan seorang hamba kepada Rabb-nya akan bertambah
jika pengetahuannya tentang Asma wa Sifat beserta konsekwensi-konsekwensi dan akibatnya
bertamba.
Allah ta’ala berfirman : 'Dialah Allah yang tiada ilah (yang berhak disembah) selain Dia,
Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengkaruniakan keamanan, Yang Maha Pemelihara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih
kepada-Nya apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi. Dan dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.140

2. Melihat dan merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat-ayat
syar’iyyah.
Karena iman seseorang akan bertambah dengan melihat dan merenungkan apa yang
terkadung didalamnya. Bagiamana kekuasaan Allah di alam ini, apa rahasia keagungan syareat
Allah ta’ala terhadap makhluqnya dalam bentuk ibadah, mu’amalah, akhlaq dan seterusnya. Alloh
menggambarkan tentang luasnya kekuasaanNya. Alloh berfirman: "Sesungguhnya di dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
ornag-orang yang berakal, (Yaitu) orang-orang yang meningat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit danbumi (seraya
berkata), “Ya Robb kami, Tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.

3. Mengerjakan ketaatan
Iman akan bertambah sesuai jenis, banyak dan baiknya amal (‫ )ﺍﺣﺴﻦﻋﻤﻼ‬mengerjakan amalan
yang terbaik (‫ )ﺍﺣﺴﻦﻋﻤﻼ‬menjadikan Iman semakin kuat bertambah.
Jenis amalan wajib lebih utama dari amalan sunnah. Dari sekian amalan (baca; ketaatan) ada
yang lebih utama dari sebagian yang lain. Maka mengerjakan yang afdhol, akan menjadikan iman
semakin kuat bertambah. Banyaknya amal, akan menjadikan iman bertambah kuat, karena amal
merupakan bagian dari Iman. Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda:

4. Meninggalkan maksyiat karena takut kepada Allah Ta’ala


Semakin kuat ajakan terhadap ma’shiyat, maka akan semakin kuat bertambahn Iman dengan
meninggalkannya.

140
Qs. Al Hasyr : 23-24

35
SERI AQIDAH
HAL-HAL YANG MELEMAHKAN IMAN
Syaikh ‘Utsaimin menyebutkan hal-hal yang melemahkan Iman sebagai kebalikan dari
menyuburkan iman, sebagai berikut :
1. Jahil terhadap Allah ta’ala, nama dan sifat-Nya.
2. Lalai dan berpaling dari melihat ayat-ayat Allah ta’ala, kauniyyah dan syar’iyyah.
3. Mengerjakan maksiyat.

Muhammad bin Sholih Al Munajjid dalam kitab Dlohiroh Dho’fil Iman menyebutkan; hal-
hal yang melemahkan Iman sebagai berikut;
1. Jauh dari alam (baca; lingkungan) Iman dalam tempo yang lama.
Seperti seseorang yang jauh dari ikhwan-ikhwannya dalam tempo yang lama karena tugas
atau berpergian. Jika hal ini berkepanjangan maka hati akan menjadi keras. Hasan Basriy berkata,
“Ikhwan-ikhwan kita lebih berharga bagi kita dari pada keluarga. Keluarga kita mengingatkan kita
akan dnia, sedangkan ikhwan-ikhwan kita mengingatkan kita akan akherat.”
2. Tidak ada Qudwah sama sekali
3. Jauh dari Tholabul Ilmi syar’I dan tidak komunikasi dengan buku-buku salaf dan buku-
buku keimanan yang menghidupkan hati.
4. Sibuk dengan dunia, istri dan anak. Alloh berfirman :" Dijadikan indah pada
(pandangan manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu : wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat
kembali yang baik (surga).141
…‫ﺗﻌﺲﻋﺒﺪﺍﻟﺪﺭﻫﻢ‬.‫ﺗﻌﺲﻋﺒﺪﺍﻟﺪﻳﻨﺎﺭ‬
Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam bersabda, “Celaka hamba dinar, celaka hamba
dirham …..”142

5. Panjang angan-angan
Rosululloh saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kamu semua adalah
mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi
kebenaran, sedang panjang angan-angan akan melupakan akherat.
6. Berlebih-lebihan dalam makan, tidur, bergadang dab berbicara tanpa arah
7. Berada di tengah-tengah perkumpulan yang penuh dengan kemaksiatan

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN IMAN

Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab menyebutkan ada sepuluh pembatal keislaman..

1 Syirik dalam Ibadah kepada Alloh.


Syirik adalah menyamakan selain Alloh dengan Alloh dalam hal-hal yang manjadi
kekhususan bagi Alloh, seperti berdo'a kepada selainNya, Atau memalingkan suatu bentuk ibadah
seperti: menyembelih, bernadzar, dan lainnya kepada selain Alloh.143
Syirik menjadi pembatal keimanan karena meletakkan Ibadah seperti sujud, rukuk,
menyembelih, dan Ibadah yang lain kepada selain Alloh  .
Ibnu Qoyyim berkata, “ termasuk kekhususan Ilah yang disembah yang tidak akan tegak
tanpanya adalah puncak kecintaan dan puncak ketundukan maka ini adalah kesempuraan
peribadatan.

2 Mengambil wasilah dengan sesuatu yang mengandung unsur kesyirikan

141
Qs. Ali ‘Imraan : 14
142
HR. Bukhorig
143
Kitab Tauhid Sholeh Fauzan / 3 / 42

36
SERI AQIDAH
Mereka yang berbuat kemusyrikan seperti ini biasanya dengan menempatkan benda-benda
atau makhluk ciptaan Allah sebagai perantara antara dirinya dengan Allah ketika berdoa.
Hal ini menjadi pembatal keimanan karena menjadikan sesuatu (manusia, hewan kuburan,
pohon dll) sebagai wasilah antara ia dengan Alloh  , Alloh  berfirman, “ Katakanlah:"Serulah
mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat
zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan)
langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya". (QS.
34:22) Dan tiadalah berguna syafat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya
memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka
berkata:"Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb-mu" Mereka menjawab:"(Perkataan) yang
benar", dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.144

3 Lebih mengutamakan hukum thoghut daripada hukum Allah dan petunjuk RasulNya
Berkeyakinan bahwa petunjuk Rosululloh  tidak sempurna atau menolak suatu hukum
syarie’ yang telah Alloh turunkan kepadanya atau meyakini bahwa selain hukum Alloh itu lebih
baik, lebih sempurna dan lebih memenuhi hajat manusia, atau meyakini kesamaan hukum Alloh dan
RosulNya dengan hukum yang selainnya atau meyakini dibolehkanya berhukum dengan selain
hukum Alloh , ini semua merupakan kekufuran yang nyata.
Berhukum dengan hukum selain yang diturunkan Alloh  termasuk pembatal keimanan,
karena tasyri’ adalah hak khusus bagi Alloh  dan tidak ada sekutu baginya, Alloh berfirman,
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka
agama yang tidak diizinkan Allah Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah)
tentulah mereka telah dibinasakan.Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan
memperoleh azab yang amat pedih. (QS. 42:21)145.

4 Mendustakan risalah islam yang dibawa Rosululloh .


Orang yang mendustakan atau benci terhadap syariat yang dibawa oleh Rosululloh  baik ia
melaksanakan atau tidak maka ia telah kafir, Alloh  berfirman, “Dan jika mereka mendustakan
kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-
Nya); kepada mereka telah datang rasul-rasul-Nya dengan membawa mujizat yang nyata, zubur,
dan kitab yang memberikan penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku azab orang-orang yang
kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.”
Beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Rosululloh  mencakup pengikraran dan
pembenaran, maka barang siapa yang mengingkarinya ia telah keluar dari dien Islam. Ali bin Abi
Tholib berkata, “barang siapa yang mengingkari satu huruf dari Al-Qur’an maka ia telah kafir.”
Qodhi Iyadh berkata, “Barang siapa yang mengingkari Al-Qu’an atau satu huruf darinya
atau mengubah sesuatu darinya atau menambah sesuatu didalamnya, atau menuduh bahwasanya ia
bukanlah hujjah untuk Nabi Muhammad  atau bukan Mu’jizat, maka keadaannya merupakan
kekafiran disebabkan perkataan itu.”146

5 Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu terhadap kekafiran mereka.


Seseorang tidak dihukumi sebagai muslim hingga ia mengkafirkan orang musyrik. Maka
apabila mereka tawaquf (diam), padahal orang tersebut telah jelas kekufurannya, mereka ragu
terhadap kekafiran orang musyrik itu, hukumnya sama dengan mereka (orang-orang musyrik itu)147.
Hal ini dikarenakan ia meragukan apa yang dibawa oleh baginda Rosululloh . Alloh  berfirman,
“Belumkah sampai kepada kamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu)kaum Nuh, 'Ad, Tsamud
dan orang-orang sesudah mereka.Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang

144
QS. 34:23
145
Nawaqudul Iman Al-Qouliyah wal Amaliyah / 212
146
Nawaqudul Iman Al-Qouliyah wal Amaliyah / 205
147
At-Tibyan syarh Nawaqidul Islam / 17

37
SERI AQIDAH
rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya
ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu
disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungghnya kami benar-benar dalam keragu-
raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya".148

6 Mengolok-olok Alloh atau Al-Qur’an atau Islam atau pahala dan siksa dan yang
sejenisnya atau mengolok-olok Rosululloh atau salah seorang nabi baik serius atau
main-main, termasuk juga menghina sahabat.
Istihza’ dengan Alloh atau rosulNya atau kitabNya atau dienNya baik dilakukan dengan
serius ataupun main-main, tetap dihukumi kafir dan keluar dari Islam. Alloh berfirman, Dan jika
kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan
menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja".
Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?".
(QS. 9:65)Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami
mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab
golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.149
Ibnu Qudamah Al-maqdisiy rahimahullah mengatakan : “Barang siapa yang mencaci Allah
Ta’ala, ia kafir; sama saja dilakukan dengan bergurau atau dengan sungguh-sugguh. Demikian juga
orang yang mengolok-olok Ta’ala, ayat-ayat-Nya, para Rasul-Nya, atau kitab-kitab-Nya.”150
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya memperolok-
olok Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya adalah kufur. Pelakunya dikafirkan karenanya setelah
beriman.”151

7 Mempelajari, dan mengamalkan ilmu sihir.


Secara Syarie sihir adalah praktek kesepakatan antara penyihir dan syetan. Gambarannya
bahwa penyihir akan melakukan sejumlah perbuatan yang diharamkan atau kemusyrikan dengan
imbalan akan mendapatkan bantuan dari syetan untuk memenuhi hal-hal yang diinginkannya.152
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan hal ini dalam beberapa hadits. "Imam
Muslim meriwayatkan dalam kitab 'Shahih Muslim', bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda : 'Barangsiapa mendatangi 'arraaf' (tukang ramal)), tidak akan diterima shalatnya
selama empatpuluh hari." 153
Dalam hadis lain disebutkan, "Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: 'Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan
apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad
Shallallahu'alaihiwasallam."154
Hadits-hadits tersebut membuktikan tentang kekufuran para dukun dan peramal. Karena
mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak akan sampai pada maksud yang
diinginkan melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Ini merupakan
perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang membenarkan mereka
atas pengakuannya mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka hukumnya sama
seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima perkara ini dari orang yang melakukannya,
sesungguhnya Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas diri dari mereka.
Kemudian yang menunjukkan bahwa sihir adalah pembatal keimanan karena para sahabat
diperintahkan untiuk membunuh ahli sihir. Syakhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “para ulama’
bersepakat bahwa tukang sihir adalah kafir yang wajib dibunuh dan telah terjadi pada zaman Umar

148
QS. 14:9
149
QS. 9:66
150
. Almughniy : Kitabul Murtad 12 / 298.
151
. Majmu’ Fatawa 7 / 273.
152
As-Shorimul Battar fi at-Tashoddi lis sharoti al-Asror (Sihir dan Cara Pengobatannya secara Islami )
153
HR Muslim
154
HR.AbuDaud

38
SERI AQIDAH
bin khotob, Usman bin Affan, Hafshoh binti Umar, Abdulloh binti Umar, dan Jundab bin
Abdulloh.”
Dan sihir merupakan pembatal keimanan ditinjau dari tauhid karena meyakini bahwa setan
dapat mendatangkan manfaat dan madhorot tanpa izin Alloh swt155

8 Membantu orang musyrik untuk memusuhi orang Islam.


Dalam alquran Alloh melarang kaum muslimin bekerjasama dengan musuh-musuh islam
dalam rangka memperkuat barisan musuh dan menghancurkan islam.
Alloh  berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”156
Menurut Ibnu Taimiyah, dalam ayat tersebut, orang yang berwala' pada orang kafir
bukanlah orang mukmin dan merupakan bagian dari orang-orang kafir tersebut. Dan al Qur'an,
antara satu ayat dengan lainnya saling membenarkan dan mendukung.157

9 Meyakini bahwa orang-orang tertentu boleh keluar dari ajaran Rosululloh  dan tidak
wajib mengikuti ajaran beliau.
Dalam surat al Maidah ayat 3, Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agamamu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”158
Maka dapat dipahami bahwa syariat yang dibawa oleh rosululloh  adalah syariat terakhir
yang menghapus sekaligus sebagai penyempurna syariat-syariat yang telah lalu. Maka setelah
rosululloh  diutus, semua manusia harus mengikuti syariat tersebut.Dan apabila ada yang meyakini
bahwa sekelompok orang boleh meninggalkan sebagian atau seluruh syariat yang dibawa ole
rosululloh , ia telah kafir keluar dari dien Islam karena telah menentang firman Alloh  , “dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-
Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.”159
Dalam sebuah hadis Rosululloh saw bersabda, ”Seandainya Musa hidup, maka tidak ada
pilihan kecuali dia harus mengikutiku”.
Hadis ini merupakan penjelasan bahwa tidak ada seorangpun yang boleh keluar dari syariat
Muhammad, baik orang yang sudah mengetahui kebenaran ataupun orang yang belum mendapatkan
hidayah dari Alloh.

