Anda di halaman 1dari 22

A.

AQIDAH

1. Pengertian

a. Tauhid
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa arti tauhid secara
mendasar adalah pengetahuan yang meyakini bahwa sesuatu itu satu. Dalam
ajaran Islam, hal ini berkaitan dengan sifat keesaan Allah, bahwa Allah itu satu.
Di sini, setiap umat Muslim mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah, Sang
Pencipta semesta alam dan segala isinya yang memiliki semua sifat
kesempurnaan.
Selain meyakini sifat keesaan dan kesempurnaan Allah, orang yang
mempelajari dan menerapkan arti tauhid juga meyakini kebenaran setiap ajaran
Rasul. Bahwa Rasul merupakan manusia utusan Allah yang diberikan
pengetahuan dan pelajaran agar dapat disebarluaskan kepada seluruh umat.
Dengan begitu, meyakini kebenaran pengetahuan yang diajarkan Rasul, berarti
sudah meyakini keberadaan Allah dan ajaran yang berasal dari-Nya.
Perlu diketahui, Ilmu tauhid juga disebut sebagai ilmu ushul (dasar agama)
atau ilmu aqidah. Artinya, ilmu ini menjadi bekal pedoman bagi seluruh umat
Islam dalam melakukan kewajibannya sebagai umat beragama. Bukan hanya itu,
ilmu tauhid juga membantu umat Islam dalam menerapkan aqidah-aqidah
keagamaan yang diperoleh dari dalil atau aturan yang sah. Baik dari kitab suci
Al-Quran maupun Hadist.
Tujuan mempelajari ilmu tauhid ini tidak lain adalah upaya mengenal Allah
dan Rasul-Nya melalui dalil-dali yang pasti. Dalam hal ini, mempelajari ilmu
tauhid juga berarti meyakini segala sifat kesempurnaan yang dimiliki Allah serta
membenarkan setiap risalah atau ajaran Rasul-Nya.
Bukan hanya itu, mempelajari dan menerapkan arti tauhid dalam kehidupan
sehari-hari dapat menghindarkan umat Muslim dari pengaruh aqidah-aqidah lain
yang menyeleweng dari kebenaran. Hal inilah yang membuat ilmu tauhid
memiliki kedudukan istimewa dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Sebab, meyakini

1
keesaan Allah dan kebenaran setiap ajaran Rasul menjadi pedoman dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, tujuan mempelajari ilmu tauhid juga dapat menjadikan setiap
umat muslim sebagai pribadi yang ikhlas dalam menerima setiap ketentuan
Allah. Bahkan mempelajari ilmu tauhid juga mampu memberikan jiwa yang
tenang dan tentram bagi setiap orang yang melakukannya.

b. Aqidah
Aqidah adalah kumpulan kepercayaan yang harus diyakini. Aqidah berada
diluar diri kita. Aqidah berbeda dengan iman. Dimana pengertian iman adalah
sesuatu hal yang harus diyakini. Pengertian Aqidah secara etimologi atau secara
bahasa, didefinisikan sebagai berikut: “Aqidah” berasal dari kata dasar
“al-‘aqdu” yang mempunyai arti ar-rabth (ikatan), al-ibraamal-ihkam
(pengesahan, penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,kuat), asy-syaddu
biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu
(penetapan). Selain itu aqidah juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-
jazmu (penetapan).

c. Ilmu Kalam
Ilmu kalam dalam bahasa Arab biasa diartikan sebagai ilmu tentang perkara
Allah dan sifat-sifat-Nya. Oleh sebab itu ilmu kalam biasa disebut juga sebagai
ilmu ushuluddin atau ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang penetapan
aqoid diniyah dengan dalil (petunjuk) yang kongkrit. Al-Farabi mendefinisikan
ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai maslah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing
akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis. Sedangkan, Ibnu
Kaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang mengandung
berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.

2. Pengertian
a. Islam

2
Secara bahasa, Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam
merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat,
tunduk, patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal
katanya maka Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan
salaam. Pengertian lengkapnya sebagai berikut:

- Assalmu artinya damai, perdamaian. Islam adalah agama yang damai dan
setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.

- Aslama artinya taat, berserah diri. Seorang muslim hendaknya  berserah


diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam dengan taat.

- Istaslama artinya berserah diri.

- Saliim artinya bersih dan suci. Ini merupakan gambaran dari hati seorang
muslim yang bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau menyekutukan Allah.

- Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh


keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik,
maka Allah akan senantiasa menyelamatkannya baik di dunia maupun
akhirat.

Para ulama dan tokoh muslim juga memberikan berbagai pengertian tentang
Islam menurut pandangan dan ijtihad mereka, diantaranya sebagai berikut:

- Umar bin Khattab, Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad, agama islam meliputi akidah, syariat, dan akhlak.

- Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at Tawaijiri, Islam adalah


sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan cara
mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat Nya dengan penuh
ketaatan dan keikhlasan.

- Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Islam adalah berserah diri kepada
Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk serta patuh kepada Nya dengan
melakukan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan yang syirik serta para
pelakunya.

3
- Hasan Al Basri, Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap
muslim merasa selamat dari gangguan.

- Mustafa Abdur Raziq, Islam adalah agama (ad din) peraturan-peraturan


yang terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan pekerjaan-pekerjaan yang
bertaat dengan keadaan suci, artinya bisa membedakan mana yang halal dan
haram, yang dapat membawa dan mendorong umat untuk menganutnya
untuk menjadi satu umat yang mempunyai rohani yang kuat.

- Gaffar Ismail, Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Berisi kelengkapan dari pelajaran-pelajaran meliputi kepercayaan,
seremoni peribadatan, tata tertib penghidupan abadi, tata tertib pergaulan
hidup, peraturan-peraturan Tuhan, bangunan budi pekerti yang utama dan
menjelaskan rahasia kehidupan yang kedua (akhirat).

-Syaikh Mahmud Syaltut, Islam itu agama Allah yang diperintahkannya


untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturan
kepada Nabi Muhammad dan menugaskannya untuk menyampaikan agama
tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.

b. Iman

Menurut buku Islamologi: Arti Iman yang ditulis oleh Maulana Muhammad
Ali, iman artinya dalam Islam diterjemahkan sebagai percaya. Akar katanya
berasal dari kata amana yang mengandung arti ia percaya. Jika digunakan
menurut wazan transitif artinya menganugerahkan ketentraman atau perdamaian.

Iman artinya dalam Islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan
bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan
dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit
pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah dan Rasulullah SAW.

c. Ihsan

4
Ihsan (berbuat baik) adalah merupakan perbuatan seseorang dalam
melakukan perbuatan yang ma’ruf dan menahan diri dari dosa. Termasuk
juga mendermakan kebaikan kepada hamba Allah yang lainnya baik melalui
hartanya, kehormatannya, ilmunya, maupun raganya.

3. Perangkat Iman, Makna Iman Kepada Allah, Rasul, Kitab-Kitab,


Malaikat, Hari Kiamat dan Qadha dan Qadhar

a. Perangkat Iman
Rukun iman adalah amalan yang bersifat batiniah atau keyakinan yang ada
di dalam hati. Sementara rukun Islam merupakan perbuatan atau amalan yang
berbentuk fisik.

b. Makna Iman Kepada Allah


Mengimani Allah Swt sebagai satu-satunya pencipta alam semesta dan
seisinya. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dalam kitab
Arbain menjelaskan makna poin pertama ini. “Berimanlah kamu kepada Allah
dan malaikat-Nya dan kitab-kitab-Nya dan utusan-utusan-Nya dan hari kiamat
dan imanlah kamu pada kepastian Allah dalam baiknya dan buruknya.”

c. Iman kepada Malaikat


Adanya iman atau rasa percaya yang kuat dalam hati seorang muslim
mendorong ia untuk taat dan menjalankan perintah Allah Swt. Termasuk ke
dalam rukun iman yaitu, percaya dengan adanya malaikat-malaikat Allah.
Seperti tertuang dalam firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 285: “Rasul telah
beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” Malaikat adalah salah satu
ciptaan Allah yang wajib kita imani keberadaannya. Karena jumlahnya pun
sangat banyak.

d. Makna Iman Kepada Kitab-Kitab

5
Kepada para Nabi dan Rasul, Allah berikan pedoman, yaitu kitab-kitabnya.
Di antara kitab Allah yang wajib kita percayai adalah kitab-kitab yang telah
turun kepada Nabi dan Rasul terdahulu. Al-Quran, adalah kitab Allah yang turun
secara bertahap kepada rasul terakhir Muhammad Saw dengan perantara
malaikat Jibril. Iman kepada Al-Quran, menjadikannya pedoman dan dasar
melaksanakan kehidupan sebagai seorang muslim.

