Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8 :
NAMA :
1. MUH. FATHUR DARMANSYAH
2. SENIWATI DAMIS
3. ISKANDAR SULKARNAIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS USHULUDDIN & FILSAFAT
ILMU POLITIK
2015/2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Pengatur semesta alam. Salawat dan salam senantiasa tercurah
ke atas makhluk-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad saw. Beserta para sahabat yang
senantiasa berada pada jalan kebenaran.
Sesungguhnya prinsip-prinsip keyakinan merupakan asas bagi setiap tatanan nilai
moral dan bagi setiap ideologi yang kokoh. Disadari atau tidak, keyakinan tersebut dapat
membentuk sikap dan tingkah laku seseorang.
Berangkat dari kesadaran inilah sepatutnya kita

menanamkan benih-benih

keyakinan dan akidah di dalam diri kita masing-masing sebagai akar bagi sebuah pohon
2

yang besar dan berkah ini, agar kelak ia memberikan hasil yang memuaskan dan
menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam rangka proses pembelajaran untuk memahami lebih dalam tentang akidah
dan akhlak, maka kami ditugaskan untuk membuat suatu makalah yang berkaitan dengan
pembahasan akidah dan akhlak, Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca yang
bersifat membangun. Dengan tersusunnya makalah ini semoga para pembaca lebih
mengkaji dan juga lebih mendalami pengetahuan pengetahuan terkait dengan persoalan
tentang akidah dan akhlak. Atas perhatian yang diberikan, kami mengucapkan terima
kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga
orang yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang
yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
3

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya


bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing
mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadits yang disampaikan Abu
Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang
sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada
tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad
dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan
bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Maurid 2085
dan Ath-Thabrani dalam Al Mujamul Kabir 8/139) agar mereka berjalan sesuai
dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Orang
yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang
yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi
dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan
menekankan masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan,
bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para
pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan
pelurusan aqidah sebelum mereka mengajak kepada perintah-perintah agama yang
lain. Bahkan para Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah juga menyerukan hal yang
sama dalam dakwah-dakwah mereka kepada umatnya. Hal ini seperti firman Allah
dalam Al Quran surat An Nahl ayat 36
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut1 itu, (QS. An Nahl:
36)

Dan surat Al A'raaf ayat 59, 65, 73 dan 85 Wahai kaumku sembahlah Allah,
sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. (QS. Al A'raaf: 59, 65, 73, 85)
Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Aqd berarti juga janji,
ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah secara
definisi adalah suatu keyakinan yang mengikat hati manusia dari segala keraguan.
Aqidah dalam istilah umum yaitu keimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang
tidak dicampur keragu- raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah
secara umum, tanpa memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara
terminology adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa
tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Aqidah menurut syara berarti iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik
takdir yang baik maupun yang buruk.
Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat
sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di
sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan
dunia dan akhirat. Aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi
dasar dari seluruh hukum-hukum agama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah
tauhid, yaitu mengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagai
dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan keagamaan
seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan sunnah
Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang Muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam,

seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini seperti yang tersebut dalam
Al Quran surat Al Baqarah ayat 208, yang berbunyi Hai orang-orang yang beriman,
masuklah ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah
setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah: 208)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan hal hal sebagai berikut :
1. Apakah Aqidah itu?
2. Sumber aqidah ?
3. Sebab Sebab Penyimpangan Aqidah?
4. Apa saja yang menjadi tantangan akidah di masa depan?
C. Maksud dan Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apakah Aqidah itu
2. Untuk Mengetahui Sumber aqidah
3. Untuk Mengetahui Sebab Sebab Penyimpangan Aqidah
4. Untuk Mengetahui Apa saja yang menjadi tantangan akidah di masa depan

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Aqidah
Aqidah Secara Etimologi
Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Kalimat Saya ber-itiqad
begini maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan Dia mempunyai
aqidah yang benar berarti aqidahnya bebas dari keraguan.Aqidah merupakan
perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Aqidah Secara Syara

