Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AQIDAH DAN KEIMANAN

Dosen Pembimbing : Nurhasanah B., M. Ag

Disusun Oleh :
Fitri Fadhilah / 2002112196
Freshly Arrisky / 2002112152

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
TAHUN AJARAN : 2020/2021
Daftar Isi

1. Aqidah dan keimanan……………………………………………………………… 1

A. Pengertian aqidah dan keimanan……………………………………………. 1

B. Proses terbentuknya iman……………………………………………………….. 2

C. Ruang lingkup iman………………………………………………………………….. 4

D. Tanda-tanda orang beriman……………………………………………………… 4

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….. 7
AQIDAH DAN KEIMANAN

A. Pengertian Aqidah dan Keimanan

1. Pengertian Aqidah

Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-
syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-
itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan).

Menurut istilah, aqidah berarti sebuah kepercayaan, keyakinan atau keimanan yang
tidak mudah terurai oleh segala bentuk pengaruh apapun, karena aqidah itu ada di diri
seseorang dan dialah yang mengaturnya.

Aqidah merupakan suatu keyakinan yang pasti tanpa adanya sedikit keraguan sedikit
pun kepada dasar-dasar ajaran islam yang diberikan oleh ayat-ayat alquran dan hadist
nabi. Serta suatu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan
keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya. Aqidah dapat
disimpulkan suatu keyakinan seyakin yakin nya dan mengikuti segala ajaran yang telah
di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW Sebagai suri tauladan baik melalui Akhlak.
dan aqidah islam beristilah keyakinan teguh yg tidak tercampur keraguan dengan
sesuatu apapun.

2. Pengertian Keimanan

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan


demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus
diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-
yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada
Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap
kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah
dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya
keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan
dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
‫َوِم َن الَّناِس َم ْن َيَّتِخ ُذ ِم ْن ُدوِن ِهَّللا َأْنَداًدا ُيِح ُّبوَنُهْم َك ُحِّب ِهَّللا ۖ َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأَشُّد ُح ًّب ا ِهَّلِل ۗ َو َل ْو َي َر ى اَّل ِذ يَن َظَلُم وا ِإْذ َي َر ْو َن‬
‫اْلَع َذ اَب َأَّن اْلُقَّو َة ِهَّلِل َجِم يًعا َو َأَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلَع َذ اِب‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan,
serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

B. Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan


yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan
yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan
benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti
cuaca, tanah air, dan lingkungan flora serta fauna.

dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya iman dalam diri seseorang itu melalui 2
tahap, diantaranya:

1. Didahului Oleh Pengetahuan Tentang Tuhan

Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berpikir, perenungan mendalam,
survey atau penelitian terhadap alam semesta.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)”Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka (Q.S. Ali Imran:190-191).

Dengan demikian, iman seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah
dan dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia kekuasaan Allah yang
tersedia di alam semesta (burhan kauniyah), di samping selalu taat, takwa dan
beribadah kepadaNya.

2. Timbulnya Sikap Percaya Kepada Allah

Meskipun kepercayaan pada tahap ini masih labil, tergantung pada seberapa banyak
pengetahuan tentang Allah dan upaya kontemplasinya terhadap alam semesta tersebut,
namun iman pada tahap ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
pengetahuan yang diperoleh atau pengalaman yang dijalani.

Kadang-kadang muncul keraguan dalam dirinya, namun ketika proses pencarian


tersebut berlanjut, sedikit demi sedikit keraguan itu akan hilang lalu berubah pada
terbentuknya tahap KETIGA, yakni yakin tanpa dibayangi oleh sikap ragu.

Namun,pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik


yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan
contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk
akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak beperilaku baik, apabila orang
tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela.

C. Ruang Lingkup Iman

Hadits Ibnu Majah membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek
kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku
perbuatan satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.Untuk
lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan
menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada
sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika
taqdiirul’aziizil aliim dsb. Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati
dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita
simpulkan menjadi sikap hidup. Dengan demikian maka, untuk lebih singkat dan
mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup.

D. Tanda-Tanda Orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Bila disebut nama Allah, hatinya bergetar

“Idza dzukirallahu wajilat quluubuhum; Bila disebut (nama, janji, dan ancaman) Allah
bergetarlah hati mereka. Inilah sifat pertama orang beriman yang disebutkan oleh Allah
dalam ayat ini. Bergetarnya hati mereka menunjukan rasa takut, sikap ta’dzim
(pengagungan), dan cinta kepada Allah yang tertanam di hati mereka.

Dan diantara dzikrullah yang dapat menggetarkan hati orang-orang beriman adalah
bacaan a-Qur’an. Bahkan tidak ada sesuatu yang paling besar pengaruhnya dalam
mengingatkan tentang Allah dan memperingatkan untuk tidak menyelisihi perintah-Nya
melebihi al-Qur’an. Karena dalam Al-Qur’an terdapat nama-nama Allah, janji dan
ancaman-Nya. Allah Ta’ala sebutkan dalam surah Az- Zumar ayat 23;

Allah menurunkan perkataan terbaik (yaitu) Kitab Al-Qur’an yang serupa ayat-ayat-Nya
lagi berulang-ulang. Gemetar karena-Nya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka karena mengingat Allah.
(terj. Qs. Az-Zumar :23)

Selain itu getaran hati yang muncul setelah mendengarkan nama Allah tersebut juga
melahirkan ketenangan hati. Karena hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang.
Sebagamana firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28. Rasa tenang tersebut
merupakan cerminan perasaan lapang dada yang ditimbulkan oleh cahaya makrifat dan
tauhid. Karena hati yang bergetar ketika mendengar nama, janji, dan ancaman Allah
juga melahirkan rasa takut berbuat maksiat serta semangat dan energi gerak melakukan
ketaan kepada Allah.
2. Iman Mereka Bertambah bila Mendengar Ayat Allah

Sifat mereka yang kedua adalah, bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka
iman mereka bertambah. Yakni keyakinan mereka kepada Allah bertambah mantap, dan
bukti dari pertambahan iman tersebut adalah meningkatnya amal shaleh.

