Akidah (Bahasa Arab: ; transliterasi: al-'Aqdah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua
sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan
pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu ( ) yang
berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu () yangartinyamengokohkan(menetapkan),
dan ar-rabthu biquw-wah () yangberartimengikatdengankuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-
rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah
maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma'
salaf as-shalih.
Referensi
Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Kitab Buhuuts fii Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaaah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin Abdul
Karim al-Aql, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaaah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin
Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaaah fil Aqiidah oleh Dr. Nashir bin
Abdul Karim al-Aql.
Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Dasar dari akidah Islam adalah al-Quran dan Hadits. Al-Quran dan Hadits/Sunnah Rasul
merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam oleh Nabi Muhamad SAW, untuk
dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan
perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai berikut;
1. Al-Quran
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan dasar pokok akidah Islam yang paling utama. Al-
Quran menjelaskan tentang segala hal yang ada di alam semesta ini, dari yang jelas sampai hal
yang ghaib termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran pokok tentang keyakinan dan
keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani oleh setiap muslim di antaranya QS
an-Nisa/4 : 136
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisa / 4 :136)
2. Al-Hadits
Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad SAW.
Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an, baik
sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun dalam segala persoalan hidup manusia. Hadits
memiliki fungsi sebagai pedoman yang menjelaskan masalah-masalah yang ditetapkan di dalam al-
Quran yang masih bersifat umum.
Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah Islam, yaitu :
a. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata keluar dari hawa nafsu.
Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT Sebagaimana ditegaskan QS. an-Najm/53
:3-5.
Artinya :
Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain hanya dari wahyu
yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat. ( QS. An Najm/53 : 3 5
).
Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih meragukan
kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut, manusia diharapkan untuk
memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW benar-
benar berasal dari Allah SWT, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar).
b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang artinya:
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya
Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah petunjuk hidup dari
Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap setiap orang yang mengaku beriman
kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang diajarkan Rasulullah SAW.
c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih bersifat global,
termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt berfirman sebagai berikut:
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Q.S. An-Nisa'/4: 36)
Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan menyekutukan Dia
dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara menyembah Allah dan bagaimana pula
sikap yang tidak tergolong mempersekutukan Dia.
Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan Allah dapat
dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadits dapat memperjelas maksud
ayat Al-Qur'an.
Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara lain memuja
patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji untuk jin dan setan.
ISTILAH LAIN
1. BEBERAPA ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH
Terdapat banyak istilah tentang aqidah yang diperkenalkan oleh ulama. Berikut ini adalah sebagian istilah tersebut
1. Iman
Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakanya. Bagi yang membedakan, aqidah
hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek
dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Sedangkan
kalau kita mengikuti definisi iman menurut jahmiyah dan Asyariyah yang mengatakan bahwa iman hanyalah at-
tashdiq (membenarkan dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim. Senada dengan ini,
adalah pendapat Abu Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah itiqad, sedangkan amal adalah bukti iman,
tetapi tidak dinamai iman. Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut ulama salaf (imam Malik, Ahmad,
Syafii) yang mengatakan bahwa iman adalah sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan anggota tubuh) maka iman dan aqidah tentu tidak persis sama.
2. Tauhid
Tauhid artinya mengesakan (mengesakan Allah-Tauhidullah). Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman,
oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikan juga dengan istilah tauhid.
1. 3. Ushuluddin
Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamakan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan
perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang al-Quran
apakah khaliq atau bukan, hadits atau qadim. Tentang taqdir, apakah manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang
orang berdosa besar, kafir atau tidak dan lain sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan luas seperti itu terjadi
setelah cara berfikir rasional dan falsafati mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.
1. 5. Fikih Akbar
Fikih akbar artinya fikih besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwatafaquh fiddin yang diperintahkan
Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fikih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Untuk
membedakan dengan fikih dalam masalah hukum ditambah dengan kata akbar, sehingga menjadi fikih akbar.