Yaitu iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab kitabNya, para RasulNya dan
kepada Hari Akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk.Hal ini disebut
juga sebagai rukun iman.
Syariat terbagi menjadi dua: itiqadiyah dan amaliyah.
Itiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti
itiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya,
juga beritiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok
agama). Sedangkan amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara
amal. Seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini
disebut fariyah (cabang agama), karena ia dibangun di atas itiqadiyah. Benar dan
rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya itiqadiyah.
Maka aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan
syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Taala: Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada
Tuhannya. (Al-Kahfi: 110)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Az-Zumar: 65)
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.Ingatlah,
hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 2-3)
Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa
segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam yang pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal

pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah
semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia.
Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Taala: Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu, (An-Nahl: 36)
Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: Wahai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainNya. (Al-Araf: 59, 65, 73,
85)
Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan seluruh
rasul. Selama 13 tahun di Makkah -sesudah bitsah- Nabi Shallallaahu alaihi wa
Salam mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan aqidah, karena hal itu
merupakan landasan bangunan Islam. Para dai dan para pelurus agama dalam setiap
masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai
dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak
kepada seluruh perintah agama yang lain.

2. Sunber Sumber Aqidah


Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil
syari, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumbersumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Sebab
tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib
bagiNya dan apa yang harus disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak
seorang pun sesudah Allah yang lebih mengetahui tentang Allah selain Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam.

Oleh karena itu manhaj Salafus Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil
aqidah terbatas pada Al-Quran dan As-Sunnah. Maka segala apa yang ditunjukkan
oleh Al-Quran dan As-Sunnah tentang hak Allah mereka mengimaninya,
meyakininya dan mengamalkannya. Sedangkan apa yang tidak ditunjukkan oleh AlQuran dan As-Sunnah mereka menolak dan menafikannya dari Allah. Karena itu
tidak ada pertentangan di antara mereka di dalam itiqad.Bahkan aqidah mereka
adalah satu dan jamaah mereka juga satu.
Karena Allah sudah menjamin orang yang berpegang teguh dengan Al-Quran dan
Sunnah RasulNya dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj.
Allah Subhannahu wa Taala berfirman: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (Ali Imran: 103)
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa yang
mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Thaha: 123)
Karena itulah mereka dinamakan firqah najiyah (golongan yang selamat). Sebab
Rasulullah telah bersaksi bahwa merekalah yang selamat, ketika memberitahukan
bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan yang kesemuanya di Neraka,
kecuali satu golongan. Ketika ditanya tentang yang satu itu, beliau menjawab:
Mereka adalah orang yang berada di atas ajaran yang sama dengan ajaranku pada
hari ini, dan para sahabatku. (HR. Ahmad)
Kebenaran sabda baginda Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam tersebut telah
terbukti ketika sebagian manusia membangun aqidahnya di atas landasan selain Kitab
dan Sunnah, yaitu di atas landasan ilmu kalam dan kaidah-kaidah manthiq yang
diwarisi dari filsafat Yunani dan Romawi maka terjadilah penyimpangan dan
perpecahan dalam aqidah yang mengakibatkan pecahnya umat dan retaknya
masyarakat Islam.

3. Sebab Sebab Penyimpangan Aqidah


Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan.Karena
aqidah yang benar merupakan motivator utama bagi amal yang bermanfaat. Tanpa
aqidah yang benar seseorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan keraguraguan yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari pandangan
yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa sempit lalu ia
ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan menyudahi hidup, sekali pun dengan
bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang telah kehilangan
hidayah aqidah yang benar.
Masyarakat yang tidak dipimpin oleh aqidah yang benar merupakan masyarakat
bahimi (hewani), tidak memiliki prinsip-prinsip hidup bahagia, sekali pun mereka
bergelimang materi tetapi terkadang justru sering menyeret mereka pada kehancuran,
sebagaimana yang kita lihat pada masyarakat jahiliyah.
Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih (pengarahan) dalam
penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar kecuali aqidah shahihah.
Allah Subhannahu wa Taala berfirman:
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang shalih. (Al-Muminun: 51)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami
berfirman): Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi
yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh.
Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba: 10-11)
Maka kekuatan aqidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi).
Jika hal itu dilakukan dengan menyeleweng kepada aqidah batil, maka kekuatan
10