e. Iman kepada Rasul

Rasul adalah penyampai ajaran Islam kepada manusia. Keberadaan Rasul


dari zaman ke zaman untuk mengingatkan manusia agar tetap beriman dan
bertauhid kepada Allah. Ajaran Islam sampai kepada manusia, perintah dan
larangan Allah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul melalui perantara malaikat.
Oleh karena itu, kita wajib beriman kepada Rasul Allah

f. Makna Iman Kepada Hari Akhir (Kiamat)


Seorang muslim hendaknya mempercayai adanya hari akhir atau disebut
hari kiamat. Pada hari itu, seluruh manusia akan bangkit kembali untuk menjani
hisabnya masing-masing. Allah akan menimbang semua perbuatan selama ia
hidup di dunia, baik buruknya dan akan ada pertanggungjawabannya.
Balasan surga untuk perbuatan baik, dan balasan neraka untuk yang banyak
berbuat buruk.

g. Makna Iman Kepada Qadha dan Qadhar


Bahwa segala sesuatunya terjadi atas kehendak Allah Swt. Takdir sudah
tertulis sejak zaman azali, jauh sebelum manusia ada. Allah berfirman dalam Al-
Quran: “Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu
sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab (Lauh Mahfudh) dahulu sebelum
kejadiannya,” (Al-Hadid: 22).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
qadar secara bahasa sama artinya dengan takdir. Sedangkan qadha secara bahasa
berarti hukum atau ketetapan. Tak lengkap jika seseorang bila ia tak percaya

6
takdir Allah. Dengan mempercayai takdir, manusia tidak sombong atas
kebahagiaan yang ia miliki.

4. Sifat-Sifat Allah dan Rasul (Wajib, Mustahil dan Jaiz) Beserta Maknanya

a. Sifat wajib Allah terbagi menjadi empat bagian yaitu :


1) Nafsiah, Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah.
Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
2) Salbiah, Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat
sebaliknya, yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan
kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada lima, yaitu:
 Qidam (dahulu)
 Baqa’(kekal)
 Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
 Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
 Wahdaniyah (keesaan)
3) Ma’ani, Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah.
Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu: Qudrah (berkuasa), Iradat
(berkehendak), ‘llmu (mengetahui), Hayat (hidup), Sama’ (mendengar),
Basar (melihat), Kalam (berbicara).
4) Ma’nawiah, Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat
Ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu
ada sifat Ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat
ma’ani, yaitu: Qadiran ( Maha berkuasa), Muridan (Maha berkehendak),
‘Aliman (Maha mengetahui), Hayyan (Maha hidup), Sami’an (Maha
mendengar), Basiran (Maha melihat), Mutakalliman (Maha berbicara).

b. Sifat-Sifat Wajib Allah


Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Berikut dibawah ini
adalah sifat-sifat allah yang wajib :

7
1) Wujud (Ada), Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau
menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
2) Qidam (Terdahulu), Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt
sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia
ciptakan.
3) Baqa’(Kekal), Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah
SWT tidak berkesudahanDalil Aqli sifat Baqa’ Seandainya Allah tidak
wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam.
Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil
yang telah lewat dalam sifat Qidam. Dalil Naqli Sifat Baqa’.
4) Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya),
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-
Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri
tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain.
5) Qiyamuhu Binafsihi (Allah Berdiri Sendiri), Artinya Bahwa Allah SWT
itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain.
Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada
yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT
menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta
pertolongan siapapun.
6) Wahdaniyyah (Tunggal/Esa), Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah
Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun
perbuatannya. 
7) Qudrat (Berkuasa), Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu
mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap
zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan
kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
8) Iradah (berkehendak), Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas
kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur
tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendaki pasti terjadi,
begitu juga setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.

8
9) Ilmu (Mengetahui), Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau
kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak
terbatas dan tidak pula dibatasi.
10) Hayat (Hidup), Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang
menghidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah
Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
11) Sama’ (Mendengar), Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di
alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah
SWT walaupun suara itu lemah dan pelan.
12) Basar (Melihat), Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini.
13) Kalam (Berbicara / Berfirman), Allah SWT bersifat kalam artinya Allah
SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan
rasul-Nya. 
14) Kadirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan
Mentiadakan), “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“.
15) Muridun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan
menentukan tiap-tiap sesuatu), Ia berkehendak atas nasib dan takdir
manusia. 
16) Alimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap
sesuatu), Mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum
terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. 
17) Hayyun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup), Allah adalah Dzat
Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur
ataupun lengah. 
18) Sami’un Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar), Allah selalu
mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
19) Basirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap- tiap yang
Maujudat ( Benda yang ada ), Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh
karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.