Hal ini menunjukan pula bahwa sarana efektif untuk meningakatkan keimanan adalah
mendengarkan bacaan al-Qur’an dari orang lain. Karena mendengarkan melalui bacaan
orang lain lebih membantu dan mengkondisikan untuk tadabbur (merenungkan
kandungan makna) suatu ayat. Sebab saat mendengar, seseorang bisa lebih fokus
medengarkan dan memikirkan serta tidak disibukkan fikirannya dengan memikirkan
tatacara baca, tajwid, irama lagu, dan sebagainya. Rasulullah sendiri kadang meminta
sahabat untuk memperdengarkan bacaan al Qur’an kepada beliau. Seperti beliau
pernah meminta kepada ibn Masud radhiyallahu ‘anhu untuk membacakan al-Qur’an
kepadanya.

3. Bertawakkal kepada Allah

Tawakkal adalah bertumpu dan bersandar sepenuhnya hanya kepada Allah yang disertai
dengan usaha mencari sebab (sarana). Orang beriman hanya bertawakkal kepada Allah.
Karena mereka tahu, tawakkal merupakan ibdah dan ibadah hanya ditujukan kepada
Allah semata. Tawakkal merupakan tingkatan tauhid tertinggi. Oleh karena itu, ciri
mukmin sejati adalah tawajjuh kepada Allah semata dan hanya berdo’a kepada-Nya.

Dalam kalimat wa ‘alaa rabbihim yatawakkalun pada ayat di atas didahulukan


penyebutan Allah sebagai objek yang dituju dalam bertawakkal. Hal itu menunjukan dua
hal; pertama, Tawakkal hanya ditujukan kepada Allah Rabb (Tuhan) semesta alam.
Karen Dialah tumpuan dan dan sandaran satu-satu-Nya bagi setiap makhluq. Kedua,
Menunjukan kuatnya tawakkal orang-orang beriman kepada Allah. Mereka hanya
bertawakal kepada Allah, serta tidak bertumpu dan bersandar kepada selain-Nya.

4. Menegakkan Shalat

Ini merupakan salah satu sifat orang beriman yang paling sering disebutkan dalam al-
Qur’an dan hadits Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam. Mendirikan atau menegakkan
shalat. Bukan sekadar mengerjakan shalat. Karena yang dimaksud dengan iqamatus
Shalah (mendirikan/menegakkan shalat) adalah mendirikan shalat dengan memenuhi
rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, sunnah-sunnhnya, dan adab-adabnya.

Selain itu menegakkan shalat juga bermakna menunaikan shalat tersebut pada awal
waktunya secara berjama’ah di Masjid dan melaksanakannya dengan khusyu’.
Penunaian dan penegakkan shalat secara sempurna dengan menyempurnakan rukun,
syarat,wajib, sunnah, dan adabnya serta dilakukan dengan khusyu dan tertib; waktu,
cara, dan tempat diharapkan membuahkan hasil mencegah seseornag dari perbuatan
keji, mungkar, dan sia-sia.

5. Menginfakkan Sebagian Rezki Yang Mereka Peroleh

Rezki yang dimaksud di sini tidk hanya berupa harta. Tapi termasuk di dalamnya harta,
ilmu, kedudukan, dan kesehatan. Orang beriman menginfakkan kesemua itu sebagai
bukti iman dan taatnya kepada Allah Ta’ala. Infaq di sini bisa mencakup yang wajib
maupun yang sunnah. Karena Ibadah kepada dengan harta (‘ibadah maliyah) memiliki
ragam bentuk, seperti zakat, infaq, sedekah, waqaf, hibah, hadiah, dan memberi
pinjaman.

Dalam ayat al-Qur’an, ibadah maliyah seperti infaq memiliki kedudukan yang sangat
utama. Dalam sebagian ayat diisyaratkan bahwa ibadah maliyah berupa zakat, sedakah,
infaq, dan sebagainya merupakan ciri utama orang beriman dan bertakwa yang akan
memperoleh kemulian dan pemuliaan dari Allah berupa petunjuk (hudan), rezki, al-falah
(keberuntungan), yang akan berujung pada derajat yang tinggi di Surga Firdaus pada
hari akhir kelak. Diantara ayat yang menerangkan hal itu adalah Surah Al-Mukminun
ayat 1-11 dan Surah Al-Anfal ayat 2-4 di atas.
Daftar Pustaka

https://fitachoiyanti14.blogspot.com/2016/03/makalah-keimanan-dan-
ketaqwaan-matkul.html

https://belajarpengertian.blogspot.com/2018/08/pengertian-aqidah-
menurut-bahasa-istilah-dan-menurut-para-ahli.html

https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/

https://pakdosen.pengajar.co.id/aqidah-adalah/

https://vdokumen.com/proses-terbentuknya-iman-dan-taqwadocx.html

https://pecihitam.org/proses-terbentuknya-iman/

https://wahdah.or.id/lima-tanda-orang-beriman-yang-sebenarnya/
\

Anda mungkin juga menyukai