1. 6. Teologi Islam
Teologi berasal dari dua suku kata, yaitu teo (tuhan) dan logos (ilmu). Jadi teologi adalah ilmu menegnai Tuhan.
Dalam pengertian yang umum, teologi diartikan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan seluk beluk tentang
Tuhan. Para ahli agama-agama mengartikan teologi dengan pengetahuan tentang Tuhan dan hubungan manusia
dengan Tuhan serta hubungan Tuhan dengan alam semesta. Sebagai ilmu yang membicarakan ketuhanan, maka
kata ini digunakan oleh semua agama. Sementara untuk teologi Islam mengkaji seluk beluk ketuhanan yang terdapat
dalam ajaran Islam. Dengan demikian kata teologi bersifat netral, bisa digunakan kepada agama apa saja, sesuai
dengan karakter dari agama yang menjadikan ketuhanan sebagai kajian utamanya.
1. 7. Ilmu Marifat
Disebut sebagai ilmu marifah, karena ilmu ini dapat mengenal atau memperkenalkan ajaran-ajaran aqidah Islam,
sehingga dalam pembahasanya meliputi: Pertama, marifat al-mabda yaitu mengenal Allah dengan segala
sifat,afal dan asma-Nya. Kedua, marifat al-wasithat yaitu mengenal utusan-utusan Allah meliputi malaikat, rasul dan
kitab-kitab Allah. Ketiga, marifat al-maadyaitu mengenal dan mempercayai hari akhir dan segala sesuatu yang
AQIDAH TAUHID.
Pengertian Aqidah Tauhid
Aqidah berarti kepercayaan, dan tauhid berarti mengesakan Allah. Pada dasarnya semua manusia itu
bertauhid kepada Allah, hal ini karena diciptakannya manusia itu dalam kondisi fithrah, yaitu ia telah
diberi potensi aqidah tauhid dalam hatinya, dalam perjalanan hidupnya kemudian aqidah tauhid ini bisa
berkembang menjadi semakin kuat karena ilmu atau tenggelam ke dalam hati yang terdalam,lantaran
kejahiliyahannya, tetapi potensi aqidah tauhid yang berupa kepercayaan adanya Tuhan yang maha Esa
sebagai dzat yang maha Kuasa, Pencipta segalanya, yang menjadikan bencana dan berkuasa
menyelamatkan manusia.itu tetap ada di dalam hatinya, Karena itu pada dasarnya semua manusia itu
mempunyai aqidah/.iman.
Ketika kebutuhan hidupnya serba terpenuhi, aman dari berbaga ancaman bahaya, ia lupa bersyukur
kepada Dzat yang memberi nikmat, hingga ia menjadi kufur, maka aqidah tauhidnya semakin terdesak
ke relung hati yang terdalam hingga tidak tampak mempengaruhi gaya hidupnya, hal ini menunjukkan
bahwa lemahnya aqidah tauhid itu dipengaruhi keledzatan kehidupan duniawiyah yang serba ena. Maka
Allah menjadikan bala/azab dengan maksud untuk mengingatkan agar manusia mau bertaubat dan
kembali pada tuntunan agama yang diridhainya.
Disaat manusia mengalami bala yang mengancam keselamatannya, maka tiimbullah kepanikan dan
kekuatiran, saat itu muncullah aqidah tauhidnya yang bersih (ihlas) yang tadinya sudah tenggelam di
lubuk hatinya, ia yakin bahwa tidak ada kekuatan apapun yang dapat menyelamatkannya, selain
pertolongan yang maha Kuasa. Aqidah tauhid yang semakin menguat ini mendorongnya untuk
memohon kepada yang Maha Tunggal yaitu Allah SWT hingga ia berdoa memohon keselamatan seraya
berjanji bila diselamatkan dari mara bahaya itu ia akan menjadi orang yang bertaubat dan menjadi orang
yang bersyukur. Allah menilustrasikan kejadian itu dengan firman-Nya:
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila
kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di
dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai,
dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah
terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (mereka berkata): Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini,
pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur.(QS Yunus ayat 22 ).