9
20) Kaunuhu Mutakallimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata,
Allah tidak bisu), Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan
tunduk terhadap Allah swt.

c. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah

Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang Tidak Mungkin ada pada Allah
Swt. Sifat Mustahil Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat Wajib
Allah Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil bagi Allah swt.

1) ‘Adam, artinya tiada (bisa mati),


2) Huduth, artinya baharu (bisa di perbaharui),
3) Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati),
4) Mumathalatuhu Lilhawadith, artinya menyerupai akan makhlukNya,
5) Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan yang lain (ada kerjasama),
6) Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih dari satu),
7) ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuat),
8) Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa),
9) Jahl, artinya jahil (bodoh),
10) Maut, artinya mati (bisa mati),
11) Syamam, artinya tuli,
12) ‘Umy, artinya buta,
13) Bukm, artinya bisu,
14) Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam keadaannya),
15) Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam keadaannya),
16) Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam keadaannya),
17) Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam keadaannya),
18) Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam keadaannya),
19) Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam keadaannya),
20) Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam keadaannya)

10
d. Sifat Jaiz Bagi Allah Swt

Sifat Jaiz bagi Allah artinya boleh bagi Allah Swt mengadakan sesuatu atau
tidak mengadakan sesuatu atau di sebut juga sebagai “mumkin”. Mumkin ialah
sesuatu yang boleh ada dan tiada.

Ja’iz artinya boleh-boleh saja, dengan makna Allah Swt menciptakan segala
sesuatu, yakni dengan tidak ada paksaan dari sesuatupun juga, sebab Allah Swt
bersifat Qudrat (kuasa) dan Iradath (kehendak), juga boleh – boleh saja bagi
Allah Swt meniadakan akan segala sesuatu apapun yang ia mau.

e. Sifat Wajib Bagi Rasul

Sifat wajib bagi Rasul yaitu suatu sifat yang pasti ada pada diri rasul. Tidak
bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib rasul
yaitu sebagai berikut:

1) Shiddiq, artinya selalu benar dan jujur. Tidak ada seorang pun rasul yang
berbohong atau berbuat tercela kepada kaumnya.
2) Amanah, artinya dapat dipercaya. Segala perkataan maupun perbuatan
yang dilakukan oleh rasul mengandung kebenaran dan tidak seharusnya
diragukan oleh kaum muslim.
3) Tabligh, artinya menyampaikan, bahwa rasul selalu menyampaikan apa
yang diperintahkan atau dilarang oleh Allah SWT. Jadi, wahyu yang
diberikan oleh rasul tidak hanya disimpan atau dirahasiakannya sendiri,
tetapi dikabarkan kepada kaumnya.
4) Fathonah, artinya cerdas. Maksudnya, setiap rasul dibekali dengan
kecerdasan yang tinggi dan berbagai kelebihan yang lain. Sebab, tidak
mungkin Allah SWT mengangkat seorang rasul yang bodoh.

f. Sifat Muslihat Bagi Rasul

Sifat mustahil bagi rasul yaitu sifat yang tidak mungkin ada pada diri rasul.
Sifat mustahil tersebut yaitu sebagai berikut:

11
1) Kidzib, artinya berdusta. Kidzib adalah lawan kata dari shiddiq,
2) Khianah, artinya berkhianat. Seorang rasul tidak akan mungkin
berkhianat karena ia selalu dapat dipercaya,
3) Kitman, artinya menyembunyikan wahyu atau kebenaran. Kitman
merupakan kebalikan dari sifat tabligh,
4) Baladah, artinya bodoh. Baladah merupakan lawan kata dari fathonah.

h. Sifat Jaiz bagi Rasul

Dikutip dari buku 1001 Tanya Jawab dalam Islam oleh Muksin Matheer
(2016), sifat jaiz merupakan sifat rasul yang umum dimiliki oleh manusia.
Adapun sifat-sifat tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Dapat menikah dan memiliki anak,


2) Mengatasi lelah dengan tidur dan istirahat,
3) Mengatasi lapar dengan makan dan mengatasi haus dengan minum,
4) Dapat terserang penyakit dan meninggal dunia.