10 Berpaling dari Dien Alloh, tidak mau mempelajarinya serta tidak mau
mengamalkanya.
Berpaling dari dien Alloh tidak mempelajarinya serta tidak mengamalkanya akan
membatalkan keimanan, manakala seseorang sudah menyatakan keimanannya dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat. Alloh berfirman Dan siapakah yang lebih zhalim daripada
orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.160
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan bahwa yang menjadikan seseorang bisa
murtad dari dien Islam adalah apabila ia berpaling dari belajar Ashlu Dien (pokok dien).

155
Nawaqidhul iman alqouliyah wal amaliyah / 508
156
QS. 5:51
157
Al Fatawa: 7/17
158
QS. 5:3
159
QS. 6:153
160
QS. 32:22

39
SERI AQIDAH
Syekh Abdul lathif bin Abdurrohman bin Hasan ditanya tentang berpaling dari dien Alloh
yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Maka beliau menjawab,” Sesungguhnya keadaan
manusia bermacam-macam, maka apabila tidak adanya aslul Iman yang menjadikan seseorang itu
muslim dan ia justru berpaling dari aslul iman secara keseluruhan, maka itulah yang menyebabkan
seseorang disebut kufur I’rodh. Alloh berfirman. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-
Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta".161
Dalam ayat lainnnya, Allah berfirman : Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada
Allah dan Rasul, dan kamipun ta'at," Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu.
Mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya, agar Rasul mengadili di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk
datang.162
Ayat ini menunjukkan bahwa berpaling dari berhukum kepada Nabi adalah sebuah indikasi
rusaknya batin dan musnahnya iman dalam hati. Pengakuan lisan tidak akan berguna sama sekali
meski berikrar seribu kali bahwa ia beriman pada Allah dan rasul-Nya. Sikap berpaling dari hukum
Allah dan Rasul-Nya menjadi bukti akan kedustaannya.
Ibnu Taimiyah berkata, "Allah SWT menjelaskan barangsiapa yang berpaling dari hukum
Alloh dan enggan untuk taat pada-Nya adalah orang munafik, bukan seorang mukmin. Orang
beriman adalah mereka yang mengatakan, " Sami'na wa atha'na". Jika nifak bisa bercokol dan iman
menjadi musnah karena berpaling dari hukum Allah serta keinginan untuk berhukum pada selain-
Nya, padahal perbuatan tersebut hanya meninggalkan satu kewajiban mahdhah yang disebabkan
kuatnya nafsu, maka bagaimana nasib orang mencela, menghina, melecehkan dan yang
semisalnya?!163
Imam Ahmad berkata, "Saya telah meneliti al Qur'an dan saya dapati, perintah untuk taat
pada Rasul ada di 33 tempat." Kemudian beliau membaca ayat, “Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.
24:63). Beliau terus-menerus mengulanginya dan berkata, " Apakah fitnah itu? Syirik. Bisa jadi jika
seseorang menolak salah satu firman-Nya akan tumbuh di hatinya "az Zaigh" dan hatinya pun
menjadi bengkok dan binasa."164
Dan apabila seseorang berpaling dari belajar sesuatu yang furu’ atau cabang dari Dien ini,
maka tidak sampai mengeluarkan seseorang dari dien Islam.

IX. TINGKATAN MANUSIA DALAM BERIMAN

a. Dhalimun linafsih
Yaitu mereka yang meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yang
diharamkan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis, “Dhalimun linafsih termasuk dalam kelompok
orang-orang yang beriman, mereka mendapatkan walayah dari Allah sebagai iman dan taqwanya,
dan sekaligus mendapatkan adawah sebatas kefajirannya. Yang demikian itu karena pada
seseorang bisa jadi terkumpul kebaikan-kebaikan yang menjanjikan pahala dan kejelekan-
kejelekan yang menjanjikan siksa, sehingga seseorang mungkin saja diberi pahala dan disiksa. Ini
adalah pendapat seluruh sahabat, para imam dan ahlus sunnah wal jama;ah yang menyatakan
bahwa siapapun yang dihatinya ada seberat dzarah dari iman, tidak akan kekal di neraka”.

b. Muqtasid

161
QS. 20:124
162
QS. 24:47-48
163
As Sharim al Maslul: 38
164
As Sharim al Maslul : 56

40
SERI AQIDAH
Yaitu mereka yang melaksanakan / menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan
segala yang haram, walau terkadang masih meninggalkan yang sunnah dan mengerjakan yang
makruh.

c. Saabiq bil khairaat


Yaitu mereka yang menunaikan seluruh yang wajib dan sunnah, meninggalkan yang haram
dan makruh juga sebagian yang mubah. Syaikhul Islam menulis, saabiq bil khairaat adalah mereka
yang mendekatkan diri (bertaqarrub) dengan segenap kemampuannya untuk menunaikan yang
wajib dan yang sunnah serta meninggalkan yang haram dan makruh. Walapun ini tidak menutup
kemungkinan golongan Muqtashid dan saabiq bil khairaat mempunyai dosa yang dihapuskan
darinya, baik itu dengan raubat, amalan yang bisa menghapus dosa, musibah atau yang lain.

UJIAN IMAN

Alloh berfirman : "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. 165

1. Ujian kebaikan dan kemenangan

Allah Ta’ala berfirman: "Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,
tetapi Allah lah yang membunuh mereka dan bukan kamu yang melemar ketika kamu melemar,
tetapi Allah lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasahkan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan memenagkan yang baik. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 166
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.167

2. Ujian kejelekan dan musibah

Alloh berfirman : "Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan,
Maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-
orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada
mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka
berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu".
mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan
dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam
hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. 168
Dan sungguh akan kami berikan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar 169

3. Ujian berupa perintah dan larangan

Alloh berfirman :"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum
mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil

165
Qs. Al ‘Ankabut : 1-3
166
Qs. Al Anfaal : 17
167
Qs. Al Kahfi : 7
168
QS. Ali Imraan : 166-167
169
QS. Al Baqarah : 155

41
SERI AQIDAH
menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan 170
Alloh berfirman :"Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.171

Buah Iman
Buah dari iman akan didapatkan oelh setiap muslim, baik didunia maupun di akherat.

A. Di dunia, diantaranya :
1. Ketenangan hati

Alloh berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. 172
Dia-lah yang Telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang Telah ada). dan kepunyaan Allah-
lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, 173

2. Ru’yah Sholihah
‫ﺓﻮﺒﻨﻟﺍﻦﻣﺀﺰﺟﻦﻴﻌﺑﺭﺍﻭﺔﺘﺳﻦﻣﺀﺰﺟﻦﻣﺆﻤﻟﺍﺎﻳﺍﺭ‬
Mimpi seorang mukmin adalah seperempat puluh enam kenabian

 Karomah
Ibnu Taimiyyah berkata, “bahwa sebab karomah para wali Allah Ta’ala adalah iman dan
taqwa, sedangkan yang mempunyai karomah dari syetan disebabkan kemaksiyatan atau
mengerjakan larangan Allah dan Rasul-Nya. Alloh berfirman : "Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali
Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu)
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.174

 Firasat yang benar


‫ﺍﺔﺳﺍﺮﻓﺍﻮﻘﺗﺍﳌﻦﻴﻤﺳﻮﺘﻤﻠﻟﺕﺎﻳﻻﻚﻟﺍﺫﻰﻓﻥﺍﺃﺮﻗﻢﺛﷲﺍﺭﻮﻨﺑﺮﻈﻨﻳﻪﻧﺈﻓﻦﻣﺆ‬

Hati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya dari Allah.
Lalu beliau membaca ayat. At Tirmidziy berkata, Tafsir- Mutawassimin adalah orang yang mampu
berfirasat.

3. Segala musibah baginya menjadi penghapus dosa

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, bersabda, “Tidaklah seorang mukmin itu tertimpa
suatu penyakit atau kecapaian atau kegelisahan atau kesedihan atau rintangan sampai-sampai
duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan karenanya”. 175

170
QS. At Taubah : 16
171
QS. Al Anfaal : 41
172
QS.Ar Ra’d:28
173
QS. Al Fath : 4
174
QS. Yunus : 62-63
175
H.R. Bukahari – Muslim

42
SERI AQIDAH

B. Di Akherat

1. Jannah dan Ridlo Allah


‫ﻦﻣﺆﻣﻻﺍﺔﻨﺠﻟﺍﻞﺧﺪﻳﻻ‬
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, bersabda, “Tidaklah masuk jannah kecuali orang
yang beriman”176
Alloh berfirman : "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan :
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan
untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya 177
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat)
tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar. 178

2. Ru’yah Allah

Ibnu Taimiyyah berkata, “Ru’yah Allah dengan mata akan dialami mukminin di jannah,
juga bagi manusia di lapangan-lapangan hari kiamat. “Sebagaimana dalam hadits mutawatir,
“Kamu sekalian akan melihat Robb kalian, sebagaimana kalian menatap matahari di siang hari,
tanpa awan yang menghalangi, dan seperti kalian menatap bulan purnama tanpa awan.”
Dalam hadis lain disebutkan : "Bila ahli jannah masuk, (maka terdengarlah) pemanggil
memanggil, Wahai Ajlul Jannah sesungguhnya Allah mempunyai janji bagi kalian dan hendak
menepatinya, maka mereka berkata : Apakah janji itu? padahal wajah-wajah kami sudah cerah,
timbangan (kebaikan) kami telah berat, sehingga kami dimasukkan jannah dan dijauhkan dari
neraka!, berkata, “Maka tersingkaplah hijab, makamereka melihat-Nya dan tidak ada pemberian
yang lebih mereka senangi selain menatap dan memandang kepada-Nya.”179

Dalam lafadz yang lain ada tambahan :

‫ ﻢﻴﻌﻨﻟﺍﻦﻣﺀﻰﺷﻰﻟﺍﻥﻮﺘﻔﺘﻠﻳﻼﻓﻪﻴﻟﺍﻥﻭﺮﻈﻨﻳﺍﻮﻣﺍﺩ‬,‫ﺎﻣ‬
Maka mereka tidak berpaling kepada suatu nikmat, selama mereka melihat-Nya.180
Dan wajib mengimani rukyatullah fil jannah dengan mata adalah Aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah.

3.Selamat dari fitnah qubur dan adzabnya

TAKFIR

A. Dhowabitu takfir (Kaidah-kaidah dalam pengkafiran seseorang)

1) Kaidah pertama
Kafir secara umum tidak selalunya berkonsekuensi pada kafir secara individu tertentu.

