Anda di halaman 1dari 13

‘Aqidah wal Akhlak

Oleh : Khairul Hadi, S.Pd.I


Akhlak

Ibadah Sunnah

Ibadah Asas

Aqidah

Islam terdiri dari aqidah, ibadah dan akhlak. Aqidah adalah


Aqidah adalah pokok dan dasar dalam
agama. Ajaran Islam meliputi tiga hal, yaitu
Aqidah, syari’ah dan akhlak. Aqidah adalah
hal yang pertama dan utama yang harus kita
miliki. Aqidah adalah pondasi dari segala
amal yang akan kita lakukan. Amal dan
akhlak tidak ada nilainya bila tidak
didasarkan pada Aqidah atau keimanan yang
benar.

Oleh karena itu untuk membekali diri dan menjaga kualitas


keimanan, maka setiap mukallaf memiliki kewajiban
memahami hakikat aqidah Islam beserta ruang lingkupnya
secara benar. Pemahaman dan komitmen yang benar
terhadap aqidah Islam akan menjadi penuntun setiap
mukallaf dalam berperilaku.
Pengertian Aqidah
 Aqidah berakar dari kata ‘aqada-
ya’qidu-’aqidatan yang berarti tali pengikat
sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih
dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan
sekaligus berarti belum ada Aqidahnya.

 Dalam pembahasan yang masyhur Aqidah


diartikan sebagai iman, kepercayaan atau
keyakinan.
lmu Aqidah adalah ilmu yang membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan rukun iman dalam Islam dengan dalil-dalil
dan bukti-bukti yang meyakinkan. Semua yang terkait dengan
rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-
Baqarah ayat 285:

Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang


diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman.
semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-
rasul Nya. (mereka mengatakan): «Kami
tidak membeda-bedakan antara seseorang
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya»,
dan mereka mengatakan: «Kami dengar dan
Kami taat.» (mereka berdoa): “Ampunilah
Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali.” (Q.S. Al-Baqarah [2] :285)
Dalil / Argumentasi dalam Aqidah
Argumentasi yang kuat dan benar yang memadai disebut Dalil. Dalil dalam Aqidah ada dua yaitu:

a. Dalil ‘Aqli ( ).
Dalil yang didasarkan pada penalaran akal yang sehat. Orang yang tidak mampu mempergunakan
akalnya karena ada gangguan, maka tidak dibebani untuk memahami Aqidah. Segala yang
menyangkut dengan Aqidah, kita tidak boleh meyakini secara ikut-ikutan, melainkan berdasarkan
keyakinan yang dapat dipelajari sesuai dengan akal yang
sehat.

b. Dalil Naqli ( )
Dalil naqli adalah dalil yang didasarkan pada al-Qur’an dan sunah. Walaupun akal manusia dapat
menghasilkan kemajuan ilmu dan teknologi, namun harus disadari bahwa betapapun kuatnya daya
pikir manusia, ia tidak akan sanggup mengetahui hakikat zat Allah yang sebenarnya. Manusia tidak
memiliki kemampuan untuk menyelidiki
yang ghaib, untuk mengetahui yang ghaib itu kita harus puas dengan wahyu Allah. Wahyu itulah yang
disebut dalil Naqli.

Kebenaran dalil Naqli ini bersifat Qa􀜒’iy (pasti), kebenarannya mutlak serta berlaku untuk semua
ruang dan waktu. Dalil Naqli ada dua yaitu al-Qur’an dan hadis Rasul. Hal-hal yang tidak dapat
dijangkau oleh akal, cukup diyakini kebenarannya tanpa harus membuktikan dengan akal. Termasuk
ke dalam bagian ini adalah hakikat hal-hal yang ghaib, seperti kiamat, alam barzakh, alam makhsyar,
surga, neraka, malaikat,dan lain sebagainya.
Tujuan Aqidah Islam
Aqidah Islam mempunyai banyak tujuan yaitu:
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena
Allah adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan
dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya

b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari


lemahnya Aqidah. Karena orang yang lemah Aqidahnya, adakalanya
kosong hatinya dan adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan
khurafat.

c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena Aqidah ini akan
memperkuat hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia
menjadi orang yang tegar menghadapi segala persoalan dan sabar dalam
menyikapi berbagai cobaan.

d. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam beribadah


kepada Allah serta berhubungan dengan orang lain berdasarkan ajaran al-
e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan yang baik
untuk beramal baik. Sebab setiap amal baik pasti ada balasannya. begitu sebaliknya, setiap amal
buruk pasti juga ada balasannya. Di antara dasar Aqidah ini adalah mengimani kebangkitan serta
balasan terhadap seluruh perbuatan.

“Dan masing-masing orang yang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang


dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al-An’am [6]:
132)

Nabi Muhammad Saw. juga mengimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya:“Orang Mukmin yang
kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah dan pada
masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta
mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan lemah. Jika engkauditimpa sesuatu, maka
janganlah engkau katakan: Seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah:
Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Sesungguhnya mengandaiandai itu
membuka perbuatan setan.” (HR Muslim)

f. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individuindividu maupun


kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” ( QS. An-Nahl : 97)
PRINSIP-PRINSIP UTAMA AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Berikut adalah sebagian besar dari prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah wal Jama`ah yang pada hakikatnya adalah prinsip-
prinsip Dinul Islam yang murni seperti yang disampaikan Rasulullah  tanpa tercampur unsur-unsur dari luar wahyu Ilahi.
Setelah mempelajari dasar-dasar ini akan bertambah keyakinan seseorang tentang kebenaran Islam, keyakinan bahwasanya
Islam yang murni dan asli adalah manhaj Ahlussunnah wal Jama`ah.