materi akan berubah menjadi sarana penghancur dan alat perusak, seperti yang terjadi
di negara-negara kafir yang memiliki materi, tetapi tidak memiliki aqidah shahihah.
Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah yang harus kita ketahui yaitu:
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau (enggan) mempelajari dan
mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh
suatu generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan
atau kebalikannya.Akibatnya, mereka meyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil
dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh
Umar Radhiallaahu anhu : Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi
satu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal
kejahiliyahan.
2. Taashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,
sekali pun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekali pun hal itu
benar. Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Taala: Dan apabila
dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah mereka
menjawab: (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk? (Al-Baqarah: 170)
3. Taqlid buta, dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa
mengetahui

dalilnya

dan

tanpa

menyelidiki

seberapa

jauh

kebenarannya.

Sebagaimana yang terjadi pada golongan-golongan seperti Mutazilah, Jahmiyah dan


lainnya. Mereka bertaqlid kepada orang-orang sebelum mereka dari para imam sesat,
sehingga mereka juga sesat, jauh dari aqidah shahihah.

11

4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta
mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga meyakini pada diri
mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa
mendatangkan kemanfaatan maupun menolak kemudharatan.Juga menjadikan para
wali itu sebagai perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada
tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka
bertaqarrub kepada kuburan para wali itu dengan hewan qurban, nadzar, doa,
istighatsah dan meminta pertolongan.Sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh
Alaihissalam terhadap orang-orang shalih ketika mereka berkata: Jangan sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Yauq
dan Nasr. [1] (Nuh: 23)Dan demikianlah yang terjadi pada pengagung-pengagung
kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini
(ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam KitabNya (ayat-ayat
Quraniyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil-hasil teknologi dan
kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia
semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia serta menisbatkan seluruh
kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata.Sebagaimana
kesombongan Qarun yang mengatakan: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu,
karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78)Dan sebagaimana perkataan orang
lain yang juga sombong: Ini adalah hakku (Fushshilat: 50)Sesungguhnya aku
diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku. (Az-Zumar: 49)Mereka tidak
berpikir dan tidak pula melihat keagungan Tuhan yang telah menciptakan alam ini dan
yang telah menimbun berbagai macam keistimewaan di dalamnya. Juga yang telah

12

menciptakan manusia lengkap dengan bekal keahlian dan kemampuan guna


menemukan keistimewaan-keistimewaan alam serta mengfungsikannya demi
kepentingan manusia.
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (AshShaffat: 96)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, (Al-Araf: 185)
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan
menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera
itu berlayar di lautan dengan kehendakNya, dan Dia telah menundukkan (pula)
bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam
dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. (Ibrahim: 32-34)

4. Tantangan Aqidah Di Masa Depan


Semua orang yang berakal sehat tentu sepakat kalau penyimpangan terhadap
hal apapun adalah sesuatu yang negatif dan tidak dapat dibenarkan. Apalagi kalau
penyimpangan tersebut terjadi terhadap hal-hal yang prinsip seperti penyimpangan
terhadap akidah.
Di negeri kita penyimpangan akidah bukanlah persoalan dan kasus baru yang
kita jumpai. Bahkan telah ada sejak negeri ini merebut kemerdekaannya dan terbebas
dari belenggu penjajahan. Seperti masuknya faham dan ajaran (komunis atheis) yang
13