B. FIQIH
1. Fiqih Thaharah
a. Syarat sah wudhu. Ada beberapa syarat sah wudhu lainnya, yakni:
1) Menggunakan air suci untuk berwudhu. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat
menajiskannya.” (HR Tirmidzi).
2) Air yang digunakan adalah air halal dan bukan air curian. Allah
SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil…”  (QS
An-Nisa: 29).
3) Membersihkan benda-benda yang dapat menghalangi air menyentuh
kulit, seperti cat kuku, dan sebagainya. Dalam sebuah riwayat
diceritakan: “Ada seseorang yang berwudhu dan meninggalkan
satu tempat di kakinya (tidak dibasuh), kemudian Nabi SAW

12
melihatnya, maka beliau bersabda: ‘Kembali dan perbaiki
wudhumu, maka dia kembali kemudian dia shalat’.” (HR Muslim).
b. Rukun Wudhu, Ada beberapa rukun wudhu, di antaranya:
1) Niat, jika seseorang membasuh anggota wudhu dengan niat untuk
mengurangi rasa panas atau untuk membersihkannya, maka tidak
dianggap sebagai orang yang berwudhu. Ini yang bisa menjadi
landasan dilafazkannya niat.
2) Membasuh Wajah, Batasan wajah adalah bagian atas kening tempat
tumbuhnya rambut sampai bagian dagu. Area itulah yang menjadi
batasan wajah yang harus terkena air saat berwudhu.
3) Membasuh Kedua Tangan Hingga Siku, Sebenarnya, tidak ada
aturan khusus terkait cara membasuhnya. Boleh dari ujung jari
kemudian ke arah siku atau juga sebaliknya dari siku menuju
ujung jari tangan. Yang terpenting adalah meratakan air pada kedua
tangan.
4) Mengusap Kepala, Mengusap kepala ini juga termasuk beberapa
bagian dari kepala dan juga bagian lainnya yakni mengusap  kedua
telinga.
5) Mencuci Kedua Kaki hingga Mata Kaki, Dalam hal ini, yang
dibasuh adalah bagian telapak kakibeserta kedua mata kakinya.
Tidak harus membasuh sampai ke betis atau lutut. Diwajibkan pula
membasuh apa-apa yang ada pada anggota badan ini seperti rambut
dan lainnya.
6) Tertib, Yang dimaksud tertib sebagai bagian dari rukun wudhu
adalah melakukan gerakan wudhu yang dilakukan secara
berurutan. Anggota tubuh yang sudah disebutkan di atas yaitu
wajah, kedua tangan, kepala dan kaki harus diusap secara berurutan
dan tidak boleh dibolak-balik.
c. Yang Membatalkan wudhu, adapun hal-hal yang dapat membatalkan
wudhu ialah: Keluar sesuatu dari kemaluannya, Tidur dalam keadaan tidak

13
duduk, Hilang akal, Bersentuhan yang bukan mukhrim, Menyentuh kubul,
Menyentuh dubur.
d. Penyebab Mandi Wajib; Keluarnya mani, Hubungan seksual, Berhenti
keluarnya darah haid, Melahirkan, Berhenti keluarnya darah nifas,
Meninggal.
e. Tata Cara Mandi Wajib; Membaca niat, Meratakan air keseluruh tubuh.
f. Tata cara tayamum
1) Siapkan tanah atau debu. Boleh menggunakan debu yang berada di
tembok, kaca, atau tempat lain yang dirasa bersih.
2) Disunahkan menghadap kiblat.
3) Letakkan kedua telapak tangan pada debu dengan posisi jari-jari
kedua telapak tangan dirapatkan.
4) Baca basmallah dan niat tayamum.
5) Usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah cukup dengan satu
kali menyentuh debu. Dianjurkan untuk meratakan debu pada seluruh
bagian wajah.
6) Selanjutnya letakkan kembali telapak tangan pada debu dengan jari
direnggangkan.
7) Tempelkan telapak tangan kiri ke punggung tangan kanan. Ujung-
ujung jari dari salah satu tangan tidak melebihi ujung jari telunjuk dari
tangan yang lain.
8) Usapkan telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai ke
bagian siku. Lalu, balikkan telapak tangan kiri ke lengan kanan dan
ratakan hingga ke pergelangan.
9) Usapkan bagian jempol kiri ke jempol kanan dan lakukan hal sama
pada bagian kirinya. Pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usap
di antara jari-jarinya.
2. Fiqih Shalat
a. Syarat Wajib Sholat
 Beragama islam
 Baliq

