Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Iman Dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:‫ )اإليمان‬secara etimologis berarti 'percaya'.

Perkataan iman (‫ )إيمان‬diambil dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu' (‫ )يؤمن‬yang berarti 'percaya'
atau 'membenarkan'.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah
"Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan
melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk
unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga
bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al
Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal
perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
—QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa
berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam
Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal,
dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah
bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah
melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan
berkurang.”

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam
Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai)
kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah ,
kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama
dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap
ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang
jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam
Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan
perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan
membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna
iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan
mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna
apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab,
unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan adalah hal yany paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah memerintahkan
agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan
kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari
kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami
kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh
karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.Maka pegang
teguhlah keimanan yang sudah anda miliki!!!

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan
dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.

ustadz, ana mau tanya.


1. apakah benar iman itu bisa bertambah dan berkurang.
2. bagaimana kiat – kiatnya agar iman kita selalu bertambah / stabil

agus wijaya – wijaya###@ymail.com


Jawaban:

Wa’alaikumussalam.

Semoga Antum dan kita semua dalam pemeliharaan Allah ta’ala.

Benar, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Adabeberapa dalil tentang hal ini, seperti
firman Allah ta’ala di dalam surat Ali Imron [3]: 173:

‫اخش َْو ُه ْم فَ َزا َد ُه ْم إِي َمانًا َوقَالُوا‬


ْ َ‫اس قَ ْد َج َم ُعوا لَ ُك ْم ف‬ ُ َّ‫ين قَا َل لَ ُه ُم الن‬
َ َّ‫اس إِنَّ الن‬ َ ‫الَّ ِذ‬
‫سبُنَا هَّللا ُ َونِ ْع َم ا ْل َو ِكي ُل‬
ْ ‫َح‬
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia (yaitu orang Quraisy) telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong
Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”.

Juga firman-Nya di dalamsuratat-Taubah [9]: 124:

‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫ورةٌ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ يَقُو ُل أَيُّ ُك ْم َزا َد ْتهُ َه ِذ ِه إِي َمانًا فَأ َ َّما الَّ ِذ‬
َ ‫س‬ُ ْ‫َوإِ َذا َما أُ ْن ِزلَت‬
‫ون‬
َ ‫ش ُر‬ ْ َ‫فَ َزا َد ْت ُه ْم إِي َمانًا َو ُه ْم ي‬
ِ ‫ستَ ْب‬
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat
ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka
merasa gembira.

Juga firman-Nya di dalamsuratal-Fath [48]: 4:

‫ين لِيَ ْز َدادُوا إِي َمانًا َم َع إِي َمانِ ِه ْم َوهَّلِل ِ ُجنُو ُد‬َ ِ‫ب ا ْل ُم ْؤ ِمن‬ َّ ‫ه َُو الَّ ِذي أَ ْن َز َل ال‬
ِ ‫س ِكينَةَ فِي قُلُو‬
‫ان هَّللا ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬ َ ‫ض َو َك‬ ِ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬َّ ‫ال‬
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi dalam ayat di atas ialah penolong yang
dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang,
angin taufan dan sebagainya

Perhatikan beberpa firman Allah ta’ala di atas. Dengan jelas Dia azza wajalla menyebut
bahwa iman itu bertambah. Yaitu bertambah keimanan mereka yang telah ada menjadi lebih
dari sebelumnya.
Sehingga ini juga menunjukkan bahwa keimanan seorang yang beriman berbeda dengan
keimanan orang beriman lainnya. Yaitu ada yang lebih besar dan ada yang lebih kurang dari
yang lainnya.

Contoh masalah ini, bahwa tatkala ada dua orang mukmin, yang satu rajin sholat lima waktu
dengan senantiasa berjama’ah ke masjid dan yang satunya sholat lima waktu hanya dilakukan
di rumah atau sesekali saja dia berangkat sholat berjama’ah ke masjid. Padahal dia tinggal
tidak juga jauh dari masjid. Kumandang adzan pun senantiasa terdengar oleh telinganya.
Maka dua orang yang halnya berbeda ini menunjukkan bahwa iman seorang mukmin yang
pertama melebihi iman seorang mukmin yang kedua. Sebab mukmin yang kedua telah
bermaksiat dengan tidak menunaikan kewajiban, yaitu sholat berjamaah ke masjid.