176
HR. Nasa’i shahih
177
QS. Al Baqarah : 25
178
QS. At Taubah : 72
179
HR. Muslim : 681
180
HR. Ibnu Majah : 184

43
SERI AQIDAH
Tidaklah benar jika vonis kafir yang bersifat umum (takfir 'am) yang terdapat dalam nash-
nash syar'i selalunya bisa diterapkan untuk memvonis seseorang yang melakukan tindak kekufuran
tersebut. Sebab tidak menutup kemungkinan ada mawani' at takfir (hal-hal yang menghalangi vonis
kafir) pada orang tersebut dan tidak adanya lawazim at takfir al muayyan (haql-hal yang
mengharuskan mengkafirkan secara individu)

2) Kaidah kedua
Janji Alloh pasti akan dipenuhi dan ancamanNya pasti akan dilaksanakan. Kaidah ini khusus
untuk dosa-dosa selain kufur atau syirik karena ancaman bagi pelaku kesyirikan sudah jelas kekal di
neraka kecuali taubat sebelum meninggal. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni orang yang menyekutukan-Nya.."
Ibnu Umar berkata, " Dahulu kami memvonis pelaku dosa besar pasti masuk neraka hingga
turunnya ayat ini, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni orang yang menyekutukan-Nya
dan akan mengampuni dosa selainnya bagi yang dikehendaki." Kemudian Rasulullah melarang
kami memvonis seorang muslim dengan neraka."181 Nabi bersabda, " Kedzaliman itu ada tiga;
kedzaliman yang tidak diampuni, yang diampuni dan yang tidak dibiarkan begitu saja. Yang tidak
diampuni adalah syirik, Allah berfirman " Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang besar".
Yang diampuni adalah kezaliman hamba atas dirinya sendiri, dan yang tidak akan dibiarkan begitu
saja adalah kezaliman antar sesama hingga masing-masing pihak saling merelakan."182

3) Kaidah ketiga
“Ridho dengan kekafiran berarti kafir”
Barangsiapa ridho dengan kekafiran, menganggap baik, atau bahkan mengatakan bahwa hal
tersebut disyariatkan dan ia melakukan hal itu tanpa ada tekanan dari manapun serta ingin agar hal
itu terwujud, maka ia telah kafir, lahir dan batin meski mengaku sebagai muslim. Alasannya, ia
telah ridho dengan sesuatu yang tidak diridhoi Allah, cinta pada yang dibenci Allah dan
menganggap baik sesuatu yang dianggap buruk oleh Allah. Semua ini merupakan essensi dari
kekufuran yang nyata. Dalilnya firman Alloh : Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu
di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-
olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka
memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah
kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan
orang-orang kafir di dalam jahannam, 183
Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahhab berkata, “ Secara tekstual, makna ayat di
atas adalah manakala seseorang mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan dilecehkan, namun ia
malah ikut duduk dalam majelis tersebut, tanpa dipaksa dan tanpa pengingkaran, tidak pula ‘berdiri’
meninggalkan majelis tersebut –hingga mereka membicarakan topik lain- maka ia kafir seperti
mereka. Sebab, Meskipun sebenarnya ia tidak ikut ambil bicara, akan tetapi keikutsertaannya
menunjukkan bahwa ia ridho, dan ridho terhadap kekufuran adalah kafir. Dari ayat ini, para ulama
mengambil istidlal bahwa orang yang ridho dengan suatu dosa, maka ia seperti pelaku dosa
tersebut."184

4) Kaidah keempat
Menghukumi Kafir Dan Mukmin Berdasarkan Dzahir.

Seseorang akan divonis kafir atau mukmin berdasarkan amal lahiriyah yang ditampakkan.
Apabila dengan jelas ia menampakkan kekafiran, ia dihukumi kafir, dan jika menampakkan
keimanan ia dihukumi mukmin. Tidak perlu lagi meneliti lebih jauh hakekat sesungguhnya kondisi

181
HR. Ibnu Abi Ashim dalam as Sunnah: 973.
182
Shahih al Jami' as Shaghir: 3961.
183
QS. 4:140
184
Majmu’atu at Tauhid: 48.

44
SERI AQIDAH
hatinya. Sabda Rasulullah dalam “Sahihain”, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka melaksanakan semua hal
tersebut maka darah dan harta mereka akan terlindungi kecuali karena suatu hak Islam dan hisab
mereka ada di tangan Allah”.
Ibnu Taimiyah berkata, “Maknanya, Aku diperintahkan untuk menerima keislaman mereka
secara lahir dan menyerahkan urusan batin kepada Allah.”
Dan faktor tidak diperanginya kaum munafik –meski hakekatnya kafir- adalah karena tidak
adanya amalan lahiriyah mereka yang menunjukkan kekufuran.185. Rasul bersabda, “ Barangsiapa
shalat seperti shalat kami, menghadap kiblat kami, serta makan sembelihan kami, maka ia adalah
seorang muslim yang memiliki perlindungan dari Allah dan Rasul-Nya.”186

5) Kaidah Ke Lima
Ucapan Dan Perbuatan Kufur Adalah Kekafiran

Perlu dipahami bahwa ucapan dan perbuatan kufur adalah bentuk kekafiran. Siapapun yang
melakukan dua perbuatan ini –dengan tanpa adanya mawani’ takfir- maka dia telah kafir lagi
murtad. Tak dibedakan apakah dia melakukannya dengan disertai ungkapan yang mengindikasikan
istihlal –menganggap perbuatan tersebut boleh- dan penentangan (juhud) atau tidak. Karena
kekufuran disini terletak pada substansi perkataan dan perbuatan itu sendiri dan bukan karena
adanya istihlal atau penentangan. Alloh  berfirman, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah
sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal
hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan
dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang
demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari
akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.187

6) Kaidah keenam
Tidak Disebut al Kufur al Asghar Jika Tidak disertai Qarinah Syar’i

Apabila hukum syar’I menyebut sebuah amal dengan “kufur”, maka itu berarti kufur yang
membatalkan iman atau kufur akbar. Makna ini tidak boleh dipalingkan pada “kufur nikmat” atau
“kufur kecil” yang terhitung sebagai maksiat serta tidak menyebabkan pelakunya kafir. Harus ada
dalil lain yang memalingkan maksudnya dari makna asli. Jika tidak, maka harus dikembalikan pada
tujuan dan maksud semula.
Ibnu Hazm berkata, “ Kita dilarang menamai sesuatu dalam syareat tanpa ada perintah dari
Allah atau nash. Sebab, kita tidak mampu mengetahui maksud-Nya tanpa adanya wahyu yang
diturunkan. Dalam hal ini Allah berfirman, “ Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan
bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah)nya.Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini
oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb
mereka.188

7) Kaidah ketujuh
Menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram berarti kafir

Menghalalkan apa yang Allah haramkan atau sebaliknya adalah bentuk kekafiran yang nyata
dan pelakunya telah keluar dari Islam. Sebab, menghalalkan, mengharamkan, menganggap baik dan

185
As Sharimul Maslul. 356-357.
186
Al Bukhari.
187
An Nahl:106-107
188
QS: Surat An Najm:23

45
SERI AQIDAH
buruk adalah hak prerogative Allah semata. Tak satu makhluk pun yang berhak melakukannya.
Alloh  berfirman, “Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan” 189
Dengan demikian, barangsiapa yang berani mengambil alih hak tersebut, menurut
kesepakatan para Imam, ia telah kafir. Meski ia masih menjalankan beberapa syareat dan mengaku
sebagai muslim. Alloh  berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb ) Al-Masih putera
Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.190
Al Baghawi berkata, “Jika dikatakan bahwa mereka tidak menyembah para rahib, maka
kami sanggah, tapi mereka menaati para rahib dalam bermaksiat pada Allah, dengan cara mengikuti
apa yang mereka halalkan dan yang mereka haramkan, dengan begitu mereka telah menjadikan
rahib sebagai Rabb.

8) Kaidah kedelapan
Islam sharih tidak akan batal selain dengan kufur sharih.

Seseorang tidak bisa menjadi muslim kecuali dengan mengucapkan syahadat tauhid dengan
sepenuh hati, tanpa ada unsur pelecehan atau bersandiwara. Atau bisa juga dengan shalat, karena
shalat mencakup kalimat syahadat. Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa yang shalat seperti shalat
kami, menghadap kiblat kami dan makan sembelihan kami, maka dia muslim yang mendapat
perlindungan Allah dan Rasul-Nya.”
Maka orang yang telah menjadi muslim tidak boleh dihukumi keluar dari Islam tanpa
adanya kekafiran yang jelas dan terang-terangan, tanpa ta’wil atau kemungkinan lain. Sebab dalam
hal ini al Qur’an dan as Sunnah telah menjelaskan dengan gamblang. Salah satunya adalah perintah
untuk tabayun (klarifikasi) dan tatsabut (krosceck) sebelum memvonis kafir pada seseorang dan
melangkah lebih jauh yaitu menghukum mati. Termasuk didalamnya adalah larangan menghukum
seseorang dengan bukti dan data yang masih samar atau berdasarkan dzan (perkiraan semata). Allah
berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu
:"Kamu bukan seorang mu'min"(lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda
kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu
dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.191

9) Kaidah kesembilan
Al Ibratu Bi al Khawatim (dilihat akhir hayatnya)

Perlu diketahui bahwa yang akan dijadikan parameter dalam menghukumi seseorang adalah
dalam kondisi apa seseorang meninggal dunia. Jika ia mati dalam keadaan beriman, maka dia
adalah seorang mukmin ahli surga meskipun semasa hidupnya ia pernah berbuat dosa. Tetapi jika ia
menutup usianya dalam keadaan kafir, maka dia adalah seorang kafir yang kelak di akhirat akan
kekal di neraka meskipun semasa hidupnya pernah berbuat kebajikan. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapati
la'nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.192 Dalam ayat lain Alloh berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka
tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia

189
surat Al Kahfi: 26
190
QS. at Taubah:31
191
QS. an Nisa’:94
192
QS: Surat 2:161

46
SERI AQIDAH
menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali
mereka tidak memperoleh penolong.193

10) Kaidah Kesepuluh


“Barangsiapa mengkafirkan seorang muslim, ia telah kafir”

Kaidah ini sahih karena berlandaskan beberapa nash yang shahih. Diantaranya hadits Nabi
dalam Shahih Muslim, “Jika seorang muslim mengkafirkan saudaranya maka salah satu dari
keduanya telah kafir.” Juga sabda beliau, “ Siapapun yang mengatakan pada saudaranya “Hai
kafir” maka salah satu dari keduanya telah kafir. Jika benar, ucapan itu akan menimpa pada
saudaranya, tapi jika salah ucapan itu akan ditimpakan pada dirinya.”
Dalam hadits lain beliau berkata, “ Barangsiapa memanggil orang lain dengan “kafir” atau “
musuh Allah” sedang pada hakikatnya tidak demikian, maka ucapan itu akan menimpa dirinya
sendiri.”
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah bersabda, “Orang muslim yang mengkafirkan muslim
lain, jika ucapannya benar maka dia memang kafir, tapi jika tidak maka si penuduh sendirilah yang
kafir.”194
Dan tidak ada yang berani mengkafirkan seorang muslim kecuali salah satu dari empat ;
Orang yang menghalalkan darah muslim lagi pendusta atas hukum Allah, orang yang hanya
bersenda gurau, salah ta’wil dan seorang mujtahid yang salah. Orang kedua yang hanya bersenda
gurau belaka ia juga telah kafir. Allah berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang
apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda
gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?".195

Mawani’ takfir (Penghalang kekafiran).

Memvonis kafir seorang muslim akan membawa dampak yang tidak ringan. Karena hal ini
berkaitan dengan urusan nyawa, harta dan status iman seseorang. Oleh sebab itu, dalam masalah
takfir tidak boleh serampangan dalam menerapkannya. Dan para ulama salaf telah membuat
dhowabith takfir (dasar-dasar dalam mengkafirkan) diantaranya adalah berhati-hati dalam takfir
muayyan.
Yang dimaksud dengan mawani’ takfir adalah adalah sesuatu yang karenanya menyebabkan
tiadanya hukum dan ketiadaannya tidak mesti menyebabkan ada-tidaknya hukum.196 Sehingga
mawani'ut takfir dapat dimaknai dengan beberapa penghalang yang keberadaannya menyebabkan
tiadanya hukum kafir kepada seseorang .

Macam-macam mawani' takfir


Mawani’ takfir dikategorikan menjadi 3:
1) Penghalang yang berkaitan dengan subyeknya yaitu keadaan dimana pelaku kekufuran tidak
dihukum karena perkataan dan perbuatannya. Hal ini sering disebut dengan 'awaridl ahliyah al
ada' (kelayakan seseorang bahwa perkataan dan perbuatannya sah secara syar'i. Diantaranya
adalah berakal, baligh dan tidak terpaksa).
2) Penghalang yang berkaitan dengan amalan kekufuran (perkataan dan perbuatan yang menjadi
sebab kekufuran). Maknanya, apakah perbuatan itu benar-benar dinyatakan perbuatan kekufuran
oleh dalil syar’i..

