Anda di halaman 1dari 18

AKIDAH ISLAM DAN KEISTIMEWAAN

Aqidah adalah kumpulan kepercayaan yang harus diyakini. Aqidah berada diluar diri kita. Aqidah
berbeda dengan iman. Dimana pengertian iman adalah sesuatu hal yang harus diyakini. Pengertian
Aqidah secara etimologi atau secara bahasa, didefinisikan sebagai berikut :

“Aqidah” berasal dari kata dasar “al-‘aqdu” yang mempunyai arti ar-rabth (ikatan), al-
ibraamal-ihkam (pengesahan, penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).
Selain itu aqidah juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).

Menurut sumber yang saya kutip, aqidah diartikan sebagai ketetapan yang tidak ada raguan
pada orang yang mengambil keputusan. Dalam agama aqidah dimaksudkan berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan.

Misalnya aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bisa disimpulkan bahwa
semua yang menjadi ketetapan hati seorang secara pasti, walaupun benar ataupun salah.
Demikianlah yang disebut aqidah.

Beberapa lawan kata atau antonym dari Aqidah adalah “Al-hallu” (penguraian, pelepasan).
Kata ini diambil dari kata kerja: “ ‘Aqadahu”, “Ya’qiduhu” yang artinya mengikatnya, “
‘Aqdan” yang artinya ikatan sumpah dan “ ‘Uqdatun nikah” yang artinya ikatan menikah.

Pengertian aqidah secara terminology atau secara istilah adalah perkara wajib yang
dibenarkan oleh hati dan jiwa tenteram karenanya, sehingga mejadi suatu kenyataan yang
teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain aqidah adalah keimanan yang sesuai kenyataan, tidak menerima keraguan
ataupun prasangka bagi orang yang meyakininya.

Beberapa keistimewaan aqidah Islam adalah :

1. Rahmatanlilalamin
2. Terbukti akan kebenarannya melalui sejarah dan bukti-bukti lainnya
3. Al-Quran terbukti secara ilmiah
4. Ajaran agama islam mudah, terang/jelas dan tegas
5. Menentramkan hati atau damai
6. Membuat pengikutny bermartabat
7. Sepanjang zaman

A.Definisi Akidah Islam

a. Pengertian Aqidah secara bahasa (etimology)


Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram
(pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi
quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan).

Aqidah yang artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama artinya ialah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul.

Jadi kesimpulan dari definisi aqidah ialah, apa yang telah menjadi ketetapan hati
seorang secara pasti merupakan aqidah; baik itu benar atau pun salah.

b. Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Aqidah menurut istilah merupakan masalah yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
agar menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi sebuah kenyataan yang teguh
dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Pengertian Aqidah Menurut Para Ahli

1. Menurut M Hasbi Ash Shiddiqi mengemukakan aqidah menurut ketentuan bahasa


(bahasa arab) yakni sesuatu yang dipegang teguh dan tertancam kuat di dalam
hati dan tak dapat beralih dari padanya.
2. Menurut Syaikh Mahmoud Syaltout mengatakan Aqidah merupakan sisi teoritis yang
dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan
suatu keimanan yang tidak boleh digabung oleh syakwasangka dan tidak
dipengaruhi oleh keragu-raguan.
3. Syekh Hasan Al-Bannah mengemukakan aqidah sebagai sesuatu yang di
haruskan hati membenarkannya sehingga menjadi ketentraman jiwa, yang
menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.
4. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy: “Aqidah merupakan sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal sehat, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keberadaannya
secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

B. Tujuan Akidah Islam

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegangi yaitu:
1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah swt satu-satunya. Karena Dia
adalah Pencipta yang tidaka da sekutu bagiNya maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan kepadaNya satu-satunya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari
akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong
hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat diindera saja dan
adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam
pikjiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya
lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakimm yang Membuat tasyri’.
Oleh karena itu hatinya menerima takdir, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak
mencari pengganti yang lain.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada
Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah
mengimani para rasul yang mengandung mengikuti jalan mereka yang lurus dalam
tujuan dan perbuatan.
5. Bersngguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan
kesempatan beramal baik kecuali digunakannya dengan mengharap pahala serta
tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena
diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap
seluruh perbuatan.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang


dikerjakkannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Al An’am 132)

