Anda di halaman 1dari 29

Pengertian aqidah

Akidah (Bahasa Arab: ; transliterasi: al-'Aqdah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua

sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan
pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.

Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ( ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu ( ) yang

berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu () yangartinyamengokohkan(menetapkan),
dan ar-rabthu biquw-wah () yangberartimengikatdengankuat.

Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-
rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah
maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma'
salaf as-shalih.

Referensi[sunting | sunting sumber]


Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Kitab Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql,
'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd dan
Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql.

Referensi
Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.
Kitab Buhuuts fii Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaaah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir bin Abdul
Karim al-Aql, Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaaah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin
Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaaah fil Aqiidah oleh Dr. Nashir bin
Abdul Karim al-Aql.
Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

Dasar dan sumber aqidah

Dasar dari akidah Islam adalah al-Quran dan Hadits. Al-Quran dan Hadits/Sunnah Rasul
merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam oleh Nabi Muhamad SAW, untuk
dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan
perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai berikut;
1. Al-Quran
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan dasar pokok akidah Islam yang paling utama. Al-
Quran menjelaskan tentang segala hal yang ada di alam semesta ini, dari yang jelas sampai hal
yang ghaib termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran pokok tentang keyakinan dan
keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani oleh setiap muslim di antaranya QS
an-Nisa/4 : 136

Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab
yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisa / 4 :136)

2. Al-Hadits

Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad SAW.
Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an, baik
sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun dalam segala persoalan hidup manusia. Hadits
memiliki fungsi sebagai pedoman yang menjelaskan masalah-masalah yang ditetapkan di dalam al-
Quran yang masih bersifat umum.
Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah Islam, yaitu :
a. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata keluar dari hawa nafsu.
Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT Sebagaimana ditegaskan QS. an-Najm/53
:3-5.

Artinya :
Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain hanya dari wahyu
yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat. ( QS. An Najm/53 : 3 5
).

Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih meragukan
kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut, manusia diharapkan untuk
memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW benar-
benar berasal dari Allah SWT, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar).
b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang artinya:

apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah petunjuk hidup dari
Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap setiap orang yang mengaku beriman
kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang diajarkan Rasulullah SAW.
c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih bersifat global,
termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt berfirman sebagai berikut:
Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Q.S. An-Nisa'/4: 36)

Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan menyekutukan Dia
dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara menyembah Allah dan bagaimana pula
sikap yang tidak tergolong mempersekutukan Dia.
Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan Allah dapat
dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadits dapat memperjelas maksud
ayat Al-Qur'an.
Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara lain memuja
patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji untuk jin dan setan.
ISTILAH LAIN
1. BEBERAPA ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH

Terdapat banyak istilah tentang aqidah yang diperkenalkan oleh ulama. Berikut ini adalah sebagian istilah tersebut

beserta relevansinya sesuai dengan makna dan maksudnya.

1. Iman

Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakanya. Bagi yang membedakan, aqidah

hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek

dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Sedangkan
kalau kita mengikuti definisi iman menurut jahmiyah dan Asyariyah yang mengatakan bahwa iman hanyalah at-

tashdiq (membenarkan dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim. Senada dengan ini,

adalah pendapat Abu Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah itiqad, sedangkan amal adalah bukti iman,

tetapi tidak dinamai iman. Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut ulama salaf (imam Malik, Ahmad,

Syafii) yang mengatakan bahwa iman adalah sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan

diamalkan dengan anggota tubuh) maka iman dan aqidah tentu tidak persis sama.
2. Tauhid

Tauhid artinya mengesakan (mengesakan Allah-Tauhidullah). Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman,

oleh sebab itu aqidah dan iman diidentikan juga dengan istilah tauhid.
1. 3. Ushuluddin

Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah

merupakan pokok-pokok ajaran agama Islam.


1. 4. Ilmu kalam

Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamakan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan

perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang al-Quran

apakah khaliq atau bukan, hadits atau qadim. Tentang taqdir, apakah manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang

orang berdosa besar, kafir atau tidak dan lain sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan luas seperti itu terjadi

setelah cara berfikir rasional dan falsafati mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.
1. 5. Fikih Akbar
Fikih akbar artinya fikih besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwatafaquh fiddin yang diperintahkan

Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fikih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Untuk

membedakan dengan fikih dalam masalah hukum ditambah dengan kata akbar, sehingga menjadi fikih akbar.
1. 6. Teologi Islam

Teologi berasal dari dua suku kata, yaitu teo (tuhan) dan logos (ilmu). Jadi teologi adalah ilmu menegnai Tuhan.

Dalam pengertian yang umum, teologi diartikan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan seluk beluk tentang

Tuhan. Para ahli agama-agama mengartikan teologi dengan pengetahuan tentang Tuhan dan hubungan manusia

dengan Tuhan serta hubungan Tuhan dengan alam semesta. Sebagai ilmu yang membicarakan ketuhanan, maka

kata ini digunakan oleh semua agama. Sementara untuk teologi Islam mengkaji seluk beluk ketuhanan yang terdapat

dalam ajaran Islam. Dengan demikian kata teologi bersifat netral, bisa digunakan kepada agama apa saja, sesuai

dengan karakter dari agama yang menjadikan ketuhanan sebagai kajian utamanya.
1. 7. Ilmu Marifat

Disebut sebagai ilmu marifah, karena ilmu ini dapat mengenal atau memperkenalkan ajaran-ajaran aqidah Islam,

sehingga dalam pembahasanya meliputi: Pertama, marifat al-mabda yaitu mengenal Allah dengan segala

sifat,afal dan asma-Nya. Kedua, marifat al-wasithat yaitu mengenal utusan-utusan Allah meliputi malaikat, rasul dan

kitab-kitab Allah. Ketiga, marifat al-maadyaitu mengenal dan mempercayai hari akhir dan segala sesuatu yang

terjadi di alam ini merupakan iradah dengan takdir Allah swt.