193
QS. 3:91
194
Mutafaq alaih, Shahih sunan Abu Daud. 1239.
195
QS. at Taubah :65
196
Al jami' Fi tholabil ilmi asy-syarif, 8/43.

47
SERI AQIDAH
3) Penghalang yang berkaitan dengan proses penetapan hukum seperti keberadaan salah seorang
saksi yang tidak diterima kesaksiannya karena masih kecil atau tidak adil.197

Berikut kami perinci dari tiap-tiap mawani' yang ada.

A. Mawani' yang berkaitan dengan subyeknya

Hal ini terbagi menjadi dua:


1) Al awaridl As Samawiyah
Maksudnya adalah penghalang-penghalang alamiyah dari langit. Dinamakan demikian
karena hal ini merupakan takdir dari Alloh Ta'ala, tidak ada peran manusia dalam mewujudkannya.
Seperti belum baligh, gila, idiot, dungu, dan lupa. Jika orang yang padanya terdapat salah satu dari
penghalang-penghalang tersebut melakukan kejahatan, maka dia tidak berdosa dan tidak dijatuhi
hukuman karena dia tidak terkena kewajiban. Tetapi dia dihukum dengan hak-hak manusia, seperti
ganti kerugian, denda dan yang semacam itu karena ini termasuk khitob al wadl'i (hukum
penyebab). Maka kebalikan dari penghalang ini adalah syarat-syaratnya. Misalnya kebalikan dari
anak-anak adalah baligh, dungu dan gila kebalikannya adalah berakal. Diantara syarat-syarat takfir
muayyan adalah berakal dan baligh. Sedangkan sah dan tidaknya kemurtadan anak yang mumayyiz
ada perselisihan, adapun yang berpendapat sah adalah seperti madzhab hambali. Mereka berkata,
"dia dihukum hingga dia baligh dan bertaubat."198

2) Al awaridl Al muktasabah,
Hal ini berkebalikan dengan al awaridl al muktasabah. Dalam Al Awaridl Al Muktasabah
manusia memiliki peran dan pilihan, disamping Allah Ta'ala telah mentakdirkannya. Diantara
mawani' yang masuk dalam Awaridl Al Muktasabah adalah:

a) Kebodohan (‫)الجهل‬
Kebodohan merupakan penghalang dari kekafiran karena syarat dari iman adalah al ilmu,
maka bagi mereka yang belum sampai padanya hujjah tidak bisa dikafirkan sebagaimana yang
dijelaskan oleh syaikhul Islam dalam kitabnya majmu' fatawa.199
Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa kebodohan merupakan penghalang dari
kekafiran adalah: Alloh berfirman :Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Alloh), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat
maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak
dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang
rasul"200
Alloh Ta'ala menafikan hukuman bagi orang yang belum sampai kepadanya hujjah apalagi
bagi orang mukmin yang belum sampai kepadanya sebagian dari hukum-hukum islam, maka hal
tersebut akan lebih layak baginya.201
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim tentang seorang laki-laki yang semasa
hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan lalu dia berwasiat kepada keluarganya untuk membakar dan
membuang abunya jika dia telah meninggal agar Alloh Subhanahu Wata'ala tidak dapat
mengembalikan jasadnya yang telah dibakar sehingga dia tidak disiksa. Dalam hadits tersebut
menyiratkan tentang keraguan laki-laki itu terhadap qudroh Alloh Subhanahu Wata'ala untuk
menghidupkannya lagi, dan itu adalah termasuk kekufuran berdasarkan ijma'. Kemudian Alloh

197
Idem 8/44
198
Dinukil dari Al jami Fi Tholabil ilmi Asy Syarif, 8/44
199
Lihat majmu' fatawa, 7/538
200
surat Al Isro': 15
201
Lihat Manhaj Ibnu Taimiyah Fi masalatit Takfir, 1/252

48
SERI AQIDAH
Ta'ala mengampuninya karena dia melakukannya disebabkan takut akan adzab Alloh Subhanahu
Wata'ala.202

Kejahilan yang termasuk udzur:

1. Belum tersampainya khitob (dalil) syar'i


Barang siapa yang kekafirannya karena hal ini maka dia tidak dapat dikafirkan sehingga
tegak kepadanya hujjah, contoh: Hadits yang memuat kisah sebagian shohabat yang sholat fajar
dengan berkiblat kearah baitul maqdis, sementara telah sampai berita di tempat yang lain tentang
pengalihan arah kiblat ke ka'bah.203 Contoh lain adalah kisah Umar Rodhiyallohu 'anhu yang
bersumpah dengan nama bapaknya, dan beliau belum mengetahui larangan bersumpah dengan
nama selain Alloh Ta'ala dan Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam tidak mengkafirkannya204

2. Karena baru masuk islam


Hal ini dikarenakan seseorang akan mengalami kesulitan untuk mempelajari ajaran-ajaran
Islam lebih detail secara langsung ketika awal keislamannya, sehingga ketika dia melakukan suatu
kekufuran namun dalam benaknya ia menyangka bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan
islam, maka ia dimaafkan. Contoh: Kisah perang hunain ketika para shohabat yang baru masuk
Islam meminta kepada Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam agar membuat tempat untuk
menggantung pedang-pedang mereka (dzatu anwath), dan beliau Shollallohu 'Alaihi Wassallam
tidak mengkafirkan para shohabat tersebut.205 Contoh lain adalah Kisah Muawiyah Bin Hukmi As
salmy yang menjawab bersin ketika sholat, kemudian Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam
bersabda: "Sesungguhnya sholat ini tidak sah (jika) didalamnya ada perkataan manusia,
hanyasanya dia adalah tasbih dan takbir dan Qiroatul Quran".206 Rosul Shollallohu 'Alaihi
Wassallam menerima udzurnya dan tidak menyuruhnya untuk mengqodho sholat.

3. Hidup di suatu tempat yang terpencil, yang menghalangi sampainya ilmu kepadanya.
Dalam hal ini disebabkan ketidakmampuan seseorang untuk mencari ilmu di daerah lain.
Namun jika dia mampu, tapi enggan karena tidak mau meninggalkan negerinya, maka udzur
kejahilannya tidak diterima. Dan Ibnu Hazm Rohimahulloh menambahkan hendaknya mereka
mendatangkan seorang yang 'alim untuk mengajarkan kepada mereka ilmu-ilmu dien.207

4. Jarang didapatinya ilmu di tempat manapun, maka diterima udzurnya karena tidak
memungkinkan baginya untuk mendapatkan ilmu.
Sebagaimana contoh riwayat antara sahabat Hudzaifah dan Shilah Bin Zafr
Rodhiyallohu'anhuma yang mengisahkan tentang akhir zaman kelak dimana manusia tidak lagi
mengenal sholat dan zakat dan ibadah yang lain karena tersebarnya kebodohan dan redupnya
cahaya nubuwah. namun tidak demikian dengan para orang tua dan orang-orang yang tidak mampu,
mereka mengetahui ajaran Islam hanya sebatas apa yang mereka dapatkan dari pendahulu-
pendahulu mereka berupa kalimat tauhid saja.208

Mereka yang tidak diberi udzur meskipun jahil.

202
Lihat Majmu' Fatawa, 11/406-407
203
HR.Muslim
204
Muttafaqun 'Alaihi, Nasai: 3526
205
Dikeluarkan oleh Tirmidzi
206
Shoheh sunan Abi Dawud, 823
207
Lihat Qowaidut takfir, hal 62-63.
208
HR Ibnu Majah dan Hakim

49
SERI AQIDAH
1. Hidup ditengah-tengah darul Islam yang sangat memungkinkan baginya untuk mengetahui
ajaran Islam. Namun dikecualikan darinya orang-orang yang baru masuk Islam atau hidup
ditempat yang terpencil jauh dari kaum muslimin.
2. Tidak ada udzur pada perkara yang secara dhorury (pasti) diketahui dalam dien ini yaitu
suatu perkara yang kebanyakan manusia dapat mengetahuinya dengan mudah, dan
kebalikannya adalah dalam perkara-perkara yang masih samar yang hanya individu tertentu
saja yang dapat mengetahuinya.209
Perlu diketahui bahwa yang menjadi batasan bahwa udzur dengan kebodohan itu diterima
adalah memungkinkan atau tidaknya bagi obyek untuk menghilangkan kebodohan yang dia hadapi.
Apabila sebenarnya dia mampu namun dia enggan dan meremehkan maka dia berdosa dan tidak
diterima udzurnya. Sebaliknya jika dia tidak mampu maka udzurnya diterima.210

b) Kesalahan dalam mentakwilkan nash.

Kesalahan dalam hal ini maknanya setiap apa yang bersumber dari mukallaf berupa
perkataan atau perbuatan yang jauh dari kehendaknya dan tidak berkaitan dengan keinginannya.211
Berikut beberapa dalil yang menunjukkan adanya udzur dikarenakan kesalahan:
 Firman Allah Ta'ala dalam surat Al Baqoroh: 286 yang artinya, "…wahai Robb kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah…" dan disebutkan dalam
hadits yang shohih bahwa Allah Ta'ala menjawab doa ini dengan firmannya: "Aku telah
melakukannya"212
 Firman Allah Ta'ala yang tertera dalam Surat Al Ahzab: 5 yang menunjukkan bahwa tidak
sengaja secara umum adalah merupakan penghalang. Yang artinya, "….dan tidak ada dosa
atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang
disengaja oleh hatimu…"
 Hadits Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam yang artinya "sesungguhnya Allah mengangkat
dari umatku (dosa) kesalahan, lupa, dan yang dipaksakan kepada mereka"213

Dalam hal ini kami membatasi pada kesalahan yang tidak disengaja baik dalam amaliyah
atau ilmiah yang mencakup 2 macam manusia:
a. Seorang mujtahid yang keliru dalam menetapkan hukum suatu permasalahan.
b.Seorang yang tawaquf perihal hukum dalam masalah tertentu.
Dilihat dari sisi ada tidaknya pahala, manusia banyak terjerumus dalam 2 jenis kesalahan:
1. Kesalahan yang pelakunya tidak diiqob dan tidak mendapat pahala, sehingga sampai
padanya risalah dan tegaknya padanya hujjah. Hal ini terjadi pada permasalahan yang tidak
disyariatkan contohnya masalah kesyirikan.
2. Kesalahan mujtahid yang tidak diiqob karenanya dan baginya pahala, dengan syarat
mencakup beberapa syarat yang harus dipenuhi:
 Dimaksudkan untuk mutaba'ah kepada Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi
Wassallam
 Tidak memiliki kesempatan untuk mencari kebenaran yang dimaksud
 Masih berpijak pada dalil yang syar'i, namun dia salah dalam memahami atau dalam
menerimanya.214
Apabila hilang salah satu dari 3 syarat tersebut, maka dia tidak diberi udzur. Jika dia
melakukannya dalam rangka tidak mutaba'ah kepada Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam maka dia
kafir, namun apabila meremehkan atau malas-malasan atau berkata tanpa dalil maka dia adalah ahli

209
Lihat idem 6/84
210
Lihat idem 6/85
211
idem
212
HR Muslim
213
HR Ibnu Majah
214
Lihat Manhaj Ibnu Taimiyah Fi masalatit Takfir, 1/232-234

50
SERI AQIDAH
maksiat /orang yang fasiq. Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata, "Sedangkan takfir yang benar
adalah barang siapa dari umat Muhammad yang berijtihad dengan maksud untuk al haq tapi
meleset maka tidak dikafirkan. Namun kesalahannya diampuni, dan jika ada yang menjelaskan
padanya apa yang dibawa Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam lalu dia menentangnya dan
mengikuti selain jalan orang-orang mukmin, maka dia kafir. Dan siapa saja yang mengikuti hawa
nafsunya dan enggan berusaha mencari al haq serta berkata tanpa ilmu maka dia adalah ahli
maksiat dan pendosa, dan terkadang menjadi fasiq namun terkadang pula ada kebaikan yang
menghapus kejahatannya."215
Untuk lebih jelasnya dari perkataan Syaikhul Islam tersebut dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

A. Mujtahid yang keliru dalam menetapkan hukum suatu permasalahan. Hal ini terjadi
karena beberapa hal:
- Menghukumi suatu masalah dengan hukum yang keliru baik karena kurangnya dalil atau
kurang jelasnya dalil atau meyakini kejelasan sesuatu yang tidak semestinya.
- Dengan mentakwil nash-nash yang ada dan memahaminya tidak sebagaimana semestinya.