Nabi Muhammad saw juga mengimbau untuk tujuan ini dlam sabdanya:

“Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Alalh daripada orang mu’min
yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat k begini ebaikan. Bersemangatlah terhadap
sesuatu yang bermanfaat bagimu serta mohonlah pertolongan Allah dan janganlah lemah.
Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau mengatakan: “Seandainya aku
kerjakan dan begitu. Akan tetapi katakanlah: Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia
lakukan. Sesungguhnya mengandai-andai itu membuka perbuatan syaitan.” (HR Muslim)

6. Menciptakan ummat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang
murah untukm enegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa
perduli apa yang akan terjadi utnuk menempuh jalan itu.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada


Alah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta
dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yng benar.” (Al Hujurat 15)

7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu


maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang baik, baik lelaku maupun wanita dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya kan Kami beri alasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang mereka teleh kerjakan.” (An Nahl 97).
Muhammmad Yunus mengungkapkan tujuan pendidikan dalam bidang

Keimanan ialah:

a. Agar memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, Rasul-rasul, Malaikat-

Malaikat, hari akhir, kitab-kitab dan qada dan qadar.

b. Agar memiliki keimanan berdasarkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, bukan

Sebagai pengikut buta atau taklid semata.

c. Agar keimanan itu tidak mudah rusak apalagi diragukan oleh orang-orang yang

Beriman.29

Akidah itu tujuan utamanya memberi didikan yang baik dalam menempuh jalan

Kehidupan, menyucikan jiwa lalu mengarahkannya kejurusan yang tertentu untuk

Mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi dan luhur dan lebih utama lagi supaya

Diusahakan agar sampai tingkat ma‟rifat yang tinggi.30

Tujuan pengajaran akidah ialah mewujudkan maksud-maksud sebagai berikut:

a. Memperkenalkan kepada murid akan kepercayaan yang benar, yang

Menyelamatkan mereka dari siksaan Allah Ta‟ala. Juga memperkenalkan tentang

Rukun iman, ketaatan kepada Allah, dan beramal dengan amal yang baik untuk

Kesempurnaan iman mereka.

b. Menanamkan iman kepada Allah, pada para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah,

Rasul-rasul-Nya adanya takdir baik dan buruk dan tentang hari kiamat ke dalam

Jiwa anak.

c. Menumbuhkan generasi yang kepercayaan dan keimanannya sah dan benar,


yang

Selalu ingat kepada Allah, bersyukur, dan beribadah kepada-Nya.

d. Membantu murid agar mereka berusaha memahami berbagai hakikat, umpanya:

1) Allah berkuasa dan mengetahui segala sesuatunya walau sekecil apa


pun.
2) Percaya bahwa Allah adil, baik di dunia maupun di akhirat.
3) Membersihkan jiwa dan pikiran murid dari perbuatan syirik.31

Dapat penulis simpulkan tujuan dari akidah ialah mempelajari dasar-dasar


ajaran
Agama Islam yang pokok materinya mengenai pengenalan terhadap Allah dan
apa yang
Telah diturunkan-Nya, pengenalan terhadap utusan-utusan Allah dan
pengenalan
Terhadap apa yang akan terjadi kelak setelah kematian. Hingga menimbulkan
rasa
Keyakinan yang benar akan agama Islam dan apa yang harus dijalankan sebagai
Pemeluk agama Islam (sebagai seorang muslim).