AQIDAH TAUHID

AQIDAH TAUHID.
Pengertian Aqidah Tauhid
Aqidah berarti kepercayaan, dan tauhid berarti mengesakan Allah. Pada dasarnya semua manusia itu
bertauhid kepada Allah, hal ini karena diciptakannya manusia itu dalam kondisi fithrah, yaitu ia telah
diberi potensi aqidah tauhid dalam hatinya, dalam perjalanan hidupnya kemudian aqidah tauhid ini bisa
berkembang menjadi semakin kuat karena ilmu atau tenggelam ke dalam hati yang terdalam,lantaran
kejahiliyahannya, tetapi potensi aqidah tauhid yang berupa kepercayaan adanya Tuhan yang maha Esa
sebagai dzat yang maha Kuasa, Pencipta segalanya, yang menjadikan bencana dan berkuasa
menyelamatkan manusia.itu tetap ada di dalam hatinya, Karena itu pada dasarnya semua manusia itu
mempunyai aqidah/.iman.
Ketika kebutuhan hidupnya serba terpenuhi, aman dari berbaga ancaman bahaya, ia lupa bersyukur
kepada Dzat yang memberi nikmat, hingga ia menjadi kufur, maka aqidah tauhidnya semakin terdesak
ke relung hati yang terdalam hingga tidak tampak mempengaruhi gaya hidupnya, hal ini menunjukkan
bahwa lemahnya aqidah tauhid itu dipengaruhi keledzatan kehidupan duniawiyah yang serba ena. Maka
Allah menjadikan bala/azab dengan maksud untuk mengingatkan agar manusia mau bertaubat dan
kembali pada tuntunan agama yang diridhainya.
Disaat manusia mengalami bala yang mengancam keselamatannya, maka tiimbullah kepanikan dan
kekuatiran, saat itu muncullah aqidah tauhidnya yang bersih (ihlas) yang tadinya sudah tenggelam di
lubuk hatinya, ia yakin bahwa tidak ada kekuatan apapun yang dapat menyelamatkannya, selain
pertolongan yang maha Kuasa. Aqidah tauhid yang semakin menguat ini mendorongnya untuk
memohon kepada yang Maha Tunggal yaitu Allah SWT hingga ia berdoa memohon keselamatan seraya
berjanji bila diselamatkan dari mara bahaya itu ia akan menjadi orang yang bertaubat dan menjadi orang
yang bersyukur. Allah menilustrasikan kejadian itu dengan firman-Nya:
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila
kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di
dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai,
dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah
terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (mereka berkata): Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini,
pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur.(QS Yunus ayat 22 ).
Dari ayat di atas jelas bahwa Allah telah memberi nikmat kepada manusia seperti angin misalnya
lantaran angin itu manusia bisa berlayar mengarungi samudera luas, tetapi manusia tidak bersyukur atas
nikmat Allah itu sehingga Allah mendatangkan bencana dengan angin badai yang menimbulkan
gelombang besar hingga kejadian itu menimbulkan kepanikan dan ketakutan pada orang yang tadinya
kufur kepada Allah, ketika ia mengalami kesulitan , munculah hati nuraninya yang terdalam yang masih
ada aqidah tauhid di dalamnya, maka ia berdoa dengan ihlas hati dan berjanji akan menjadi orang yang
bersyukur.
Allah berfirman
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa
(alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;
(hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu,
lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yunus ayat 23).
Karenakeihlasandanjanjiberdasaraqidahtauhidnyauntukmenjadiorangbersyukur,makaAllahTaala
mengabulkan doanya, hingga Allah menyelamatkan dari musibah itu, tetapi sesudah mereka kembali
pada habitatnya lupalah ia akan doa dan janjinya untuk menjadi orang yang bersyukur, kemudian ia
berbuat mungkar dan maksiyat , maka ia tidak akan bisa mengelakkan diri dari tanggung jawab atas
perbuatannya di hari kiamat.
Kehidupan dunia di akhir zaman lebih sering terjadi bencana dibanding pada zaman sebelumnya,
bencana dunia disebut adzabul adna artinya siksa yang dekat dan siksa akherat adalah azab neraka
(adzabulakbar)artinyasiksayangbesar,halituterjadiseiring dengan banyaknya perbuatan maksiyat
yang dilakukan manusia, dan bencana itu mengandung maksud untuk menumbuhkan aqidah tauhid
dalam jiwa manusia agar mereka mau bertaubat dan kembali pada tuntunan agama yang diridhai-Nya.
Karena itu Allah berfirman :
dan Sesungguhnya Kami timpakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab
yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As Sajdah
ayat 21).
Ayat di atas menjadi dalil adanya perbedaan antara adzab dunia dan adzab akherat, bila adzab dunia
maka seorang kafir-pun bisa selamat dari azab itu setelah ia berdoa kepada Allah dengan ihlas dan
berjanji untuk bertaubat, siapa tahu sesudah itu ia menyadari dan meninggalkan perbuatan maksiyat,
atau ia mengingkari janjinya dan tetap berbuat maksiyat. Bila alternatif kedua yang dipilih maka di
akherat ia akan terkena azab akbar (azab yang terbesar) dimana tidak ada lagi yang mampu memberi
pertolongan dan menyelamatkan. Bila terkena adzab dunia kemudian mati maka tidak merasakan sakit
lagi , tetapi bila terkena azab akherat yang maha dahsyad, tidak mengalami mati, hingga pedih dan
beratnya siksaan dirasakan kekal abadi.
Aqidah tauhid yang mencakup 3 unsur iman yang dijamin akan selamat, yaitu pertama, aqidah tauhid
yangmarifatdalamhatidanaqidahnyaituselaludominandalamdirinya,diwaktulapangatausempit.
Kedua, aqidah tauhid sifat dan asma yang menetapkan Kemaha-Esaannya dan menolak keberadaan
selain-Nya, diucapkan sebagai awal ke Islaman seorang hamba dan berfungsi sebagai persaksian
(syahadat), dan mengamalkan ucapan-ucapan dengan kalimat yang baik (kalimat thayibat) sebagai
peneguh keimanannya dan ketiga adalah aqidah tauhid uluhiyah yang di-amalkan dengan rukun
perbuatan sebagai bentuk ketaatan (ibadah) kepada Allah SWT.
Tauhid Rubbubiyyah.
Yaitu keyakinan bahwa Allah Taala adalah Dzat yang memelihara segala yang ada dan tidak ada
pemelihara selain Dia. Pemelihara (Rabb) dari segi bahasa berarti yang menguasai, (Al Mudabbir) yang
mengurus,yangmengatur,yangmenertibkan.KarenaiturubbubiyahAllahTaalaatassemuamahluk-
Nya adalah keesaan-Nya dalam penciptaan, merajai, dan mengurus atau mengatur urusan mereka.
Tauhid Rubbubiyyah bermakna sebagai pernyataan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah pelaku mutlak
dalam penciptaan, tidak ada suatu barang yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya kreator
/pencipta, dan tidak ada sekutu satupun dalam perbuatan-Nya. Karena itu maka sesungguhnya Allah
SWT adalah pencipta langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya, Dialah yang Maha Tunggal dan
wajib di-Esakan dalam ibadahnya, Dialah yang tunggal dan pantas dengan sifat kesempurnaan, karena
sifat ini tidak ada, kecuali pada Pemelihara semesta Alam. Tauhid Rubbbiyah ini dimiliki semua mahluk,
baik manusia, jin dan syetan sekalipun, walaupun mereka mengingkari perintah-Nya. Karena itu syetan
berkata:
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika Dia berkata kepada manusia:
Kafirlahkamu,Makatatkalamanusiaitutelahkafir,Makaiaberkata:Sesungguhnyaakuberlepasdiri
dari kamu, karena Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.(QS Al Hasyr:16.
Dalam cerita Raja Firaun, ternyata ia juga mempunyai iman di dalam hatinya yang terdalam, hal itu
tampak disaat ia dan pengikutnya mengalami kesulitan karena mengingkari ajakan nabi Musa as, untuk
bertaubat dan menscikan diri dari dosa-dosanya, Allah berfirman :
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah[558] sebagai bukti yang
jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.(QS Al Araaf
133)
[558] Maksudnya: air minum mereka beubah menjadi darah.
Sesudah mereka mengalami kesulitan yang berat, maka raja Firaun dan pengikutnya meminta tolong
kepadaNabiMusaagariaberdoantukmenghilangkanbalayangterjadiitu,denganjanjibahwamereka
akan beriman dan mentaati syareat agama Allah Taala, Allah berfirman :
dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: Hai Musa,
mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada
pada sisimu[559]. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami
akan beriman kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu. (QS AlAraaf 134).
[559] Maksudnya: karena Musa a.s. telah dianugerahi kenabian oleh Allah, sebab itu mereka meminta
dengan perantaraan kenabian itu agar Musa a.s.memohon kepada Allah.
KemudianakhirdaririwayatFiraunadalahketikaiamengingkari janjinya, dan mengejar nabi Musa as
beserta pengikutnya untuk membunuhnya, hingga mengejar pelarian Nabi Musa dan bani Israel pada
jalan di tengah lautan yang terbelah di laut Merah, hingga nabi Musa memukul laut itu dengan
tongkatnya, maka seketika lautan itu menyatu kembali, dan Firaun dengan bala tentaranya yang hampir
mencapai pantai itu tenggelam, menjelang tenggelamnya Firaun, di saat mengalami sakaratul maut ia
sempat mengucap kalimat syahadat, sebagaimana firman Allah SWT :
dan Kami selamatkan Bani Israil dengan melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala
tentaranya,karenahendakMenganiayadanmenindas(mereka);makaketikaFiraunhampirtenggelam
berkatalahdia:SayapercayabahwatidakadaTuhanmelainkanTuhanyangdipercayai oleh Bani Israil,
dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). (Qs Yunus 90).
Syahadat firaun ini dtolak langsung oleh Allah dengan firmannya: Apakah sekarang (baru kamu
percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan. ). (Qs Yunus 91)
Tauhid rubbubiyyah adalah mengesakan Allah dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat
yang tetap memberikan apa yang diminta manusia meskipun ia dalam keadaan kafir, musyrik, atau
munafik, tetapi pemberian dalam masalah harta kekayaan, kedudukan dan kekuatan itu merupakan
istidraj, yaitu pemberian yang secara perlahan-lahan tapi pasti akhirnya akan membawa pada
kebinasaan dan kehancuran, Allah berfirman :
dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS Al Araaf 182).
Allah juga menjelaskan orang yang memandang remeh kehidupan ahirat hingga tidak berdoa untuk
kebaikan alam akherat, ia hanya meminta kebakan dunianya saja, sebagaimana firman-Nya:
Makadiantaramanusiaadaorangyangbendoa:YaTuhanKami,berilahKami(kebaikan)didunia,dan
Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS Al Baqarah 200).