Dari ayat di atas jelas bahwa Allah telah memberi nikmat kepada manusia seperti angin misalnya
lantaran angin itu manusia bisa berlayar mengarungi samudera luas, tetapi manusia tidak bersyukur atas
nikmat Allah itu sehingga Allah mendatangkan bencana dengan angin badai yang menimbulkan
gelombang besar hingga kejadian itu menimbulkan kepanikan dan ketakutan pada orang yang tadinya
kufur kepada Allah, ketika ia mengalami kesulitan , munculah hati nuraninya yang terdalam yang masih
ada aqidah tauhid di dalamnya, maka ia berdoa dengan ihlas hati dan berjanji akan menjadi orang yang
bersyukur.
Allah berfirman
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa
(alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;
(hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu,
lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yunus ayat 23).
Karenakeihlasandanjanjiberdasaraqidahtauhidnyauntukmenjadiorangbersyukur,makaAllahTaala
mengabulkan doanya, hingga Allah menyelamatkan dari musibah itu, tetapi sesudah mereka kembali
pada habitatnya lupalah ia akan doa dan janjinya untuk menjadi orang yang bersyukur, kemudian ia
berbuat mungkar dan maksiyat , maka ia tidak akan bisa mengelakkan diri dari tanggung jawab atas
perbuatannya di hari kiamat.
Kehidupan dunia di akhir zaman lebih sering terjadi bencana dibanding pada zaman sebelumnya,
bencana dunia disebut adzabul adna artinya siksa yang dekat dan siksa akherat adalah azab neraka
(adzabulakbar)artinyasiksayangbesar,halituterjadiseiring dengan banyaknya perbuatan maksiyat
yang dilakukan manusia, dan bencana itu mengandung maksud untuk menumbuhkan aqidah tauhid
dalam jiwa manusia agar mereka mau bertaubat dan kembali pada tuntunan agama yang diridhai-Nya.
Karena itu Allah berfirman :
dan Sesungguhnya Kami timpakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab
yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As Sajdah
ayat 21).
Ayat di atas menjadi dalil adanya perbedaan antara adzab dunia dan adzab akherat, bila adzab dunia
maka seorang kafir-pun bisa selamat dari azab itu setelah ia berdoa kepada Allah dengan ihlas dan
berjanji untuk bertaubat, siapa tahu sesudah itu ia menyadari dan meninggalkan perbuatan maksiyat,
atau ia mengingkari janjinya dan tetap berbuat maksiyat. Bila alternatif kedua yang dipilih maka di
akherat ia akan terkena azab akbar (azab yang terbesar) dimana tidak ada lagi yang mampu memberi
pertolongan dan menyelamatkan. Bila terkena adzab dunia kemudian mati maka tidak merasakan sakit
lagi , tetapi bila terkena azab akherat yang maha dahsyad, tidak mengalami mati, hingga pedih dan
beratnya siksaan dirasakan kekal abadi.
Aqidah tauhid yang mencakup 3 unsur iman yang dijamin akan selamat, yaitu pertama, aqidah tauhid
yangmarifatdalamhatidanaqidahnyaituselaludominandalamdirinya,diwaktulapangatausempit.
Kedua, aqidah tauhid sifat dan asma yang menetapkan Kemaha-Esaannya dan menolak keberadaan
selain-Nya, diucapkan sebagai awal ke Islaman seorang hamba dan berfungsi sebagai persaksian
(syahadat), dan mengamalkan ucapan-ucapan dengan kalimat yang baik (kalimat thayibat) sebagai
peneguh keimanannya dan ketiga adalah aqidah tauhid uluhiyah yang di-amalkan dengan rukun
perbuatan sebagai bentuk ketaatan (ibadah) kepada Allah SWT.