C. Sumber Akidah Islam


Sumber pendidikan Islam yang dimaksudkan di sini adalah semua acuan atau
Rujukan yang artinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan
Ditrasinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini tentunya telah
diyakini
Kebenaran dan kekuatannya dalam mengantar aktivitas pendidikan, dan telah
teruji dari Waktu ke waktu.
Landasan Pendidikan Agama Islam secara garis besar ada tiga yaitu: Al-Qur`an,
As-sunnah, dan perundangan yang berlaku di suatu Negara, namun tidak
berbeda denganan landasan pendidikan agama Islam maka sumber pendidikan
akidah bagi anak juga berdasarkan pada Al-Qur‟an dan As-sunnah.

a. Al-Qur`an
Secara harfiah Al-Qur‟an dapat diartikan sebagai bacaan yang sempurna,
karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis dan baca yang
dapat menandingi Al-Qur‟an Al-Karim33.
Al-Qur‟an merupakan bacaan yang paling baik bagi penganut agama Islam,
baik diwaktu senang maupun susah, demikian juga dikala sedih dan dikala
gembira bahkan Membaca Al-Qur‟an itu sendiri bukan hanya sekedar menjadi
rangkaian ibadah, tetapi juga sebagai obat penawar bagi orang-orang yang
gelisah jiwanya34.
Salah satu kewajiban dari umat Islam itu adalah mempelajari Al-Qur‟an dan
Mengajarkannya. Kewajiban belajar membaca Al-Qur‟an maupun kewajiban
Mempelajari isi kandungan ayat, agar dapat dijadikan sebagai pedoman hidup
dalam Kehidupan manusia. Al-Qur‟an berfungsi sangat vital bagi manusia yaitu
sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai pembeda antara yang hak dan
yang batil serta dapat juga sebagai pedoman hidup bagi kehidupan manusia
yang sangat penting untuk dipelajari. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Artinya: “Abu Musa RA berkata: Nabi SAW bersabda: Telatenilah mempelajari
Al-Qur‟an, demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, Al-Qur‟an itu lebih cepat
larinya daripada onta yang terlepas dari tali ikatnya. (HR. Bukhari,
muslim)35.Keutamaan membaca dan mempelajari Al-Qur‟an adalah 36:
1) Membaca dan mendengarkan Al-Qur‟an, mendapatkan ganjaran pahala
yang sama dan juga sebagai obat bagi orang yang kesusahan.
2) Membaca dan menulis Al-Qur‟an merupakan ibadah dan juga
mendapatkan pahala (ganjaran).
3) Orang yang senang membaca Al-Qur‟an akan di bela pada hari kiamat.
Ibnu Shalah di dalam Abdul Aziz Mustafa, berkata bahwa, ”Membaca Al-
Qur‟an merupakan sebuah kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada
manusia. Disebutkan bahwa malaikat tidak diberi kehormatan semacam itu.
Oleh karena itu, mereka ingin mendengarkannya dari manusia”. Kehormatan
Semacam ini akan menjadi lebih sempurna jika membaca Al-Qur‟an tersebut
Dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas merupakan kunci utama yang harus diingat
oleh para pembaca Al-Qur‟an37.
Islam adalah agama yang membawa misi umatnya menyelenggarakan
Pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan landasan paling dasar yang
dijadikan acuan dasar hukum tentang Pendidikan Agama Islam. Firman Allah
tentang Pendidikan sebagai berikut:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq 96 : 1-5)38
Ayat-ayat tersebut menggambarkan perintah Tuhan kepada manusia untuk
meyakini adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya
untuk memperkokoh keyakinan dan memelihara keyakinan tersebut hendaklah
manusia melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
b. As-Sunnah
As-sunnah meurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan,
atau jalan yang dilalui. As-sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan
kepada Nabi SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya ataupun selain dari
itu.39 Yang termasuk selain itu (perkataan, perbuatan dan ketetapannya)
adalah sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi SAW yang belum
tercapai.
Suatu hal yang sudah diketahui bersama bahwa Rasulullah Muhammad SAW

Diutus ke bumi ini, salah satunya adalah untuk memperbaiki moral atau akhlak
umat

Manusia, sebagaimana sabdanya :

˴ ‫اأ˴ ˸خ˴ ق‬

Ϡ‫ ر‬ΎϜ˴ϣ ˴ ˴

ϢϤ˷
˴ ‫˸ت‬

˵‫˵ت أ‬

˴ΎϤ ‫ب˵عث‬

ّϧ·

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan


akhlak

Yang mulia”. (Al-Ja‟fiy, t.t.:689).

Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat dimengerti oleh umat

Muslim. Namun yang terpenting dibalik hadist ini adalah, memformulasikan


sistem,

Metode, atau cara yang harus ditempuh oleh para penanggung jawab
pendidikan dalam

Meneruskan misi risalah, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak.

Rasulullah Muhammad SAW juga seorang pendidik, yang telah berhasil


Membentuk masyarakat rabbaniy, masyarakat yang terdidik secara Islami.
Rasulullah

SAW adalah pendidik yang agung yang telah meletakkan dasar-dasar


pendidikan Islam.

Robert L. Gullick, Jr. Dalam bukunya Muhammad The Educator, sebagaimana


dikutip

Oleh Ahmad menulis :40

Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju

Kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan ketertiban


dan

Kesetabilan yang mendorong perkembangan budaya Islam, suatu revolusi


sejati

Yang memiliki tempo tidak tertandingi, dan gairah yang menantang. Hanya

Konsep pendidikan yang paling dangkalah yang berani menolak keabsahan

Meletakan Muhammad di antara pendidik-pendidik besar sepanjang masa,

Karena dari sudut pragmatis, seorang yang mengangkat prilaku manusia adalah
Seorang pangeran di antara seorang pendidikAdapun corak pendidikan yang
diturunkan dari sunnah Nabi Muhammad SAW

Adalah sebagai berikut.41

1) Disampaikan sebagai rahmatan li al-„alamin (rahmat bagi semua alam).

2) Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan

Peringatan pada umatnya.

3) Apa yang disampaikan adalah kebenaran mutlak dan terpelihara


autentitasnya.

4) Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa

Bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan.

5) Perilaku Nabi SAW tercermin sebagai uswatun hasanah yang dapat


dijadikan

Figur atau suri tauladan.

6) Dalam masalah Teknik operasional dalam pelaksanaan pendidikan Islam

Diserahkan penuh pada umatnya.


Dari uraian di atas perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah SAW

Mengandung pendidikan. Oleh karenanya maka pendidikan agama Islam harus


di

Dasarkan kepada hadist-hadist Nabi baik dalam perencanaan maupun dalam


tahap operasional nya.

D. Nama lain dari kajian Akidah Islam

Adapun penamaan ‘aqidah atau istilah lain ‘aqidah islam Menurut Ahlus
Sunnah dan menurut selain Ahlus Sunnah.
a. Istilah lain ‘aqidah Menurut Ahlus Sunnah
Nama-nama ‘aqidah menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sinonimnya aqidah
Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, Al-Iman, I’tiqaad, Tauhid, As-
Sunnah, Ushuluddiin, Al-Fiqbul Akbar dan Asy-Syari’iah.
1. Al-Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-
Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah
membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut
dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering
menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka.
2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah
Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka.[4]
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar
Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan
Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia
dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan
ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf.[5]
4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para
penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah.
Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi
pertama.[6]
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang
qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.[7]
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu
kumpulan hukum-hukum ijtihadi.[8]
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa
Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling
pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).[9]