Kedua Tauhid uluhiyyah


Yaitu bertauhid kepada Allah dalam bentuk ibadah atau bahwa seorang hamba itu wajib atasnya untuk
menghadapkan wajah dengan perbuatannya kepada Allah yang maha Suci kemudian tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, Allah berfirman :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. QS. Al Kahfi 110).
Tauhid Uluhiyah adalah tetapnya keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang haq (benar), dan tidak ada
Tuhan selain Dia, dengan mengesakanNya dalam bentuk ibadah. Ilah adalah suatu yang disembah
(mabud),danibadahdaritinjauanbahasaadalahmenurut,menundukkandiri,merendahkandiri.Maka
tauhid uluhiyah tidak akan tercapai kecuali dengan ikhlas beribadah kepada Allah semata baik secara
ruhaniyah mapun jasmaniyah, dimana tidak ada suatu apapun darinya, kecuali hanya untuk Allah SWT.
Karena itu sesungguhnya tauhid uluhiyah mewajibkan agar kita menghadapkan jiwa raga kita kepada
Allah semata, dengan berbagai macam bentuk ibadah.
Tauhid uluhiyah ini tidak dapat dicapai kecuali oleh orang-orang beriman dan bertaqwa, serta benar
dalam keimanannya, keimanan yang benar adalah iman yang didukung dengan kefahaman (fiqih)
terhadap ilmu, dan diaplikasikan dalam bentuk ibadah dan amal saleh dengan dasar ilmu pengetahuan.
Ibadah dan amal saleh merupakan bentuk kebaktian setiap mukmin yang dilaksanakan dengan tulus
ihlas hanya untk Tuhannya semata, maka tidak menyektukan Allah dalam ibadahnya, sebagaimana misi
para nabi dan rasul yang mengajak umatnya untuk itu, sebagaimana firman Allah Taala :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.(QS Al Kahfi 110.
Teladan keihlasan ibadah ini dapat kita lihat seperti ucapan nabi ibrahim as yang menjadi bagian dari
ayat Quran, Allah berfirman :
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan
tuhan. (QS Al Anam 79).
Tauhid Uluhiyah menuntut seorang mukmin untuk mengkaji, memahami, mentaati, mengamalkan dan
meyakini syareat Islam, serta memperjuangkannya sebagai hukum tata kehidupan umat manusia,
karena tidak beriman secara benar kecuali dengan mentaati dan berhukum dengan hukum Allaah, Alla
berfirman:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
(QS An Nisa 65.
Aplikasi dari tauhid uluhiyah terkait dengan syareat/hukum ini adalah kaum muslimin wajib hukumnya
untuk mendukung dan memilih pemimpin yang beriman, ya pemimpin pemerintahan maupun
pemimpin kemasyarakatan dan lainnya. Karena itu kaum muslimin tidak boleh tabu politik, dengan
berjuang untuk mencapai kekuatan mayoritas dan tidak menjadikan/memilih kaum kafir sebagai
pemimpin, barang siapa menjadikan orang kafir sebagai pemimpin maka gugurlah imannya,Allah
berfirman :
janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu).( QS Al Imran 28).
[192] Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau
penolong.
Tauhid Sifat dan Asma.
Tauhid Sifat dan Asma adalah pernyataan/ikrar seorang hamba pada permulaan ke-Islamannya, dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat yang menetapkan keyakinan dengan meniadakan keberadaan
semua Tuhan selain Allah (nafi) dan meneguhkan (itsbat) pada sifat Allah yang Maha Esa, kalimat ini
dikenal sebagai syahadat tauhid, dan mengikrarkan syahadat rasul yang menetapkan keyakinan bahwa
Muhammad saw adalah nabi dan rasulullah. Pengucapan kedua kalimat syahadat itu merupakan rukun
pertama dari 5 rukun Islam yang wajib dijalankan semua kaum beriman.
Kemudian, sesudah itu ia meyakini bahwa Allah SWT bersifat dengan berbagai sifat kesempurnaan,
tanpa ada kekurangan atau cacat, dan Allah itu berbeda dengan semua yang ada, hal ini berdasarkan
keterangan dan ketetapan Allah SWT atas Dzat-Nya sendiri, atau keterangan Rasulullah saw dari sifat
dan asma yang disebut dalam kitab suci dan sunnah, tanpa penyimpangan lafalnya atau maknanya, tidak
boleh menyerupakan Allah dengan sifat makhluk.
Seperti dimaklumi bahwa aqidah tauhid itu naik-turun atau muncul-tenggelam dalam hati manusia,
karena itu Kitab dan sunnah mengajarkan agar seorang mukmin mengondisikan diri dengan berbagai
amalan sunnat yang dapat meneguhkan aqidah tauhidnya, khususnya dengan amaliyah dzikrullah,
dimana dengan banyak mengikrarkan atau mengucapkan kalimat-kalimat yang baik itu akan
memperteguh keimanannya. Allah berfirman :
tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786]
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, 24. pohon itu memberikan
buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. 25. (QS Ibrahim).
[786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha
illallaah.
Allah SWT mengajarkan untuk menjaga aqidah tauhid agar tetap kokoh dan kuat dengan
memerintahkan agar setiap mukmin memanfaatkan sebagian waktunya dengan berdzkir untuk
memahasucikan,memuji dan mengagungkan Allah karena itu Allah berfirman :
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya) 39. dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam
hari dan Setiap selesai sembahyang. 40( QS Qaaf).
Dalam Kitab Sunnan Kubra pada bab no 529 tentang Tahlil sesudah salam, hadits no 1263, disebutkan
dari Muhammad bin Suja Al Marwadzi, dari Ismail dari Al Hujjaj bin Abi Utsman, dari Abu Zubair,
bahwasanya ia mendengar Abdullah bin Zubair berpidato di atas mimbar ia berkata: adalah Raslullah
saw bila salam (dari shalat) beliau membaca :