Tauhid Rubbubiyyah.
Yaitu keyakinan bahwa Allah Taala adalah Dzat yang memelihara segala yang ada dan tidak ada
pemelihara selain Dia. Pemelihara (Rabb) dari segi bahasa berarti yang menguasai, (Al Mudabbir) yang
mengurus,yangmengatur,yangmenertibkan.KarenaiturubbubiyahAllahTaalaatassemuamahluk-
Nya adalah keesaan-Nya dalam penciptaan, merajai, dan mengurus atau mengatur urusan mereka.
Tauhid Rubbubiyyah bermakna sebagai pernyataan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah pelaku mutlak
dalam penciptaan, tidak ada suatu barang yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya kreator
/pencipta, dan tidak ada sekutu satupun dalam perbuatan-Nya. Karena itu maka sesungguhnya Allah
SWT adalah pencipta langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya, Dialah yang Maha Tunggal dan
wajib di-Esakan dalam ibadahnya, Dialah yang tunggal dan pantas dengan sifat kesempurnaan, karena
sifat ini tidak ada, kecuali pada Pemelihara semesta Alam. Tauhid Rubbbiyah ini dimiliki semua mahluk,
baik manusia, jin dan syetan sekalipun, walaupun mereka mengingkari perintah-Nya. Karena itu syetan
berkata:
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika Dia berkata kepada manusia:
Kafirlahkamu,Makatatkalamanusiaitutelahkafir,Makaiaberkata:Sesungguhnyaakuberlepasdiri
dari kamu, karena Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.(QS Al Hasyr:16.
Dalam cerita Raja Firaun, ternyata ia juga mempunyai iman di dalam hatinya yang terdalam, hal itu
tampak disaat ia dan pengikutnya mengalami kesulitan karena mengingkari ajakan nabi Musa as, untuk
bertaubat dan menscikan diri dari dosa-dosanya, Allah berfirman :
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang
jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.(QS Al Araaf
133)
[558] Maksudnya: air minum mereka beubah menjadi darah.
Sesudah mereka mengalami kesulitan yang berat, maka raja Firaun dan pengikutnya meminta tolong
kepadaNabiMusaagariaberdoantukmenghilangkanbalayangterjadiitu,denganjanjibahwamereka
akan beriman dan mentaati syareat agama Allah Taala, Allah berfirman :
dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: Hai Musa,
mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada
pada sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami
akan beriman kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu. (QS AlAraaf 134).
[559] Maksudnya: karena Musa a.s. telah dianugerahi kenabian oleh Allah, sebab itu mereka meminta
dengan perantaraan kenabian itu agar Musa a.s.memohon kepada Allah.
KemudianakhirdaririwayatFiraunadalahketikaiamengingkari janjinya, dan mengejar nabi Musa as
beserta pengikutnya untuk membunuhnya, hingga mengejar pelarian Nabi Musa dan bani Israel pada
jalan di tengah lautan yang terbelah di laut Merah, hingga nabi Musa memukul laut itu dengan
tongkatnya, maka seketika lautan itu menyatu kembali, dan Firaun dengan bala tentaranya yang hampir
mencapai pantai itu tenggelam, menjelang tenggelamnya Firaun, di saat mengalami sakaratul maut ia
sempat mengucap kalimat syahadat, sebagaimana firman Allah SWT :
dan Kami selamatkan Bani Israil dengan melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala
tentaranya,karenahendakMenganiayadanmenindas(mereka);makaketikaFiraunhampirtenggelam
berkatalahdia:SayapercayabahwatidakadaTuhanmelainkanTuhanyangdipercayai oleh Bani Israil,
dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Qs Yunus 90).