Perinciannya sebagai berikut:

1) Seorang mujtahid yang meleset dalam mencapai Al Haq


Sebagai contoh kisah sahabat Usamah bin Zaid ketika membunuh seorang yang kafir yang
melafadzkan kalimat tauhid pada saat perang berkecamuk dan Usamah menganggapnya sebagai
bentuk perlindungan diri, namun Nabi Shollallohu 'Alaihi Wassallam tetap mengingkari
perbuatannya tanpa mewajiban padanya diyat dan qisos disebabkan udzurnya belum sampai
padanya nash syar'i pada permasalahan tersebut.216
Dalam hal ini seorang mujtahid wajib berijtihad semaksimal mungkin, jika tidak mampu
maka sebatas kemampuan yang dia miliki, namun jika masih tidak mampu lagi baginya Al haq pada
hakikat perkara yang dihadapi.
Yang perlu diperhatikan pula bahwa tidaklah setiap mujtahid itu pasti benar dalam
berijtihad, apabila dia keliru berijtihad kemudian ditegakkan padanya hujjah namun dia tetap
bersikukuh ngeyel dan membangkang dari Al Haq, maka dia dikafirkan.217 Syaikhul Islam
Rohimahulloh berkata, "Barang siapa yang menyelisihi kitab dan Sunnah maka dia bisa menjadi
kafir atau fasiq atau ahli maksiat kecuali seorang mujtahid yang keliru dan jika telah tegak
padanya hujjah dari kitab dan Sunnah kemudian dia menyelisihinya maka dia dihukum
berdasarkan hal itu, baik dengan dibunuh atau dengan selainnya" 218

2) Seorang mujtahid yang keliru dalam ta'wil


Takwil secara bahasa adalah mentafsir atau memperkirakan.219Sedangkan secara istilah
memiliki beberapa makna diantaranya: menurut ahli tafsir maknanya adalah tafsir, sedangkan
menurut ahli fiqih, ahli ushul serta ahli kalam maknanya adalah menyimpangkan lafadz dari makna
sebenarnya kepada makna yang bertentangan dengannya dan inilah ta'wil yang tercela.220Sedangkan
takwil yang dimaksud disini adalah ketika seorang mujtahid meletakkan dalil tidak pada tempatnya
berdasarkan ijtihad atau syubhat yang muncul dari kesalahan dalam memahami suatu nash, untuk
kemudian dia melakukan suatu perbuatan kufur namun dia dia tidak merasa melakukan kekufuran
dan berhujjah dengan dalil yang dia salah memahami maknanya. Contohnya sebagaimana sahabat
Qudamah Bin Madhghun dan pengikutnya yang menghalalkan khomr disebabkan keliru dalam

215
Majmu' Fatawa 12/180.
216
HR Bukhori Muslim
217
Lihat Manhaj Ibnu Taimiyah Fi masalatit Takfir, 1/235-239
218
Majmu' Fatawa, 1/113
219
Al Munjid Fil Lughoh, hal 21
220
Nawaqidul Iman Al I'tiqodiyah, 2/21

51
SERI AQIDAH
memahami maksud nash, dan mereka tidak dikafirkan karena salah dalam ta'wil. Apabila telah
tegak kepadanya hujjah dan telah hilang syubhat darinya namun dia masih teguh dalam
pendiriannya yang menyimpang maka dia telah kafir.
Perlu diperhatikan pula bahwa tidak setiap ta'wil itu diterima udzurnya secara mutlak, tetapi
disyaratkan penakwilan tersebut bukan pada permasalahan pokok agama, yaitu ibadah kepada Allah
semata dan tidak menjadikan sekutu baginya serta menerima syariatnya. Dikarenakan pokok ini
(syahadatain) tidak dapat seseorang melaksanakannya dengan adanya syubhat didalamnya. Dengan
alasan inilah para ulama bersepakat atas kafirnya bathiniyah misalnya yang mereka tidak mendapat
udzur karena hakekat dari madzhab mereka adalah kufr terhadap Allah Ta'ala tidak beribadah
kepada-Nya semata dan menolak syariat-Nya.221

B. Dari kelompok kedua mujtahid yang bertawaquf perihal hukum dalam masalah
tertentu.
Maksudnya adalah orang yang tidak mampu mengetahui hukum didalamnya, tidak
menafikan dan tidak menetapkannya. Maka orang yang seperti ini tidak boleh dikafirkan karena
ketidakmampuannya dalam mengetahui Al Haq dan seorang yang tidak mampu (lemah) tidak
dibebani dengan sesuatu yang tidak disanggupinya dan orang yang seperti ini diterima udzurnya
kelemahannya. Dan masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda.222 Berbeda halnya
dengan orang-orang jahmiyah yang berkata bahwa orang yang lemah seperti diatas akan diazab.
Begitu qodariyah yang menyatakan bagi tiap mujtahid pasti mengetahui Al Haq, jadi jika dia tidak
mampu berarti dia meremehkan bukan karena dia tidak mampu (lemah), sebagaimana dinyatakan
oleh syaikhul islam dalam majmu’ fatawa.223
Termasuk dalam kategori udzur dengan kesalahan adalah seseorang yang mengatakan
kalimat kekufuran dengan tidak sengaja, seperti disebutkan dalam hadits tentang seseorang yang
tidak sengaja mengucapkan "Ya Allah Engkaulah Hambaku dan aku adalah Robb-Mu" karena
saking gembiranya dia memperoleh kendaraannya yang hilang. Dan Rosululloh Shollallohu "Alaihi
Wasallam bersabda dalam hadits tersebut, “dia salah ucap karena terlalu gembiranya”.224
Kemudian dilihat pada keadaan yang menyertainya sebagai pertimbangan dianggap atau tidaknya
udzur tersebut.

c) Paksaan (‫)اإلكره‬

Adapun secara bahasa maknanya adalah mengharuskan kepada orang lain sesuatu yang dia
benci.225 Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang diperintahkan kepada seseorang
dimana apabila tidak dikerjakan maka dia akan mendapat pukulan, penahanan, perampasan harta,
pemutusan hak atau selainnya.226
Dalil yang menunjukkan akan hal ini adalah, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran Surat
An Nahl: 106 yang artinya: "Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam
beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka
kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar."

Jenis ikroh
Dalam hal ini ikroh dibagi menjadi 2:
a) Ikroh mulji'/tam

221
Nawaqidul Iman Al Qouliyah wal Amaliyah, 77-78
222
Qowaidut takfir hal 243
223
Lihat Majmu' Fatawa, 5/563
224
HR Muttafaqun Alaihi.
225
Lisanul Arab, 13/535.
226
Manhaj Ibnu Taimiyah Fi masalatit Takfir, 1/266

52
SERI AQIDAH
Maksudnya apa yang terjadi pada diri orang yang dipaksa benar-benar tertekan dan tidak
ada kekuatan serta pilihan baginya, seperti dibunuh, dipotong sebagian tubuhnya, pukulan yang
mematikan. Ketika asumsinya kuat bahwa ancaman itu pasti berlaku maka boleh baginya
melakukan sesuatu sebagai pembelaan diri dan dianggap sebagai perkara bahaya yang syar'i. 227
b) Ikroh ghoiru mulji'/naqis
Adapun macam yang kedua ini dapat berupa ancaman yang tidak melenyapkan jiwa atau
anggota badan, seperti ditakut-takuti dengan pukulan, diikat, ditahan tau dilenyapkan hartanya.
Ikroh ini kebanyakan merusak keridhoan dalan diri tapi baginya masih ada pilihan karena ancaman
tersebut tidak lansung menimpanya dan baginya masih bisa untuk bersabar. Termasuk dalam
kategori ikroh ini adalah penahanan terhadap anggota keluarga.
Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan apakah ini termasuk ikroh ataukah tidak.
Ditinjau dari qiyas ini bukanlah termasuk kategori ikroh karena tidak langsung bersinggungan
dengan dirinya secara langsung, namun ditinjau dari sisi istihsan ini termasuk dalam kategori ikroh
karena menimbulkan pengaruh dalam dirinya seperti kesedihan, kesusahan, atau depresi dalam
dirinya.228
Dalam hal ini Ibnu Qudamah berkata, "…pendapat yang utama adalah bahwa jenis ini
termasuk dalam kategori ikroh karena baginya hal tersebut (ancaman kepada keluarga) itu lebih
berat baginya daripada kehilangan harta…"229
Suatu ancaman dapat termasuk dalam kategori ikroh jika:
1. Yang mengancam mampu melaksanakan ancamannya, sedangkan yang diancam tidak
mampu menahan sekalipun dengan cara kabur.
2. Timbul asumsi yang kuat pada diri orang yang dipaksa, jika dia menolak maka pasti
ancaman itu akan berlaku.
3. Ancaman itu akan terjadi segera atau menurut kebiasaan bahwa ancaman itu tidak pernah
diselisihi
4. Tidak ada pilihan lain bagi orang yang dipaksa.230
Jika dilihat pada ayat yang berkaitan dengan hal ini maka ancaman-ancaman yang dianggap
sebagai udzur dalam masalah takfir tidak hanya terbatas pada masalah perkataan saja namun juga
dengan perbuatan, karena keumuman istidlal dalam ayat tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh
Imam Syaukani dalam tafsirnya, "maka sesungguhnya yang demikian itu berlaku bagi siapa saja
yang dipaksa tanpa membedakan antara perkataan dan perbuatan…"231. Dan demikian pula
pendapat dari jumhur ulama, Ibnu Taimiyah Rohimahulloh mengomentari orang yang dipaksa sujud
kepada mahkluk, "jika seorang laki-laki dipaksa seperti itu, yang sekiranya tidak dia kerjakan
maka dia akan dipukul atau ditahan atau dirampas hak hartanya dari baitul mal atau dengan
bahaya yang lain, maka dia boleh melakukannya menurut kebanyakan ulama. Sesungguhnya
paksaan bagi mereka membolehkan seorang melakukan perbuatan yang haram seperti minum
khomr atau yang lainnya dan inilah yang masyhur dari Ahmad dan lainnya, namun hendaknya
disertai dengan kebencian dalam hati dan berusaha sekuat mungkin untuk menghindarinya…….dan
ada kelompok lain yang hanya memperbolehkan dalam perkataan saja seperti Ibnu Abbas dan yang
lainnya dengan berkata, "Taqiyyah itu lewat lisan saja."….."232. Sedangkan dalam amalan hati
seperti cinta atau marah tidak ada khilaf diantara fuqoha bahwa ikroh didalamnya tidak ada.233
Kemudian jika ancaman itu merugikan orang lain seperti disuruh membunuhnya, secara
ijma' tidak boleh seseorang membunuh orang lain untuk menyelamatkan dirinya sebagaimana
pendapat Ibnul Arobi, Al Qurthuby dan Ibnu Rojab. Ibnu Rojab berkata, "ulama sepakat bahwa
bila seseorang dipaksa membunuh orang lain yang darahnya dilindungi maka tidak boleh

227
Nawaqidul iman Al I'tiqody, 2/7-8
228
Idem, 2/8-9
229
Al Mughni, Ibnu Qudamah, 7/120
230
Manhaj Ibnu Taimiyah Fi takfir, 1/266
231
Fathul qodir, 3/244
232
Lihat Manhaj Ibnu Taimiyah Fi takfir, 1/269
233
Nawaqidul Iman Al I'tiqody, 2/10