b. Istilah Lain ‘aqidah Menurut Selain Ahlus sunnah


Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus Sunnah
sebagai nama dari ilmu ‘aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah:
1. Ilmu Kalam
Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin
(pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah[10] dan
kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena
ilmu Kalam itu sendiri merupakan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan
mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan
tidak dilandasi ilmu.
Kalam berarti kata-kata. Ilmu kalam secara harfiah berarti ilmu tentang kata-
kata.[11] Al-Farabi mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut: “Ilmu Kalam
adalah sebuah disiplin ilmu yang membahas Dzat dan sifat-sifat Allah serta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin agama Islam.
Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis…” [12]
Sedangkan Ibnu Kaldun mendefinisikan ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang aqidah imani yang diperkuat dalil-
dalil rasional.[13] Dan menurut Syekh Muhammad Abduh Ilmu Kalam adalah
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap
bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang
wajib yang ditiadakan dari pada-Nya. Dan juga membahas tentang Rasulullah
untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada padanya, hal-hal
yang jaiz dihubungkan pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang
menghubungkan pada diri mereka. Musthafa Abdul Raziq juga berkomentar
bahwa ilmu kalam adalah yang berkaitan dengan aqidah imani ini
sesungguhnya dibanngun di atas argumentasi-argumentasi rasional. Atau, ilmu
yang berkaitan dengan aqidah Islami ini bertolak atas bantuan nalar.[14]
2. Filsafat
Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini
adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar filsafat itu
adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat
tentang hal-hal yang ghaib.
3. Tashawwuf
Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang
yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam
‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di
dalamnya terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-
pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam ‘aqidah.
Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini
terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan
keyakinan selain Islam.
Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah
Mu’taqadan wa Maslakan: “Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh
kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu
domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan
kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri dengan tauhid. Islam
memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tata
cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”[15]
Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam
bukunya at-Tashawwuful-Mansya’ wal Mashaadir: “Apabila kita
memperhatikan dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir
(belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di
dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan
melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-
an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit-bibit
Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, yang mereka adalah (sebaik-baik) pilihan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dari para hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul).
Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran Tashawwuf diambil dari para
pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta ke-zuhudan Budha, konsep
asy-Syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi,
Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan oleh
orang-orang Shufi belakangan.”[16]
Syaikh ‘Abdurrahman al-Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya,
Mashra’ut Tashawwuf: “Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar)
paling hina dan tercela. Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu
dengannya dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sesungguhnya Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi agar ia
terlihat sebagai seorang yang ahli ibadah, bahkan juga kedok semua musuh
agama Islam ini. Bila diteliti lebih mendalam, akan ditemui bahwa di dalam
ajaran Shufi terdapat ajaran Brahmanisme, Budhisme, Zoroasterisme,
Platoisme, Yahudi, Nasrani dan Paganisme.”[17]
4. Ilaahiyyat (Teologi)
Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama
yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para
pengikutnya. Ini juga merupakan penamaan yang salah sehingga nama ini tidak
boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum filosof dan
penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala
menurut persepsi mereka.
5. Kekuatan di Balik Alam Metafisik
Sebutan ini dipakai oleh para filosof dan para penulis Barat serta orang-orang
yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena hanya
berdasar pada pemikiran manusia semata dan bertentangan dengan Al-Qur-an
dan As-Sunnah.
Banyak orang yang menamakan apa yang mereka yakini dan prinsip-prinsip
atau pemikiran yang mereka anut sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu
(bathil) atau tidak mempunyai dasar (dalil) ‘aqli maupun naqli. Sesungguhnya
‘aqidah yang mempunyai pengertian yang benar yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah yang bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang shahih serta Ijma’ Salafush Shalih.

E. Objek Kajian Ilmu Aqidah


Jika dilihat sebagai sebuah Ilmu yang menjadi objek kajian dalam Ilmu aqidah
antara lain: Tauhid, Iman, Islam, hal-hal ghaib, kenabian, takdir, peristiwa
penting, dasar-dasar agama, dasar-dasar hukum, serta aliran dalam agama.
Ilmu aqidah juga mempunyai nama lain yang artinya sepadan dengannya. Ada
beberapa penamaan kajian ilmu aqidah sesuai golongan-golongan ahlus
sunnah wal jamaah, berikut nama lainnya:

1. Iman
Di dalam Al Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
aqidah disebutkan sebagai al-iman. Hal itu dikarenakan aqidah membahas
rukun iman dan hal-hal yang berkaitan ddengannya.
Penyebutan ini bisa ditemukan dalam sebuah hadits masyhur yang disebut
hadits Jibril Alaihissallam. Para ulama ahlus sunnah pun sering menyebut istilah
aqidah dengan al-iman dalam kitab-kitab mereka.
2. ‘Aqidah
Ulama-ulama ahlus sunnah sering menyebut menyebut kajian ilmu aqidah
dengan istilah aqidah salaf, aqidah ahlul atsar, dan al-i’tiqaad di dalam kitab-
kitabnya.