Syahadat firaun ini dtolak langsung oleh Allah dengan firmannya: Apakah sekarang (baru kamu
percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan. ). (Qs Yunus 91)
Tauhid rubbubiyyah adalah mengesakan Allah dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat
yang tetap memberikan apa yang diminta manusia meskipun ia dalam keadaan kafir, musyrik, atau
munafik, tetapi pemberian dalam masalah harta kekayaan, kedudukan dan kekuatan itu merupakan
istidraj, yaitu pemberian yang secara perlahan-lahan tapi pasti akhirnya akan membawa pada
kebinasaan dan kehancuran, Allah berfirman :
dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS Al Araaf 182).
Allah juga menjelaskan orang yang memandang remeh kehidupan ahirat hingga tidak berdoa untuk
kebaikan alam akherat, ia hanya meminta kebakan dunianya saja, sebagaimana firman-Nya:
Makadiantaramanusiaadaorangyangbendoa:YaTuhanKami,berilahKami(kebaikan)didunia,dan
Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS Al Baqarah 200).
Sesudah mereka mengalami kesulitan hingga para petinggi kafir kuraisy memakan makanan yang tidak
layak dimakan, seperti memakan tulang, tikus, dan lain lain, mereka tahu bahwa kesulitan mereka itu
disebabkandoaNabisaw.Maka mereka menemui Nabi saw untuk meminta agar berdoa kepada Allah
supaya mencabut tahun paceklik itu, dengan suatu janji kesanggupan bahwa mereka akan beriman
kepada Allah dan mengakui Kenabian beliau. Maka Nabi berdoa untuk itu, dan Allah mencabut tahun
paceklik itu, tetapi pada kenyataannya mereka tetap saja mengingkari peringatan Allah dan
mendustakan seruan Nabi-Nya.
Karena itu tarekat lurus adalah jalan yang ditempuh dengan keikhlasan dan keridhaan bukan jalan yang
ditempuh disaat banyak mengalami persoalan hidup yang tidak bisa dipecahkan, kemudian melarikan
diri ke dunia tarekat, kemudian manakala persoalan hidupnya telah teratasi tarekat itu ditinggalkannya.
AlQuranmenggunakankatatarekatyangbermaknabahwaIslamadalahgayahidup,carahidup,dan
metodelogi untuk meningkatkan kualitas rohani umat, dengan memadukan faktor hakekat (bathiniyh)
dan faktor eksternal (syareat). Seorang muslim akan gersang, kering rohaninya dan lemah imannya bila
tidak melibatkan kajian, pemahaman dan pengamalan unsur hakekat karena dialah ruh/jiwa dan
kekuatandaribangunanagama.LidahArabsendirimemaknaithariqahsebagaimanadikatakanImamAl
Qurthuby:
: .
Orang Arab mengatakan: Fulan di atas tarekat matsula berarti di atas petunjuk yang lurus dan Allah
berfirman:
( 30)
Merekaberkata:Haikaumkami,SesungguhnyakamiTelahmendengarkanKitab(AlQuran)yangTelah
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada
kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (QS: Al Ahqaaf ayat 30).
Ayat diatas adalah ucapan pemimpin jin yang benar, ketika mengajak kaumnya untuk menempuh
jalan/tarekat yang lurus, setelah mendengar bacaan Al Quran yang mereka fahami maksudnya, sehingga
Allah mengabadikan ucapannya yang benar itu menjadi bagian dari Al Quran. Ayat ini juga mengandung
penjelasan2bagianyaitulafalyahdiilalhaqqimenunjukkankepadakebenaransyareatdanlafalwa
ilaathariiqimmustaqiimyangmenunjukkanpadakebenaranhakekat,sebagaipenyempurnakebenaran
syareat. Tarekat terkait dengan tashawwuf, tetapi dari segi lafal kata, dalam Al Quran dan hadits, tarekat
memiliki dasar yang lebih banyak, lebih kuat dan makna yang terkandung dalam istilah ini menuntut
kajian dan pembelajaran karena ia merupakan nilai-nilai yang diungkap dalam Quran dan hadits untuk
memelihara dan meningkatkan kualitas iman dan merupakan metode untuk memperkaya dan
pencerahan rohani dan kepribadian.