14
 Berakal

b. Syarat sah sholat

 Thaharah
 Suci badan, pakaian, dan tempat sholat

 Mengetahui waktu tiba sholat

 Menutup aurat

 Menghadap kiblat

c. Rukun Sholat
Rukun sholat ini konsekuensinya wajib untuk dilakukan. Jika sengaja
ditinggalkan atau tidak dilakukan berarti batal sholatnya. Berikut rukun sholat
yang wajib diketahui:

1) Niat Sholat, Niat adalah bermaksud melakukan sesuatu sekalipun hanya


dalam hati, hal tersebut sudah termasuk niat tanpa harus melafalzkannya.
2) Berdiri Tegak Pandangan, Mata mengarah ke tempat sujud bagi yang
mampu. Bagi yang tidak mampu atau memiliki kekurangan fisik dan
penyakit tertentu yang membuatnya tidak sanggup berdiri, maka bisa
lakukan dengan dukuk. Jika masih tidak mampu, bisa dilakukan dengan
cara berbaring.
3) Takbiratul Ihram, Mengucapkan Takbir “Allahu akbar” ketika
mengawali ibadah sholat, dan ketika seseorang sudah melakukan
takbiratul ihram, pertanda bahwa tidak boleh melakukan hal-hal diluar
sholat yang berarti seseorang sudah masuk dalam ibadah sholat.
Sehingga harus diam dan hanya mengucapkan bacaan bacaan sholat yang
akan dibaca nantinya,

15
4) Membaca Surat Al-Fatihah, dimana Bismillâhirrahmânirrahîm
merupakan bagian ayatnya. Terdapat beberapa pendapat berbeda Imam
Syafi’i berpendapat bahwa Basmalah ikut dibaca dan dikeraskan oleh
imam, Imam Ahmad berpendapat dibaca tetapi lirih atau tidak dikeraskan
dan Imam Malik sama sekali tidak membaca basmalah.
5) Ruku’, Badan turun dan dibungkukkan sambil membaca doa saat Ruku’.
Dilakukan dengan tenang dan ikhlas atau tidak terburu-buru.
6) Bangun dari ruku’ dan I’tidal, Dilakukan dengan tenang dan ikhlas atau
tidak terburu-buru.
7) Sujud, Dilakukan dengan tenang dan ikhlas atau tidak terburu-buru.
8) Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah (berdiam sebentar).
9) Duduk akhir, untuk Tasyahud akhir dan salawat atas Nabi.
10) Membaca Tasyahud Akhir,
11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammada SAW.
12) Salam.
13) Tertib, Yakni mengurutkan rukun-rukun sesuai apa yang telah
dituturkan.
d. Hal yang Membatalkan Sholat
1) Meninggalkan salah satu rukun atau memutuskan rukun sebelum
sempurna dengan sengaja, umpamanya ia i’tidal sebelum sempurna
ruku’,
2) Meninggalkan salah satu syarat, seperti (a) berhadast, (b) kena najis
yang tidak dimaafkan, baik badan atau pakaian,sedangkan najis itu
tidak dapat dibuang ketika itu. Kalau najis itu dapat dibuang ketika
iu juga maka shalatnya tidak batal. (c) terbuka ‘aurat sedangkan
tidak dapat ditutup ketika itu, kalau ketika itu juga dapat ditutup
kembali, maka shalat tidak batal.
3) Sengaja berkata-kata, Dengan kata-kata yang biasadihadapkan
kepada manusia, walaupun kata-kata yang bersangkutan dengan
shalat sekalipun, kecuali jika lupa.