.
Terjemah : tidakada Tuhan selain Allah yang maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan
dan puji-pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu, tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah,
tidak ada Tuhan selain Allah, dan kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya, yang memiliki nikmat,
keutamaan dan pujian yang baik, tidak ada Tuhan selain Allah, dengan ihlas hanya karenanya
menjalankan agama, walaupun benci orang-orang kafir itu.
Tauhid sifat dan asma juga mengajarkan agar seorang muslim hendaknya diilhami oleh asma dan sifat
Allah SWT yang sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah, dengan memahami, mensifati dan
mengamalkannya sebagai doa. Allah berfirman :
hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
nama-Nya[586]. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.(QS Al
Araaf : 180).
Ayat di atas menegaskan bahwa pengamalan asma Allah itu diperintahkan, tetapi dalam pengamalannya
agar tidak menyimpang dari kebenaran yang ditentukan syareat, seperti:
Lebih mengutamakan sifat kasih-sayang dari pada sifat kekerasan. Karena Allah berfirman :
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali bukanlah seorang
pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan
ancaman-Ku. (QS Qaaf ayat 45).
Mengesakan-Nya dengan menumbuhkan rasa kasih sayang diantara sesama mukmin, bersikap tegas
terhadap kaum kafir, dan tidak mencintai kekafirannya, walapun tetap harus menjaga toleransi
(tasamuh). Allah berfirman :
kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung. (QS Al Mujadilah 22).
Menjaga keseimbangan sifat keras dan halus. Sifat keras digunakan saat diiperlukan seperti
mengahadapi musuh dalam peerangan, atau menghadapi penjahat, sifat kasih sayang diterapkan
dilingkungan masyarakat, keluarga kaum mslimin, karena itu Rasulullah saw mendapat peringatan Allah
ketika beliau bersifat keras di lingkungan kaum muslimin sendiri, Allah berfirman :
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
maafkanlahmereka,mohonkanlahampunbagimereka,danbermusyawaratlahdenganmerekadalam
urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Asy Syuura).
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Bila mengamalkan asma-asma kekuatan dan kekerasan supaya berhati-hati agar tidak timbul sifat
takabbur, karena asma Allah yang menunjukkan kekuatan dan kekerasan itu adalah sifat mutlak Allah
yang diilustraskan sebagai jubah kebesaran Allah, dan mahluk tidak boleh memakainya kecuali pada
kondisi yang sangat diperlukan. Disebutkan dalam hadits:


: )) :



. (( ) 2620 )
DariAbiSaidAlKhudzriydanAbiHurairahiaberkata,telahbersabdaRasulullah saw : telah berfirman
AllahTaala:kemuliaanadalahsarung-Ku dan kesombongan itu jubah-Ku, maka siapa memakainya Aku
akan mengazabnya. (Hadits Riwayat Muslim no 2620), Shahih.
Karena itu dalam pengamalan asma dianjurkan mengamalkan asma Allah secara kesluruhan sesuai
keterangan hadits nabi, yang menerangkan 99 nama Allah, maka baginya pengamanya dijamin dengan
surga.
Thariqah Sebagai Aplikasi Tauhid Asma dan sifat.
Pengertian dan dalil-dalil Tarekat.
Thariq secara bahasa berasal dari kata tharaqa artinya memukul atau mengetuk seperti mengetuk pintu,
karena itu alat pemukul disebut mithraqah, dan orang yang datang di waktu malam, untuk masuk
rumah ia perlu mengetuk pintu yang sudah dikunci. Bila dikaitkan dengan amalan dzikir dalam majlis
tarekat, salah satu metode dzikirullah dalam halaqah adalah cirikhas dzikir secara ritmis dan
mengetukkan atau menghentakkan bacaan pada titik konsentrasi dengan menyatukan pikiran, perasaan
dan gerak fisik untuk mengalirkan bacaan dzikir ke dalam dada dan hati yang mengeras, agar dada
menjadi lapang dan hati menjadi lunak lantaran dzikirnya itu. Dalam surat At Thariq Allah berfirman:
Demi langit dan yang datang pada malam hari, Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?
(yaitu) bintang yang cahayanya menembus, (QS At Thaariq 1-3).
Ayat 1-3darisuratAtThariqinitidakakanbanyakmaknabilatidakdifahamidengantawilnya.Tarekat
dari kata thariq yaitu planet yang muncul di waktu fajar, maksudnya adalah bintang Fajar yang
menjadi tanda datangnya waktu fajar saat imsak menjelang shalat subuh hingga datang shalat subuh,
dimana waktu itu adalah waktu yang harus dijaga bila seorang muslim bertarekat untuk mencari ridha
Allah. Pada ayat 2 dan ke 3 dari surat At Thaariq juga bermakna bahwa tarekat itu jalan untuk mendapat
pancaran Nur Allah hingga menerangi hati yang tadinya gelap menjadi bersinar laksana bintang yang
cahayanya menembus kegelapan, dengan terangnya hati maka akan menerangi perjalanan hidup yang
penuh dengan rintangan, cobaan dan ujian.
Thariq jamaknya thawaariq juga berarti kejadian yang dialami baik terjadi di siang hari atau malam hari,
mengalami kejadian yang baik atau yang buruk, dan salah satu disiplin tarekat yang lurus selalu
menerapkantaawudz(perlindungan),istianah(mohonpertolongan)kepadaAllahdarikejelekanyang
mungkinakanmenimpanya,kemudianmemohonkebaikannya.KarenaitusalahsatudaridoaNabisaw
yang beliau baca adalah :


Saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan kejadian malam dan siang, kecuali kejadian yang terjadi
dengan baik wahai yang maha Pemurah..
Dalam surat jin kata Thariiqah jamaknya tharaa-iq secara umum berarti jalan, cara atau metode, secara
khusus berartisirrah,cara/gayahidup,keadaanperilaku,madzhabataugariskehidupanyangditaatidan
dijalani,yangkepribadianterbaikdiantarakaumnya,yangmenggambarkanorangyangmenjadicontoh
bagi kaumnya. Allah berfirman :


Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar kami
akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk kami beri cobaan
kepada mereka padanya. dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan
dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (QS. Jin 16-17).
Turunnya ayat ini, dikarenakan ketika Nabi saw berdakwah di Mekah orang-orang kafir Quraisy selalu
memusuhi dan menganiaya, maka Nabi saw berdoa agar Allah menjadikan tahun tahun itu seperti
tahunnya Nabi Yusuf as yaitu tahun paceklik yang panjang karena Allah tidak menurunkan hujan,
diriwayatkan oleh Masruq ta dari Ibnu Masud ra ia bercerita:

:


3 ! :



/
-10 ) . .

15) 4 ( .
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, Yang meliputi manusia. inilah azab yang
pedih. (mereka berdoa): Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan
beriman. Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal Telah datang kepada mereka
seorang Rasul yang memberi penjelasan, Kemudian mereka berpaling daripa- danyadanberkata:Dia
adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila. Sesungguhnya
(kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit Sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (QS
Ad Dukhaan 10-15). Hadits Bukhari.