Tarekatadalahcarahidupuntukmenjagakemurnianakidah,ibadah,mengenal(marifat)kepadaAllah
yang Maha ghaib dan menjaga hubungan dekat kepada-Nya, karena itu tarekat yang lurus tidak
mencampur aduk ajaran haq dengan hal batil yang tidak bersumber dari ajaran Islam, seperti bidah,
tahayul, khurafat bahkan syirik.
Mempelajari ilmu syareat perlu pembelajaran dengan membaca menulis, penjelasan dan
mempraktekkan, maka orang akan dapat mengamalkannya, untuk memahami masalah hakekat yang
bersifat bathiniyah perlu adanya tarekat, sebagai suatu pendekatan ruhani yang penting dikaji dan di
amalkan agar manusia memiliki integritas, kesalehan pribadi dan sosial dalam fungsi khalifatullah di
alam dunia.
Setiap mukmin sekurang-kurangnya 5 kali berdoa memohon petunjuk jalan yang lurus yaitu ketika
membacaihdinasshirathalmustaqiimhinggaselesainyasuratAlFatihah, praktis 17 kali dalam sehari
semalam ia memohon petunjuk jalan lurus di saat shalat wajib. Jalan yang diminta itu dalam bahasa
wahyu disebut al shiratu al mustaqiimu, keadaan yang lurus/benar dikatakan istiqamah.
Banyak ungkapan Al Quran yang menunjukkanmaknajalansepertishirath,sabil,syari,thariqah,minhaj
millah, madzhab, tetapi dapat kita bedakan menjadi dua sesuai karakter masing-masing, shirathun
mustaqiim, yaitu jalan hidup yang benar (Al Haqq) berdasar ketentuan syareat, yang ditempuh dengan
mempelajari, memahami, mentaati dan mengamalkan syareat Islam yang berdasarkan wahyu kerasulan,
sedangkan thariqun mustaqim yaitu jalan hidup yang benar secara (hakekat) berdasarkan ajaran yang
bersumber dari wahyu kenabian. Kebenaran hakekat atau hakiki dapat dicapai dengan tarekat sebagai
metode pembelajaran, pemahaman, pengamalan dan pemeliharaan ruhani dalam hidup dan kehidupan.
Apakah Kaitan Aqidah Tauhid dengan thariqah itu?
Pertama, thariqah adalah bentuk aplikasi Tauhid Asma dan Shifat yang dilaksanakan dengan
pengamalan dan penghayatan dzikrullah, riyadhah, mujahadah, dan istighatsah sebagai tawassul
masyruiyyah (tawassul berdasar ketetapan syareat Islam). Adapun shirath adalah aplikasi tauhid
Uluhiyyah yang dilaksanaan dengan menjalankan ketetapan syareat Islam secara tertib seperti; shalat,
puasa, zakat, haji, kepemimpinan, dll.
Kedua, thariqah adalah jalan atau metode, untuk merawat, menjaga dan memelihara kondisi rohani,
serta meningkatkan kualitas iman yang bersifat hakekat-batiniyah, agar seorang mukmin memiliki
kekayaan rohani, terbebas dari berbagai penyakit hati yang melemahkan imannya.
Syareat Islam menetapkan kuwajiban perawatan dan penjagaan jasmani untuk menjaga kebersihan dan
kesucian sebagai syarat pelaksanaan ibadah, karena itu setiap mukmin diwajibkan mandi janabat bila
hadats besar, berwudhu bila hadats kecil, menghilangkan najis bila terkena kotoran. Dapat kita
bayangkan bila beberapa tahun kuku dan rambut panjang tidak dipotong, daki badan menumpuk tidak
dibersihkan, gigi tidak di gosok, apa jadinya?