disisipkan oleh partai yang saat itu legal bahkan sempat memiliki masa yang cukup
diperhitungkan. Tapi tampaknya penyimpangan terhadap akidah akan terus
berlangsung sampai kapan pun dalam negeri kita, bahkan akan menjadi persoalan atau
kasus yang akhirnya dianggap biasa dan sah-sah saja, hingga tidak peduli jika mereka
atau keluarga mereka sendiri telah masuk dan terjerumus ke dalam lembah kesesatan
tersebut. Dan belakangan ini kita saksikan banyak sekali bermunculan aliran-aliran
sesat dan menyesatkan yang sangat meresahkan umat dan menodai ajaran Islam serta
merusak akidah yang benar, seperti kasus nabi palsu; Lia Eden, al-Qiyadah alIslamiyah, dan lain-lain.
Perlu kita ketahui bahwa penyimpangan terhadap akidah dalam Islam
merupakan persoalan yang sangat besar dan tidak dapat dianggap sepele karena dapat
menyebabkan para pelakunya dan orang-orang yang mendukung berlangsungnya
penyimpangan terhadapnya keluar dari agama Islam itu sendiri.
Akidah dalam Islam merupakan perkara yang sangat menentukan kehidupan
dan kebahagian seseorang di dunia dan terlebih di akhirat kelak. Karena Akidah yang
shahih merupakan landasan/ asas agama Islam dan menjadi syarat mutlak sah dan
diterimanya amal yang dilakukan oleh seorang muslim. Dan manusia tanpa akidah
yang benar akan selalu dihantui dan menjadi mangsa keragu-raguan yang akan
menutup pandangannya untuk menggapai kebahagian hidup yang hakiki dan
sebaliknya dia akan menjalani kehidupan yang sempit lagi menyiksa meskipun ia
hidup bergelimangan harta dan memiliki fasilitas-fasilitas hidup yang serba mewah.
Hal ini menunjukkan betapa penting dan wajibnya bagi setiap muslim untuk
mengetahui dan mempelajari hal-hal tentang akidah yang shahih. Dan juga tak kalah
pentingnya bagi mereka perlunya mengetahui sebab-sebab yang menyebabkan

14

seseorang terjerumus ke dalam penyimpangan akidah yang benar tersebut dan


bagaimana cara menanggulanginya.

KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme)


Istilah KKN sering kali kita temukan dalam lingkungan kita, baik dalam ruang
lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar sekalipun. KKN merupakan
singkatan dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Korupsi itu sendiri adalah perbuatan
buruk atau tindakan menyelewengkan dana, wewenang, waktu, dan sebagainya dengan
tujuan untuk kepentingan pribadi sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak
lain. Kolusi adalah permufakatan atau kerjasama melawan hukum antar penyelenggara
negara atau antara penyelenggara negara dengan pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat, bangsa dan negara.Sedangkan Nepotisme yaitu suatu sikap atau tindakan
seorang pemimpin yang lebih mendahulukan keluarga dan sanak famili dalam
memberikan jabatan dan yang lain, baik dalam birokrasi pemerintahan maupun dalam
manajemen perusahaan swasta tanpa mempertimbangkan apakah sanak familinya itu
bisa melaksanakannya dengan baik atau tidak.

Korupsi termasuk salah satu bentuk dari sikap khianat yang diharamkan oleh
Allah SWT karena korupsi berdampak negatif dan sangat merugikan masyarakat luas.
Di antaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Merusak akhlak dan moral bangsa


Mengacaukan sistem perekonomian dan hukum
Menggerogoti kesejahteraan rakyat dan menghambat pelaksanaan pembangunan.
Merugikan dan bahkan menimbulkan dlarar (bahaya) bagi orang lain
Menyebabkan hilangnya berkah dari Allah SWT.
Menyebabkan siksa neraka. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah SAW:

15

Artinya:
Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu (makanan & minuman) yang haram, maka
lebih berhak masuk ke dalam neraka.
Anak-anak yang diberi makan dan minum dari hasil korupsi, susah dididik
menjadi anak yang shaleh, yang mau beribadah kepada Allah SWT serta berbakti
kepada kedua orang tua. Anak-anak seperti itu, cenderung mengabaikan ajaran agama,
menentang orang tua, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mempraktekkan
kehidupan free sex, suka tawuran, dan melakukan berbagai kejahatan yang lain. Hal ini
tidak lain karena mereka dibesarkan dari makanan dan minuman yang dibeli dengan
uang hasil korupsi yang secara tegas dilarang oleh Allah. Sebagaimana telah
difirmankan dalam surat an-Nisa' ayat 29:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. An-Nisa', 4: 29.