53
SERI AQIDAH
dilakukan, karena dia melakukannya demi menyelamatkan jiwanya…". Dan jika dia telah
membunuh, menurut jumhur maka berlaku bagi keduanya (yang memaksa dan yang dipaksa) qisos
dan diyat sebagaimana pendapat Imam Syafi'i, Imam Malik, Imam Ahmad. Sedangkan menurut
Abu Hanifah dan pendapat yang lain dari syafi'i hukuman hanya berlaku bagi yang memaksa
sedangkan yang dipaksa karena dia hanya diperalat saja. Berbeda dengan Zufar yang berpendapat
bahwa hukuman berlaku bagi yang dipaksa karena dialah yang langsung bersinggungan dengan
korban.234
Kemudian tentang keterkaitan antara ikroh dengan taqiyyah adalah bahwa sandaran dalam
melaksanakan taqiyyah dengan menyembuyikan dien adalah karena tidak mampu melaksanakan
diennya disebabkan fitnah yang menimpanya walaupun tanpa paksaan. Sedangkan sandaran
kebolehan melakukan taqiyyah dengan menampakkan kekafiran adalah adanya paksaan yang
dihadapi. Hal tersebut dikarenakan perbedaan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan,
adapun perintah meninggalkan larangan adalah mutlak harus ditinggalkan, sedangkan perintah
melaksanakan suatu amalan adalah didasarkan kemampuan mukallaf. Rosululloh Shollallohu
'Alaihi Wassallam bersabda, “…jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah, dan apabila
aku menyuruh kalian pada suatu perintah maka laksanakanlah semampu kalian”235

d) Taklid

Yang dimaksud disini adalah mengikuti perkataan seseorang yang tidak ada dalilnya
(hujjahnya).236
Umat telah bersepakat dalam masalah ijtihad dan taklid bahwa ijtihad dan taklid
diperbolehkan secara umum, dengan ketentuan boleh berijtihad disertai dengan kemampuan yang
dimiliki dan taklid diperbolehkan bagi mereka yang awam dan tidak memiliki kemampuan.
Adapun bagi mereka yang mampu berijtihad boleh bagi mereka taklid jika:
 Kurangnya dalil dalam permasalahan yang dihadapi
 Tuntutan waktu yang sangat mendesak
 Kesamaran dalil yang ada bagi dirinya
Dan tidak boleh bagi seorang mujtahid yang mampu berijtihad untuk taklid kepada
sesamanya karena melihat adanya perselisihan dengan mujtahid yang lain.237
Adapun taklid yang diperbolehkan tidak hanya terbatas pada masalah hukum saja namun
juga dalam masalah aqidah, dan inilah pendapat yang kuat dari 4 imam yang dinisbatkan oleh
Syaikhul Islam kepada jumhur umat. Beliau berkata, "adapun dalam masalah ushul kebanyakan
mutakllimin dan ahlul ushul dari sahabat-sahabat kami dan lainnya mewajibkan istidlal dan nadhr
bagi setiap orang….namun jumhur umat tidak seperti itu, sesuatu yang wajib diketahui wajib bagi
yang mampu untuk mengetahuinya, sedangkan kebanyakan manusia tidak sanggup dalam masalah
ini, lalu bagaimana mereka dibebani dalam masalah ini?"238 Dan yang lebih urgen dari dalil
mereka adalah, "bahwa ushul dan furu' itu sepadan dalam masalah taklifnya, dan diperbolehkan
taklid dalam masalah furu' dan ushul", dan tidak ada dalil yang menunjukkan pemisahan antara
keduanya239
Kemudian terkait dengan masalah udzur dalam takfir seorang muqollid diterima udzurnya
dengan melihat perbandingan, kalaulah seorang ahlu ta'wil diterima udzurnya padahal dia berilmu
apalagi orang yang awam yang jahil tentunya lebih layak untuk diterima udzurnya. Ibnu Taimiyah
Rohimahulloh berkata setelah mengomentari gembong kekufuran dan kesesatan ahlul hulul dan
ittihad dari kaum tasawuf, "…maka setiap orang yang telah sampai kepadanya khabar tentang
hakikat madzhab ini dan dia menyetujuinya, maka jelas dia telah kafir dan mulhid. Sedangkan

234
Idem 2/9
235
HR Bukhori, Muslim dan Nasa’i
236
Nawaqidul Iman Al I'tiqody, 2/34
237
Idem 2/41-43
238
Majmu' fatawa, 20/202
239
Lihat Nawaqidul iman Al I'tiqody, 2/45-46

54
SERI AQIDAH
orang-orang bodoh yang berprasangka baik terhadap perkataannya dan mereka tidak dapat
memahaminya, dan mereka yakin bahwa itu adalah perkataan yang sama dengan perkataan para
masyayikh yang arif yang berkata dengan perkataan yang benar yang kebanyakan manusia tidak
memahaminya. Maka akan kamu dapati dalam hati mereka ada keimanan dan keislaman serta
mutaba'ah kepada sunnah sebatas keimanan mereka yang bersifat taklid……". Maka kita lihat
bagaimana beliau menerima udzur mereka yang berkhusnudhon terhadap perkataan para gembong
kesesatan tersirat dari perkataan beliau tersebut "Maka akan kamu dapati dalam hati mereka ada
keimanan dan keislaman serta mutaba'ah kepada sunnah sebatas keimanan mereka yang bersifat
taklid".240
Sedangkan Ibnul qoyyim dalam masalah taklid ini membagi ahlul bid'ah menjadi 3:
1. Seorang muqollid yang jahil yang tidak memiliki bashiroh, maka dia tidak dikafirkan, tidak
difasiqkan dan persaksiannya diterima apabila tidak mampu mempelajari petunjuk yang ada.
Dan hukumnya sebagaimana orang-orang yang lemah dari laki-laki dan perempuan dan
anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan hijroh sebagaimana
disebutkan dalam surat An nisa': 98-99, yang artinya, "kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki
atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan
(untuk hijrah), Mereka itu, mudah-mudahan Allah mema'afkannya…".
2. Seorang yang mampu mencari petunjuk dan mengetahui Al Haq namun dia
meninggalkannya demi dunia, maka dia sebagaimana orang-orang yang meninggalkan
kewajiban. Jika kebid’ahan dan hawa nafsunya lebih mendominasi maka persaksiannya
ditolak, namun jika sebaliknya maka persaksiannya diterima.
3. Mereka yang mampu mempelajari dan memahami al haq namun dia meninggalkannya
karena taklid atau ta'ashub atau karena kebencian terhadap yang lain, kalau yang seperti ini
maka minimal dia dihukumi fasiq sedangkan kekafirannya perlu ada perincian lagi…"241

e) Kebaikan
Yang dimaksud disini seseorang memiliki kebaikan seperti lebih dulu masuk islam atau
pernah berjihad atau yang lainnya berupa amal kebaikan. Sebenarnya ini tidak dianggap sebagai
penghalang kekafiran, Akan tetapi hal tersebut akan berguna disaat seseorang diragukan atau
diduga telah keluar dari Islam. Kebaikan yang besar dapat menjadi faktor yang sangat menentukan
ketika seseorang berada dalam praduga kekafiran.
Contohnya seperti yang terjadi atas diri Hathib bin Abi Baltha'ah, Perang Badr dan kebaikan
lainnya telah memberinya 'amnesti' pada hari dimana Umar berkata pada Rasulullah, " Wahai
Rasulullah, biar kupenggal kepala munafik yang satu ini." Yaitu ketika Hathib melakukan
kesalahan, membocorkan informasi rahasia rencana pembebasan Makkah pada musuh.
Akan tetapi untuk perbuatan kufur yang sangat transparan –tidak ada ta’wil maupun dugaan
lain selain kufur-, kebaikan sebesar apapun tidak akan mampu menutupinya atau menghalangi
jatuhnya vonis kafir atasnya. Seperti yang terjadi pada Qudamah bin Madz'un dan para pengikutnya
ketika menghalalkan khamr dan meminumnya. Para sahabat sepakat jika mereka tidak bertaubat
dari perbuatan tersebut berarti mereka telah mengganti agama mereka dan akan dibunuh sebagai
orang yang murtad. Padahal Qudamah ikut dalam perang Badar dan Uhud dan turut berperang
bersama Rasulullah dalam beberapa pertempuran lain. Anda perhatikan, perang Badr bisa memberi
syafaat bagi Hathib tapi tidak bagi Qudamah kalau saja ia tidak mau berhenti.242

B. Mawani' yang berkaitan dengan perkataan dan perbuatan


Pembahasan mawani' ini mengarah kepada takfir mutlak karena pada hakekatnya takfir
mutlak hanya menghukumi pada perbuatan dan perkataannya tanpa menjatuhkan hukuman kepada
individu tertentu. Berikut beberapa syarat dalam perkataan dan perbuatan yang apabila tidak

240
Idem, 2/49
241
Idem, 2/51
242
Qowaidut takfir, hal 68-69

55
SERI AQIDAH
terpenuhi salah satunya maka perkataan dan perbuatan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai
penyebab dalam mengkafirkan seseorang:

1) Telah dinyatakan dengan dalil syar'i


Dalam hal ini dalil yang disebutkan hendaklah jelas menunjukkan bahwa perbuatan yang
dimaksud termasuk dalam kufur akbar, yaitu dengan melihat pada qorinah-qorinah yang ada, baik
yang terdapat dalam nash itu sendiri atau dalam nash-nash yang lain.
Berikut kami nukilkan pedoman umum dalam menentukan keshorihan dalil yang ada,
apakah yang dimaksud kufr akbar atau kufr ashghor:
 Sesungguhnya semua kata kafir yang diungkapkan dengan isim yang ber-alif-lam ta'rif baik
didalam al Quran maupun dalam as Sunnah maksudnya adalah akbar seperti lafadz al-kufru,
al-kuffar, al-kafiirun, al-kawafir. Karena alif dan lam tersebut menunjukkan bahwa kata
benda tersebut mengandung arti kata yang sempurna. Hal ini tidak ada perselisihan antara
para ulama dan ahli bahasa.
 Semua kata kafir yang diungkapkan dalam al Quran maksudnya adalah kufur akbar, sama
saja apakah dalam bentuk kata benda atau kata kerja atau masdar (kata kerja yang
dibendakan).
Hal tersebut karena lafadz al Quran itu sempurna yang dapat disimpulkan setelah meneliti
kosa kata dalam al Quran. Sampai kekafiran yang berbicara tentang kufur nikmat termasuk dalam
kufur akbar, sebagaimana yang tersebut dalam surat Ibrohim: 28 (‫ك ْفرا‬ ِّ َّ َ‫ ) َبدَّلُوا نِّ ْع َمة‬dan An Nahl:
ُ ‫ّللا‬
112 (ِّ‫ّللا‬ َّ ‫ت ِّبأ َ ْنعُ ِّم‬
ْ ‫)فَ َكفَ َر‬. Hingga yang secara dhohir menunjukkan makna bahasa, sesungguhnya
yang dimaksud adalah kufur akbar secara syar'i seperti yang tertera dalam surat Al Hadid: 20
َ َّ‫ب ْال ُكف‬
(‫ار‬ َ ‫)أ َ ْع َج‬.
 Selanjutnya lafadz-lafadz kufur yang terdapat didalam As Sunnah, setiap lafadz yang
diungkapkan dalam bentuk isim yang ber-alif-lam ta'rif. Maksudnya adalah kufur akbar.
Sebagaimana dalam hadits
‫بين الرجل وبين الكفر ترك الصالة‬
Namun jika tidak diungkap dalam bentuk seperti ini maka pada asalnya pengertdiannya
adalah kufur akbar, sampai ada qorinah yang memalingkan dari maksud aslinya (kufur akbar ke
kufur ashghor). Sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang kufurnya seorang istri kepada suami,
ketika Rosul Shollallohu 'Alaihi Wassallam bersabda (tentang wanita): "…(‫ )يكفرن‬mereka kafir",
para sahabat bertanya,"apakah mereka kafir kepada Allah?". Pertanyaan ini menunjukkan bahwa
apabila kata kafir disebutkan secara lepas maka yang dimaksud adalah kufur akbar sampai ada
qorinah yang memalingkannya pada kufur ashghor.243

2) Perkataan atau perbuatan tersebut jelas-jelas menunjukkan kekafiran


Kekufuran tidak hanya dapat terjadi dengan perkataan namun juga dengan perbuatan.
Adapun contoh perbuatan yang menyebabkan kekufuran adalah seperti menginjak al Quran,
melemparnya di kotoran atau berusaha merubah isinya baik dengan menambah atau
mengurangi.244Sedangkan contoh dalam perkataan adalah seperti mencela Rosul Shollallohu 'Alaihi
Wassallam dengan mengatakan semoga Allah Subhanahu Wata'ala melaknatnya atau
menghinakannya atau dengan perkataan yang lain.245
Namun terkadang tidak setiap perbuatan atau perkataan itu dapat dijadikan sebagai sebab
pengkafiran karena mengandung beberapa kemungkinan. Contohnya orang yang berdoa diatas
kuburan bisa jadi dia berdoa untuk mayit dan bisa jadi dia berdoa kepada mayit agar mengabulkan
doanya. Maka dalam kasus seperti ini ada beberapa hal yang bisa dijadikan penguat untuk
menentukan maksud dari pelakunya. Diantaranya adalah:

243
Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/21-23
244
Nawaqidul Iman al Qouliyah wal Amaliyah hal 393
245
Idem, hal 164