16
4) Banyak bergerak, melakukan sesuatu yang tidak ada perlunya
(hajat) seperti bergerak tiga langkah atau memukul tiga kali
bertirut-turut. Karena orang dalam shalat itu hanya disuruh
mengerjakan yang bersangkut dengan shalat saja, pekerjaan lainnya
hendaklah ditinggalkan.
Adapun apabila ada hajat pada perbuatan lain, umpamanya
shalat sewaktu sangat takut dalam peperangan, atau melihat
kalajengking atau ular akan mengigit, tidak alangan ia bergerak
atau melangkah begitu juga gerak yang sedikit seperti
menggerakkan jari atau lidah, karena yang demikian itu tidak
mengubah rupa aturan shalat.
5) Makan dan minum, keterangannya sebagaimana no. 4, dan keadaan
makan dan minum itu sangat berlawanan dengan keadaan shalat.
e. Bacaan Shalat,
3. Fiqih Puasa

a. Syarat Sah Puasa, yaitu:


1) Islam, orang yang bukan islam tdak sah puasa.
2) Mumayiz, dapat membedakan mana yang baik dengan yang tidak
baik.
3) Suci dari darah haidh (kotoran) dan nifas, orang yang haidh dan nifas
tidak sah puasanya tetapi keduanya wajib mengqadha
(membayar)puasa yang tertinggal.
4) Dalam waktu yang dibolehkan puasa padanya. Terlarang puasa pada
dua hari rayadan hari Tasyriq (tanggal 11-13 bulan Haji).
b. Rukun Puasa, Yaitu:

1) Niat pada malamnya, tiap-tiap malam selama bulan Ramadhan. Yang


dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.
Kecuali puasa sunnah, boleh niat siang hari asal sebelum zawal,
(matahari condong kebarat),

17
2) Menahan diri dari segala sesuatu yang membukakan (membatalkan)
sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
c. Yang membatalkan Puasa, Yaitu:

1) Makan dan minum, yang membatalkan ialah apabila dengan sengaja.


Kalau tidak sengaja seperti lupa, tidak membatalkan puasa.
Memasukkan sesuatu kedalam lubang badan yang biasa, seperti
lubang telinga, hidung dan sebagainya, sebagian ulama berpendapat
sama dengan makan dan minum, artinya membukakan (membatalkan)
puasa. Mereka mengambil alasan dengan qias (samakan) dengan
makan dan minum. Sedang ulama yang lain berpendapat, hal itu tidak
membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum.
Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi tidak
membatalkan puasa, karena yang demikian tidak dinamakan makan
dan minum.
2) Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam.
Muntah yang tidak sengaja tidak membatalkan.
3) Bersetubuh, laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh
sewaktu siang hari dibulan ramadhan, sedang dia wajib puasa,
wajiblah atasnya membayar kafarat. Kafarat ini tiga tingkat: (a)
Memerdekakan hamba, (b) jika tidak mampu memerdekakan hamba
maka puasa dua bulan berturut-turut, (c) jika tidak kuat puasa maka
bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan kepada enam
puluh fakir miskin, tiap-tiap orang 3 per 4 liter.
4) Keluar darah haidh atau nifas.
5) Gila, jika gilaitu datang waktu siang hari maka batallah puasa.
6) Keluar mani dengan sengaja, adapun keluar mana sebab mimpi,
menghayal, dan sebagainya tidak membatalkan puasa.
d. Fidyah Puasa,

4. Fardhu Kifayah Untuk Mayat Beserta Do’anya

18
Apabila seorang muslim meninggal, maka fardhu kifayah (kewajiban

ditunjukkan kepada banyak orang, apabila sebagian dari mereka telah

mengerjakannya maka terlepaslah yang lain dari kewajiban itu, akan tetapi jika tidak

ada orang seorangpun yang mengerjakannya maka mereka berdosa semuanya), atas

orang hidup menyelenggarakan 4 perkara:

a. Memandikan mayat, Syarat wajib mandi (a) mayat itu orang islam, (b)

didapati tubuhnya walaupun sedikit, (c) mayat itu bukan mati syahid (mati

dalam peperangan untuk membela agama Allah).

Hendaklah mayat itu diletakkan ditempat yang tinggi seperti ranjang atau

balai-balai, ditempat yang sunyi yang berarti tidak ada orang yang masuk

ketempat itu selain orang yang memandikan dan orang yang menolong

mengurus keperluan yang bersangkutan dengan mandi itu. Pakaiannya diganti

dengan yang basahan (kain mandi), untuk kain mandi itu sebaiknya kain sarung

supaya auratnya tidak mudah terbuka. Sesudah diletakkan diatas ranjang,

kemudian didudukkan dan disandarkan punggungnya pada sesuatu, lantas disapu

perutnya dengan tangan, dan ditelankan sedikit supaya keluar kotorannya.