Sesudah mereka mengalami kesulitan hingga para petinggi kafir kuraisy memakan makanan yang tidak
layak dimakan, seperti memakan tulang, tikus, dan lain lain, mereka tahu bahwa kesulitan mereka itu
disebabkandoaNabisaw.Maka mereka menemui Nabi saw untuk meminta agar berdoa kepada Allah
supaya mencabut tahun paceklik itu, dengan suatu janji kesanggupan bahwa mereka akan beriman
kepada Allah dan mengakui Kenabian beliau. Maka Nabi berdoa untuk itu, dan Allah mencabut tahun
paceklik itu, tetapi pada kenyataannya mereka tetap saja mengingkari peringatan Allah dan
mendustakan seruan Nabi-Nya.
Karena itu tarekat lurus adalah jalan yang ditempuh dengan keikhlasan dan keridhaan bukan jalan yang
ditempuh disaat banyak mengalami persoalan hidup yang tidak bisa dipecahkan, kemudian melarikan
diri ke dunia tarekat, kemudian manakala persoalan hidupnya telah teratasi tarekat itu ditinggalkannya.
AlQuranmenggunakankatatarekatyangbermaknabahwaIslamadalahgayahidup,carahidup,dan
metodelogi untuk meningkatkan kualitas rohani umat, dengan memadukan faktor hakekat (bathiniyh)
dan faktor eksternal (syareat). Seorang muslim akan gersang, kering rohaninya dan lemah imannya bila
tidak melibatkan kajian, pemahaman dan pengamalan unsur hakekat karena dialah ruh/jiwa dan
kekuatandaribangunanagama.LidahArabsendirimemaknaithariqahsebagaimanadikatakanImamAl
Qurthuby:


: .
Orang Arab mengatakan: Fulan di atas tarekat matsula berarti di atas petunjuk yang lurus dan Allah
berfirman:


( 30)
Merekaberkata:Haikaumkami,SesungguhnyakamiTelahmendengarkanKitab(AlQuran)yangTelah
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada
kebenaran dan kepada jalan yang lurus. (QS: Al Ahqaaf ayat 30).
Ayat diatas adalah ucapan pemimpin jin yang benar, ketika mengajak kaumnya untuk menempuh
jalan/tarekat yang lurus, setelah mendengar bacaan Al Quran yang mereka fahami maksudnya, sehingga
Allah mengabadikan ucapannya yang benar itu menjadi bagian dari Al Quran. Ayat ini juga mengandung
penjelasan2bagianyaitulafalyahdiilalhaqqimenunjukkankepadakebenaransyareatdanlafalwa
ilaathariiqimmustaqiimyangmenunjukkanpadakebenaranhakekat,sebagaipenyempurnakebenaran
syareat. Tarekat terkait dengan tashawwuf, tetapi dari segi lafal kata, dalam Al Quran dan hadits, tarekat
memiliki dasar yang lebih banyak, lebih kuat dan makna yang terkandung dalam istilah ini menuntut
kajian dan pembelajaran karena ia merupakan nilai-nilai yang diungkap dalam Quran dan hadits untuk
memelihara dan meningkatkan kualitas iman dan merupakan metode untuk memperkaya dan
pencerahan rohani dan kepribadian.
Tarekatadalahcarahidupuntukmenjagakemurnianakidah,ibadah,mengenal(marifat)kepadaAllah
yang Maha ghaib dan menjaga hubungan dekat kepada-Nya, karena itu tarekat yang lurus tidak
mencampur aduk ajaran haq dengan hal batil yang tidak bersumber dari ajaran Islam, seperti bidah,
tahayul, khurafat bahkan syirik.
Mempelajari ilmu syareat perlu pembelajaran dengan membaca menulis, penjelasan dan
mempraktekkan, maka orang akan dapat mengamalkannya, untuk memahami masalah hakekat yang
bersifat bathiniyah perlu adanya tarekat, sebagai suatu pendekatan ruhani yang penting dikaji dan di
amalkan agar manusia memiliki integritas, kesalehan pribadi dan sosial dalam fungsi khalifatullah di
alam dunia.
Setiap mukmin sekurang-kurangnya 5 kali berdoa memohon petunjuk jalan yang lurus yaitu ketika
membacaihdinasshirathalmustaqiimhinggaselesainyasuratAlFatihah, praktis 17 kali dalam sehari
semalam ia memohon petunjuk jalan lurus di saat shalat wajib. Jalan yang diminta itu dalam bahasa
wahyu disebut al shiratu al mustaqiimu, keadaan yang lurus/benar dikatakan istiqamah.
Banyak ungkapan Al Quran yang menunjukkanmaknajalansepertishirath,sabil,syari,thariqah,minhaj
millah, madzhab, tetapi dapat kita bedakan menjadi dua sesuai karakter masing-masing, shirathun
mustaqiim, yaitu jalan hidup yang benar (Al Haqq) berdasar ketentuan syareat, yang ditempuh dengan
mempelajari, memahami, mentaati dan mengamalkan syareat Islam yang berdasarkan wahyu kerasulan,
sedangkan thariqun mustaqim yaitu jalan hidup yang benar secara (hakekat) berdasarkan ajaran yang
bersumber dari wahyu kenabian. Kebenaran hakekat atau hakiki dapat dicapai dengan tarekat sebagai
metode pembelajaran, pemahaman, pengamalan dan pemeliharaan ruhani dalam hidup dan kehidupan.
Apakah Kaitan Aqidah Tauhid dengan thariqah itu?
Pertama, thariqah adalah bentuk aplikasi Tauhid Asma dan Shifat yang dilaksanakan dengan
pengamalan dan penghayatan dzikrullah, riyadhah, mujahadah, dan istighatsah sebagai tawassul
masyruiyyah (tawassul berdasar ketetapan syareat Islam). Adapun shirath adalah aplikasi tauhid
Uluhiyyah yang dilaksanaan dengan menjalankan ketetapan syareat Islam secara tertib seperti; shalat,
puasa, zakat, haji, kepemimpinan, dll.
Kedua, thariqah adalah jalan atau metode, untuk merawat, menjaga dan memelihara kondisi rohani,
serta meningkatkan kualitas iman yang bersifat hakekat-batiniyah, agar seorang mukmin memiliki
kekayaan rohani, terbebas dari berbagai penyakit hati yang melemahkan imannya.
Syareat Islam menetapkan kuwajiban perawatan dan penjagaan jasmani untuk menjaga kebersihan dan
kesucian sebagai syarat pelaksanaan ibadah, karena itu setiap mukmin diwajibkan mandi janabat bila
hadats besar, berwudhu bila hadats kecil, menghilangkan najis bila terkena kotoran. Dapat kita
bayangkan bila beberapa tahun kuku dan rambut panjang tidak dipotong, daki badan menumpuk tidak
dibersihkan, gigi tidak di gosok, apa jadinya?
Demikian juga dengan rohani manusia bila nafsu ammarah dan lawwamah tidak dikendalikan, bila sifat
rakus dan tamak tidak dihilangkan, maka tauhid asmak dan sifat tidak akan dapat diaplikasikan, dan
manusia akan menjadi mahluk yang bengis dan kejam, manusia akan menjadi hamba hawa nafsunya,
yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Ketiga tarekat adalah jalan untuk menemukan iman yang diterima Allah (iman makbul), yakin dan
istiqamah dalam agama yang diridhoi Alah SWT, karena ada beberapa kreteria iman yang mardud (iman
yang ditolak), seperti :
Keimanan orang-orang kafir, Allah berfirman :
Katakanlah: Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir, iman mereka dan tidak
pula mereka diberi tangguh. (QS As Sajdah 29).l
Keimanan orang musyrik sebagaimana firman Allah :
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.SesungguhnyaAllahakanmemutuskandi
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS Az Zumar 3).