·         Sumber agama Islam dengan segala seginya adalah wahyu Allah dalam bentuk al-Qur’an dan Hadits yang shohih.
[1]
Dalil prinsip ini adalah Firman Allah :
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang amat lurus dan memberi khabar gembira kepada
orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. al-Isro` [17]: 9)
Allah  berfirman: “Apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka
tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)

Rasulullah `  bersabda:
“Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku  dan sunnah para khalifah Rasyidin (yang terarahkan) dan
mendapat petunjuk setelahku. Gigitlah hal tersebut dengan gigi geraham”.[2]
Allah  berfirman:“Dan Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. Sesungguhnya karunia Allah sangat besar atasmu.” (QS. an-Nisa’ [4]: 113)

*). Arti Hikmah disini adalah as-Sunnah.


Allah  berfirman:
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm [53]: 4)
*). Ini berarti bahwa hadits-hadits Rasulullah  pun adalah wahyu dari Allah.
Rasulullah  bersabda:
“Ketahuilah sesungguhnya aku diberikan al-Qur`an dan yang sejenisnya (Sunnah) bersama-sama dengannya”.[3]
Hasan bin `Athiyah  berkata:
“Jibril turun kepada Rasulullah  membawa sunnah sebagaimana dia turun membawa al-Quran. Dia pun mengajarkan
kepada beliau sunnah sebagaimana dia mengajarkan Beliau  al-Qur`an”.[4]
Ijma` sahabat  adalah hujjah syar’iyyah
Di antara dalil-dalil yang mendukung prinsip ini adalah sebagai
berikut:

a.     Sahabat  telah dipuji Allah  di banyak ayat suci al-
Qur’an. Pujian yang diabadikan sepanjang masa dan tidak
diberikan untuk orang-orang sesudah mereka.

b.     Sahabat  telah diakui sebagai umat terbaik sepanjang


umur dunia ini dan telah diridhoi Allah .

c. Manhaj Sahabat  telah dijadikan ukuran standar untuk


mengukur keimanan setiap orang. Siapa-siapa yang cocok
keimanannya dengan keimanan sahabat  maka mereka telah
mendapat hidayah dan barangsiapa yang tidak demikian,
serta menolak manhaj Sahabat  maka mereka telah sesat.
di dalam al-Qur’an dan Sunnah tanpa merubah-rubahnya atau menolak
sebagiannya atau menentukan hakikatnya atau menyamakan dengan makhluk-Nya.
Ahlus Sunnah juga menyangkal semua sifat atas Allah  yang disangkal Allah  dan
Rasul-Nya dan di waktu yang sama mengambil sikap diam terhadap sifat dan nama
yang tidak ditetapkan atau pun disangkal oleh wahyu.

·            Penerapan hukum Allah  sebagai satu-satunya undang-undang yang


memayungi kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah suatu kewajiban
mutlaq yang besar. [16]

Ahlussunnah memberikan wala’ (loyalitas) yang mutlak (sepenuhnya) kepada Allah


 dan Rasul-Nya .[17] Memberikan wala’ yang mutlak kepada kaum muslimin dalam
jihad mereka melawan kuffar dan munafiqin.
Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena
Allah”.[18]
Allah  berfirman:
 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan dimasukkan-
Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. al-Mujadilah [58]: 22)
Ahlussunnah beriman akan adanya malaikat dengan sifat-sifat dan nama-nama yang
dijelaskan di dalam al-Qur’an dan Hadits-hadits Rasululloh .

Ahlussunnah beriman bahwasannya Allah  telah mengutus Rasul-Rasul-Nya kepada


setiap umat dengan Tauhid. Ahlussunnah pun bersaksi bahwa para Rasul yang mulia
itu telah menyampaikan risalah Allah  dan menunaikan amanah mereka.

Allah  berfirman:
Muhammad Ibnu Abdillah  adalah Rasul (utusan) Allah  terakhir dan   tidak ada nabi
dan Rasul sesudahnya sampai hari kiamat.

Allah  telah menurunkan kitab-kitab-Nya yang tidak mengandung sedikit pun


padanya kebatilan dan al-Qur’an adalah kitab terakhir yang menjadi satu-satunya
kitab panutan setelah kebangkitan Nabi Muhammad .

·         Alam Barzakh alam antara dunia dan akhirat adalah haq, pertanyaan Malaikat
kepada ahlul kubur adalah haq. Azab dan ni’mat kubur adalah haq.

Yaumul Qiyamah pasti datang. Tiada keraguan tentangnya. Tak ada seorang mahkluk
pun yang tahu tentang waktunya, hanya Allah  lah yang mengetahuinya.Semua
khabar dari al-Qur’an dan Hadits shohih tentang hari ini adalah haq.

Anda mungkin juga menyukai