56
SERI AQIDAH

a. Tabayyun
Yaitu tabayyun terhadap niat pelaku, dengan cara meminta kejelasan kepadanya perihal
perbuatan yang dia lakukan. Ini dilakukan agar tidak menghukumi seseorang berdasarkan
persangkaan belaka. Misalnya hanya sekedar mendengar berita saja, karena boleh jadi yang
membawa berita itu bohong atau dia salah dalam memahami apa yang didengar atau dilihatnya.
Sehingga dengan adanya tabayyun dapat membantu mengetahui maksud yang sesungguhnya dari
pelaku.246
Imam Nawawi Rohimahulloh menukil dari perkataan Ash Shomiri dan Al Khotib,"jika
seorang mufti ditanya tentang orang yang berkata begini dan begini, yang mengandung beberapa
perkara yang sebagiannya merupakan kekufuran, hendaknya mufti menjawab: “Tanyakan tentang
maksud perkataannya”. jika dia bermaksud begini maka jawabannya begini dan jika dia
bermaksud begini maka jawabannya begitu.247
Dan Imam Syafi'i Rohimahulloh berkata, "Pada masalah yang mengandung kemungkinan
yang tidak jelas perkataan yang dijadikan pegangan adalah perkataan pelakunya"248
Yang perlu diperhatikan pula bahwa yang dinyatakan dan berpengaruh terhadap hukum
adalah niat untuk melakukan perbuatan kekafiran bukan niat untuk kafir dari pelaku, sehingga tidak
perlu bertanya kepada pelaku apakah dia bermaksud kafir dengan perbuatannya ataukah tidak.
Berdasarkan firman Allah Ta'ala dalam Surat At Taubah: 65-66 "Dan jika kamu tanyakan kepada
mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami
hanya bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya
dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"# Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman……"249
Berkaitan dengan ayat diatas Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata, "hal itu menunjukkan
bahwa dalam hati mereka tidak ada keinginan untuk kafir, tetapi mereka menyangka bahwa apa
yang mereka lakukan itu bukan kekafiran. Maka Allah Ta'ala menjelaskan bahwa mengolo-olok
Allah, ayat-ayat dan Rosul-Nya adalah kekafiran yang menjadikan kafir pelakunya setelah
pelakunya beriman…..250. Kemudian beliau juga berkata dengan perkataan yang singkat, "Intinya
barang siapa yang berkata atau berbuat suatu kekafiran maka dia telah kafir, meskipun dia tidak
berniat untuk kafir. Karena tiada seorang pun yang berniat menjadi orang kafir kecuali yang
dikehendaki oleh Allah Ta'ala."251

b. Melihat keadaan yang menyertai perbuatan


Contoh kasusnya adalah apabila ada seseorang yang membakar al Quran ketika ditanya dia
menjawab bahwa yang dia membakarnya karena sudah lama, namun setelah dicek ternyata mushaf
itu masih baru dan dia tertuduh sebagai seorang yang zindiq maka bukti-bukti ini membuktikan
akan kedustaannya. Ibnu Rojab Rohimahulloh berkata, "Dalam menerima pengakuan yang sesuai
dan yang tidak sesuai, bukti keadaan berbeda dengan bukti perkataan, bukti keadaan saja dapat
menyebabkan hukum"252

c. Melihat kebiasaan
Dalam hal ini Ibnul Qoyyim Rohimahulloh berkata, "Dia (mufti) tidak boleh berfatwa pada
pengakuan, sumpah, wasiat dan yang lainnya yang berkaitan dengan lafadz dan berdasar dengan
yang dia gunakan untuk memahami lafadz-lafadz tersebut. Tanpa mengetahui kebiasaan pemilik
dan pengguna lafadznya. Sehingga dia memahami lafadz tersebut sebagaimana yang mereka

246
Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/26
247
Al Majmu', Imam Nawawi, 1/80-81
248
Al Umm, 7/297
249
Surat At Taubah: 65-66
250
Majmu' Fatawa, 7/123
251
Dinukil dari Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/69-70
252
Idem, 8/27

57
SERI AQIDAH
pahami menurut kebiasaan mereka meskipun tidak sesuai dengan hakikat asalnya. Namun, jika
mufti tidak melakukannya maka dia akan sesat dan menyesatkan." Seperti halnya lafadz dinar yang
berarti 8 dirham bagi suatu kelompok sedangkan bagi kelompok lain berarti 12 dirham.253
Maka dari itu hendaklah seorang hakim atau mufti mengetahui kebiasaan dari tiap daerah,
atau kalau tidak begitu dia mencari tahu dulu karena bisa jadi kebiasaan setiap daerah itu berbeda-
beda.

C. Mawani' yang berkaitan dengan penetapan hukum

Dalam mawani' yang berikut ini berkaitan dengan proses dan perangkat dari peradilan yang
bertugas menentukan hukum bagi pelakunya. Adapun yang berhak atasnya adalah orang yang layak
untuk memvonis. Yaitu seorang imam atau wakil-wakilnya254, seperti hakim, mufti atau ulama
kalau bisa seorang mujtahid tapi tidak harus seorang mujtahid. Namun yang lebih berhak adalah
hakim sebagaimana disebutkan dalam hadits yang artinya "Apabila seorang hakim memutuskan
perkara, lalu dia berijtihad dan ijtihadnya benar maka dia mendapat 2 pahala, jika dia
memutuskan perkara lalu berijtihad dan ijtihadnya keliru maka baginya 1 pahala"255
Namun jika tidak didapati seorang imam atau hakim atau semisalnya maka sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Taimiyah Rohimahulloh yang berkata, "syarat-syarat menjadi hakim itu
ditentukan sesuai dengan kemungkinan, dan yang diangkat yang menjadi hakim wajib dari orang
yang terbaik. Lalu orang yang berada dibawahnya. Inilah yang dapat dipahami dari perkataan
Ahmad dan yang lainnya sehingga jika tidak ada orang yang baik maka diangkat orang yang
paling sedikit kefasikan kejelekannya, dan muqollid yang paling adil dan yang paling paham
masalah taklid"256
Dan bukan berarti dengan tidak adanya imam kemudian hukum tidak dilaksanakan,
Sebagian ulama juga berpendapat bahwa hudud juga bisa dilaksanakan oleh kaum muslimin lainnya
walaupun tidak ada imam atau imam meremehkan penegakkan hudud. Ibnu Taimiyah
Rohimahulloh berkata, "….demikian pula jika seorang imam meremehkan pelaksanaan hudud atau
tidak mampu melaksanakannya maka tidak ada kewajiban untuk melimpahkan perkara ini
kepadanya sedangkan hudud mampu ditegakkan tanpa (bantuan) imam. Pada dasarnya
penegakkan hudud ini terletak pada bagaimana cara menegakkannya dengan cara yang terbaik.
Jika bisa dilaksanakan oleh imam sendiri maka tidak perlu bantuan satu-dua orang. Dan jika tidak
bisa dilaksanakan kecuali dengan keikutsertaan beberapa orang dalam jumlah tertentu maka harus
dilaksanakan dengan kehadiran mereka –walau tanpa imam- dengan syarat tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih besar dibanding saat tidak melaksanakannya. Karena ia bagian dari amar
ma'ruf nahi munkar….257"
Adapun dalam pembuktian, kemurtadan dapat dibutikan dengan pengakuan dari pelaku atau
dengan dari 2 orang saksi adil. Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu, seperti malik, Al Auzai,
As Syafi'I, dan ahli Ro'yi. Mundzir berkata, "tidak ada yang menyelisihi setahu kami kecuali hasan"
yang menqiyaskan dengan had zina.258 Dan juga dapat dibuktikan dengan kemasyhuran
sebagaimana yang diutarakan oleh Ibnul Qoyyim Rohimahulloh dalam Ath Thuruq Al Hukmiyah
hal 212, "menghukumi dengan kemasyhuran adalah tingkatan antara mutawatir dan ahad.
Kemasyhuran adalah apa yang dibicarakan orang…dan tingkatan ini lebih kuat dari kesaksian 2
orang yang diterima kesaksiannya."259
Berikut kami sebutkan syarat-syarat bagi seorang hakim dan saksi dalam persidangan
menurut 4 imam yang ada. Adapun syarat bagi seorang hakim ada dua macam,

253
I'lamul Muwaqqi'in, 4/228
254
Ashorimul maslul hal 300
255
HR Muttafaqun 'Alaihi
256
Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/54
257
Majmu' Fatawa, 34/176
258
Al Mughni, 12/287
259
Dinukil dari Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/36

58
SERI AQIDAH
 Syarat yang disepakati: muslim, berakal, baligh, dapat melihat, mendengar, berbicara dan
mengetahui hukum syar'ie.
 Syarat yang masih diperselisihkan: laki-laki, adil dan mujtahid.260
Sedangkan bagi seorang saksi syarat-syaratnya adalah: berakal, baligh, merdeka, muslim,
dapat melihat, berbicara, adil, dan tidak tahammuh (diragukan)261
Adapun tata urutan dalam penetapan hukum adalah sebagai berikut:
 Melihat kepada penyebab kekafiran, hendaknya memenuhi 2 syarat: shorihud dalalah dan
kekafirannya dibuktikan oleh nash syari.
 Melihat syarat, yaitu syarat pada pelaku, perbuatan dan pembuktian perbuatannya.
 Melihat penghalang, yaitu penghalang yang terdapat pada pelaku, perbuatan dan pembuktian
perbuatannya
 Memutuskan hukum, yaitu hukum murtad. Ini berkaitan dengan kelayakan yang memberikan
hukuman.
 Istitabah, bagi pelaku yang maqdur ‘álaih yaitu yang berada didarul islam (kekuasaan islam)
 Pelaksanakan hukum, yaitu dilakukan oleh (hakim) penguasa islam bagi yang maqdur álaih dan
oleh semua orang islam bagi yang mumtani (mempertahankan diri)262
Yang dimaksud maqdur 'alaihi adalah dibawah kekuasaan penguasa baik secara hakiki
dengan menahannya atau secara hukum dengan menghentikannya dan menginterogasinya tanpa
penghalang. Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata, "Yang dimaksud maqdur 'alaihim adalah
memungkinkannya untuk melaksanakan hukum had kepada mereka karena telah terbukti atau
karena dia telah mengakuinya, dan mereka berada dibawah kekuasaan muslimin."263
Sedangkan yang dimaksud dengan mumtani' disini adalah orang yang mempertahankan diri
dari kaum muslimin, baik dengan membelot atau dengan bergabung dengan kafir harbi. Bagi
maqdur 'alaihi, yang berhak menentukan hukum dan melaksanakannya adalah hakim, karena dialah
yang menerima kesaksian dan dia juga yang mempunyai kekuasaan untuk meneliti keberadaan
syarat-syaratnya dan ketiadaan penghalang-penghalangnya. Sebagaimana pula keputusan hakim itu
menghilangkan perselisihan dan keputusannya tidak bisa dibatalkan, kecuali bertentangan dengan
nash al Quran atau sunnah dan ijma'.264 Namun jika pelaku itu murtad mumtani' maka siapa saja
boleh membunuhnya, Karena dia adalah seorang yang murtad. Ibnu Taimiyah Rohimahulloh
berkata, "wajib diketahui bahwa barang siapa yang bergabung di darul harb maka dia menjadi
seperti ahlil harbi...",265 Kemudian dalam Al mughni Ma'a syarhil kabir juz 10 hal 86 Ibnu
Qudamah berkata, "jika orang yang murtad bergabung dengan negeri kafir maka kepemilikannya
tidak hilang. Tetapi boleh bagi tiap orang untuk membunuhnya tanpa dimintai taubat dan
mengambil hartanya bagi yang mampu. Sebab, dia menjadi seorang yang harbi dan hukumnya
adalah orang yang harbi.266

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan

 Qiyamul hujjah
Dalam takfir muayyan sangat diperlukan adanya qiyamul hujjah asy syar'iyah bagi mereka
yang berudzur dengan kebodohan atau dengan yang semisalnya. Banyak sekali dalil yang
menunjukkan kemasyru'iyahan dari qiyamul hujjah, diantaranya adalah :
 Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang tertera dalam surat Al Isro': 15 "…..Dan seorang
yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab
sebelum Kami mengutus seorang rasul."