Imam al-Bukhari rahimahullahu ta’ala di dalam Shahih al-Bukhari pada Kitabul Iman
membuat bab khusus tentang masalah ini. Beliau rahimahullahu ta’ala menyebutkan: “Bab
ziyadatul iman wa nuqshanuhu” artinya Bab bertambah dan berkurangnya iman. Kemudian
beliau rahimahullahu ta’ala menyebutkan beberapa ayat sebagai dalilnya, diantaranya ayat
yang telah disebutkan di atas, lalu beliau rahimahullahu ta’ala membawakan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan:

‫يَ ْخ ُر ُج من النَّا ِر من قال اَل إِلَهَ إال هللا وفي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ ش َِعي َر ٍة من َخ ْي ٍر َويَ ْخ ُر ُج من‬
‫النَّا ِر من قال اَل إِلَهَ إال هللا وفي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ بُ َّر ٍة من َخ ْي ٍر َويَ ْخ ُر ُج من النَّا ِر من قال اَل‬
‫إِلَهَ إال هللا وفي قَ ْلبِ ِه َو ْزنُ َذ َّر ٍة من َخ ْي ٍر‬
Akan keluar dari neraka seorang yang telah mengikrarkan la ilaha illallah dan di hatinya
terdapat iman meski seberat biji gandum sekalipun. Dan akan keluar dari neraka juga
seorang yang telah mengikrarkan la ilaha illallah dan diahtinya terdapat iman meski seberat
tepung gandum sekalipun. Dan akan keluar dari neraka seorang yang telah mengikrarkan la
ilaha illallah dan di hatinya terdapat iman meski seberat dzarrah sekalipun. (HR. al-Bukhari
44 dan Muslim 193)

Di dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut bahwa iman kaum
mukminin berbeda-beda besar dan beratnya. Ada yang berlebih dari yang lainnya ada juga
yang lebih ringan dan lebih kecil dibanding iman seorang mukmin lainya. Apabila terdapat
yang lebih tentu lazimnya juga ada yang berkurang. Jadi apabila ada iman yang bertambah
sebab adanya kelebihan tersebut tentu dikatakan bahwa yang tidak terdapat kelebihan adalah
kurang. Sehingga iman itu ada yang bertambah dan juga ada yang kurang.

Oleh karena itu juga, Imam al-Bukhari rahimahullahu ta’ala pada bab yang beliau sebutkan di
atas mengatakan: “…apabila seorang mukmin meninggalkan sedikit saja dari
kesempurnaannya maka imannya pun berkurang.”

Adapun tentang kiat agar iman kita senantiasa bertambah, kita perlu memahami bagaimana
iman itu bertambah dan berkurang.

Asy-Syeikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala (Syarah Lum’atil I’tiqad hlm. 99)
mengatakan: “Dan iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan.”
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta’ala (kitabul iman, 195) menyebutkan bahwa
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu ta’ala menyebutkan bahwa Umar bin Khaththab
radhiyallahu anhu mengatakan kepada para sahabatnya; ”Marilah kemari kita menambah
iman.” Lalu ternyata mereka masing-masing berdzikir kepada Allah ta’ala.

Demikian juga yang pernah disebutkan dan dilakukan oleh Muadz bin Jabal radhiyallahu
anhu beserta para sahabatnya, juga oleh Abdullah bin Rawahah radhiyallahu anhu.

Riwayat di atas menegaskan bahwa iman bertambah dengan amalan ketaatan.

Apabila iman bertambah dengan amalan ketaatan maka iman harus berkurang dengan
kemaksiatan.

Sehingga bisa dipahami bahwa kiat menambah iman diantaranya ialah:

1. Dengan senantiasa menambah ilmu, ialah ilmu yang bermanfaat. Yaitu ilmu tentang
kitabullah azza wajalla dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. karena hanya
dengan ilmu tersebutlah seorang mukmin akan semakin luas perbendaharaan ilmunya tentang
amalan-amalan ketaatan. Dengan ilmu tersebut pula, yaitu kitabullah dan sunnah Rasulullah,
seorang mukmin bisa semakin terpupuk kemauan dan kesungguhannya untuk beramal
ketaatan. Perhatikanlah ayat 124 padasurat at-Taubah di atas. Bagaimana al-Qur’an
diturunkan adalah untuk menambah iman kaum mukminin.

2. Dengan memperbanyak amalan ketaatan dan mengajak bersama-sama


mengamalkan ketaatan. Diantaranya ialah berdzikir, mengingat Allah ta’ala. Sebagaimana
dalam riwayat di atas. Bagaimana para sahabat berupaya menstabilkan iman bahkan
menambahnya dengan mengajak bersama-sama melakukan keta’atan, seperti berdzikir dan
semisalnya.