Keimanan tanpa amal dan iman yang terlambat Allah berfirman:


yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut
nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu[524]. pada
hari datangnya ayat dariTuhanmu,tidaklahbermanfaatlagiimanseseorangkepadadirinyasendiriyang
belum beriman sebelum itu, atau Dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. (QS. Al
Anam 158).
Rasulullah saw bersabda:



() 9980)(-
Tidak diterima Iman (saja) tanpa amal (saleh) dan amal (saja) tanpa iman. (Hr. Thabrani dari Ibnu Umar,
sanad : hasan).
Iman yang bercamur dengan perbuatan zhalim, Allah berfirman :
orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Al Anam 82).
Keimanan kaum munafiq, Allah berfirman :
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa
Sesungguhnya kamu benar-benarRasulAllah.danAllahmengetahuibahwaSesungguhnyakamubenar-
benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al
Munafiqun 1-2)
Keimanan orang yang tidak mau ittiba pada Allah dan Rasul-Nya, Allah berfirman :
dankamutidakberiman(yangbenar)kecualibagiorangyangtelahmengikutiagamamu.(QSAliImran
73).
Dengan bertarekat maka seorang mukmin pada hakekatnya sudah melangkah menuju pada iman yang
sebenarnya, dan insya Allah akan mencapai maqam yakin, sebagaimana dikatakan oleh shahabat nabi
saw Ibnu Masud ra yang mengatakan bahwa yakin itu adalah iman secara kesluruhan.
Tarekat yang menyimpang.
Tidak semua thariqah itu berada dalam kebenaran, karena thariqah itu jalan rohani yang ditempuh
manusia, ada beberapa tarekat yang tidak sesuai dengan ketentuan kitabullah dan sunnah rasul, yaitu
tarekat sesat (dholal) dan tarekat menyimpang (inkhiraf) yang dilakukan manusia hingga menyimpang
dari kebenaran(al haq), tarekat sesat ditempuh kaum kafir dan musyrik pelindung mereka adalah syetan,
mereka diberi istidraj seperti sihir atau kesuksesan dalam rejeki, Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan
mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke
neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (QS An Nisa 168-169).
Tarekat nkhiraf (menyimpang), adalah tarekat yang dilaksanakan dikalangan kaum muslimin karena
pada dasarnya mereka memeluk Islam, tetapi thariqah yang mereka jalankan itu menyimpang dari
aqidah ahlus sunnah wal jamaah, hingga melakukan perbuatan syirik, seperti mengkultuskan tokohnya,
bertawasul ghairu masyru, melakukan perbuatan bidah.
Perbedaan antara shirat dan tarekat.
Shiratat berbeda dengan tarekat, dari segi sumber, shirat bersumber dari wahyu kerasulan dan tarekat
bersumber dari wahyu kenabian. Sebagaimana kita ketahui bahwa Muhammad saw adalah nabi dan
rasul, artinya beliau menyampaikan agama Islam itu meliputi dua unsur tersebut, dan semuanya telah
beliau sampaikan tidak ada yang beliau sembunyikan, karena beliau itu bersifat tabligh. Allah berfirman :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu (QS Al Ahzaab 40).
Sebagai rasul beliau mengajarkan shirathal mustaqim, sebagai nabi beliau mengajarkan tarekat yang
lurus (thariqum mustaqim), karena itu seorang shahabat yaitu Abdullah bin Busri bersaksi terhadap
seorang lelaki yang bertanyanya pada rasulullah saw, disebutkan dalam hadits Tirmidzi :
:
:



!


( ) . : .
:
Dari Abdullaah bin Busri ra (Shahabat Nabi) bahwasanya ada seorang laki-laki berkata: Wahai
Rasulullah sungguh syareat Islam itu telah banyak padaku maka beritahu- kanlah aku suatu amalan yang
akanakupegangteguhdengannyaBeliaubersabda:Hendaklah lesanmu selalu berkomat-kamit untuk
dzikrullah Taala. (Hr Tirmidzi, hadits Hasan).
Hadits di atas menunjukkan dengan jelas bahwa shahabat itu telah banyak menerima ajaran syareat,
kemudian ia memohon agar Nabi saw memberinya amalan diluar wilayah syareat, yaitu tarekat, karena
tarekatituamalanyangbanyakdihiasidengandzikirdandoasebagaisuatupeganganyangtetapdan
terus diamalkan secara langgeng.
Apakah faedah mempelajari dan mengamalkan ilmu tarekat?
Faedah mempelajari ilmu tarekat dan mengamalkannya adalah agar menjadi manusia beruntung atau
dalam istilah jawa (bejo), ada pepatah wong pinter iku kalah karo wong bejo, artinya orang pandai itu
kalah dengan orang beruntung, tetapi untuk mendapat keberuntungan tidak sekedar untung-untungan
(kebetulan) tanpa usaha, dzikir dan doa disertai mujahadatun nafsi tidak akan menjadi orang bejo..
Manfaat lain dari tarekat, dengan bertarekat ada proses pembaharuan dan penguatan iman, hingga
mencapai yakin, Dengan kajian dan amalan tarekat akan terbentuk pribadi yang memiliki kelembutan
hati dan ketajaman mata batin sebagai perangkat spiritual/rohani untuk menangkap sinyal ilahiyah,
seperti ilham, firasat, alamat, dan pancaran nur Allah yang diperlukan bagi perjalanan hidup umat
manusia guna menghadapi tantangan yang dihadapinya. Allah berfirman :
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang memperhatikan tanda-tanda. (QS Al Hijr 75).
LafalmutawassiminberdasarriwayatTirmidzidanAlHakiimdalamKitabNawaadirulUshuuldariAbi
Said Al Khudzry dari Rasulullah saw yaitu orang-orang mutafarrisiin (orang orang yang mampu
memahamidanmenyikapifirasatdariTuhannya),dandaririwayatAbuIsadanTirmidzidariAbiSaidAl
Khudzry dari Rasulullah saw beliau bersabda:

( )
Jagalah oleh kalian firasat orang mukmin karena sesungguhnya ia itu melihat dengan nur Allah,
kemudianbeliaumembacainnafiidzaalikalaaayaatullilmutawassimiin.(Hr.TirmidzidariAbiSaidAl
Khudzry).
Usman bin Affan ra menceritakan bahwa Anas bin Malik datang kepadanya sesudah ia melewati pasar
dan ia melihat wanita (dengan pandangan syahwat) maka setelah melihatnya Usman berkata : telah
datang kepadaku salah seorang diantara kalian dan di kedua matanya ada bekas zina, maka Anas
berkata kepadanya: apakah ini sebagai wahyu sesudah rasulullah saw? Usman berkata : bukan tetapi
keterangan, firasat dan kebenaran. Hal-halsepertiinibanyakditemukanpadaparashahabatdantabiin
radhiyallahu anhum.
Tarekat merupakan jalan untuk mendapat kebaikan dunia akherat, dimana kebaikan itu tidak akan
dicapai kecuali dengan memahami dan mengamalkan syareat Islam serta mampu menerima ilham
ilahiyyah karena itulah rasulullah
saw bersabda:
:














.


:


560 :
Barangsiapa dikehendaki Allah memperoleh kebaikan maka difahamkan dalam agama dan diilhamkan
kepadanya keterangan-keterangan-Nya. (Hr. Abdullah bin Masud, Hadits Marfu ).
Manfaat dari segi nafsiyyah maka tarekat berfungsi untuk menkondisikan diri agar mampu mencapai
kondisi diri (nafsu) yang muthma-innah, karena nafsu muthma-innah itulah yang dipanggil Allah untuk
masuk ke dalam surga sebagaimana firman Allah Taala:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS Al Fajr 27-30)
Dalam bahasa Al Quran, muthmainnah adalah keadaan diri yang tenang, dan ketenangan diri itu
bergantung pada kondisi hati, bila hatinya tenang maka akan tenanglah jiwanya. Allah menjelaskan
bahwa tenangnya hati lantaran dzikrullah sebagaimana firmna-Nya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lahhatimenjaditenang.(QSArRadu28)
Pembagian akidah tauhid
Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi
Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka
itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka
qadha dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk
ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Tauhid Al-Uluhiyyah,

mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Tauhid Ar-Rububiyyah,

mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang
mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Tauhid Al-Asma was-Sifat,

mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang
serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmadberkata:
Qadar adalah kekuasaan Allah. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan
kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak
ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada
seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan
untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang
benar. Disalin dari kitab Al-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun Syaikh
Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit Darul Haq, Cetakan Rabiul
Awwal 1420H/Juni 1999M
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyahataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang
dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam
kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum
Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik
Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah
pada surat Yusuf ayat 40. Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Oleh Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama
Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M.

Menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di
antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syariiah dan al-Iman.

Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu aqidah.

Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih
(Ahlis Sunnah wal Jamaah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah), terj. Farid bin
Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafii, cet.I), hlm. 33-35. Dan dari berbagai sumber
terpercaya
MAKNA SYAHADAT

Makna Syahadat

Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap
sebagai sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan
meyakini kebenaran yang dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3]
Menyampaikan persaksian tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab
Tauhid, Ustadz Abu Isa).

Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-
orang munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang
munafik mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisan, namun hati mereka
tidak membenarkannya. Allah Taala berfirman (yang artinya): Apabila orang-
orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami bersaksi bahwasanya
engkau benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwasanya orang-orang
munafik itu benar-benar pendusta. (QS. Al Munafiquun: 1)

Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa
diucapkan. Paman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah
orang yang dengan segenap kekuatan, harta benda dan jabatannya telah
membantu dakwah Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Kenapa dia rela
melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui bahwa sebenarnya
ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa keponakannya.
Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia tidak
mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan
kafir. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu.

Makna Asyhadu alla ilaaha illallah

Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang
berhak disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini
terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa
sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan bahwasanya di
dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang menyembah
kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan
tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanya Allah.
Allah berfirman (yang artinya): Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya
Allah Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka
seru selain Allah, itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha
Tinggi lagi Maha besar. (QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman (yang
artinya): Maka barangsiapa yang ingkar kepada sesembahan selain Allah dan
beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat
kuat. (QS. Al Baqarah:256)

Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya


Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah
seseorang yang diberi wahyu oleh Allah berupa syariat dan ia diperintahkan
untuk mendakwahkan syariat tersebut (Syarah Arbain an Nawawiyah, Syaikh Al
Utsaimin). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Demi Dzat yang
jiwa Muhammad berada di tanganNya! Tidaklah mendengar kenabianku salah
seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun Nasrani, lalu ia meninggal
sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali ia akan
termasuk penduduk neraka (HR. Muslim)

Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus
sebagai Hamba Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau
sebagai seorang Rasul, di sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara
berlebihan. Beliau bersabda: Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka
sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.

Beliau Shallallahu Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat
yang berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal:
menganggap beliau mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan doa,
mampu menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.

Syahadat harus diterapkan

Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak
dan kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah
haramnya darah dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi
dengan dua kalimat syahadat tidak boleh untuk diperangi, ditumpahkan
darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai mereka
mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat,
serta menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka
telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun
hisab mereka adalah urusan Allah Taala (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :

1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah

Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib
meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain
Allah. Seluruh ibadah haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga,
ia wajib mencintai orang yang bertauhid (menyembah Allah semata) dan
membenci orang yang berbuat syirik (menyekutukan Allah).

2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka


konsekuensinya ia wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah
tanpa meragukannya, melakukan apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa
yang beliau larang, mendahulukan dan menghormati sabda beliau di atas
perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai tuntunannya, tidak
menambah-nambah ajarannya, serta melahirkan sikap cinta terhadap orang
yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari
sunnah beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi
dan Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau.

Keduanya Harus Beriringan

Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari
dua kalimat syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Quran Allah
menggandengkan ketaatan kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya.
Diantaranya, Allah berfirman (yang artinya): Katakanlah: Taatilah Allah dan
Rasul-Nya. (QS. Ali Imran: 32). Juga didalam banyak hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallammenggandengkan ketaatan kepada Allah
dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua kalimat
syahadat haruslah digandengkan.

Dari sini, para Ulama menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah
seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba. Ikhlas adalah
konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah
seseorang tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia
campuri ibadah kepada Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah
seseorang akan diterima jika hanya kepada Allah semata. Adapun Ittiba adalah
konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah. Maksudnya
amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh Allah jika ia beramal ibadah
dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah
jika mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jadi, keislaman
seseorang akan sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah
mengumpulkan kedua hal tersebut.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT

Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal
jika ia melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan
tersebut bisa berupa perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Hal-hal
yang membatalkan syahadat:

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah


Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
merupakan kekhususan Allah, seperti berdoa kepada selain Allah,
menyembelih kurban untuk selain Allah, seperti untuk jin atau kuburan,
jembatan, rumah, atau lainnya.

Allah berfirman (yang artinya):


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. (An-Nisaa:48)

Ada ulama yang membagi syirik menjadi tiga, yaitu: syirik akbar, syirik
ashghar, dan syirik khafi. Namun ada juga yang cuma membagi menjadi
dua, yaitu: syirik akbar dan syirik ashgar.

Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam dan menjadikannya


pelakunya kekal di dalam neraka, jika ia mati dalam keadaan membawa
dosa syirik besar tersebut dan belum bertaubat.

Diantara yang termasuk syirik besar adalah penyembelihan kurban atau


nadzar untuk selain Allah, takut kepada orang yang mati, jin, syaithan
bahwa mereka bisa membahayakan dan membuat sakit, meminta
kepada orang mati.
Syirik besar dibagi menjadi empat, yaitu syirik doa(disamping berdoa
kepada Allah juga berdoa kepada selainnya), syirik niat, keinginan dan
tujuan (menunjukkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah), syirik
ketaatan (mentaaati selain Allah dalam hal maksiat kepada Allah), syirik
kecintaan (menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan).

Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tetapi


mengurangi tauhid dan merupakan perantara kepada syirik besar.

Syirik kecil dibagi dua, yaitu syirik zhahir (nyata) dan syirik khafi
(tersembunyi).

Syirik zhahir ini terdiri dari perkataan dan perbuatan. Contoh dari
perkataan adalah ucapan Kalau bukan karena Allah dan karena si fulan,
adapun contoh yang berupa perbuatan misalnya memakai kalung atau
benang sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya atau namimah.
Apabila ia berkeyakinan bahwa hal itu sebagai perantara maka ia jatuh
pada syirik kecil, namun apabila ia berkeyakin bahwa hal itu dapat
menolak bahaya maka itu syirik besar.

Syirik khafi yaitu syirik dalam keingin dan niat, seperti riya (ingin dipuji
orang), sumah (ingin didengar orang)

2. Orang yang membuat Perantara


antara dirinya dengan Allah, yang kepada
perantara-perantara itu ia berdoa atau
meminta syafaat, serta bertawakal kepada
mereka; maka ia telah kafir berdasarkan ijma.
Katakanlah: Panggillah mereka yang kamu anggap selain Allah, maka
mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya
daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka
seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa
diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu
adalah sesuatu yang (harus) ditakuti. (Al-Isra:56-57)

3. Tidak mengkafirkan orang-orang


musyrik, atau ragu terhadap kekafiran
mereka, atau membenarkan madzab
(ideologi) mereka.
Mengapa demikian?

Sebab, Allah Jalla wa Ala telah mengkafirkan mereka melalui sekian


banyak ayat di dalam kitab-Nya serta memerintahkan untuk memusuhi
mereka disebabkan karena mereka telah mengada-adakan kebohongan
atas nama Allah, menjadikan sekutu-sekutu di samping Allah serta
menganggap Allah mempunyai anak laki-laki. Maha Tinggi Allah dari apa
yang mereka katakan. Allah Jalla wa Ala telah mewajibkan atas kaum
muslimin untuk memusuhi dan membenci mereka.