260
Al Fiqh Al islami, 6/743-744
261
Idem, 778
262
Al jami' Fi tholabil 'ilmi Asy Syarif, 8/64-65
263
As Shorimul Al maslul, 488
264
I'lamul Muwaqi'in, 4/224
265
As Shorimul Al Maslul hal 282
266
Dinukil dari Al Jami Fitholabil Ilmi Asy Syarif, 8/63

59
SERI AQIDAH
 Firman Allah Subhanahu Wata'ala dalam surat Al Mulk: 8-9 "hampir-hampir (naar) itu
terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan
(orang-orang kafir), penjaga-penjaga (naar itu) bertanya kepada mereka:"Apakah belum
pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (8) Mereka
menjawab:"Benar ada",sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi
peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan:"Allah tidak menurunkan
sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". (:9)
 Ibnul Qoyyim berkata, "Dan banyak didalam al Quran yang mengkhabarkan bahwa yang
diadzab adalah yang datang kepada mereka Rosul dan tegak kepada mereka hujjah".
Ada beberapa ketentuan dan syarat dalam qiyamul hujjah, adapun pokok atau dasar didalam
qiyamul hujjah adalah tidak ada takfir bagi seseorang kecuali bila hujjah risalah telah sampai
kepadanya. Dan terkadang yang dimaksud dengan qiyamul hujjah hanya sebatas penyampaian
secara global, yang perlu ditegakkan adalah tentang pokok-pokok agama, yaitu beribadah kepada
Allah Ta'ala, bertaqorrub kepada-Nya saja dan mengikuti syariah secara global. Tetapi terkadang
pula yang dimaksud dengan qiyamul hujjah adalah segala sesuatu yang terkait dengan perincian
dari hujjah risalah dan mengikuti syariat secara terperinci dengan mengerjakan perintah-perintah
dan menjauhi larangan-larangan, sehingga mengharuskan dalam iqomatul hujjah penyampaian yang
terperinci, dan orang yang belum sampai kepadanya hujjah Allah Ta'ala tentang suatu hal dari
permasalahan tersebut maka dia tidak terbebani. Oleh karena itu tersampainya hujjah secara
terperinci merupakan syarat didalam taklif. Dan hujjah kepada seorang hamba tegak dengan adanya
2 perkara: disyaratkan mampu mengetahui apa yang telah diturunkan oleh Allah Ta'ala, dan
mampu mengamalkannya. Ditambah dengan tersingkapnya syubhat yang ada bagi mereka yang
terjerumus dalam kesyubhatan, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam, "…dan barang siapa
yang keislamannya tetap dengan keyakinan, maka tidak akan hilang hanya dengan persangkaan
belaka, bahkan tidak akan hilang sehingga tegak hujjah padanya dan hilang kesyubhatan dalam
dirinya"267
Maka dalam melaksanakannya berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain
berdasarkan keadaan dan obyeknya, berikut kesimpulan dari perkataan beberapa ulama terkait
dengan masalah ini:
1. Umat telah bersepakat bahwa orang yang baru masuk Islam atau yang hidup di tempat yang
terpencil berudzur dengan kejahilannya terhadap hukum-hukum dhohir yang mutawatir
seperti kewajiban sholat, zakat, keharaman khomr dan lainnya.
2. Barang siapa yang mengingkari perkara-perkara ini dalam darul Islam dan dia
mengetahuinya dan dia bukan muallaf maka dia dapat dikafirkan hanya dengannya saja,
sehingga dapat kita ketahui kesalahan orang yang mengira bahwa seseorang yang bodoh
tidak dapat dikafirkan secara mutlak.
3. Disana ada perkara-perkara yang telah disepakati dan permasalahan-permasalahan yang
yang samar tidak tampak, akan tetapi perkara tersebut tidak dapat diketahui kecuali dengan
cara yang khusus dari ahli ilmu. Maka barang siapa yang mengingkarinya dari golongan
awam dia tidak dikafirkan, sedangkan jika orang yang mengingkari itu dari golongan yang
khusus maka dia dikafirkan jika orang yang semisalnya saja tahu.
4. Dan juga dapat dikiaskan kepada orang yang hidup didaerah yang banyak tersebar
kesyirikan dan penyelewengan dengan lemahnya dakwah tauhid. Syaikhul islam berkata,
"….dan yang demikian itu adalah kesyirikan yang diharamkan oleh Allah dan Rosul-Nya,
akan tetapi karena banyaknya kebodohan dan sedikitnya ilmu tentang risalah pada
kebanyakan mutaakhirin maka tidak mungkin mereka dikafirkan sehingga jelas kepada
mereka apa yang diemban oleh Nabi Shollallohu 'Alaihi Wassallam dari apa yang
menyelisihinya"
Namun disana ada 2 hal yang besar yang mempengaruhi perbedaan ini: pertama Kurangnya
dakwah dan qiyamul hujjah kepada orang-orang yang jahil serta mendahulukan yang paling urgen

267
Majmu' Fatawa, 12/366

60
SERI AQIDAH
dari yang urgen., dan yang kedua karena tidak adanya penguasa yang menegakkan hujjah dan
meminta taubat dari orang yang tidak jera yang dengannya akan jelas antara siapa saja yang telah
tegak padanya hujjah dan yang belum.268
Disisi lain yang tidak kalah pentingnya dalam proses iqomatul hujjah adalah hendaknya
iqomatul hujjah dilaksanakan oleh orang yang berkompenten dalam hal ini, sebagaimana perkataan
Al Allamah Sulaiman bin Sahman, "yang telah nampak bagiku wallohu a'lam bahwasanya
iqomatul hujjah tidak akan tegak kecuali lewat seseorang yang bagus dalam penyampaiannya,
sedangkan bagi orang yang tidak dapat melaksanakanya dengan baik seperti orang yang bodoh
yang tidak mengetahui hukum-hukum dalam dien atau yang disebutkan oleh para ulama dalam
masalah itu, maka hujjah tidak akan tegak" 269

 Istitabah
Istitabah yang sering dimaksudkan adalah meminta taubat dari orang yang murtad yang
berupa menyuruhnya kembali kepada dienul islam dengan mengucapkan syahadat, yang dilakukan
setelah vonis dijatuhkan. Jumhur ulama mewajibkan hal ini. Dengan dalil hadits ummu Marwan
yang murtad kemudian setelah sampai berita kepada Rosululloh Shollallohu Álaihi Wassallam
beliau menyuruh untuk meminta taubat darinya dan jika tidak mau, maka dibunuh sebagai hadnya.
Sedangakn menurut Hanafiyah sunnah menawarkan islam kepada mereka dengan tambahan
dipenjara selama 3 hari.270
Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa termasuk dalam pengertian istitabah adalah
tabayyun kepada pelaku sebelum dijatuhkannya vonis. Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata,
“…sebagaimana orang-orang yang dilakukan istitabah oleh umar dan orang-orang yang seperti
itu sesungguhnya pada orang-orang tersebut dilakukan istitabah dan ditegakkan hujjah kepada
mereka. Lalu jika mereka tetap pada pendiriannya maka ketika itu mereka kafir dan tidak divonis
kafir kecuali setelah dilakukan proses tersebut. In isebagaimana para shohabat yang juga tidak
menghukumi kafir kepada Qudamah Bin Madz’ud dan kawan-kawannya ketika mereka salah dalam
menakwilkan.”271

 Kekafiran yang tidak bisa dimaafkan kecuali karena alasan terpaksa.


Yaitu orang-orang yang melecehkan Allah, Rasul-Nya dan Islam. Siapa pun yang
melakukan perbuatan tersebut, serius maupun hanya bergurau, dia telah kafir lahir dan bathin dan
tidak bisa beralibi dengan mawani' takfir selain ikrah (terpaksa).
Sebab, setiap orang yang baru saja masuk Islam pun tahu bahwa menghormati dan
mengagungkan Allah dan Rasul-Nya adalah wajib. Hal itu telah diketahui sejak diucapkannya
kalimat syahadat. Dan hal tersebut tidak bisa disamakan dengan jahl.272
Imam Ahmad berkata, "siapa saja yang menghina Nabi Shollallohu 'Alaihi Wassallam atau
merendahkan-Nya, baik ia seorang muslim atau seorang kafir maka dia harus dibunuh, dan saya
berpendapat bahwa dia dibunuh dan tidak dimintai taubat."273
Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata, "Harus dipahami bahwa pendapat yang menyatakan
bahwa kafirnya para pencela Nabi adalah karena ia menganggap hal tersebut boleh adalah salah,
mungkar, omong kosong dan berseberangan dengan konsensus ulama."274
Imam Ibnu Rahuyah berkata, "Kaum muslimin telah sepakat bahwa orang yang menghina
Allah dan Rasul-Nya atau menolak sesuatu yang diturunkan Allah atau membunuh Nabi, ia kafir
karenanya meski mengakui apa yang diturunkan Allah."

268
Nawaqidul iman Al I'tiqodiyah, 1/241-243
269
Dinukil dari idem, 1/244
270
Fiqh islami, 6/188
271
Majmu' Fatawa, 7/610
272
Qowaidut takfir hal 69
273
As Shorimul Al Maslul hal 502
274
Lihat Majmu' al Fatawa: 7/557.

61
SERI AQIDAH
Al Khattabi berkata, "Setahuku, tak seorang muslim pun yang berbeda pendapat tentang
keharusan membunuhnya."
Muhammad bin Syahnun berkata, "Ulama sepakat bahwa orang yang mencela Nabi dan
menghujat beliau adalah kafir. Ancaman siksa akan menimpanya dan hukumannya adalah "bunuh"
dan barangsiapa yang ragu bahwa ia telah kafir dan akan disiksa maka ia juga telah kafir."275

Kesimpulan
1.Dalam masalah takfir perlu dibedakan antara takfir muayyan dan takfir mutlak
2. Mawani' dalam takfir mencakup 3 hal yaitu mawani' yang berkaitan dengan perbuatan atau
perkataan pelaku, mawani' yang berkaitan dengan keadaan pelaku dan terakhir mawani'
yang berkaitan dengan proses penetapan hukum.
3. Pembahasan takfir muayyan lebih terfokus pada masalah mawani' yang berkaitan dengan
mawani' yang berkaitan dengan kondisi pelaku.
4. Yang berhak menetapkan hukum adalah imam dan para wakilnya, jika tidak didapati
keduanya maka dicari orang-orang yang paling baik sedikit kefasikan dan muqollid yang
paling mengerti masalah taklid.
5. Yang menjadi syarat dalam iqomatul hujjah adalah tersampainya hujah dengan jelas dan
objek mampu melaksanakannya, dan juga tersingkap kesyubhatan yang mengungkungnya.

Daftar pustaka
1. Taimiyah, Taqiyuddin Ahmad Bin Abdul Halim. Majmu’ Fatawa, Muassasah Ar Risalah.
Beirut.1997
2. Al Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Fathul Barri. Beirut.2000
3. Al Jauziyah, Ibnul Qoyyim. I'lamul Muwaqqi'in 'An Robbil 'Alamin, Darul Jail. Beirut-
Libanon.
4. Asy Syaukani, Imam Muhammad Ali Bin Muhammad. Fathul qodir, Darul Kutub Al Ilmiyah.
Beirut-Libanon.1994
5. Asy Syafi'i, Muhammad bin Idris. Al Umm, Darul Ma'rifah. Beirut Libanon.
6. Al Latif Dr Abdul Azis Bin Muhammad Bin 'Ali Al Abdul. Nawaqidul Iman al Qouliyah wal
Amaliyah, Darul Wathon. Riyadh.1414 H
7. Al Wuhaiby, Muhammad bin Abdulloh bin 'Ali. Nawaqidul iman al I'tiqodiyah wa
dhowabituht takfir 'indas salaf, Darul wathon. Riyadh.1996
8. Al Masy'abi, DR. Abdul Majid Bin Salam Bin Abdulloh. Manhaj Ibnu Taimiyah Fi masalatit
Takfir, Maktabah Adwaus salaf. Riyadh 1997
9. Taimiyah, Taqiyuddin Ahmad Bin Abdul Halim. Ash Shorim Al Maslul 'Ala Syatimir Rosul,
Darul Kutub Al 'Aroby. Beirut.1996
10. Ibnul Mundzir, Abi Fadhl Jamaluddin Muhammad bin Mukarram. Lisanul ‘Arab, Darush
Shodr. Beirut.
11. Al Qorny, Abdulloh Bin Muhammad. Dhowabithut takfir 'Inda Ahlis sunah Wal Jama'ah,
Muassasatur Risalah. Beirut.1992
12. Azzukhaili, DR.Wahbah. Fiqhul Islam, Darul Fikr. Damaskus.1989
13. Abu Bashir, Abdul Mun'im Musthofa Halimah. Qowaidut takfir, Darul Bashir. Oman-
Yordania.1994
14. Bin Abdul Azis, Syeikh Abdul Qodir. Al jami' Fi tholabil ilmi asy-syarif.
15. Qudamah, Ibnu. Al Mughni, hijr. 1992
16. An Nawawi, Imam Abu Zakaria Bin Muhyiddin Bin Syarof. Al Majmu' Syarhul Muhazzab,
Darul Fikr. Beirut-Libanon.1996

275
As Shorimul Al Maslul hal 32-33

62
SERI AQIDAH

63

Anda mungkin juga menyukai