Perbuatan itu hendaklah diikuti dangan air dan harum-haruman agar

menghilangkan bau kotoran yang keluar. Sesudah itu, mayat ditelentangkan

lantas dicebokkan dengan tangan kiri yang memakai sarung tangan. Sesudah

cebok, sarung tangan hendaklah diganti dengan yang bersih, lantas dimasukkan

anak jari kiri kemulutnya digosok giginya, dibersihkan mulutnya dan

diwudhu’kan. Kemudian dibasuh kepala, janggut dan disisir rambut dan

janggutnya perlahan-lahan. Rambutnya yang tecabut hendaklah dicampurkan

19
kembali ketika mengafani. Lantas dibasuh sebelah kanannya, dan dibasuh badan

sebelah kanannya, kemudian dibaringkan lagi kesebelah kanannya dan dibasuh

badan sebelah kirinya. Disunnahkan tiga atau lima kali.

Air untuk mandi mayat ini sebaiknya air dingin, kecuali jika berhajat pada

air panas karena sangat dingin atau karena susah menghilangkan kotoran. Baik

juga memakai sabun atau sebagainya, selain membasuh yang penghabisan.

Adapun air pembasuh penghabisan itu sebaiknya dicampur dengan kapur barus

sedikit atau harum-haruman yang lain.

b. Mengafani mayat,

Hukum mengafani (membungkus) mayat itu adalah fardhu kifayah atas

orang yang hidup. Kafan sekurang-kurangnya selaris kain yang menutupi

sekalian badan mayat, baik laki-laki maupun perempuan. Sebaiknya untuk laki-

laki tiga lapis kain, tiap-tiap lapis menutupi ssekalian badannya. Sebagian ulama

berpendapat, satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain mandi), dua lapis

menutupi sekalian badannya. Adapun mayat perempuan sebaiknya dikafani

dengan lima lembar, yaitu basahan (kain bawah), baju, tutup kepala, kerudung

(cadar), dan kain yang menutupi sebagian badannya. Di antara beberapa lapis

kain tasi sebaiknya diberi harum-haruman seperti kapur barus, kecuali orang

yang meninggal sedang dalam ihram haji atau umrah, tidak boleh diberi harum-

haruman dan jangan pula ditutupi kepalanya. Untuk kafan itu sebaiknya kain

putih bersih serta dibuat dari bahan yang baik.

c. Menyalatkan mayat,

d. Menguburkan mayat,

20
Kewajiban yang keempat terhadap mayat ialah menguburkan. Hukum

menanamkan (menguburan) mayat adalah fardhu kifayah atas yang hidup.

dalamnya kubur sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat

itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, karena maksud

menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga

kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.

Lubang kubur disunnahkan memakai lubang lahad (relung di lubang kubur

tempat meletakkan mayat, kemudian ditutup dengan papan, bambu dan

ssebagainya), kalau tanah perkuburan itu keras. Tetapi jika tanah perkuburan

tidak keras, mudah runtuh, seperti tanah yang bercampur dengan pasir, maka

lebih baik dibuatkan lubang tengah (lubang kecil ditengah-tengah kubur kira-

kira termuat mayat saja, kemudian ditutup dengan papan atau sebagainya).

Sesampainya mayat dikubur, hendaklah diletakkan kepalanya di sisi kaki

kubur, lalu diangkat kedalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke sebelah

kanannya, dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan mayat ke dalam kubur,

disunnahkan membaca:

5. Do’a-do’a Sempurna Setelah Shalat,

Sesudah setelah memberi salam dari tiap-tiap shalat Fardhu, disunnahkan

membaca:

“Saya meminta ampun kepada Allah yang Maha Besar (tiga kali). Ya Allah,

sejahteralah Engkau dan dari Engkaulah kesejahteraan,Engkaulah kuasa yang

memberi berkah yang banyak.O, ya Tuhanku, yang mempunyai sifat kemegahan dan

kemuliaan.” (Riwayat Muslim)

21
“Mahasuci Allah (33 kali). Segala Puji Bagi Allah (33 kali). Allah Mahabesar (33

kali), Tidak ada Tuhan melainkan Allah sendiri-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Dialah yang mempunyai kekuasaan yang memerintahkan segala perintah, dan bagi-

Nya segala pujji-pujian dan ia berkuasa atas segala sesuatu.” (Riwayat Muslim)

6. Pemahaman Dakwah (Ayat dan Hadist tentang dakwah dan

keutamaannya)

22

Anda mungkin juga menyukai