Menurut ajaran Islam, seorang pemimpin tidak boleh memberikan jabatan


apalagi jabatan yang sangat strategis kepada seseorang semata-mata atas dasar
pertimbangan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan, padahal yang bersangkutan
tidak mempunyai kemampuan dan profesionalisme, atau tidak bersifat amanah dalam
memegang jabatan yang diberikan kepadanya, atau ada orang lain yang lebih berhak
dari padanya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah dalam hadits shahih
riwayat Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak dari sahabat Abdullah ibn Abbas, sebagai
berikut:

16

Barangsiapa memberikan jabatan kepada seseorang semata-mata karena


didasarkan atas pertimbangan keluarga, padahal di antara mereka ada orang yang lebih
berhak daripada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasulullah dan
orang-orang yang beriman".
Emansipasi
Salah satu tantangan bagi perempuan muslimah saat ini adalah masalah
Emansipasi, maksudnya adalah manusia terlepas dari ketergantungan pada kekuasaan
tradisi dan rasa takut akan tabu-tabu religius sehingga pencerahan mendorong
lahirnya proses sekularisasi, yang membebaskan bidang-bidang kemasyarakatan dari
simbol-simbol keagamaan. Emansipasi sesungguhnya ini merupakan ulah dari
masyarakat barat yang menginginkan kehancuran islam. Mereka tahu kuncinya berada
di tangan perempuan muslim. Karena itu pula Nabi tidak mewasiatkan tentang fitnah
yang lebih berbahaya atas kaum lelaki selain dari perempuan. Dan jalan menuju
kerusakan suatu kaum tidak lain adalah melalui kaum muslimah. Sejarah bersaksi
bahwa faktor kehancuran budaya Yunani yang paling menonjol adalah karena keluarnya
para perempua secara bebas di berbagai lapangan pekerjaan. Jalanan dipenuhi oleh para
wanita yang keluar rumah berdesak-desakan dan berkompetisi dengan kaum lelaki.
Dari sini kemudian timbul fitnah. Kaum lelaki lantas kehilangan kendali atas
akhlaknya. Padahal jika akhlak sebuah masyarakat lenyap maka lenyap pula eksistensi
masyarakat itu. Kehancuran merajalela karena akhlak tak lagi menjadi pengendali jiwa.
Tak ada lagi kebaikan di tengah manusia. Dari sini kembalilah masyarakat tersebut
kepada bentuk masyarakat hewani. Masyarakat yang melampiaskan semua nafsu dan
keinginan tanpa memperhatikan norma dan nilai-nilai yang ada.
Masyarakat muslim saat ini telah berada di bibir jurang dari kenyataan yang
menyakitkan tersebut. Penyeru-penyeru pembebasan wanita tentu telah gembira melihat

17

fenomena umum di tengah masyarakat muslim. Perempuan bekerja di luar rumah


dengan menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat yang mengakibatkan
hancurnya akhlak serta nilai-nilai Islam. Dan memang itulah tujuan yang mereka
canangkan. Dengan kenyataaan tersebut serta merta masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang terhina terbelakang dan senantiasa ketinggalan dalam segala bidang
kehidupan. Sesungguhnya Emansipasi dalam Islam itu tidak ada. Karena Islam samasama menganggap perempuan dan laki-laki itu sederajat, dengan hak dan kewajibannya
masing-masing. Yang membedakannya hanyalah tingkat ketakwaan terhadap Allah
SWT.

Globalisasi
Globalisasi

adalah

proses

kultural

yang

jauh

lebih

kompleks dibandingkan sekedar penyeragaman, yang di dalamnya melibatkan apa


yang disebut

secara umum sebagai silang budaya (cross-culture).Era globalisasi

mengakibatkan perubahan-perubahan yang sangat cepat, sehingga dunia seakan


transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas. Hubungan komunikasi, informasi,
transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi
industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Arus Globalisasi
menyebabkan bergesernya pola hidup masyarakat menjadi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern.