3. Tauhid
Tauhid juga nama lain dari ilmu aqidah karena kajian ilmu aqidah membahas
seputar tauhid atau mengesakan Allah. Menurut ulama salaf ilmu tauhid sama
halnya dengan ilmu aqidah yang paling mulia. Ada tiga pembagian tauhid yang
ada dalam lingkup kajian Aqidah, yakni:

• Tauhid uluhiyah
Didalam tauhid uluhiyah dikaji mengenai cara mengesakan Allah dalam
beribadah. Dimana kita hanya dibolehkan beribadah hanya dan karena Allah
semata. Penjelasannya ada pada surah Al Fatihah ayat 4 dan An Nas ayat 3.

ِ ‫َٰ َملِكِ َي ْو ِم ٱلد‬


‫ِين‬
Maaliki yawmi ddiin
Yang menguasai di Hari Pembalasan.[Al Fatihah: 4]

ِ ‫ِإ َٰلَ ِه ٱل َّن‬


‫اس‬
Ilaahi nnaas
Sembahan manusia.[An Naas: 3]

• Tauhid rububiyyah
Mengesakan Allah dalam perbuatannya dengan mengimani dan meyakini
bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta ini
kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti yang telah disebutkan dalam al
Qur’an surah Al Fatihah ayat 2 dan an Nisa ayat 1.

َ‫ب ٱ ْل َٰعَلَمِ ين‬ ِ َّ ِ ‫ٱ ْل َح ْم ُد‬


ِ ‫ّلِل َر‬
Alhamdu lillaahi rabbi l’aalamiin
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. [Al Fatihah: 2]

ۚ ‫سا اء‬َ ِ‫ِيرا َون‬ ‫ث مِ ْن ُه َما ِر َج ا‬


‫اًل َكث ا‬ ْ ‫اس اتَّقُوا َربَّكُ ُم الَّذِي َخلَقَكُ ْم‬
َّ َ‫مِن نَ ْف ٍس َواحِ َدةٍ َو َخلَقَ مِ ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫علَ ْيكُ ْم َرقِيباا‬ َ ‫سا َءلُونَ ِب ِه َو ْاْلَ ْر َح‬
َ َّ ‫ام ۚ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا َكان‬ َ َ‫َّللا الَّذِي ت‬
َ َّ ‫َواتَّقُوا‬

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [An
Nisa: 1]

• Dan tauhid Asma’ wa sifat


Mengesakan Allah dalam nama dan sifatNya dengan mengimani bahwa tidak
ada makhluk yang serupa dengan Allah dalam hal dzat, nama, hingga sifat.

4. As Sunnah
As-Sunnah berarti juga jalan. Itulah mengapa aqidah disebut juga as sunnah
karena penganutnya mengikuti jalan yang juga ditempuh oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dalam masalah aqidah. Istilah ini juga populer
digunakan dalam tiga generasi pertama Islam.
5. Ushuluddin
Mungkin ada yang pernah mendengar kata ushuluddin, terutama mereka yang
pernah menempuh pendidikan di universitas-universitas Islam. Ushul artinya
rukun-rukun iman, rukun Islam, dan masalah masalah qath’i, serta hal-hal yang
menjadi Ijma’ ulama. Ad-din sendiri berarti agama.

6. Fiqih Akbar
Fiqih akbar adalah nama lain dari ushuluddin dan juga kebalikan dari Fiqih
Ashghar yang berisi kumpulan hukum-hukum ijtihad.

7. Asy-Syariah
Maksud dari Asy-syariah adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya berupa petunjuk-petunjuk dan masalah-masalah aqidah.

Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta,
Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M.
Ø Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2011).
Ø Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Kamus Istilah Teologi Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2002).

Anda mungkin juga menyukai