Seseorang tidak bisa disebut sebagai muslim, sehingga ia mengkafirkan


orang-orang musyrik. Jika ia meragukan hal itu, padahal persoalannya
sudah nyata mengenai siapa sebenarnya mereka itu, atau ia bimbang
mengenai kekafiran mereka padahal ia telah memperoleh kejelasan,
berarti ia telah kafir seperti mereka.

Orang yang membenarkan orang-orang musyrik itu dan menganggap


baik terhadap kekufuran dan kezhaliman mereka, maka ia berarti kafir
berdasarkan ijma kaum muslimin. Sebab, ia berarti belum/tidak
mengenal Islam secara hakiki, yaitu berserah diri kepada Allah dengan
tauhid, tunduk dan patuh kepadaNya dengan ketaatan, berlepas diri dari
syirik dan orang-orang yang berbuat syirik. Sedangkan ia justru berwala
(memberikan loyalitas) terhadap ahli syirik, mana mungkin dia akan
mengkafirkan mereka.

Allah berfirman (yang artinya):


Sesugguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa
yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah
nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-
lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)

Inilah millah Ibrahim, barang siapa membencinya, maka ia berarti telah


membodohi diri sendiri. Perhatikan pula surat Al-Maidah:51, Ali
Imron:28, Az-Zukhruf:26-27, at-taubah:5, at-taubah:23, al-
Mujadilah:23, al-mumtahanah:1, dan msih banyak ayat lain yang
menjelaskan mengenai permasalahan ini. Perhatikanlah wahai Saudaraku
kamu muslimin. Janganlah kalian tertipu oleh dai-dai yang menyeru
kepada api neraka!!
4. Meyakini ada petunjuk yang lebih
sempurna daripada petunjuk Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam, atau
meyakini ada hukum yang lebih baik
daripada hukum beliau; seperti orang
yang lebih mengutamakan hukum thaghut
atas hukum beliau.
Firman Allah Subhanahu wa Taala (yang artinya):

Sesungguhnya dien (agama) disisi Allah adalah Islam. (Ali Imran:19)


Barangsiapa mencari agama selain dari dien (agama) Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (dien itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imron:85)

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (yang artinya):


Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya Musa berada di
tengah-tengah kalian, kemudian kalian mengikutinya dan
meninggalkanku, maka pastilah kalian telah tersesat denagn kesesatan
yang jauh. (HR. Ahmad)

5. Membenci sebagian (apalagi


seluruhnya) ajaran yang dibawa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
walaupun ia mengamalkannya.
Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah
menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena
sesungguhya mereka benci kepda apa yang diturunkan Allah (al-Quran)
lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.
(Muhammad: 8-9)

6. Memperolok-olok sebagian ajaran


Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
atau memperolok pahala dan hukuman
Allah.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang artinya):

Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu


selalu berolok-olok? Tak usahlah kamu meminta maaf, karena kamu
kafir sesudah beriman. (At-Taubah:65-66)

7.Sihir, seperti sharf (jenis sihir yang


ditujukan untuk memisahkan seseorang
dengan kekasihnya) dan athaf (di
kalangan orang Jawa dikenal dengan
istilah pelet). Ia melakukannya atau rela
dengan sihir.
Dalilnya adalah firman Allah Taala (yang artinya):

Keduanya (Harut dan Marut) tidak mengajarkan (sesuatu) kepada


seorangpun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. (Al-Baqarah: 102)

8.Tolong menolong dengan kaum


musyrikin dan bantu membantu dengan
mereka dalam menghadapi kaum
muslimin.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala (yang artinya):

Barangsiapa di antara kalian yang tolong-menolong dengan mereka,


maka ia termasuk golongan mereka. (Al-Maidah: 51)

9. Meyakini bahwa ada sebagian manusia


yang mempunyai kebebasan keluar dari
syariat Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam, sebagaimana keleluasaan Nabi
Khidir untuk tidak mengikuti syariat Musa
alaihi salam.
Dalilnya adalah:

An-NasaI dan laiinya meriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa


Sallam bahwa beliau melihat lembaran dari kitab Taurat di tangan Umar
bin Al-Khattab Radhiallahu Anhu, lalu beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda (yang artinya):

Apakah kamu masih juga bingung wahai putera al-Khathab?!, padahal


aku telah membawakan kepadamau ajaran yang putih bersih.
Seandainya Musa masih hidup, lalu kalian mengikutinya dan
meninggalkanku, tentulah kamu tersesat.

Dalam riwayat lain disebutkan:


Seandainya Musa masih hidup, maka tiada keleluasaan baginay kecuali
harus mengikutiku,
lalu Umar pun berkata: Aku telah ridha bila Allah sebagai Rabb, Islam
sebagai dien (agama), dan Muhammad (Shallallahu Alaihi wa Sallam)
sebagai nabi.

10. Berpaling dari dinul (agama) Islam,


tidak mau mempelajarinya dan tidak mau
mengamalkannya.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala (yang artinya):
Dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling dari
padanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada
orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah: 22)

Syaikh Muhammad at Tamimi berkata, tidak ada beda dalam hal yang
membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius
(bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa.
Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering
terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan
dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah SAW dari hal yang bisa
mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih.
RUKUN IMAN

Rukun Iman[sunting | sunting sumber]


Rukun Imam ada 6 (enam), yaitu:

1. Iman kepada Allah: Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani
4 hal:
Mengimani adanya Allah.
Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur
alam semesta kecuali Allah.
Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain
Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Taala.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan
untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupakanNya.
2. Iman kepada para malaikat Allah:
Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan
tugas yang diberikan Allah kepada para malaikat.
Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya
Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya
Orang islam wajib mengimami 10 malaikat yaitu:

1.
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikal
3. Malaikat Rakib
4. Malaikat Atid
5. Malaikat Mungkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Izrail
8. Malaikat Israfil
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan
2. Iman kepada kitab-kitab Allah:
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah Kalam (ucapan) yang merupakan sifat
Allah.
Mengimami bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT ada 4 (empat) yaitu:
Kitab Suci Taurat
Kita Suci Zabur
Kitab Suci Injil
Kitab Suci Al-Qur'an
Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci
terdahulu.[4]
3. Iman kepada para rasul Allah: Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan
manusia yang Allah Taala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya.
Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak
mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul
itu adalah benar dan bersumber dari Allah Taala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan
rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.[5]
4. Iman kepada hari akhir: Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan
di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
5. Iman kepada qada dan qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk: Mengimani kejadian
yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah. Karena seluruh makhluk tanpa
terkecuali, zat dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.[6]
Dasar hukum[sunting | sunting sumber]
Di antaradasar hukum yang disebut di dalam Al-Qur'an,
Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman): Kami beriman kepada Allah dan kitab yang
diturunkan kepada kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak
cucunya, dan kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kitab yang diberikan kepada nabi-
nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya.
QS. Al-Baqarah: 136
...dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya.
QS. Al-Anbiya`: 19-20
Hadits Jibril, tentang seseorang yang bertanya kepada nabi.
"Beritahukan kepadaku tentang Iman. Nabi menjawab, Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para rasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang
baik dan yang buruk, ia berkata, Engkau benar. ...Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun
terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya
tadi? Aku menjawab, Allah dan rasulNya lebih mengetahui, Dia bersabda, Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian."

HR Muslim, no. 8[7]

Anda mungkin juga menyukai