Dari kehidupan berasaskan kebersamaan, kepada kehidupan individualis.
Dari lamban kepada serba cepat.
Dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materialis.
Dari tata kehidupan tergantung dari alam kepada kehidupan menguasai alam.
Dari kepemimpinan formal kepada kepemimpinan kecakapan (profesional).

Proses Globalisasi mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut ini :

Perkembangan IPTEK

18

Perkembangan IPTEK membuat penyampaian informasi yang sangat cepat


untuk diketahui walaupun dari jarak yang sangat jauh. Tetapi itu hanyalah dampak
positifnya, sedangkan perkembangan IPTEK yang sangat cepat pun membawa
dampak negatif yang tak bisa dihindari, diantaranya situs-situs porno yang dapat
dengan mudah dijangkau oleh masyarakat. Perkembangan IPTEK mengakibatkan
adanya jembatan bagi masyarakat yang ingin melakukan perbuatan asusila, yang
dapat dengan mudah diakses melalui situs internet. Bila masyarakat selalu dihadapkan
dengan perilaku asusila yang terus menerus hal ini mengakibatkan turunnya nilai-nilai
kemanusian seorang manusia yang kemudian merubahnya kembali menjadi makhluk
tak bermoral seperti layaknya hewan.

Pergaulan Bebas di kalangan remaja


Dunia remaja kita akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena yang sangat
memprihatinkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya tawuran pelajar, pergaulan asusila dikalangan pelajar dan
mahasiswa. Pornografi yang susah dibendung. Kalangan remaja dijangkiti
kebiasaan bolos sekolah.
2. Kesukaan terhadap minuman keras.
3. Kecanduan terhadap ectasy (XTC), menjadi budak kokain dan morfin.
4. Kesukaan untuk berjudi.

Para remaja cenderung bergerak menjadi generasi buih terhempas


dipantai

menjadi dzurriyatan

dhiafan suatu

generasi

yang

bergerak

menjadi the loses generation dan tidak berani ikut serta didalam perlombaan
ombak gelombang samudera globalisasi. Penyimpangan perilaku menjadi
ukuran atas kemunduran moral dan akhlak. Hilangnya kendali para remaja,
berakibat ketahanan bangsa akan lenyap dengan lemahnya remaja.
19

Semua hal ini disebabkan rusaknya sistem, pola dan politik pendidikan
di kalangan remaja.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Keimanan adalah azas utama dalam ajaran Islam. Ibarat bangunan, iman adalah tiang
penyangga utama bangunan tersebut. Iman yang kokoh akan menjadi titik tumpu yang kuat,
demikian manusia yang imannya kokoh akan tahan uji menghadapi berbagai macam ujian
kehidupan. Manusia modern yang bersikap rasional, materialis, sekuralis, dan pragmatis
dalam menghadapi kehidupan cenderung mengiring mereka menjadi manusia yang anti
Tuhan dan mengabaikan keimanan. Zaman modern memang telah membawa banyak
kemudahan dan manfaat terutama yang bersifat materi. Namun mengabaikan dimensi
spiritualitas manusia sehingga bersama kemajuan yang ia bawa, zaman modern juga

20

membawa begitu banyak malapetaka. Berkenaan dengan hal ini, aqidah islam adalah satusatunya solusi yang tepat untuk mengobati penyakit kronis manusia modern.

SARAN
Aqidah merupkan bagian yang tak terpisahkan dari dimensi kehidupan manusia, hancurnya
akhlak, moral serta hadirnya pembaratan pada islam, semua diakibatkan karena kemerosotan
serta kurangnya pengetahuan tentang aqidah, oleh karena itu ruang ruang pembelajaran
tentang aqidah sangat dibutuhkan untuk saat ini, guna membentengi diri kita dari perbuatan
perbuatan yang merusak akhlak.

DAFTAR PUSTAKA

http://pustakaimamsyafii.com/definisi-aqidah.html
https://mualimpersi.wordpress.com/about-2/aqidah-tauhid/5-episode-1/pengertian-danpembagian-akidah-tauhid/
http://kuliahpai.blogspot.co.id/2008/11/pembagian-aqidah.html
https://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/tag/pengertian-akidah-akhlak/

21

Anda mungkin juga menyukai