3. Ini juga menunjukkan bahwa untuk mempertahankan stabilnya iman bahkan untuk
menambahnya perlu adanya motifasi, dan bisa jadi motifasi tersebut didapati saat
sedang bersama kaum sholih yang sama-sama ingin memelihara imannya. Oleh
karenaya para sahabat pun berusaha untuk senantiasa bersama-sama di dalam amalan
ketaatan. Sebab dengan kebersamaan akan lebih jauh dari keteledoran, sebaliknya akan terus
terpupuk semangat menuju kebaikan.

Dan inilah yang banyak terjadi pada sebagian kaum mukminin, wallahul musyataka, hanya
kepada Allah ta’ala kita mengadu,  dimana mereka tidak kuasa mempertahankan kualitas
iman mereka saat sendirian, akan tetapi di saat yang sama mereka tidak terpikir untuk
senantiasa bergaul dengan sesama kaum mukminin yang bersemangat menuju kebaikan. Bila
demikian bagaimana ia bisa menambah iman? Jangankan untuk menambah iman, untuk
sekedar menstabilkannya saja ia akan kesulitan. Wallahul musta’an.

Terakhir, sebagai nasihat bersama, bahwa setiap mukmin yang selalu tanggap dengan
kualitas imannya, selalu khawatir berkurangnya dan ingin selalu menambahnya,
mukmin yang demikian keadaannya ialah mukmin yang paling utama.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta’ala (kitabul iman, hlm. 195) menyebutkan
bahwa Abu Darda’ pernah mengatakan: “Sungguh termasuk bentuk kecerdikan seorang
hamba ialah tatkala ia senantiasa setia memupuk iman dan memperhatikan bagaimana
ia bisa berkurang, dan tatkala ia selalu memperhatikan apakah imannya saat ini
bertambah atau justru berkurang juga tatkala ia senantiasa waspada dari setiap tipu
daya setan kapan dan bagaimana ia bisa saja menimpanya (kapan saja dan dimana
saja).”

Wabillahit taufiq.

Ada seorang Amerika Non-Muslim yang memperbincangkan tentang Islam sambil menonton siaran
langsung di channel TV lain. 

Orang Amerika tsb sangat kagum dengan kerumunan orang-orang di Masjidil Haram, ada lebih dari
(±) 2,000,000 orang berkumpul untuk shalat Isya.

Kondisinya sangat ramai dengan kerumunan orang-orang hilir mudik tidak beraturan.

Lalu Da'i tsb bertanya kepada orang Amerika tadi:

"Menurut Anda, berapa lama waktu yang dibutuhkan supaya orang-orang itu bisa baris dengan rapi?"

Dan org Amerika itupun menjawab: "2 sampai 3 jam."

Dan Da'i tadi menyatakan: "Masjidil Haram punya 4 lantai loh."

Si Amerika pun menjawab: "Kalo begitu butuh waktu 12 jam"

Sang Da'i pun kembali menjelaskan: "Mereka yang kamu lihat di TV itu datang dari negara yang
berbeda dan juga berbeda bahasa satu dengan lainnya".

Orang Amerika itu menyanggah lagi: "Wah, kalo gitu mereka sama sekali gak mungkin bisa baris".

Akhirnya waktu shalatpun tiba dengan tanda bunyinya suara Iqamah.

Tampak Sheikh Abdur-Rahman as-Sudais (imam besar Masjidil Haram) berdiri di posisi terdepan
berkata:

"Istawuu / ‫( ﺁﺳﺘﻮﻭ‬Luruskanlah shaf /barisan kalian masing-masing)"

Maka berdirilah jutaan jama'ah tersebut dalam shaf-shaf / barisan yang tersusun menjadi rapi &
hanya butuh waktu tidak lebih dari 2 menit.

Lihatlah betapa agungnya agama ini dengan memiliki sistemnya sendiri.

Si Amerika tadi terperanjat dengan argumennya sendiri yang dipatahkan oleh kenyataan yang ada di
depannya.

Dipandanginya layar TV sejenak, dan kemudian ia mengucapkan:

‫أشهد أن ال إله إال هللا واشهد أن محمد رسول هللا‬

"Asyhadu an-la ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah".

SUBHANALLAH...

---

Anda mungkin juga menyukai