Demikian juga dengan rohani manusia bila nafsu ammarah dan lawwamah tidak dikendalikan, bila sifat
rakus dan tamak tidak dihilangkan, maka tauhid asmak dan sifat tidak akan dapat diaplikasikan, dan
manusia akan menjadi mahluk yang bengis dan kejam, manusia akan menjadi hamba hawa nafsunya,
yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Ketiga tarekat adalah jalan untuk menemukan iman yang diterima Allah (iman makbul), yakin dan
istiqamah dalam agama yang diridhoi Alah SWT, karena ada beberapa kreteria iman yang mardud (iman
yang ditolak), seperti :
Keimanan orang-orang kafir, Allah berfirman :
Katakanlah: Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir, iman mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh. (QS As Sajdah 29).l
Keimanan orang musyrik sebagaimana firman Allah :
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.SesungguhnyaAllahakanmemutuskandi
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS Az Zumar 3).
.
:
560 :
Barangsiapa dikehendaki Allah memperoleh kebaikan maka difahamkan dalam agama dan diilhamkan
kepadanya keterangan-keterangan-Nya. (Hr. Abdullah bin Masud, Hadits Marfu ).
Manfaat dari segi nafsiyyah maka tarekat berfungsi untuk menkondisikan diri agar mampu mencapai
kondisi diri (nafsu) yang muthma-innah, karena nafsu muthma-innah itulah yang dipanggil Allah untuk
masuk ke dalam surga sebagaimana firman Allah Taala:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS Al Fajr 27-30)
Dalam bahasa Al Quran, muthmainnah adalah keadaan diri yang tenang, dan ketenangan diri itu
bergantung pada kondisi hati, bila hatinya tenang maka akan tenanglah jiwanya. Allah menjelaskan
bahwa tenangnya hati lantaran dzikrullah sebagaimana firmna-Nya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lahhatimenjaditenang.(QSArRadu28)
Pembagian akidah tauhid
Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi
Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka
itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka
qadha dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk
ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Tauhid Al-Uluhiyyah,
mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
Tauhid Ar-Rububiyyah,
mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang
mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang
serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmadberkata:
Qadar adalah kekuasaan Allah. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan
kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak
ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada
seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan
untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang
benar. Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh
Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabiul
Awwal 1420H/Juni 1999M
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyahataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang
dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam
kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum
Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik
Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah
pada surat Yusuf ayat 40. Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama
Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di
antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syariiah dan al-Iman.
Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu aqidah.
Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih
(Ahlis Sunnah wal Jamaah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah), terj. Farid bin
Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafii, cet.I), hlm. 33-35. Dan dari berbagai sumber
terpercaya
MAKNA SYAHADAT
Makna Syahadat
Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap
sebagai sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan
meyakini kebenaran yang dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3]
Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab
Tauhid, Ustadz Abu Isa).
Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-
orang munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang
munafik mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan, namun hati mereka
tidak membenarkannya. Allah Taala berfirman (yang artinya): Apabila orang-
orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami bersaksi bahwasanya
engkau benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang
munafik itu benar-benar pendusta. (QS. Al Munafiquun: 1)
Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa
diucapkan. Paman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah
orang yang dengan segenap kekuatan, harta benda dan jabatannya telah
membantu dakwah Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Kenapa dia rela
melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa sebenarnya
ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa keponakannya.
Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia tidak
mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan
kafir. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu.
Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang
berhak disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini
terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa
sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di
dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah
kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan
tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanya Allah.
Allah berfirman (yang artinya): Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya
Allah Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka
seru selain Allah, itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha
Tinggi lagi Maha besar. (QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman (yang
artinya): Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan
beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat
kuat. (QS. Al Baqarah:256)
Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus
sebagai Hamba Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau
sebagai seorang Rasul, di sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara
berlebihan. Beliau bersabda: Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka
sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.
Beliau Shallallahu Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat
yang berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal:
menganggap beliau mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan doa,
mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.
Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak
dan kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah
haramnya darah dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi
dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan
darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka
mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat,
serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka
telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun
hisab mereka adalah urusan Allah Taala (HR. Bukhori dan Muslim)
Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib
meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain
Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga,
ia wajib mencintai orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan
membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).
Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari
dua kalimat syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Quran Allah
menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya.
Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya): Katakanlah: Taatilah Allah dan
Rasul-Nya. (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammenggandengkan ketaatan kepada Allah
dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua kalimat
syahadat haruslah digandengkan.
Dari sini, para Ulama menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah
seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba. Ikhlas adalah
konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah
seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia
campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah
seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba adalah
konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya
amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah
dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah
jika mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jadi, keislaman
seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah
mengumpulkan kedua hal tersebut.
Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal
jika ia melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan
tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Hal-hal
yang membatalkan syahadat:
Ada ulama yang membagi syirik menjadi tiga, yaitu: syirik akbar, syirik
ashghar, dan syirik khafi. Namun ada juga yang cuma membagi menjadi
dua, yaitu: syirik akbar dan syirik ashgar.
Syirik kecil dibagi dua, yaitu syirik zhahir (nyata) dan syirik khafi
(tersembunyi).
Syirik zhahir ini terdiri dari perkataan dan perbuatan. Contoh dari
perkataan adalah ucapan Kalau bukan karena Allah dan karena si fulan,
adapun contoh yang berupa perbuatan misalnya memakai kalung atau
benang sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya atau namimah.
Apabila ia berkeyakinan bahwa hal itu sebagai perantara maka ia jatuh
pada syirik kecil, namun apabila ia berkeyakin bahwa hal itu dapat
menolak bahaya maka itu syirik besar.
Syirik khafi yaitu syirik dalam keingin dan niat, seperti riya (ingin dipuji
orang), sumah (ingin didengar orang)
Syaikh Muhammad at Tamimi berkata, tidak ada beda dalam hal yang
membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius
(bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa.
Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering
terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan
dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah SAW dari hal yang bisa
mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih.
RUKUN IMAN
1. Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani
4 hal:
Mengimani adanya Allah.
Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur
alam semesta kecuali Allah.
Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain
Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Taala.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan
untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupakanNya.
2. Iman kepada para malaikat Allah:
Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan
tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat.
Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya
Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
Orang islam wajib mengimami 10 malaikat yaitu:
1.
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikal
3. Malaikat Rakib
4. Malaikat Atid
5. Malaikat Mungkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Izrail
8. Malaikat Israfil
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan
2. Iman kepada kitab-kitab Allah:
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat
Allah.
Mengimami bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT ada 4 (empat) yaitu:
Kitab Suci Taurat
Kita Suci Zabur
Kitab Suci Injil
Kitab Suci Al-Qur'an
Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci
terdahulu.[4]
3. Iman kepada para rasul Allah: Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan
manusia yang Allah Taala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya.
Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul
itu adalah benar dan bersumber dari Allah Taala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan
rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.[5]
4. Iman kepada hari akhir: Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan
di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
5. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk: Mengimani kejadian
yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa
terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.[6]
Dasar hukum[sunting | sunting sumber]
Di antaradasar hukum yang disebut di dalam Al-Qur'an,
Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman): Kami beriman kepada Allah dan kitab yang
diturunkan kepada kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak
cucunya, dan kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kitab yang diberikan kepada nabi-
nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya.
QS. Al-Baqarah: 136
...dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya.
QS. Al-Anbiya`: 19-20
Hadits Jibril, tentang seseorang yang bertanya kepada nabi.
"Beritahukan kepadaku tentang Iman. Nabi menjawab, Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para rasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang
baik dan yang buruk, ia berkata, Engkau benar. ...Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun
terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya
tadi? Aku menjawab, Allah dan rasulNya lebih mengetahui, Dia bersabda, Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian."